Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1. Judul artikel : Environmental Factors and Students’ Learning


Approaches: A Survey on Malaysian
Polytechnics Students.

2. Nama Jurnal : Journal of Education and Learning


3. Edisi terbit : 2014/ Vol.8 (4)
4. Pengarang Artikel : Ramlee M., Seri B., Saemah R., M. Yusof H.,
Rahayu A.B

5. Kota Terbit : Malaysia


6. Alamat situs :
journal.uad.ac.id/index.php/EduLearn/article/viewFile/784/pdf_69

II. RINGKASAN JURNAL


A. Pendahuluan
Lingkungan belajar memainkan peran penting dalam ranah kognitif, efektif
dan sosial siswa karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan
pembelajaran mengacu pada cara siswa menghadapi tugas akademik yang
terkait dengan hasil belajar. Penelitian ini menggunakan Kuesioner Course
Experience Questionnaire (CEQ) and Revised Two-Factor Study Process
Questionnaire (RSPQ-2F) untuk mengumpulkan data penelitian. Data
dianalisis menggunakan AMOS Versi 18. Beberapa regresi dilakukan untuk
memprediksi faktor lingkungan belajar yang mempengaruhi tingkat
pendekatan pembelajaran siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa pengajaran
yang efektif adalah faktor utama yang mempengaruhi pendekatan mendalam
siswa diikuti oleh penilaian, sumber belajar dan tujuan yang jelas.

B. Deskripsi Isi
Tujuan Penelitian:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan
belajar pada pendekatan pembelajaran siswa Politeknik di Malaysia. Penelitian
ini juga mengeksplorasi hubungan antara pendekatan pembelajaran dan
lingkungan belajar. Ada beberapa pertanyaan penelitian dari penelitian ini:
(1) Apa instrumen yang tepat untuk digunakan berdasarkan lingkungan belajar
di Malaysia?
(2) Apa faktor lingkungan belajar yang mempengaruhi pendekatan
pembelajaran siswa Polytechnics di Malaysia?

Metode Penelitian:
Penelitian survei ini dilakukan di Polytechnics Malaysia yang melibatkan 527
mahasiswa teknik akhir tahun. Kuesioner dikembangkan berdasarkan CEQ
dan WIHIC untuk mengumpulkan data penelitian. Kuesioner berisi tiga
bagian, yaitu Bagian A, B, dan C. Bagian A terdiri dari item yang berkaitan
dengan demografi siswa. Bagian B dari kuesioner adalah tentang lingkungan
belajar yang terdiri dari enam konstruksi yang diadaptasi dari Moos (1974),
Ramsden (1991), Fraser (1998), dan McInnis et al. (2001). Bagian C terdiri
dari 20 item yang terkait dengan pendekatan pembelajaran yang diadopsi dari
Kuesioner Revised Two-Factor Study Process Questionnaire [R-SPQ-2F]
(Biggs et al., 2001). Bagian ini yang dirancang untuk mengukur pendekatan
konvensional untuk belajar oleh individu dapat memenuhi tugas belajar dalam
lingkungan belajar.

III. PEMBAHASAN ANALISIS


A. Pembahasan Isi Jurnal

Banyak penelitian berkembang di sekitar konsep lingkungan belajar yang


dilakukan sebelumnya. Namun, studi tentang dampak lingkungan belajar pada
pendekatan pembelajaran di lembaga-lembaga teknis, yang menawarkan
kursus di bidang teknis dan kejuruan, masih jarang ditemukan.

Pendidikan Teknik dan Kejuruan (TVE) diakui sebagai salah satu dari
berbagai disiplin ilmu pendidikan yang dapat menghasilkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Mustapha dan Abdullah, 2004), TVE diperkenalkan ke
dalam sistem pendidikan untuk memberikan kesempatan bagi siswa dengan
teknologi dan kecenderungan kejuruan untuk memenuhi tenaga kerja teknis.
Berkenaan dengan TVE di Malaysia, salah satu lembaga yang menyediakan
TVE yang terkenal adalah politeknik. Sistem politeknik di Malaysia dimulai
ketika politeknik pertama, Ungku Omar Polytechnics, didirikan pada tahun
1969. Sistem ini telah berkembang menjadi penyedia TV publik tersier
terbesar di Malaysia dengan jumlah siswa 60.840 pada tahun 2009 menjadi
87.440 pada tahun 2012 (Abd. Wahab dkk. ., 2010). Oleh karena itu, TVE
dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam meningkatkan ekonomi
produktivitas (Min, 1995; Mustapha dan Greenan, 2002).

Ada lima tujuan utama yang digariskan selama Polytechnics Transformation


Plan pada tahun 2010 (Departemen Pendidikan Politeknik, 2010):
(1) Meningkatkan politeknik sebagai institusi terkemuka di bidang pelatihan
teknis di sektor semiprofessional;
(2) Memperkuat relevansi dan responsivitas program politeknik terhadap
kebutuhan pembangunan ekonomi nasional; (3) Mengarahkan area teknologi
ceruk untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif;
(3) Membangun reputasi dan merek yang sangat baik;
(4) Diversifikasi dan memperluas programnya.

Pada 1930, Lewin (1936) meneliti lingkungan belajar pada perilaku manusia
dan memulai konsep lingkungan belajar. Menurut Lewin (1936), lingkungan
dan individu merupakan penentu perilaku manusia. Ide-ide Lewin
dikembangkan lebih lanjut oleh Murray (1938) menggunakan Model
Kebutuhan-Tekanan untuk menjelaskan hubungan antara individu (I) dan
lingkungan (E).

Sama seperti kebutuhan mewakili penentu perilaku yang signifikan dalam diri
seseorang, konsep tekanan mewakili penentu lingkungan yang efektif atau
signifikan (Hall et al., 2000). Murray (1951) menyimpulkan model lingkungan
belajar Murray semakin disempurnakan oleh Walberg pada akhir 1960-an dan
Fraser pada awal 1980-an. Studi lingkungan belajar masih relevan karena
pentingnya dalam membantu meningkatkan hasil pembelajaran.
Moos (1974) mempelajari karakteristik individu dalam lingkungan manusia
dan dia telah mengkategorikan mereka menjadi tiga dimensi - hubungan,
pengembangan pribadi, dan perubahan sistem. Dimensi hubungan menilai sifat
hubungan, tingkat keterlibatan, dukungan dan bantuan yang diberikan oleh
individu dalam lingkungan psikososial mereka. Dimensi pengembangan
pribadi menilai kemajuan individu menuju pertumbuhan pribadi dan
peningkatan diri. Dimensi ketiga, perubahan sistem, menilai sejauh mana
lingkungan diatur dan dikendalikan.

Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Harjali (2016), hasil penelitian
menunjukkan terjadinya kejenuhan, kesulitan, mis-informasi, mis-konsepsi,
lemahnya estimasi diri, dan munculnya pandangan negatif siswa terhadap
pembelajaran, di antaranya sebagai implikasi kurangnya guru memperhatikan
masalah penataan lingkungan kelas.

Menurut Fraser (1998), lingkungan belajar mengacu pada konteks sosial,


psikologis dan pedagogis di mana pembelajaran terjadi yang mempengaruhi
sikap dan prestasi siswa.

Ada banyak cara untuk menilai lingkungan psikososial tetapi menurut Kuert
(1979), kuesioner yang dilaporkan sendiri adalah alat yang paling umum
digunakan untuk menilai lingkungan psikososial. Menggunakan persepsi siswa
untuk mengevaluasi lingkungan belajar sangat penting karena siswa adalah
individu yang terlibat langsung dalam lingkungan belajar. Lingkungan belajar
dapat mencerminkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di mana konteks
terjadi (Biggs, 1999; Ramsden, 1991). Ramsden (1991) dan McInnis dkk.
(2001) lingkungan belajar yang dirasakan dapat dikategorikan menjadi:
1) Pengajaran
2) Sumber daya Pembelajaran
3) Beban Pembelajaran
4) Penilaian
5) Komunitas Belajar
6) Maksud dan Tujuan Program
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal
I. Kelebihan
1. Dari aspek ruang lingkup
 Topik penelitian sangat menarik karena lingkungan kelas merupakan
elemen penting yang seringkali diabaikan oleh pengajar.
 Penggunaan prosedur pengembangan dengan model Course
Experience Questionnaire (CEQ) and Revised Two-Factor Study
Process Questionnaire (RSPQ-2F) untuk mengumpulkan data
penelitian sesuai untuk tujuan penelitian.
 Bagian pendahuluan sesuai dengan topik yang akan dibahas dan
mudah untuk dipahami, baik latar belakang penelitian dan juga tujuan
dari penelitian.
 Tampilan jurnal cukup baik, dilengkapi dengan tabel-tabel hasil
penelitian.
 Penelitian ini menjelaskan secara rinci metode, subjek, lokasi
penelitian, dan hasil penelitian.

2. Dari aspek tata bahasa


 Jumlah kata yang digunakan pada judul sudah memenuhi persyaratan
sebuah judul yang baik yaitu terdiri dari 14 Kata. Sesuai dengan
pendapat dari Blackwell dan Martin (dalam Kartadinata, 2014:17)
 Abstrak penelitian sudah baik karena menjelaskan tentang tujuan,
metode, subjek penelitian dan juga hasil penelitian secara singkat dan
padat.
 Penulisan kata kunci pada abstrak diurut berdasarkan abjad.
 Penulisan referensi di daftar pustaka sudah benar dengan menuliskan
nama belakang pengarang dan kemudian diikuti dengan nama depan,
kemudian judul buku juga dicetak miring. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari Kartadinata (2014:64) judul buku harus dicetak miring
(huruf pertama dari kata pertama, nama tempat, atau nama orang dari
judul sumber ditulis dengan huruf kapital), diakhiri dengan titik.
II. Kekurangan
 Tidak ada kelompok pembanding antara yang melaksanakan
pembelajaran dengan model Course Experience Questionnaire (CEQ)
and Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (RSPQ-2F)
 Judul penelitian belum cukup jelas karena tidak dilengkapi dengan
keterangan instrumen tujuan dan metode penelitian.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan jurnal ini sudah cukup baik membahas tentang lingkungan
belajar dan pengaruhnya terhadap pembelajaran siswa. dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa mempelajari lingkungan sekitar yang memungkinkan
bagi pelajar untuk menemukan solusi untuk masalah mereka dan memiliki
akses ke materi untuk membantu mereka mencapai tujuan mereka. Untuk
membuat pembelajaran seumur hidup, pengalaman dalam lingkungan belajar
sangat penting. Pengalaman-pengalaman ini terbentuk dari interaksi antara
pelajar dan lingkungan belajar.
B. Rekomendasi
Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh lingkungan
belajar terhadap siswa pada jenis sekolah lain dan menggunakan teori model
penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Harjali (2016). Strategi Guru dalam Membangun Lingkungan Belajar yang


Kondusif: Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas Sekolah Menengah Pertama di
Ponorogo. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 23, Nomor 1, April 2016
Kartadinata, Sunarto. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ramlee M., Seri B., Saemah R., M. Yusof H., Rahayu A.B. (2014). Environmental
Factors and Students’ Learning Approaches: A Survey on Malaysian Polytechnics
Students. Journal of Education and Learning. Vol.8 (4) pp. 387-398.

Anda mungkin juga menyukai