Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH

KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN FIDUSIA AKIBAT WANPRESTASI


( Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 18/PU-XVII/2019 )

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan


Sarjana Hukum

Oleh :
YUSUP SAEPULLAH
NIM : 181010250038

PROGRAM STUDI
METODE PENULISAN SKRIPSI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
BANTEN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM
TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN
FIDUSIA AKIBAT ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [dosen/guru] pada
[bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah]. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen], selaku [guru/dosen]
[bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah] yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

[tempat, tanggal pembuatan makalah]

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 6

C. Tinjauan Penelitian ..................................................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 7

E. Kerangka Teori ........................................................................................................................... 8

F. Orisinal Penelitian .................................................................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .............................................................................................................. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ............................................................................................... 14

A. Pengertian Implementasi .......................................................................................................... 14

B. Tujuan Implementasi ................................................................................................................ 14

C. Tata cara implementasi eksekusi jaminan fidusia .................................................................... 14

1. pelaksanaan titel eksekutorial

2. menjual atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum;

3. penjualan di bawah tangan

D. Kendala implementasi eksekusi jaminan fidusia ..................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 16

A. Jenis Penelitian ......................................................................................................................... 16

B. Sertifikasi Penelitian ................................................................................................................ 16

C. Sumber dan Data Penelitian ..................................................................................................... 16

iii
1. Bahan Hukum Primer

2. Bahan Hukum Sekunder

3. Bahan Hukum Tersier

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................. 19

BAB IV ANALISIS YURIDIS (Sesuai Tinjauan Umum dengan Objek Penelitian) ....... 20

A. Pembahasan Masalah I ....................................................................................................... 20

B. Pembahasan Masalah II ....................................................................................................... 21

BAB V PENUTUP ......................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

B. Saran ........................................................................................................................................

Daftar Pustaka

Lampiran

Curriculum Vitae.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang Masalah

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia, menggunakan

istilah “fidusia”. Fidusia menurut asal katanya berasal dari bahasa romawi, yaitu fides,

sedangkan dalam bahasa Belanda disebut fiducie, dan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary of

ownership, yang artinya kepercayaan. Berbagai literatur yang ada lazimnya menyebut fidusia

dengan istilah Fiduciare eigendom overdracht (FEO), yaitu penyerahan hak milik atas

kepercayaan.

Sejarah mencatat bahwa lembaga Fidusia dalam bentuk klasik sudah ditemukan sejak zaman

Romawi, yang dikenal dengan nama Fidusia Cum Creditore, dengan konstruksi hukum di mana

barang-barang kreditur diserahkan hak miliknya kepada kreditur, tetapi dimaksudkan hanya

sebagai jaminan hutang. Namun, dalam sejarah hukum Romawi (penghujung zaman klasik)

berkembang pula lembaga pand (gadai) dan hipotik (hak tanggungan), sehingga peran lembaga

fidusia sebagai jaminan hutang mulai berkurang perannya sampai kemudian peran dan

eksistensinya lenyap sama sekali sejak zaman sesudah zaman klasik di bawah Pemerintahan

Justianus. Berbeda dengan Romawi, sejarah fidusia di Belanda diawali oleh kebutuhan dan

keadaan perekonomian Negeri Belanda yang pada saat itu, di akhir Abad-19 sedang mengalami

penurunan hasil panen, kondisi tersebut membuat perusahaan-perusahaan pertanian sangat

membutuhkan modal tambahan, dan hipotik tidak dapat diandalkan karena para petani

mempunyai tanah yang sangat terbatas untuk dapat dijadikan jaminan hutang. Pand (gadai) juga

tidak dapat diandalakan, para petani tidak menyerahkan barang-barangnya untuk digadaikan

karena dibutuhkan untuk proses produksi pertanian. Ternyata perkembangan kebutuhan

1
perekonomian lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan hukum di bidang perkreditan dan

jaminan.

Konsekuensi dari stagnannya sektor hukum perkreditan dan jaminan tersebut telah

melahirkan upaya-upaya untuk mencari jalan secara yuridis. Belanda mulai menghidupkan

kembali bentuk pengalihan hak milik atas dasar kepercayaan untuk barang-barang bergerak

sebagaimana telah di praktikan secara klasik di zaman romawi, yaitu Fidusia Cum Creditore.

Setelah fidusia klasik tersebut terus berkembang, maka diakuilah lembaga Fidusia tersebut oleh

yurisprudensi lewat putusan pertamanya tentang fidusia pada tanggal 25 Januari 1929 yang

popular dengan nama Bier Brouwerij Arres.Putusan Bier Brouwerij Arreat ini adalah mengenai

kasus dimana seorang penjual bir yang ingin menggunakan isi kedai penjual minuman keras

miliknya sebagai jaminan hutang, tetapi tidak dapat menyerahkan barang-barang tersebut sebab

masih diperlukan oleh debitur untuk terus menjalani bisnisnya, dan untuk maksud tersebut

digunakan hukum fidusia. Putusan Bier Brouwerij Arreat mengakui Jaminan Fidusia dengan

pertimbangan sebagai berikut:

• Perjanjian Fidusia tidak bertentangan dengan aturan gadai, karena maksudnya para pihak

tersebut bukanlah untuk melakukan pengikatan gadai.

• Perjanjian Fidusia tidak bertentangan dengan paritas creditorium, karena perjanjian tersebut

mengenai barang-barang milik Heineken (kreditur), bukan barang milik Bos (debitur).

• Perjanjian Fiduusia tidak bertentangan dengan asas kepatutan.

• Perjanjian Fidusia tidak merupakan penyelundupan hukum yang tidak diperbolehkan.

Jaminan Fidusia semula hanya dipandang sebelah mata oleh sektor hukum. Fidusia lahir dan

berkembang oleh yurisprudensi, tanpa ada peraturan khusus yang mengaturnya. Namun di dalam

perkembangan praktik jaminan kebendaan bermotor, jaminan kebendaan yang ada sebelumnya

2
tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Kemudian diterbitkanlah Undang-Undang No 42

tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang dikenal dengan UUJF. Lembaga fidusia lahir di

Indonesia berdasarkan Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 (BPM-Clynet Arrest). Lahirnya

arrest ini dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha

kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas kredit untuk

usahanya. Lembaga pand (gadai) dan hipotik tidak mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan yang

mendesak tersebut, karena mengandung banyak kekurangan, dan tidak dapat mengikuti

perkembangan masyarakat. Kelemahan dan kekurangan dari ketentuan sebelumnya yang akan

ditutupi oleh jaminan fidusia adalah sebagai berikut:

• Terhadap benda bergerak, maka lembaga gadai mengharuskan penyerahan fisik dari benda

tersebut, sementara dalam praktiknya ada juga kebutuhan agar penyerahan fisik tidak

dilakukan.

• Tidak semua benda tidak bergerak dapat dibebani dengan hipotik atau hak tanggungan.

Hipotik versi Undang-Undang Pokok Agraria tidak memberikan kemungkinan hipotik untuk

hak pakai atas tanah.

Undang-undang ini dibentuk karena memang dibutuhkan ketentuan hukum yang jelas dan

lengkap mengenai lembaga Jaminan Fidusia yang semakin populer dalam dunia bisnis, juga

untuk memenuhi kebutuhan hukum untuk memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin

kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang

berkepentingan. Pengertian tentang jaminan fidusia terdapat di Pasal 1 angka (2) Undang-

Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu Jaminan Fidusia adalah hak jaminan

atas benda yang bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak

bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud

3
dalam Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta benda-

benda yang berkaitan dengan tanah yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai

agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada pemberi

fidusia terhadap kreditur lainnya. Terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar setelah di

undangkannya UUJF, yaitu mengenai pendaftaran. Sebelum terbitnya UUJF, masalah

pendaftaran jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi dalam

prosedur Jaminan Fidusia, tetapi setelah keluarnya UUJF masalah pendaftaran menjadi sangat

penting. Pendaftaran jaminan fidusia memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak

terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia. Selain itu, Pendaftaran Jaminan

Fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.

Pengertian tentang asas publisitas dalam jaminan kebendaan yaitu bahwa semua hak, baik hak

tanggungan, hak fidusia, dan hipotik harus didaftarkan, dengan maksud agar kreditur atau

khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses untuk mengetahui informasi-informasi

penting di sekitar Jaminan Fidusia tersebut.Asas publisitas sangatlah penting untuk dipenuhi

dalam jaminan-jaminan, terutama bagi jaminan yang fisik objek jaminannya tidak diserahkan

kepada kreditur, seperti jaminan Fidusia. Asas Publisitas dalam jaminan fidusia tertuang pada

Pasal 11 dan Pasal 18 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Semakin terpublikasi jaminan hutang

maka akan semakin baik, hal ini dimaksudkan agar pihak debitur tidak dapat mengelabuhi pihak

kreditur atau calon kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual benda objek

jaminan fidusia tanpa sepengetahuan kreditur.

Jaminan fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang pengajuan pendaftaranya

diajukan oleh Penerima Fidusia dengan memperhatiakan syarat-syarat sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 13 UUJF dan apabila permohonan pendaftran tersebut dikabulkan, maka sertifikat

4
Jaminan Fidusia diberikan kepada Penerima fidusia yang dalam sertifikatnya memakai irah-irah “

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” yang tanggalnya

sama dengan tanggal diterimanya permohonan pendaftaran fidusia (registration of titles). dalam

penjelasan Pasal 8 UUJF Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima Fidusia

atau Kepada Kuasa atau wakil dan Penerima Fidusia tersebut, akan tetapi jaminan fidusia ulang

tidaklah diperbolehkan, artinya pemberi fidusia tidak boleh menjaminkan lagi objek jaminan fidusia

untuk jaminan fidusia. Larang tersebut diatur dalam Pasal 17 UUJF.

Berdasarkan hal tersebut, Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia bersedia

mengembangkan hak milik barang yang telah diserahkan setelah hutang pemberi fidusia

terlunasi. Pihak penerima fidusia juga mempunyai kepercayaan bahwa pemberi fidusia tidak

akan menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaan pemberi fidusia. Penerima

fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalian pemberi fidusia

sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda objek jaminan fidusia. Hak penerima

fidusia untuk mengeksekusi benda jaminan baru ada jika ada wanprestasi dari pihak pemberi

fidusia. Secara umum dikenal sebagai istilah jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas benda

bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya

bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan

pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya ( vide Pasal 1 angka 2

Undang-Undang jaminan Fidusia).

Bahwa adanya Undang-Undang Jaminan Fidusia dimaksudkan untuk menampung

kebutuhan masyarakat yang terus berkembang mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai

salah satu saran untuk membnatu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum dan

5
kemudahan kepada para pihak yang berkepentingan atau yang menggunakannya. Bagi pemberi

fidusia diberi hak untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan berdasarkan

kepercayaan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman. Sedangkan bagi

penerima fidusia memperoleh jaminan kepastian dan perlindungan hukum atas objek jaminan

yang telah terdaftar dalam bentuk sertifikat fidusia yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Perjanjian

fidusia bersifat accesoir karena perjanjian fidusia merupakan pelengkap dari perjanjian utang

piutang.

Seperti dalam kasus perkara nomor 18/PUU-XVII/2019

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan, maka sangat penting dan menarik
bagi penulis untuk mengkaji isu hukum yang ada dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul
‘’ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN FIDUSIA AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 18/PU-XVII/2019 ) ’’

B. Rumusan Masalah

Permasalahan merupakan suatu pernyataan yang menunjukan adanya jarak antara harapan

dengan kenyataan, antara rencana dengan pelaksanaan.Berdasarkan paparan yang telah

dikemukakan di uatas, untuk memudahkan pembahasan maka yang diajukan menjadi

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

• Apa Yang Menjadi Kendala Terhadap Esekutorial Jaminan Fiducia Akibat Wanprestasi ?

• Bagaimana Analisa Hukum Terhadap Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap

Esekusi Jaminan Fiducia Akibat Wanprestasi ?

C. Tinjauan Penelitian

Adapun berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, tinjauan penelitian ini adalah:

6
• Untuk mengetahui/meneliti Kendala Terhadap Esekutorial Jaminan Fiducia Akibat

Wanprestasi ?

• Untuk Mengetahui/meneliti Analisa Hukum Terhadap Implementasi Putusan Mahkamah

Konstitusi Terhadap Esekusi Jaminan Fiducia Akibat Wanprestasi

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat teoritis dan praktis.

Uraian mengenai kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran

bagi perkembangan ilmu hukum perdata, khususnya dalam hal lembaga pembiayan dan

hukum jaminan.

• Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai hukum lembaga pembiayaan dan

hukum jaminan di Indonesia, khususnya tentang pendaftaran, biaya akta serta akibat

hukum dari jaminan fidusia.

• Menambah pengetahuan memberikan informasi dan sumbangan pemikiran mengenai

hukum lembaga pembiayaan dan hukum jaminan khususnya jaminan fidusia yang

sebelumnya belum kita mengerti.

• Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat akademis bagi penulis untuk mendapatkan

gelar Sarjana Hukum dan menyelesaikan pendidikan (S1) di Fakultas Hukum Universitas

Pamulang (UNPAM)

7
E. Kerangka Teori

Dalam pembahasan bab ini akan diuraikan beberapa konsep berkenaan dengan beberapa

istilah yang seringkali digunakan. Peneliti akan mencoba memberikan kerangka konseptual

dalam rangka menyederhanakan pemahaman terhadap penelitian ini berupa:

Teori Jaminan Fidusia

Menurut Ratu Resmiati, agar sahnya peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia

ini haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Terdapat perjanjian yang bersifat zakelijk;

b. Adanya titik untuk satu peralihan hak;

c. Adanya kewenangan untuk menguasai benda dari orang yang menyerahkan benda;

d. Cara tertentu untuk penyerahan, yakni dengan cara constitutumprossessorium bagi benda

bergerak yang berwujud, ini berarti pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda dengan

melanjutkan penguasaan atas benda tersebut dimaksudkan untuk kepentingan penerima

fidusia atau dengan cara cessie untuk piutang.

menurut pendapat Munir Fuady ada 4 (empat) prinsip utama dari jaminan fidusia, yaitu:

1. Bahwa secara riil pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang saja, bukan

sebagai pemilik sebenarnya;

2. Hak pemegang fidusia untuk eksekusi barang jaminan baru ada jika wanprestasi dari pihak

debitur;

3. Apabila hutang sudah dilunasi, maka hak obyek jaminan fidusia harus dikembalikan

kepada pihak pemberi fidusia.

8
4. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka sisa hasil

penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.

Menurut M. Yahya Harahap, ada beberapa prinsip hukum dalam UU No. 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia, yaitu :

a. Asas spesialitas atas fixed loan bermakna Benda objek jaminan fidusia sebagai agunan

bagi pelunasan utang tertentu, dengan demikian harus jelas dan tertentu serta pasti jumlah

utang debiturnya.

b. Assesor bermakna jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yakni

perjanjian utang, dengan demikian keabsahan perjanjian jaminan fidusia tergantung pada

keabsahan perjanjian pokok, penghapusan benda obyek jaminan fidusia tergantung pada

hapusnya perjanjian pokok.

c. Asas hak Preferen bermakna memberi kedudukan hak yang dilakukan kepada penerima

fidusia (kreditur) terhadap kreditur lainnya, hak didahulukan tersebut tidak hapus karena

adanya kepailitan dan atau likuidasi.

d. Yang memberi fidusia harus pemilik benda itu sendiri, jika benda tersebut milik pihak

ketiga makan pengikatan jaminan fidusia tidak boIeh dengan kuasa subsitusi tetapi harus

langsung pemilik pihak ketiga yang bersangkutan.

e. Dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima atau wakiI penerima fidusia Ketentuan ini

dimaksudkan dalam rangka pembiayaan kredit konsorsium.

f. Larangan melakukan fidusia ulang terhadap obyek jaminan fidusia yang sudah terdaftar

Apabila obyek jaminan fidusia sudah terdaftar berarti obyek jaminan fidusia telah beralih

9
kepada penerima fidusia, oleh karena itu pemberian fidusia ulang merugikan kepentingan

penerima fidusia.

g. Asas droit de suite bermakna bahwa Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi

obyek jaminan fidusia dalam tangan jaminan siapapun benda itu berada, kecuali pengalihan

hak atas piutang (cessie) dan terhadap benda persediaan

Menurut penulis Jaminan fidusia berdasarkan unsur unsur dari 3 pendapat ahli yakni suatu

perjanjian jaminan yang didaftarkan,mengikat untuk menjaga persamaann hak yang telah

diperjanjikan, disepakati serta sesuai dengan tatacara peraturan maupun perundang-undangan

yang ada

________________________

Menurut Ratu Resmiati, agar sahnya peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia ini haruslah memenuhi syarat-syarat, menurut
pendapat Munir Fuady ada 4 (empat) prinsip utama dari jaminan fidusia, Menurut M. Yahya Harahap, ada beberapa prinsip hukum dalam UU
No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

10
F. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti, YAITU penelitian

tentang“ANALISIS IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH

KONSTITUSI TENTANG ESEKUSI JAMINAN FIDUSIA AKIBAT WANPRESRTASI"(

Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 18/PU-XVII/2019 ) Dilakukan oleh

sejumlah kalangan, namun penelitian-penelitian tersebut memiliki Perbedaan fokus

penelitian dengan skripsi peneliti. Adapun sejumlah penelitan Yang ditemukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

“Analisis Implementasi Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang

Esekusi Jaminan Fidusia Akibat Wanpresrtasi”( Studi Kasus Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor : 18/PU-XVII/2019 ) Skripsi ini ditulis oleh Kristianto,Ilmu Hukum,

Universitas Pamulang dan Skripsi ini membahas mengenai Kekuatan eksekutorial yang

terdapat pada sertifikat Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 tentang Jaminan Fidusia. Adapun perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian

yang Akan dilakukan peneliti adalah bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah pada

pelaksanaan Putusan MK Nomor 18/PUUXVII/2019. Sehingga, hal yang peneliti bahas

dalam skripsi ini adalah Kekuatan eksekutorial yang dimiliki sertifikat jaminan fidusia pasca

Diputusnya putusan tersebut serta sudah dapat atau belumkah efektivitas hukum normatif

dan didukung dengan penelitian hukum empiris. Data yang digunakan adalah data primer

dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer,

sekunder dan tersier dalam pelaksanaan putusan MK Nomor 18/PUUXVII/2019.

1. Skripsi Vileza Aldyan, “Eksekusi Jaminan Fidusia Akibat Kredit Macet (Kajian

Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan

11
Fidusia”35Skripsi ini ditulis oleh Vileza Aldyan, Fakultas Hukum, Universitas Jember pada

2012 lalu. Skripsi ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan Dengan pelaksanaan eksekusi

obyek fidusia berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Jaminan Fidusia.

Adapun perbedaannya Dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa peneliti melakukan

penelitian Dengan berfokus pada pelaksanaan eksekusi obyek fidusia berdasarkan Putusan

MK Nomor 18/PUU-XVII/2019.

2. Skripsi Ahmad Wahyudi, UIN Syarif Hidayatullah, 2014 “Analisis Hukum

Terhadap Kekuatan Eksekutorial Sertipikat Jaminan Fidusia (Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia)”Skripsi ini membahas

mengenai kekuatan eksekutorial yang terdapat pada sertifikat Jaminan Fidusia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan

(library research) atau studi dokumen yang bersifat yuridis normatif Adapun

perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah

bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah efektivitas hukum pada pelaksanaan

Putusan MK Nomor 18/PUUXVII/2019

• Skripsi HARUM MUDRIKAH MAHSUN Universitas INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGERI POOROGO 2020 “ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MK NO.18/PUU-

XVII/2019 TENTANG CIDERA JANJI DALAM PERJANJIAN FIDUSIA” Bagaimana

analisis yuridis terhadap putusan MK No.18/PUU-XVII/2019 tentang cidera janji dalam

perjanjian fidusia? Bagaimana implikasi yuridis terhadap Putusan MK No.18/PUU-

XVII/2019 tentang cidera janji dalam perjanjian fidusia? Jenis penelitian yang digunakan

penulis adalah penelitian kepustakaan yang bersifat studi literatur (library research) dengan

12
jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah

teknik dokumentasi dan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis Normatif, Adapun perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah bahwa fokus peneliti dalam hal ini adalah efektivitas hukum pada

pelaksanaan Putusan MK Nomor 18/PUUXVII/2019

_______________________
Skripsi Vileza Aldyan, “Eksekusi Jaminan Fidusia Akibat Kredit Macet (Kajian Peraturan Kapolri
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia”35,, Skripsi Harum Mudrikah
Mahsun Universitas Institut agama Islam negeri Ponorogo 2020 “ANALISIS Yuridis Putusan MK
NO.18/PUU-XVII/2019 tentang cidera janji dalam perjanjian fidusia”Skripsi Harum Mudrikah
Mahsun Universitas Institut Agama Islam Negeri Ponorogo 2020 “Analisis Yuridis Putusan MK
NO.18/PUU-XVII/2019 Tentang Cidera Janji Dalam Perjanjian Fidusia”

G. Sistematika Penelitian

Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan penelitian

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang,Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Orisinalitas Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Implementasi, Tujuan Implementasi, Tata cara implementasi eksekusi jaminan

fidusia, Kendala implementasi eksekusi jaminan fidusia

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan Jenis Penelitian, Spesifikasi Penelitian, Sumber dan Jenis Data,

Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN

13
Pada bab ini diuraikan Hasil dan Pembahasan Masalah I, Hasil dan Pembahasan Masalah II

BAB V PENUTUP

Pada bab ini diuraikan Kesimpulan dan Saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi

Implementasi ialah suatu kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu kepada

aturan tertentu untuk mencapai tujuan suatu kegiatan. Intinya, implementasi dapat dilakukan bila

sudah terdapat rencana atau konsep acara yang hendak dilakukan dari rencana tersebut

diharapkan mencapai tujuan secara maksimal dan tidak mengecewakan orang-orang yang sudah

menantikannya.

B. Tujuan Implementasi

Tujuan dari implementasi adalah untuk menerapkan dan mewujudkan rencana yang telah

disusun menjadi bentuk nyata. Hal itu karena dalam menyusun suatu rencana disusun pula

tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian, implementasi secara praktis bisa dikatakan

sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuan terkait secara teknis juga berarti menguji penerapan

kebijakan yang tertuang dalam rencana-rencana yang telah disusun.

_________________________

https://www.suara.com › ... › nasional Hasil web Apa itu Implementasi? Tujuan dan Contoh
Penerapannya - Suara.com

14
C. Tata cara implementasi eksekusi jaminan fidusia

1. Melaksanaan titel eksekutorial;

Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima

fidusia; penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan

penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan

para pihak

2. Menjual atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum;

Lelang Hak Tanggungan adalah lelang untuk melaksanakan Pasal 6 UUHT yaitu, “Apabila

debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek

Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

3. Penjualan di bawah tangan.

Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima

fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para

pihak.

D. Kendala implementasi eksekusi jaminan fidusia

Dalam praktek eksekusi barang jaminan fiducia mengalami hambatan yaitu adanya

keberatan dari debitur karena merasa tidak ingkar janji, barang jaminan yang akan dieksekusi

tidak diketemukan atau tidak utuh dan ada perlawanan dari pihak ketiga yang merasa

mempunyai hak atas barang jaminan fiducia.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas, Penelitian ini merupakan

penelitian hukum , YANG DILAKSANAKAN DENGAN MELAKUKAN PENDEKATAN

YURIDIS NOORMATIF maka penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif.

Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder belaka.

B. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil temuan

terhadap objek penelitian yang berkaitan dengan perundang-undangan. Sebagimana pendapat

Peter Mahmud Marzuki bahwa penelitian untuk praktik hukum tidak dapat melepaskan diri dari

pendekatan

perundang-undangan. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk

pemecahan permasalahan yang ada pada masa sekarang sehingga dengan menggunakan metode

deskriptif diharapkan mendapatkan hasil penelitian secara terperinci dan teliti.

C. Sumber dan Jenis Data

Penelitian yuridis normatif sebagaimana tersebut diatas merupakan penelitian dengan

melakukan analisis terhadap permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-

asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan yang ada di indonesia dan menggunakan jenis data dari bahan pustaka yang lazimnya

dinamakan data sekunder merupakan data yang umumnya telah dalam keadaan siap terbuat

16
(ready made). Adapun sumber data berupa data sekunder yang biasa digunakan dalam penelitian

hukum normatif terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier.

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif berupa peraturan

perundang-undangan (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 141). Peraturan perundang-undangan yang

digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang memiliki kaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum / doktrin/ teori-teori yang

diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun website yang terkait

dengan penelitian. Bahan hukum sekunder pada dasarnya digunakan untuk memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Dengan adanya bahan hukum sekunder maka peneliti

akan terbantu untuk memahami/menganalisis bahan hukum primer.

Termasuk pula dalam bahan hukum sekunder adalah wawancara dengan narasumber. Pada

penelitian hukum normatif, wawancara dengan

narasumber dapat dilakukan dan digunakan sebagai salah satu data sekunder yang termasuk

sebagai bahan hukum sekunder. Hal tersebut karena wawancara dengan narasumber digunakan

sebagai pendukung untuk memperjelas bahan hukum primer.

3. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan dan petunjuk

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Biasanya bahan hukum tersier

17
diperoleh dari kamus hukum, kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris, dan sebagainya

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitain ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu : studi kepustakaan,

atau studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang

diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian dan

dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan, wawancara

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap

buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin

dipecahkan (Nazir:1988).

2. Studi Dokumen

Menurut Sugiyono pengertian Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

_________________

https://www.google.com/amp/s/ngobrolinhukum.wordpress.com/2014/08/09/data-sekunder-dalam-
penelitian-hukum-normatif/amp/

3. Wawancara

Wawancara atau interviu adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk memperoleh informasi.

Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual,

atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam penelitian penulis dan kajian

pengamatan.

18
D. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisa melalui pendekatan secara analisis

kualitatif, yaitu dengan mengadakan pengamatan data-data yanhg diperoleh dan menghubungkan

tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang

terkait dengan permasalahan yang diteliti dengan logika induktif. Yakni berpikir dari hal yang

khusus menuju hal yang umum, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan

konstruksi hukum dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga

dapat ditarik kesimpulan dengan metode deduktif yang menghasilkan suatu kesimpulan yang

bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan penelitian.

------------------------------------------------

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan Singkat,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm 13 ,BAB III Metode Penelitian Menurut Sugiyono (Nazir:1988

19
BAB IV

Tindakan yang dilakukan lembaga pembiayaan konsumen yang melakukan fidusia dibawah

tangan dalam menghadapi konsumen yang wanprestasi ditinjau dari uu fidusia

A. Pembahasan Masalah I

Kemudahan yang diberikan oleh pihak lembaga pembiayaan dalam memberikan cicilan

terhadap pembelian kendaraan bermotor saat ini, bukanlah suatu hal yang dianggap baik

terhadap kondisi masyarakat Indonesia. Mengingat dampak yang terjadi dari adanya kemudahan

tersebut adalah semakin meningkatnya pula tingkat konsumtif masyarakat Indonesia dalam hal

yang dianggap bukan kebutuhan primer melainkan sekunder atau barang mewah.Tingkat

konsumtif yang tinggi pun menjadi suatu hal yang beriringan dengan seiring meningkatnya pula

harga – harga yang menjadi bahan pokok utama yang dibutuhkan masyarakat..Perlu diketahui

bahwa dalam setiap pengambialn motor melalui lembaga pembiayaan konsumen , pasti

setelahnya akan diadakannya suatu pejanjian antara kedua belah pihak supaya teratur antara hak

dan kewajiban yang harus diterima dan dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut .

Dalam hal ini perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian lembaga pembiayaan kendaraan

bermotor yang dilakukan antara 2 subjek yaitu pihak lembaga pembiayaan atau yang dalam

perjanjian tersebut disebut sebagai kreditur dengan pihak orang yang mengambil cicilan

kendaraan bermotor yang disebut sebagai debitur, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rilda

Murniati telah merinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen

yaitu sebagai berikut :3ll“ Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum

pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen (debitur)

dan penyedia barang (pemasok/supplier) “Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor yang biasa

dilakukan selama ini , sudah dapat dipastikan bahwa di dalam perjanjian tersebut akan mermuat

20
suatu klausul yang berisikan mengenai jaminan fidusia atas kendaraan bermotor tersebut, sebagai

salah satu perlindungan terhadap para lembaga pembiayaan konsumen , jika suatu saat pihak

debitur tidak menjalankan kewajibannya yaitu membayar cicilan kendaraan bermotor tersebut

sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian kedua belah pihak tersebut. Penggunaan klausul

baku tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak positif dan negatifnya, karena dalam

perjanjian yang di dalamnya mencakup adanya jaminan fidusia haruslah dibuat dihadapan

notaries sehingga akan dikeluarkan suatu akta notaris yang harus di daftarakan ke kantor janiman

fidusia yaitu di Kementerian Hukum dan HAM.

B. PEMBAHASAN MASALAH II

Adanya pendaftaran tersebut sebenarnya mempermudah pihak lembaga pembiayaan pada saat

debitur tidak menjalankan kewajibannya seperti membayar cicilan kendaraan bermotor dengan

tepat waktu. Adapun dalam hal ini tahan – tahapan tersebut diatur di dalam Undang - Undang

No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menjelaskan bahwa :“ Tahapan-tahapan

pembebanan jaminan fidusia secara garis besar terbagi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu :

a. Tahap Pertama, dimulai dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau

perjanjian hutang.Tahapan ini merupakan perwujudan dari sifat jaminan fidusia yang bersifat

accesoir, yang berarti pembebanan jaminan fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya.

Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dikatakan bahwa

jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan

kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi.4

b. Tahap Kedua, pembebanan benda dengan jaminan fidusia. Dalam Pasal 5 Ayat (1)Undang-

Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa :“Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat

dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.” Akta notaris

21
tersebut merupakan Akta Jaminan Fidusia yang didalamnya mencantumkan hari, tanggal dan

waktu pembuatan akta tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai