Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN IPA TOPIC PESAWAT SEDERHANA MELALUI MODEL

COOPERATIVE LEARNING STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS VI SD/MI

Ahmad Syaipul Nasution


Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan, Indonesia
Email :

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan mempertanyakan peran materi
pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA jenjang MI/SD. Metode penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus dengan observasi, dokumentasi
dan semi-structured interview terhadap guru IPA. Kemudian data dianalisis secara
deskriptif melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materi
pesawat sederhana urgen dan bermanfaat diedukasi pada peserta didik MI/SD disrupsi
saat ini. Ditinjau dari perkembangan, kegunaan, dan perannya, materi pesawat
sederhana (tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos) memberikan edukasi kepada
peserta didik berupa prinsip kemudahan dan tidak instan.

Kata Kunci : Pembelajaran IPA, Pesawat Sederhana, Media

ABSTRACT
The purpose of this study was to examine and question the role of simple plane
material in science learning at the MI/SD level. The research method uses a qualitative
approach through case studies with observation, documentation and semi-structured
interviews with science teachers. Then the data were analyzed descriptively through
literature study. The results of this study indicate that the material for simple planes is
urgent and useful to be educated on disrupted MI/SD students at this time. Judging from
its development, use, and role, simple aircraft materials (levers, inclined planes, pulleys,

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
and axle wheels) provide education to students in the form of the principle of
convenience and not instantaneous.
Keywords: Science Learning, Simple Plane, Media

PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA (Sains) di sekolah dasar selalu mengacu pada kurikulum IPA.
Di dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada
penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses
pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan
proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep, sikap ilmiah siswa, serta mendasarkan
kegiatan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat (Horsley, et al, 1990:40-42).
Upaya ini pada dasarnya siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini guru harus kreatif dan dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan
dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar
siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya siswa menjadi aktif, tujuan pembelajaran dapat diperoleh dengan optimal dan
hasil belajar siswa bisa mencapai nilai yang memuaskan. mengatasi permasalahan yang
terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran IPA yang diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir rasional yang dapat memberikan penguatan
terhadap kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai sarana penelitian adalah
Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies. Model pembelajaran
Cooperative Learning Strategies dirancang untuk mendorong siswa melakukan kegiatan
penyelidikan, berpikir kritis dan rasional, mengembangkan berbagai keterampilan dan
melakukan penerapan. Berarti, prinsip pembelajaran sains adalah proses aktif. Proses
aktif memiliki implikasi aktivitas mental dan fisik. Artinya hands-on activities saja
tidak cukup, melainkan juga minds-on activities. Oleh karena itu pembelajaran IPA di
SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan kerja kelompok dan berpikir rasional.

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan.
penelitian dengan metode studi kepustakaan merupakan metode dalam
pencarian,mengumpulkan dan menganalis data dari berbagai sumber literatur untuk
kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian kepustakaan. Penelitian
ini dilakukan hanya berdasarkan karyaa tulis, diamna data-data yang diperoleh dan
dimuat dalam laporan ini adaalah ialah data yang emula diperoleh melalui sumber
literatur seperti buku, artikel ataupun jurnal yang terkait.

PEMBAHSAN
A. Pengertian Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana merupakan peralatan yang melakukan usaha dengan
hanya satu gerakan. Penggunaan pesawat sederhana dimaksudkan agar memudahkan
pekerjaan kita. Besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pesawat sederhana
dinamakan keuntungan mekanis. Keuntungan mekanis yang akan dihasilkan dari
masing-masing pesawat sederhana ini berbeda-beda, bergantung jenis pesawat
sederhana yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada modul ini Anda
akan mempelajari berbagai jenis pesawat sederhana beserta penerapannya dalam
kegiatan sehari-hari, serta keuntungan mekanis yang akan diperoleh dari penggunaan
sebuah pesawat sederhana.

B. Macam – Macam Pesawat Sederhana


1. Pengungkit
Pengungkit atau disebut juga tuas merupakan pesawat sederhana yang paling
sederhana.Pengungkit ini terdiri dari sebuah batang kaku (misalnya logam, kayu, atau
batang bambu) yang berrotasi di sekitar titik tetap yang dinamakan titik tumpu. Selain
titik tumpu yang menjadi tumpuan bagi pengungkit, ada dua titik lain pada pengungkit,
yaitu titik beban dan titik kuasa.Titik beban merupakan titik dimana kita meletakkan
atau menempatkan beban yang hendak diangkat atau dipindahkan, sedangkan titik kuasa
merupakan titik dimana gaya kuasa diberikan untuk mengangkan atau memindahkan

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
beban. Pengungkit bekerja dengan cara mengubah besar gaya yang diperlukan untuk
mengangkat beban. Berdasarkan posisi ketiga titik (titik tumpu, titik beban, dan titik
kuasa) tersebut, pengungkit dapat dibedakan jenisnya menjadi tiga tipe atau tiga kelas,
yaitu pengungkit jenis pertama, pengungkit jenis kedua, dan pengungkit jenis ketiga.

a. Pengungkit jenis pertama


Pengungkit jenis pertama (disebut juga pengungkit kelas 1) memiliki letak titik
tumpu (T) yang berada diantara titik beban (B) dan titik kuasa (K). Contoh : jungkat-
jungkit , tang , palu , linggis dan sejenisnya.

b. Pengungkit jenis kedua


Pengungkit jenis kedua (disebut juga pengungkit kelas 2) memiliki letak titik
beban (B) yang berada diantara titik kuasa (K) dan titik tumpu (T). Contoh pemanfaatan
pengungkit jenis kedua diantaranya gerobak dorong, pembuka botol, pemecah kemiri,
dan sejenisnya.

c. Pengungkit jenis ketiga


Pengungkit jenis ketiga (disebut juga pengungkit kelas 3) memiliki letak titik
kuasa (K) yang berada diantara titik beban (B) dan titik tumpu (T). Contoh pemanfaatan
pengungkit jenis ketiga diantaranya pinset, stapler, alat pancing, termasuk lengan Anda,
dan sejenisnya.

Dalam pengungkit, besar keuntungan mekanis yang dihasilkan sangat bergantung


dari posisi titik tumpu, titik kuasa, dan titik bebannya. Ada pun komponen pengungkit
Komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah pengungkit diantaranya, Titik kuasa
(K) yaitu bagian ujung pengungkit yang diberi gaya kuasa untuk mengangkat beban.
Titik beban (B), yaitu bagian ujung pengungkit yang digunakan untuk mengangkat atau
memindahkan benda yang hendak diangkat atau dipindahkan. Titik tumpu (T), yaitu
bagian pengungkit yang menjadi posisi tumpuan atau penyangga. Letak titik tumpu ini
beragam, ada yang ditengah-tengah bagian pengungkit, ada pula yang di bagian
ujungnya, bergantung jenis pengungkit. Lengan kuasa (Lk), yaitu jarak antara titik
kuasa dengan titik tumpu. Lengan beban (Lb), yaitu jarak antara titik beban dengan titik

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
tumpu. Gaya berat beban (Fb),yaitu gaya berat yang ditimbulkan beban pada
pengungkit. Gaya kuasa (Fk), yaitu gaya yang diperlukan untuk mengangkat atau
memindahkan beban. Semakin jauh jarak kuasa dari titik tumpu, maka semakin kecil
gaya kuasa yang diperlukan untuk memindahkan/mengangkat sebuah beban.
Demikian pula semakin dekat beban dari titik tumpu, maka semakin kecil gaya
kuasa yang diperlukan. Secara matematis, hubungan gaya kuasa, gaya berat beban,
lengan kuasa, dan lengan beban dinyatakan oleh persamaan:
KM = Fb/Fk=Lk/Lb
dengan:
Fb = gaya berat beban yang akan diangkat (satuannya newton)
Fk = gaya kuasa yang diberikan (satuannya newton)
Lk = panjang lengan kuasa/jarak antara titik kuasa dan titik tumpu (satuannya meter)
Lb = panjang lengan beban/jarak antara titik beban dan titik tumpu (satuannya meter)
Besar keuntungan mekanis (KM) pada pengungkit merupakan perbandingan antara
berat beban (B) dan gaya kuasa (F) atau perbandingan antara lengan kuasa (Lk) dan
lengan beban (Lb).

2. Katrol
Katrol merupakan pesawat sederhana yang terdiri dari sebuah roda atau piringan
beralur dan tali atau kabel yang mengelilingi alur roda atau piringan tersebut.
Pemanfaatan katrol dalam kehidupan sehari-hari cukup beragam, misalnya untuk
mengangkat benda-benda, mengambil air dari sumur, mengibarkan bendera, hingga
mengangkat kotak peti kemas. Berdasarkan susunan tali dan rodanya, katrol dibedakan
menjadi katrol tetap,katrol bebas, dan katrol majemuk. Katrol tetap merupakan katrol
yang posisinya tidak berubah ketika digunakan. Biasanya posisi katrolnya terikat pada
satu tempat tertentu. Titik tumpu sebuah katrol tetap terletak pada sumbu katrolnya.
Contoh pemanfaatan katrol tetap adalah pada alat penimba air sumur dan katrol pada
tiang bendera.

a. Katrol Tetap
Pada katrol tetap hanya terdapat satu penggal tali yang menahan beban,
sehingga besar gaya kuasa (Fk) untuk menarik beban sama dengan gaya berat beban

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
(Fb), atau Fb =Fk sehingga keuntungan mekanis untuk katrol tetap adalah: KM
=Fb/Fk=1

b. Katrol bebas
Katrol bebas merupakan katrol yang posisi atau kedudukannya berubah ketika
digunakan. Artinya, katrol bebas tidak ditempatkan di tempat tertentu, melainkan
ditempatkan pada tali yang kedudukannya dapat berubah. Contoh pemanfaatan katrol
bebas adalah pada alat pengangkat peti kemas. Pada katrol bebas beban yang akan
diangkat digantungkan pada poros katrol dan beban serta katrolnya ditopang oleh dua
penggal tali pada masing-masing sisi katrol, sehingga gaya berat beban (Fb) ditopang
oleh gaya kuasa (Fk) pada dua penggal tali, atau Fb = 2 Fk Sehingga keuntungan
mekanis untuk katrol bebas adalah KM = Fb/Fk=2

c. Katrol majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas. Kedua
katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol
bebas dan salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Bila ujung tali
yang lain ditarik, maka beban akan terangkat. Beban pada sistem katrol ini ditopang
oleh dua penggal tali (hampir sama dengan katrol bebas), atau Fb =4 Fk sehingga
keuntungan mekanis yang dihasilkan adalah 2 (dua), atau KM =Fb/Fk=4

3. Bidang miring
Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri dari
bidang datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi daripada ujung lainnya. Bidang
miring diposisikan miring agar dapat memperkecil gaya yang dibutuhkan untuk
memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dibandingkan mengangkatnya secara
vertical. Keuntungan mekanis yang kita peroleh dengan menggunakan bantuan bidang
miring adalah : KM = B/F =p/t
Bidang miring memberikan keuntungan yaitu memungkinkan kita memindahkan
suatu benda ke tempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil. Meskipun
demikian, bidang miring juga memiliki kelemahan, yaitu jarak yang harus ditempuh

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
untuk memindahkan benda tersebut menjadi lebih panjang (jauh). Pemanfaatan prinsip
kerja bidang miring dapat kita temukan dalam sejumlah perkakas, diantaranya kapak,
pisau, skrup, baut, dan sebagainya.

4. Roda dan Poros


Roda dan poros merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri dari
dua buah silinder dengan jari-jari yang berbeda dan bergabung di pusatnya. Silinder
berjari-jari besar dinamakan roda dan silinder berjari-jari kecil dinamakan poros
Gb. Sistem kerja roda dan poros. Roda dan poros bekerja dengan cara mengubah besar
dan arah gaya yang digunakan untuk memindahkan (dalam hal ini, memutar) sebuah
benda. Contoh penerapan roda dan poros dalam kehidupan diantaranya pemutar keran
air, pegangan pintu yang bulat, obeng, roda pada kendaraan, setir kendaraan, alat
serutan pensil, bor tangan, dan sejenisnya.

Jenis-jenis roda, yaitu:


a. Roda Setali
Roda setali, yaitu dua buah roda atau lebih yang dihubungkan dengan tali. Contoh:
roda sepeda yang dihubungkan dengan rantai, dan roda sepeda motor yang dihubungkan
dengan rantai.

b. Roda Sepusat
Roda sepusat, yaitu dua buah roda atau lebih yang memiliki pusat yang sama.
Contoh: roda pada mobil truk.

c. Roda Bersinggungan
Roda bersinggungan, yaitu dua buah roda atau lebih yang saling bersinggungan
satu sama lain. Roda bersinggungan besar menghasilkan gaya yang lebih besar sehingga
kuasa yang diperlukan lebih kecil, tetapi kondisi ini harus diimbangi dengan kecepatan
putar yang lambat. Sebaliknya, roda bersinggungan kecil akan memberikan kecepatan
putar yang tinggi, tetapi gaya yang dihasilkan relatif kecil sehingga harus diimbangi
dengan kuasa yang besar. Mesin pada jam merupakan penerapan dan pemanfaatan roda
bersinggungan dalam kehidupan sehari-hari.

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
C. Kontribusi Model COOPERATIVE LEARNING STRATEGIS
Model ini berfungsi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan maupun informasi
kepada siswa untuk memperjelas suatu materi pelajaran IPA. Adapun manfaat yang
dimiliki oleh media pelajaran IPA yaitu:
1. Penyampaian isi pesan dan pengetahuan menjadi bersifat standar.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran berlangsung lebih interaktif.
4. Penggunaan waktu dan tenaga dalam memperoleh informasi dan pengetahuan
menjadi lebih efisien.
5. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
6. Proses belajar menjadi fleksibel
7. Meningkatkan sikap positif terhadap isi atau materi pembelajaran.

D. Sumber Pembelajaran
Sumber belajar juga diartikan sebagai segala jenis media, benda, data, fakta,
ide, manusia, dan lain-lain yang dapat mempermudah terjadinya proses belajar bagi
siswa. Sumber belajar harus memenuhi tiga persyaratan yaitu: harus dapat tersedia
dengan cepat, harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri dan harus
bersifat individual.
Berikut macam-macam sumber pembelajaran di SD/MI :
a. Manusia
Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Peranannya sebagai sumber
belajar dapat dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah belajar melalui
orang yang sudah dipersiapkan khusus sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang
khusus pula, sperti guru, dosen, motivator dan lain-lain. Kelompok kedua yaitu
manusia atau orang yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk menjadi seorang
narasumber akan tetapi memiliki keahlihan yng mempunyai kaitan erat dengan program
pembelajaran seperti dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan lain-lain.
b. Buku Paket
buku paket atau buku cetak adalah buku pegangan untuk siswa dalam belajar disekolah
maupun dirumah.

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
c. E-book
E-book atau buku elektronik adalah buku cetak versi elektronik yang dapat
dibaca dengan menggunakan teknologi seperti: laptop, komputer, android dan lain- lain.
d. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian
belajar. Lingkungan dengan kondisis yang baik memberikan kenyamanan dalam belajar.

KESIMPULAN
Pesawat digunakan manusia untuk memudahkan pekerjaan. Ada dua jenis
pesawat yaitu pesawat sederhana dan pesawat rumit. Pesawat sederhana ada empat
macam, yaitu tuas atau pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
Tujuan menggunakan pesawat sederhana adalah untuk melipatgandakan gaya atau
kemampuan, mengubah arah gaya, dan memperbesar kecepatan ketika menempuh jarak
yang lebih jauh. Pesawat sederhana bukan untuk menciptakan gaya atau menyimpan
gaya, tapi untuk memudahkan dan meringankan pelaksanaan pekerjaan. Aplikasi
pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai. Contohnya
gunting, pemecah kemiri, gerobak dorong, pisau, tangga, katrol penimba air, sepeda,
jam, mobil truk, dan mobil derek.

SARAN
Setelah kita mempelajari materi pesawat sederhana kita mengetahui bahwa
pesawat sederhana memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Sebaiknya kita dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga kita tidak kesulitan dalam
melakukan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu masyarakat sebaiknya
lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan pesawat sederhana sehingga dari sebuah
pesawat sederhana dapat tercipta benda-benda yang susunannya lebih kompleks dan
rumit yang bermanfaat.

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Pesawat Sederhana Melalui
Model Make A Match untuk Peserta didik Kelas V SDN Binturu Kecamatan
Kelua Kabupaten Tabalong. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 3 (2).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/quantum/article/view/1360.

Apriliyanti, A., Mudjiran, M., & Ridha, M. 2016. Hubungan Konsep Diri Peserta didik
dengan Tingkah Laku Sosial Peserta didik. Jurnal Educatio, 2 (2): 25-29.
http://www.jurnal.iicet.org/index.php/j-edu/article/view/62.

Trianto (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana


Prenada Media Group

Wina Sanjaya (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Candra, D., Rosdianto, H., & Murdani, E. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta didik Kelas VIII
pada Materi Pesawat Sederhana” Variabel, 2 (1): 31-34.
https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/jvar/article/view/1030.

Ahmad Syaipul Nasution


(Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Cooperative Learning Strategis Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VI SD/MI)

Anda mungkin juga menyukai