Makalah Skripsi
Makalah Skripsi
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
YUSUP SAEPULLAH
NIM : 181010250038
PROGRAM STUDI
METODE PENULISAN SKRIPSI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
BANTEN
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM
TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN
FIDUSIA AKIBAT ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [dosen/guru] pada
[bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah]. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen], selaku [guru/dosen]
[bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah] yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
1. Bahan Hukum Primer
BAB IV ANALISIS YURIDIS (Sesuai Tinjauan Umum dengan Objek Penelitian) ....... 20
A. Kesimpulan..............................................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
Curriculum Vitae.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia, menggunakan
istilah “fidusia”. Fidusia menurut asal katanya berasal dari bahasa romawi, yaitu fides,
sedangkan dalam bahasa Belanda disebut fiducie, dan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary of
ownership, yang artinya kepercayaan. Berbagai literatur yang ada lazimnya menyebut fidusia
dengan istilah Fiduciare eigendom overdracht (FEO), yaitu penyerahan hak milik atas
kepercayaan.
Sejarah mencatat bahwa lembaga Fidusia dalam bentuk klasik sudah ditemukan sejak zaman
Romawi, yang dikenal dengan nama Fidusia Cum Creditore, dengan konstruksi hukum di mana
barang-barang kreditur diserahkan hak miliknya kepada kreditur, tetapi dimaksudkan hanya
sebagai jaminan hutang. Namun, dalam sejarah hukum Romawi (penghujung zaman klasik)
berkembang pula lembaga pand (gadai) dan hipotik (hak tanggungan), sehingga peran lembaga
fidusia sebagai jaminan hutang mulai berkurang perannya sampai kemudian peran dan
eksistensinya lenyap sama sekali sejak zaman sesudah zaman klasik di bawah Pemerintahan
Justianus. Berbeda dengan Romawi, sejarah fidusia di Belanda diawali oleh kebutuhan dan
keadaan perekonomian Negeri Belanda yang pada saat itu, di akhir Abad-19 sedang mengalami
membutuhkan modal tambahan, dan hipotik tidak dapat diandalkan karena para petani
mempunyai tanah yang sangat terbatas untuk dapat dijadikan jaminan hutang. Pand (gadai) juga
tidak dapat diandalakan, para petani tidak menyerahkan barang-barangnya untuk digadaikan
1
perekonomian lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan hukum di bidang perkreditan dan
jaminan.
Konsekuensi dari stagnannya sektor hukum perkreditan dan jaminan tersebut telah
melahirkan upaya-upaya untuk mencari jalan secara yuridis. Belanda mulai menghidupkan
kembali bentuk pengalihan hak milik atas dasar kepercayaan untuk barang-barang bergerak
sebagaimana telah di praktikan secara klasik di zaman romawi, yaitu Fidusia Cum Creditore.
Setelah fidusia klasik tersebut terus berkembang, maka diakuilah lembaga Fidusia tersebut oleh
yurisprudensi lewat putusan pertamanya tentang fidusia pada tanggal 25 Januari 1929 yang
popular dengan nama Bier Brouwerij Arres.Putusan Bier Brouwerij Arreat ini adalah mengenai
kasus dimana seorang penjual bir yang ingin menggunakan isi kedai penjual minuman keras
miliknya sebagai jaminan hutang, tetapi tidak dapat menyerahkan barang-barang tersebut sebab
masih diperlukan oleh debitur untuk terus menjalani bisnisnya, dan untuk maksud tersebut
digunakan hukum fidusia. Putusan Bier Brouwerij Arreat mengakui Jaminan Fidusia dengan
• Perjanjian Fidusia tidak bertentangan dengan aturan gadai, karena maksudnya para pihak
• Perjanjian Fidusia tidak bertentangan dengan paritas creditorium, karena perjanjian tersebut
mengenai barang-barang milik Heineken (kreditur), bukan barang milik Bos (debitur).
Jaminan Fidusia semula hanya dipandang sebelah mata oleh sektor hukum. Fidusia lahir dan
berkembang oleh yurisprudensi, tanpa ada peraturan khusus yang mengaturnya. Namun di dalam
perkembangan praktik jaminan kebendaan bermotor, jaminan kebendaan yang ada sebelumnya
2
tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Kemudian diterbitkanlah Undang-Undang No 42
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang dikenal dengan UUJF. Lembaga fidusia lahir di
kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas kredit untuk
usahanya. Lembaga pand (gadai) dan hipotik tidak mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan yang
mendesak tersebut, karena mengandung banyak kekurangan, dan tidak dapat mengikuti
perkembangan masyarakat. Kelemahan dan kekurangan dari ketentuan sebelumnya yang akan
• Terhadap benda bergerak, maka lembaga gadai mengharuskan penyerahan fisik dari benda
tersebut, sementara dalam praktiknya ada juga kebutuhan agar penyerahan fisik tidak
dilakukan.
• Tidak semua benda tidak bergerak dapat dibebani dengan hipotik atau hak tanggungan.
Hipotik versi Undang-Undang Pokok Agraria tidak memberikan kemungkinan hipotik untuk
Undang-undang ini dibentuk karena memang dibutuhkan ketentuan hukum yang jelas dan
lengkap mengenai lembaga Jaminan Fidusia yang semakin populer dalam dunia bisnis, juga
untuk memenuhi kebutuhan hukum untuk memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin
kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang
berkepentingan. Pengertian tentang jaminan fidusia terdapat di Pasal 1 angka (2) Undang-
Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu Jaminan Fidusia adalah hak jaminan
atas benda yang bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud
3
dalam Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai
agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada pemberi
fidusia terhadap kreditur lainnya. Terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar setelah di
pendaftaran jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi dalam
prosedur Jaminan Fidusia, tetapi setelah keluarnya UUJF masalah pendaftaran menjadi sangat
penting. Pendaftaran jaminan fidusia memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak
terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia. Selain itu, Pendaftaran Jaminan
Pengertian tentang asas publisitas dalam jaminan kebendaan yaitu bahwa semua hak, baik hak
tanggungan, hak fidusia, dan hipotik harus didaftarkan, dengan maksud agar kreditur atau
khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses untuk mengetahui informasi-informasi
penting di sekitar Jaminan Fidusia tersebut.Asas publisitas sangatlah penting untuk dipenuhi
dalam jaminan-jaminan, terutama bagi jaminan yang fisik objek jaminannya tidak diserahkan
kepada kreditur, seperti jaminan Fidusia. Asas Publisitas dalam jaminan fidusia tertuang pada
Pasal 11 dan Pasal 18 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Semakin terpublikasi jaminan hutang
maka akan semakin baik, hal ini dimaksudkan agar pihak debitur tidak dapat mengelabuhi pihak
kreditur atau calon kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual benda objek
Jaminan fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang pengajuan pendaftaranya
dalam Pasal 13 UUJF dan apabila permohonan pendaftran tersebut dikabulkan, maka sertifikat
4
Jaminan Fidusia diberikan kepada Penerima fidusia yang dalam sertifikatnya memakai irah-irah “
sama dengan tanggal diterimanya permohonan pendaftaran fidusia (registration of titles). dalam
penjelasan Pasal 8 UUJF Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima Fidusia
atau Kepada Kuasa atau wakil dan Penerima Fidusia tersebut, akan tetapi jaminan fidusia ulang
tidaklah diperbolehkan, artinya pemberi fidusia tidak boleh menjaminkan lagi objek jaminan fidusia
Berdasarkan hal tersebut, Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia bersedia
mengembangkan hak milik barang yang telah diserahkan setelah hutang pemberi fidusia
terlunasi. Pihak penerima fidusia juga mempunyai kepercayaan bahwa pemberi fidusia tidak
akan menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaan pemberi fidusia. Penerima
fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalian pemberi fidusia
sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda objek jaminan fidusia. Hak penerima
fidusia untuk mengeksekusi benda jaminan baru ada jika ada wanprestasi dari pihak pemberi
fidusia. Secara umum dikenal sebagai istilah jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya ( vide Pasal 1 angka 2
kebutuhan masyarakat yang terus berkembang mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai
salah satu saran untuk membnatu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum dan
5
kemudahan kepada para pihak yang berkepentingan atau yang menggunakannya. Bagi pemberi
fidusia diberi hak untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan berdasarkan
kepercayaan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman. Sedangkan bagi
penerima fidusia memperoleh jaminan kepastian dan perlindungan hukum atas objek jaminan
yang telah terdaftar dalam bentuk sertifikat fidusia yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang
sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Perjanjian
fidusia bersifat accesoir karena perjanjian fidusia merupakan pelengkap dari perjanjian utang
piutang.
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan, maka sangat penting dan menarik
bagi penulis untuk mengkaji isu hukum yang ada dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul
‘’ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN FIDUSIA AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 18/PU-XVII/2019 ) ’’
B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan suatu pernyataan yang menunjukan adanya jarak antara harapan
• Apa Yang Menjadi Kendala Terhadap Esekutorial Jaminan Fiducia Akibat Wanprestasi ?
C. Tinjauan Penelitian
Adapun berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, tinjauan penelitian ini adalah:
6
• Untuk mengetahui/meneliti Kendala Terhadap Esekutorial Jaminan Fiducia Akibat
Wanprestasi ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat teoritis dan praktis.
• Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu hukum perdata, khususnya dalam hal lembaga pembiayan dan
hukum jaminan.
• Kegunaan Praktis
• Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai hukum lembaga pembiayaan dan
hukum jaminan di Indonesia, khususnya tentang pendaftaran, biaya akta serta akibat
hukum lembaga pembiayaan dan hukum jaminan khususnya jaminan fidusia yang
• Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat akademis bagi penulis untuk mendapatkan
gelar Sarjana Hukum dan menyelesaikan pendidikan (S1) di Fakultas Hukum Universitas
Pamulang (UNPAM)
7
E. Kerangka Teori
Dalam pembahasan bab ini akan diuraikan beberapa konsep berkenaan dengan beberapa
istilah yang seringkali digunakan. Peneliti akan mencoba memberikan kerangka konseptual
Menurut Ratu Resmiati, agar sahnya peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia
c. Adanya kewenangan untuk menguasai benda dari orang yang menyerahkan benda;
d. Cara tertentu untuk penyerahan, yakni dengan cara constitutumprossessorium bagi benda
bergerak yang berwujud, ini berarti pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda dengan
menurut pendapat Munir Fuady ada 4 (empat) prinsip utama dari jaminan fidusia, yaitu:
1. Bahwa secara riil pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang saja, bukan
2. Hak pemegang fidusia untuk eksekusi barang jaminan baru ada jika wanprestasi dari pihak
debitur;
3. Apabila hutang sudah dilunasi, maka hak obyek jaminan fidusia harus dikembalikan
8
4. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka sisa hasil
Menurut M. Yahya Harahap, ada beberapa prinsip hukum dalam UU No. 42 Tahun 1999
a. Asas spesialitas atas fixed loan bermakna Benda objek jaminan fidusia sebagai agunan
bagi pelunasan utang tertentu, dengan demikian harus jelas dan tertentu serta pasti jumlah
utang debiturnya.
b. Assesor bermakna jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yakni
perjanjian utang, dengan demikian keabsahan perjanjian jaminan fidusia tergantung pada
keabsahan perjanjian pokok, penghapusan benda obyek jaminan fidusia tergantung pada
c. Asas hak Preferen bermakna memberi kedudukan hak yang dilakukan kepada penerima
fidusia (kreditur) terhadap kreditur lainnya, hak didahulukan tersebut tidak hapus karena
d. Yang memberi fidusia harus pemilik benda itu sendiri, jika benda tersebut milik pihak
ketiga makan pengikatan jaminan fidusia tidak boIeh dengan kuasa subsitusi tetapi harus
e. Dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima atau wakiI penerima fidusia Ketentuan ini
f. Larangan melakukan fidusia ulang terhadap obyek jaminan fidusia yang sudah terdaftar
Apabila obyek jaminan fidusia sudah terdaftar berarti obyek jaminan fidusia telah beralih
9
kepada penerima fidusia, oleh karena itu pemberian fidusia ulang merugikan kepentingan
penerima fidusia.
g. Asas droit de suite bermakna bahwa Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia dalam tangan jaminan siapapun benda itu berada, kecuali pengalihan
Menurut penulis Jaminan fidusia berdasarkan unsur unsur dari 3 pendapat ahli yakni suatu
perjanjian jaminan yang didaftarkan,mengikat untuk menjaga persamaann hak yang telah
yang ada
________________________
Menurut Ratu Resmiati, agar sahnya peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia ini haruslah memenuhi syarat-syarat, menurut
pendapat Munir Fuady ada 4 (empat) prinsip utama dari jaminan fidusia, Menurut M. Yahya Harahap, ada beberapa prinsip hukum dalam UU
No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
10
F. Orisinalitas Penelitian
penelitian dengan skripsi peneliti. Adapun sejumlah penelitan Yang ditemukan oleh peneliti
Universitas Pamulang dan Skripsi ini membahas mengenai Kekuatan eksekutorial yang
1999 tentang Jaminan Fidusia. Adapun perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian
yang Akan dilakukan peneliti adalah bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah pada
dalam skripsi ini adalah Kekuatan eksekutorial yang dimiliki sertifikat jaminan fidusia pasca
Diputusnya putusan tersebut serta sudah dapat atau belumkah efektivitas hukum normatif
dan didukung dengan penelitian hukum empiris. Data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer,
1. Skripsi Vileza Aldyan, “Eksekusi Jaminan Fidusia Akibat Kredit Macet (Kajian
11
Fidusia”35Skripsi ini ditulis oleh Vileza Aldyan, Fakultas Hukum, Universitas Jember pada
2012 lalu. Skripsi ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan Dengan pelaksanaan eksekusi
obyek fidusia berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Jaminan Fidusia.
Adapun perbedaannya Dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa peneliti melakukan
penelitian Dengan berfokus pada pelaksanaan eksekusi obyek fidusia berdasarkan Putusan
MK Nomor 18/PUU-XVII/2019.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan
(library research) atau studi dokumen yang bersifat yuridis normatif Adapun
perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah efektivitas hukum pada pelaksanaan
XVII/2019 tentang cidera janji dalam perjanjian fidusia? Jenis penelitian yang digunakan
penulis adalah penelitian kepustakaan yang bersifat studi literatur (library research) dengan
12
jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah
teknik dokumentasi dan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yuridis Normatif, Adapun perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah efektivitas hukum pada
_______________________
Skripsi Vileza Aldyan, “Eksekusi Jaminan Fidusia Akibat Kredit Macet (Kajian Peraturan Kapolri
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia”35,, Skripsi Harum Mudrikah
Mahsun Universitas Institut agama Islam negeri Ponorogo 2020 “ANALISIS Yuridis Putusan MK
NO.18/PUU-XVII/2019 tentang cidera janji dalam perjanjian fidusia”Skripsi Harum Mudrikah
Mahsun Universitas Institut Agama Islam Negeri Ponorogo 2020 “Analisis Yuridis Putusan MK
NO.18/PUU-XVII/2019 Tentang Cidera Janji Dalam Perjanjian Fidusia”
G. Sistematika Penelitian
Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan penelitian
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang,Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Pada bab ini diuraikan Jenis Penelitian, Spesifikasi Penelitian, Sumber dan Jenis Data,
13
Pada bab ini diuraikan Hasil dan Pembahasan Masalah I, Hasil dan Pembahasan Masalah II
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Implementasi
Implementasi ialah suatu kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu kepada
aturan tertentu untuk mencapai tujuan suatu kegiatan. Intinya, implementasi dapat dilakukan bila
sudah terdapat rencana atau konsep acara yang hendak dilakukan dari rencana tersebut
diharapkan mencapai tujuan secara maksimal dan tidak mengecewakan orang-orang yang sudah
menantikannya.
B. Tujuan Implementasi
Tujuan dari implementasi adalah untuk menerapkan dan mewujudkan rencana yang telah
disusun menjadi bentuk nyata. Hal itu karena dalam menyusun suatu rencana disusun pula
tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian, implementasi secara praktis bisa dikatakan
sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuan terkait secara teknis juga berarti menguji penerapan
_________________________
https://www.suara.com › ... › nasional Hasil web Apa itu Implementasi? Tujuan dan Contoh
Penerapannya - Suara.com
14
C. Tata cara implementasi eksekusi jaminan fidusia
Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima
fidusia; penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
para pihak
Lelang Hak Tanggungan adalah lelang untuk melaksanakan Pasal 6 UUHT yaitu, “Apabila
debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek
Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima
fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para
pihak.
Dalam praktek eksekusi barang jaminan fiducia mengalami hambatan yaitu adanya
keberatan dari debitur karena merasa tidak ingkar janji, barang jaminan yang akan dieksekusi
tidak diketemukan atau tidak utuh dan ada perlawanan dari pihak ketiga yang merasa
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas, Penelitian ini merupakan
Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan
B. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil temuan
Peter Mahmud Marzuki bahwa penelitian untuk praktik hukum tidak dapat melepaskan diri dari
pendekatan
pemecahan permasalahan yang ada pada masa sekarang sehingga dengan menggunakan metode
melakukan analisis terhadap permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-
asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan yang ada di indonesia dan menggunakan jenis data dari bahan pustaka yang lazimnya
dinamakan data sekunder merupakan data yang umumnya telah dalam keadaan siap terbuat
16
(ready made). Adapun sumber data berupa data sekunder yang biasa digunakan dalam penelitian
hukum normatif terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif berupa peraturan
digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang memiliki kaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum / doktrin/ teori-teori yang
diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun website yang terkait
dengan penelitian. Bahan hukum sekunder pada dasarnya digunakan untuk memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer. Dengan adanya bahan hukum sekunder maka peneliti
Termasuk pula dalam bahan hukum sekunder adalah wawancara dengan narasumber. Pada
narasumber dapat dilakukan dan digunakan sebagai salah satu data sekunder yang termasuk
sebagai bahan hukum sekunder. Hal tersebut karena wawancara dengan narasumber digunakan
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan dan petunjuk
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Biasanya bahan hukum tersier
17
diperoleh dari kamus hukum, kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris, dan sebagainya
Penelitain ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu : studi kepustakaan,
atau studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang
diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian dan
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap
buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkan (Nazir:1988).
2. Studi Dokumen
Menurut Sugiyono pengertian Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan
_________________
https://www.google.com/amp/s/ngobrolinhukum.wordpress.com/2014/08/09/data-sekunder-dalam-
penelitian-hukum-normatif/amp/
3. Wawancara
Wawancara atau interviu adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk memperoleh informasi.
Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual,
atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam penelitian penulis dan kajian
pengamatan.
18
D. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisa melalui pendekatan secara analisis
kualitatif, yaitu dengan mengadakan pengamatan data-data yanhg diperoleh dan menghubungkan
tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang
terkait dengan permasalahan yang diteliti dengan logika induktif. Yakni berpikir dari hal yang
khusus menuju hal yang umum, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan
konstruksi hukum dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga
dapat ditarik kesimpulan dengan metode deduktif yang menghasilkan suatu kesimpulan yang
------------------------------------------------
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan Singkat,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm 13 ,BAB III Metode Penelitian Menurut Sugiyono (Nazir:1988
19
BAB IV
Tindakan yang dilakukan lembaga pembiayaan konsumen yang melakukan fidusia dibawah
A. Pembahasan Masalah I
Kemudahan yang diberikan oleh pihak lembaga pembiayaan dalam memberikan cicilan
terhadap pembelian kendaraan bermotor saat ini, bukanlah suatu hal yang dianggap baik
terhadap kondisi masyarakat Indonesia. Mengingat dampak yang terjadi dari adanya kemudahan
tersebut adalah semakin meningkatnya pula tingkat konsumtif masyarakat Indonesia dalam hal
yang dianggap bukan kebutuhan primer melainkan sekunder atau barang mewah.Tingkat
konsumtif yang tinggi pun menjadi suatu hal yang beriringan dengan seiring meningkatnya pula
harga – harga yang menjadi bahan pokok utama yang dibutuhkan masyarakat..Perlu diketahui
bahwa dalam setiap pengambialn motor melalui lembaga pembiayaan konsumen , pasti
setelahnya akan diadakannya suatu pejanjian antara kedua belah pihak supaya teratur antara hak
dan kewajiban yang harus diterima dan dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut .
Dalam hal ini perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian lembaga pembiayaan kendaraan
bermotor yang dilakukan antara 2 subjek yaitu pihak lembaga pembiayaan atau yang dalam
perjanjian tersebut disebut sebagai kreditur dengan pihak orang yang mengambil cicilan
kendaraan bermotor yang disebut sebagai debitur, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rilda
Murniati telah merinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen
yaitu sebagai berikut :3ll“ Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum
dan penyedia barang (pemasok/supplier) “Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor yang biasa
dilakukan selama ini , sudah dapat dipastikan bahwa di dalam perjanjian tersebut akan mermuat
20
suatu klausul yang berisikan mengenai jaminan fidusia atas kendaraan bermotor tersebut, sebagai
salah satu perlindungan terhadap para lembaga pembiayaan konsumen , jika suatu saat pihak
debitur tidak menjalankan kewajibannya yaitu membayar cicilan kendaraan bermotor tersebut
sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian kedua belah pihak tersebut. Penggunaan klausul
baku tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak positif dan negatifnya, karena dalam
perjanjian yang di dalamnya mencakup adanya jaminan fidusia haruslah dibuat dihadapan
notaries sehingga akan dikeluarkan suatu akta notaris yang harus di daftarakan ke kantor janiman
B. PEMBAHASAN MASALAH II
Adanya pendaftaran tersebut sebenarnya mempermudah pihak lembaga pembiayaan pada saat
debitur tidak menjalankan kewajibannya seperti membayar cicilan kendaraan bermotor dengan
tepat waktu. Adapun dalam hal ini tahan – tahapan tersebut diatur di dalam Undang - Undang
No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menjelaskan bahwa :“ Tahapan-tahapan
pembebanan jaminan fidusia secara garis besar terbagi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertama, dimulai dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau
perjanjian hutang.Tahapan ini merupakan perwujudan dari sifat jaminan fidusia yang bersifat
accesoir, yang berarti pembebanan jaminan fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya.
Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dikatakan bahwa
jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
b. Tahap Kedua, pembebanan benda dengan jaminan fidusia. Dalam Pasal 5 Ayat (1)Undang-
Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa :“Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat
dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.” Akta notaris
21
tersebut merupakan Akta Jaminan Fidusia yang didalamnya mencantumkan hari, tanggal dan
22