Anda di halaman 1dari 28

PROSPEK PENGATURAN HUKUM ATAS TRANSAKASI

PELAYANAN GO-JEK DIHUBUNGKAN DENGAN


PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA LAYANAN GO-
JEK BEERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG –
UNDANGAN DI INDONESIA

MINI SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah logika hukum

Disusun Oleh :
PARDOMUAN SITUMORANG

NPM :

214301130

Dosen Pengampu :

Dr. A. Widiada Gunakaya SA., S.H., M.H.

Adwi Mulyana Hadi, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI S-1 HUKUM


FAKULTAS HUKUM
SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.....................................................................................................................6
A. Latar Belakang......................................................................................................................6
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................................7
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................8
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................................8
E Kerangka Pemikiran...........................................................................................................8
F. Metode Penelitian..............................................................................................................9
G. Sistematika Penulisan......................................................................................................10
BAB II......................................................................................................................................11
TINJAUAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUM, TRANSAKASI UMUM DAN
LAYANAN ANGKUTAN UMUM........................................................................................11
A. Sejarah Awal dan perkembangan Alat Transportasi Ojek/Ojeg Di Indonesia................11
1. Sejarah istilah kata Ojek/Ojeg......................................................................................11
2. Latar belakang enyediaan jasa Ojek/ojeg di Indonesia................................................11
3. Alat kendaraan Tranportasi pertama kali yang digunakan Oleh tukang Ojek dan Ojeg
..........................................................................................................................................11
4. Teknologi yang Menembus Ojek.................................................................................12
B. Pengaturan Alat Transportasi Di Indonsia......................................................................12
1. Pengertian alat transportasi angkutan umum...........................................................12
2. Fungsi dan Manfaat alat transportasi angkutan umum............................................12
3. Jenis-jenis alat transportasi angkatan umum............................................................13
4. Klasifikasi alat transportasi angkatan umum...........................................................14
BAB III....................................................................................................................................15
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA ALAT
TRANSPORTASI UMUM DARAT, LAUT DAN UDARA..................................................15
A. Kepastian Hukum Terhadap Alat Transportasi Angkutan Umum Pada Saat Ini............15
B. Perlindungan Hukum Penyedia Layanan Alat Transportasi Angkutan Umum
Berdasarkan Peraturan Perundang – undangan Di Indonesia..............................................16
1. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum
Dagang.............................................................................................................................16
2. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasarkan Kitab Undang – undang Hukum
Perdata..............................................................................................................................17
3. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasrkan Undang – Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Selanjutnya Disingkat UU LLAJ).......17
C. Perlindungan Hukum Dan Persamaan Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Sebagai
Konsumen Terhadap Alat Transportasi Umum Angkatan Darat, Laut Dan Udara.............17
BAB IV....................................................................................................................................19
PEMBAHASAN DAN ANALISA..........................................................................................19
A. Pengaturan Hukum Atas Transaksi Layanan GO-JEK...................................................19
1. Permasalahan dalam Transaksi Layanan GO-JEK..................................................19
2. Pengaturan Kendaraan Berupa Sepeda Motor Sebagai Angkutan Umum...............20
3. Perlunya Pengaturan Hukum Legalitas GO-JEK.....................................................20
B. Perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO – JEK Di Indonesia...21
1. Perlindungan Hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jas GO – JEK di tinjau dari
peraturan perundang-undangan di indonesia...................................................................21
BAB V......................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Kesimpulan.....................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini skripsi yang berjudul :
“PROSPEK PENGATURAN HUKUM ATAS TRANSAKASI PELAYANAN
GO-JEK DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
PENYEDIA LAYANAN GO-JEK BEERDASARKAN KETENTUAN
PERUNDANG – UNDANGAN DI INDONESIA.’’

Skripsi ini berkaitan dengan alat transportasi roda dua yang saat ini sudah menjadi
alternatif alat transportasi umum oleh sebagaian orang karena alat transportasi umum yang
ada pada saat ini dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. PT. GO-JEK
INDONESIA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri transportasi
ojek, akan tetapi keberadaan GO-JEK saat ini memiliki masalah dalam hal legalitas Secara
normatif belum terdapat aturan hukum yang mengatur tentang keberadaan GO-JEK maupun
Ojek tersebut. Skripsi ini membahas mengenai prospek hukum pengaturan hukum atas
transaksi layanan GO- JEK dan perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa
GO-JEK di Indonesia.

Terwujudnya penulisan seminar usulan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang mendukung:

1. Yang Terhormat Bapa Dr. A. Widiada Gunakaya SA., S.H., M.H. selaku Dekan
Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Hukum Bandung dan selaku Dosen Pembimbing
kesatu yang telah memberikan bimbingan, nasehat, petunjuk, dan sarana, sehingga
penulisan ini dapat penulis selesaikan.

2. Yang Terhormat Bapa Adwi Mulyana Hadi, S.H., M.H.selaku pembimbing kedua,
yang telah membantu penulis dalam pembuatan Usulan Penelitian ini yang telah
banyak memberikan pengetahuan dan berbagai ilmu serta wawasan selama penulis
melakukan bimbingan sekaligus dosen wali yang selalu mengajarkan dan
membimbing serta memberikan arahan selama penulis berada di fakultas hukum
Sekolah Tinggi Hukum Bandung.

3. Keluarga penulis ayahanda dan ibunda tercinta, serta kakak dan adik yang telah
memberikan doa dan dukungan bagi penulis hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan usulan Penelitian ini :

4. Teman-teman penulis: Gerhana, Susilo Adi, Alessandro, Binsar Dastin, Reynaldi dan
lainnya, yang telah memberikan dukungan moral hingga penulis menyelesaikan
Usulan Penelitian ini;

Akhimya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis pada Usulan Penelitian ini, Semoga kebaikan yang telah diberikan
dibalas setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga Usulan Penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti bagi pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga Usulan
Penelitian ini dapat berguna dimasa yang akan datang.

Bandung,5 November 2023

Pardomuan Situmorang
PROSPEK PENGATURAN HUKUM ATAS TRANSAKSI PELAYANAN GO- JEK
DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA
LAYANAN GO-JEK DAN PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

ABSTRAK

Angkutan umum merupakan hak sosial masyarakat dan bentuk pelayanan serta
fasilitas yang diberikan oleh negara untuk mendukung mobilitas masyarakat bagi pemerintah
Keterbatasan sarana angkutan umum bagi sebagian besar masyarakat menjadi salah satu
permasalahan utama pada bidang transportasi Sepeda motor (Ojek) hadir sebagai salah satu
alternatif angkutan umum yang bisa digunakan oleh masyarakat terlebih pada saat ini
masyarakat lebih dimudahkan untuk dapat melakukan segala aktivitas dan kegiatannya
dengan kehadiran GO-JEK (Ojek Online) yang dapat diakses melalui aplikasi telepon
genggam, namun keberadaan Ojek atau GO-JEK tidak diatur oleh Undang-Undang sebagai
angkutan umum sehingga transaksi pelayanan Ojek atau GO-JEK masih dipertanyakan
keabsahannya, oleh sebab itu keberadaannya perlu diatur secara tertulis dalam bentuk
Perundang- Undangan.

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan konseptual


sehingga dalam penulisan ini penulis merujuk kepada prinsip-prinsip hukum, prinsip ini
dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan sarjana ataupun doktrin-doktrin hukum,
meskipun tidak secara eksplisit, konsep dapat juga ditemukan di dalam undang-undang yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta sumber
hukum sekunder berupa bahan hukum primer antara lain buku-buku yang berkaitan dengan
angkutan jalan. Data-data dianalisis secara kualitatif dan dengan polu pikir logika deduktif
yaitu menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang
bersifat umum

Keberadaan sepeda motor sebagai angkutan umum belum memenuhi syarat


kendaraan angkutan umum, sistem operasional kendaraan angkutan umum dan tidak
memiliki kepastian hukum yang jelas. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membuat
suatu Undang-Undang yang mengatur tentang Ojek atau GO-JEK sebagai angkutan umum
guna suatu bentuk perlindungan hukum untuk melindungi hak dan kewajiban serta dapat
beroperasi dan bertransaksi secara legal.

Kata kunci: GO-JEK, angkutan umum, perlindungan hukum


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 perubahan ketiga


dijelaskan bahwa Pasal 1 ayat (3) bahwa "Negara Indonesia adalah Negara Hukum Hukum
yang berlaku di Indonesi merupakan suatu sistem yang masing-masing bagian atau kompoom
saling berhubungan dalam arti saling memengaruhi dan saling melengkapi untuk mencapai
tujuan tertentu, yaitu ketertiban dan keteraturan manusia dalam masyarakat. 1 Selain bajuan
tersebut Indonesia sebagai negara hukum juga memiliki tujuan untuk memajukan
kesejahteraan umum terhadap masyarakatnya.

Kesejahteraan umum tersebut berkaitan dengan berbagai aspek yang terdapat di


dalam masyarakat baik itu merupakan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya untuk
memenuhi kebutuhan hubungan sosial tersebut secara lebih baik, maka sistem transportasi
menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya berupa

1. Pelayanan untuk perorangan ataupun kelompok

2 Pertukaran/penyampaian informasi

3. Perjalanan rekreatif

4. Perluasan jangkauan perjalanan sosial

5. Pemendekan jarak, baik antara rumah dengan pusat kegiatan yang lainnya Perluasan
kawasan pusat kota ke daerah pinggiran untuk pemencaran pemukiman yang penduduknya
masih sedikit.2

Ojek sudah menjadi alat transportasi favorit bagi sebagian masyarakat dibanding
dengan alat transportasi angkutan umum kendaraan roda empat lainnya karena ojek mampu
melewati kawasan-kawasan yang tidak bisa dilalui oleh angkutan umum kendaraan roda
empat lain nya seperti gang-gang dan jalan-jalan kecil terlebih ojek dianggap lebih cepat
karena dapat terhindar dari kemacetan

Dalam arus era globalisasi dan kecanggihan teknologi pada saat im harus dapat
dimanfaatkan keberadaannya karena sangat membantu dalam meringankan setiap pekerjaan
1
Muhammad Bakri,Pengantar Hukum Indonesia,Penerbit IKIP Malang, 1995, hlm,13
2
Joetata Hadihardja,dkk,Sistem Trabsportasi,Penerbit,Gunadarma,1997,hlm, 10
maupun kebutuhan masyarakat yang dibuat menjadi lebih praktis. Manfaat kecanggihan
teknolog pada saat ini bukan hanya membantu meringankan pekerjaan saja akan tetapi
kemanfaatan kecanggihan teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bisnis oleh
perusahaan Keberadaan ojek pada saat dijadikan peluang bisnis oleh pengusaha untuk
mendirikan suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan ojek dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membuat suatu aplikasi pada smartphone (Hand
Phone) yang diberi nama aplikasi GO- JEK.

Ojek sudah menjadi alat transportasi favorit bagi sebagian masyarakat dibanding
dengan alat transportasi angkutan umum kendaraan roda empat lainnya karena ojek mampu
melewati kawasan-kawasan yang tidak bisa dilalui oleh angkutan umum kendaraan roda
empat lain nya seperti gang-gang dan jalan-jalan kecil terlebih ojek dianggap lebih cepat
karena dapat terhindar dari kemacetan

Dalam arus era globalisasi dan kecanggihan teknologi pada saat im harus dapat
dimanfaatkan keberadaannya karena sangat membantu dalam meringankan setiap pekerjaan
maupun kebutuhan masyarakat yang dibuat menjadi lebih praktis. Manfaat kecanggihan
teknolog pada saat ini bukan hanya membantu meringankan pekerjaan saja akan tetapi
kemanfaatan kecanggihan teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bisnis oleh
perusahaan Keberadaan ojek pada saat dijadikan peluang bisnis oleh pengusaha untuk
mendirikan suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan ojek dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membuat suatu aplikasi pada smartphone (Hand
Phone) yang diberi nama aplikasi GO- JEK.

Keberadaan GO-JEK itu sendiri pada saat ini masih mengundang kontroversi. Bagi
sebagian orang GO-JEK dinilai sangat membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari
ditengah kemacetan lalu lintas dan kurangnya ketersediaan angkutan umum, namun bagi
sebagaian orang keberadaan GO- JEK dinilai merugikan karena dapat mengurangi
penghasilan sehari-harinya bagi masyarakat yang berprofesi didalam bidang angkutan umum
darat lainnya seperti mobil angkutan umum, bus, dan taksi. Disisi lain juga keberadaan GO-
JEK maupun Ojek memiliki masalah dalam hal legalitas. Secara normatif belum terdapat
aturan hukum yang mengatur tentang keberadaan GO-JEK maupun Ojek tersebut.

Penulis menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang disebutkan tersebut memiliki


sudut pandang dan objek penelitian yang berbeda dengan yang dilakukan penulis untuk
penelitian ini.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan tinjauan
secara normatif dan menguraikan pembahasan mengenai "PROSPEK PENGATURAN
HUKUM ATAS TRANSAKSI PELAYANAN GO-JEK DIHUBUNGKAN DENGAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA LAYANAN GO-JEK DAN
PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA"

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana seharusnya pengaturan hukum atas transaksi layanan GO- JEK?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO-JEK di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami seharusnya pengaturan hukum atas transaksi


layanan GO-JEK

2. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan
pengguna jasa GO-JEK di Indonesia

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diajukan untuk dapat memberikan


kontribusi terhadap ilmu hukum serta memberi pemahaman mengenai pengaturan
hukum atas transaksi GO-JEK dan perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan
pengguna jasa GO-JEK. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi peniliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran


bagi mereka penyedia jas GO-JEK dan pengguna jasa GO- JEK, agar tidak terjadi
penyimpangan serta pelanggaran perundang undangan yang berlaku di Indonesia

E Kerangka Pemikiran

Berangkat dari dasar filosofi penelitian ini dapat di dalam Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 1 ayat (3) bahwa: "Negara
Indonesia adalah Negars Hukum dengan kata lain segala sesuatu nya harus
didasarkan kepada anaran hukum yang berlaku di negara in Pada masa yunani kuno
pemikiran tentang negara hukum dikembangkan oth filsuf yanan kuno seperti Plato
das Aristoteles manguraikan bentuk-bentuk pemerintahan yang dapat
diselenggarakan, pemerintahan yang dibentuk melalui jalur kum, dan pemerintahan
yang terbentuk tidak melalui jalur hukum

Adaupun Asas Hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Asas Legalitas
2. Asas Transparan
3. Asas Akuntabel
4. Asas Berkelanjutan
5. Asas Partisifatif
6. Asas Bermanfaat
7. Asas Efisien
8. Asas Seimbang
9. Asas Terpadu
10. Asas Mandiri

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penulisan ini adalah pendekatan konseptual


(Conceptual Approach) sehingga dalam penulisan ini penulis merujuk kepada
prinsip-prinsip hukum, prinsip ini dapat ditemukan dalam pandangan pandangan
sarjana ataupun doktrin-doktrin hikum, meskipun tidak secara eksplisit, konsep dapat
juga ditemukan di dalam undang-undang Hanya saja dalam mengidentifikasi prinsip
tersebut. penulis harus terlebih dahulu memahami konsep tersebut melalui
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada.3

2. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dalam upaya mencari


datasekunder dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier.

1. Bahan Hukum Primer


2. Bahan Hukum Sekunder
3. Bahan Hukum Tersier

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh sumber hukum primer dalam


penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencari, menginventarisasi,
mengkaji dan melakukan penelusuran studi kepustakaan yang berhubungan dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang legalitas angkutan umum
khususnya GO-JEK.

4. Analisis Data

3
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum,, Jakarta; Pernada Media Group,2005,hlm,178
Untuk analisis bahan hukum, setiap bahan-bahan hukum yang diperoleh akan
saling dihubungkan dengan pokok masalah, kemudian diuraikan dan kemudian
disajikan kedalam bentuk tulisan ilmiah yang disusun secara sistematis mengikuti
alur sistematika pembahasan yang selanjutnya dapat memberikan jawaban atas
permasalahan terkait GO-JEK.4

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab, dan secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang


masalah , rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
pemikiran dan sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang diangkat penulis.

BAB III : Perlindungan hukum penyedia dan pengguna jasa alat transportasi unum
darat roda dua.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengaturan transaksi pelayanan GO-
JEK dihubungkan dengan perlindungan hukum bagi penyedia layanan GO-
JEK

BAB IV : Pembahasan dan Analisa

Pada bab ini akan menguraikan mengenai PROSPEK PENGATURAN


HUKUM ATAS TRANSAKSI PELAYANAN GO-JEK DIHUBUNGKAN
DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA LAYANAN
GO-JEK DAN PENGGUNA JASA GO-JEK BERDASARKAN
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB V : Penutup

Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dimana kesimpulan dan saran
merupakan jawaban atas Identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan
usulan yang operasional, konkrit, dan praktis serta merupakan
kesinambungan atas identifikasi masalah.

4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan
ke-11. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. hlm. 18
BAB II

TINJAUAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUM, TRANSAKASI UMUM


DAN LAYANAN ANGKUTAN UMUM

A. Sejarah Awal dan perkembangan Alat Transportasi Ojek/Ojeg Di Indonesia

1. Sejarah istilah kata Ojek/Ojeg

Sejak awal kemunculannya, ojek belum bernama ojek, ojeg, atau pun nama
yang lain. Mereka hanya orang yang menawarkan jasa mengantar dari pasar atau
pelabuhan ke rumah penumpang. Banyak yang bilang jika ojek berasal dari kata
objek. Menurut KBBI objek memiliki arti benda atau objek yang dibicarakan. Kala
itu, jasa angkut ini memang jadi buah bibir hingga populasinya kian meroket.

Kata objek lambat laun bertransformasi menjadi ngobjek. Kata ngobjek ini
diartikan mencari penghasilan. Sebagai contoh kita katakan: "Saya sedang ngobjek
dengan jualan baju" Artinya saya sedang cari uang dengan jual baju. Dari sinilah kata
ojek atau ngojek mulai digunakan secara luas.5

2. Latar belakang enyediaan jasa Ojek/ojeg di Indonesia

Ojek sepeda muncul pada 1970 di Pelabuhan Tanjung Priok Adanya larangan
terhadap bemo, becak, dan lain-lain masuk ke Pelabuhan Priok menyebabkan orang-
orang yang mempunyai sepeda mendapat kesempatan untuk menawarkan jasa-
jasanya

Ojek sepeda lalu menyebar ke Ancol, Kota, dan Harmoni. Jumlah pengojek
sepeda hampir 500 orang. Warga kota mengandalkan ojek sepeda untuk jarak tempuh
dekat dalam waktu cepat dengan ongkos lebihmurah ketimbang transportasi lain. Saat
ini ojek sepeda masih eksis, terutama di Kota.
3. Alat kendaraan Tranportasi pertama kali yang digunakan Oleh tukang Ojek dan
Ojeg

Awalnya ojek dilakukan dengan menggunakan sepeda kuno yang besar.


Sepeda ini tahan medan terjal dan kalau pun jatuh tidak akan rusak Sepeda ini
dianggap berkah bagi banyak orang hingga di Jakarta saja muncul 500 pengojek
5
http://boombastis.com/sejarah-ojek/45601, Adi Nugroho."Sejarah Ojek di Indonesia dari Zaman
Dahulu Hingga Sekarang", Pada tanggal 8 Desember 2015 Pukul 12.24 WIB
sepeda dalam waktu yang relatif singkat. Pelon tapi pasti ojek pun mengganti
kendaraannya Di Jawa Tengah, ojek mulai menggunakan sepeda motor buatan Jepang
yang punya mesin 90cc.6
4. Teknologi yang Menembus Ojek

Awalnya ojek dilarang karena bukan dianggap sebagai transportasi umum. Sebuah
mode transportasi umum harusnya mampu mengangkut banyak sekali orang. Contohnya bus,
bemo, atau kereta api. Di Jakarta, ojek pernah dilarang hingga polisi kerap melakukan razia.
Narman nyatanya kekuatan ojek tak bisa dijangkau oleh peraturan mana pun.

Apalagi di era serba digital ini ojek sudah mulai bertranformasi. Muncul sistem
pengelolaan ojek yang lebih modern. Kita bisa menggunakan ojek hanya dengan menekan
tombol di ponsel. Keberadaan ojek yang tidak akan bisa dilindas zaman dimanfaatkan oleh
sebagian orang untuk mencari untung. Akhirnya kita mengenal banyak sekali nama-nama
merk ojek yang jangkauannya nasional hingga daerah.7

B. Pengaturan Alat Transportasi Di Indonsia

1. Pengertian alat transportasi angkutan umum

Angkutan menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009


tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah pemindahan orang dan atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di Ruang Lalu
Lintas Jalan.

Angkutan umum, khususnya angkutan orang yang diatur dalam Keputusan


Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 yang telah diperbaharui menjadi
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 84 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum

2. Fungsi dan Manfaat alat transportasi angkutan umum

Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam


pengendalian lalu lintas, penghematan energi, dan pengembangan wilayah 8

Perangkutan9 mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam


6
Ibid
7
Ibid
8
Suwardjoko Warpani, merencanakan system perangkutan,Penerbit ITB Bandung,1990,hlm. 170
9
Perangkutan-Perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain menggunakan
mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan dan penghidupan,
baik dibidang ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan
negara. Perangkutan menyandang peran sebagai penunjang dan pemacu bila
angkutan dipandang dari sisi melayani dan meningkatkan pembangunan. Selain itu,
angkutan juga melayani dan mendorong berbagai kebutuhan lain, di sini angkutan
menyandang unsur produksi, karena keberadaan angkutan memang dibutuhkan. Di
sisi lain, peran sebagai pemicu disandang bila angkutan dipandang sebagai
pembangkit perkembangan. Dalam hal ini keberadaan perangkutan adalah "pelopor'
atau 'perintis' atau 'prasyarat terjadinya perkembangan dan pertumbuhan wilayah 10.

3. Jenis-jenis alat transportasi angkatan umum

Pasal 47 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan pada dijelaskan bahwa jenis dan fungsi kendaraan yaitu;

a. kendaraan terdiri atas;

1) Kendaraan bermotor

2) Kendaraan tidak bermotor

b. Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelompokan


berdasarkan jenis;

1) Sepeda motor,

2) Mobil penumpang,

3) Mobil bus;

4) Mobil barang dan

5) Kendaraan khusus.

c. Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d
dikelompokkan berdasarkan fungsi:

1) Kendaraan Bermotor perseorangan, dan

2) Kendaraan Bermotor Umum.

kendaraan
10
Suwardjoko Warpani, Pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan, Penerbit ITB Bandung, 2002, hlm.
13
4. Klasifikasi alat transportasi angkatan umum

Sampai saat ini alat transportasi umum terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu :

a. Transportasi Darat

Terminologi yang digunakan dalam penyajian data angkutan darat adalah sebagai
berikut : Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor
dan kendaraan tidak bermotor

1. Kendaraan Bermotor
2. Mobil Penumpang
3. Mobil Bus
4. Mobil barang
5. Sepeda Motor
6. Kereta Api

b. Transportasi Laut

Angkutan penumpang dan barang, jarak tempuh, kecepatan pergerakan dengan


menciptakan perahu motor, kapal laut dalam berbagai jenis, fungsi dan ukuran. Teknologi
propulsi juga berkembang dari dayung, kipas hingga turbin.

c. Transportasi Udara

Pesawat terbang, helicopter, hydrofoil dan jenis-jenis angkutan udara lainya


merupakan bukti hasil kerja keras manusia, bahkan kini manusia mampu mencapai bulan/luar
angkasa. Teknologi propulsi berkembang dari motor bakar, turbin/jet seperti: turbo-prop,
turbo-jet turbo-fun namjer, hingga mesin roket.
BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA


ALAT TRANSPORTASI UMUM DARAT, LAUT DAN UDARA

Dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasur 1945


Pasal 28 D ayat 1 Tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa "setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum" Mencermati hal tersebut maka jelas bahwasannya Negara wajib
memberikan perlindungan dan kepastian hukum dalam hal apapun termasuk perlindungan
dan kepastian hukum terhadap alat transportasi umum baik darat, laut dan udara Alat
transportasi umum merupakan hak sosial masyarakat dan bentuk pelayanan serta fasilitas
yang diberikan oleh negara untuk mendukung mobilitas masyarakat, dengan kata lain
terdapat Hak Asasi Manusia seperti yang diatur oleh UUD 1945 dan Hak sosial masyarakat
yang sudah seharusnya menjadi tanggungjawab negara untuk memberikan perlindungan
hukum dan kepastian hukum dalam bentuk tertulis atau Undang- Undang

A. Kepastian Hukum Terhadap Alat Transportasi Angkutan Umum Pada Saat Ini.

Salah satu tujuan dari pada perlindungan hukum tidak lain adalah mencapai kepastian
hukum. Selain kepastian hukum tentunya terdapat hal lain yang ingin dicapai yaitu keadilan
dan kemanfaatan. Terkait masalah kepastian hukum akan alat transportasi pada saat ini guna
mencapai beberapa hal tersebut diatas, maka baik angkutan darat, laut dan udara sudah diatur
dalam Undang-Undang yang mengatur secara khusus maupun saling berkaitan satu sama
lain.

 Kepastian Alat Transportasi Angkatan Umum Pada saat ini.

Pengaturan pengangkutan pada umumnya tidak ditemukan dalam peraturan Perundang-


undangan, tetapi pengaturan pengangkutan dibuat secara khusus menurut jenis-jenis
pengangkutan. Jadi, tiap-tiap jenis pengangkutan diatur di dalam peraturan tersendiri,
sedangkan jenis-jenis pengangkutan yang ada sekarang ini ada beberapa macam, yaitu
pengangkutan darat, pengangkutan laut, dan pengangkutan udara.11

Ketentuan-ketentuan umum mengenai pengangkutan dalam Kitab Undang-Undang


Dagang dapat ditemukan di dalam beberapa Pasal, yaitu sebagai berikut:

1) Buku 1 Bab V bagian 2 dan 3, mulai dari Pasal 90 sampai dengan Pasal 98 Tentang
Pengangkutan darat Dan Pengangkutan Perairan Darat;

11
Ibid
2) Buku II Bab V Pasal 453 sampai dengan Pasal 465 Tentang Pencarteran Kapal, Buku II
Bab V A Pasal 466 sampai dengan Pasal 520 Tentang Pengangkutan Barang, dan Buku IIBab
VB Pasal 521 sampai Pasal 544a Tentang Pengangkutan Orang,

3) Buku I Bab V Bagian II Pasal 86 sampai dengan Pasal 90 mengenai Kedudukan Para
Ekspeditur sebagai Pengusaha Perantara;

4) Buku 1 Bab XIII Pasal 748 sampai dengan Pasal 754 mengenai kapal-kapal yang melalui
perairan darat.12

B. Perlindungan Hukum Penyedia Layanan Alat Transportasi Angkutan Umum


Berdasarkan Peraturan Perundang – undangan Di Indonesia

Guna melindungi penyedia layanan alat transportasi angkutan umum terkait


kewajiban dan tanggungjawabnya maka diperlukan seperangkat aturan hukum. Hal tersebut
tidak dapat terlepas dari adanya campur tangan negara melalui penetapan sistem
perlindungan hukum terhadap penyedia layanan alat transportasi angkutan umum. adapun
seperangkat aturan hukum tertulis terkait hal tersebut pada saat ini yang mengatur tentang
pengangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan Di Indonesia yaitu Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), dan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

1. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum


Dagang.

Pasal 470 ayat 1 Kitab Undang-Undang Dagang menyebutkan bahwa Perjanjian


dibuat secara tertulis, biasanya pembatasan dituliskan secara tegas dalam syarat-syarat atau
klausula perjanjian akan tetapi apabila perjanjian dibuat secara tidak tertulis maka kebiasaan
yang berintikan kelayakan atau keadilan memegang peranan penting. disamping ketentuan
Undang-Undang karena bagaimanapun pihak- pihak dilarang menghapus sama sekali
tanggungjawab.

Pasal 522 Kitab Undang-Undang Dagang menyebutkan bahwa perjanjian untuk


mengangkut, mewajibkan pengangkut untuk menjaga keamanan penumpang dari saat naik
sampai saat turun dari kapal.

Pengangkut wajib mengganti kerugian, yang disebabkan oleh cedera yang menimpa
penumpang berkenaan dengan pengangkutan, kecuali ia dapat membuktikan, bahwa cedera
itu adalah akibat dari suatu peristiwa yang layaknya tidak dapat dicegah atau dihindari, atau
akibat kesalahan penumpang sendiri.

Bila cedera itu mengakibatkan kematian, maka pengangkut wajib mengganti

12
Ibid
kerugian yang karenanya diderita oleh suami atau istri yang ditinggalkan, anak-anak dan
orang tua penumpang itu.

2. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasarkan Kitab Undang – undang Hukum


Perdata

Tanggungjawab pengangkut dibatasi dengan ketentuan Pasal 1247 dan Pasal 1248
Kitab Undang-Undang Perdata, kerugian penerimaan dan pengiriman barang menjadi beban
pengangkut yang dibatasi dengan syarat sebagai berikut:

a. Kerugian dapat diperkirakan secara layak, pada saat timbulnya perikatan.

b. Kerugian itu harus merupakan akibat langsung dari tidak terlaksananya perjanjian
pengangkutan.

Pengurangan dan peniadaan tanggung jawab boleh diberikan asal saja mendapat
persetujuan dari pihak-pihak pengirim maupun penerima barang karena sifatnya dwingen
recht (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Perdata). Klausul pengurangan tanggung jawab
pengangkutan diadakan seimbang dengan biaya pengurangan angkutan, tetapi imbangan
tersebut diperkirakan sedemikian rupa barang yang diangkut tetap terjamin keselamatannya
dan tidak akan merugikan pihak pengirim barang, oleh karena itu dalam hal ini pengirim
perlu mendapat perlindungan dari pembentukan Undang-Undang

3. Perlindungan Hukum Pengangkut Berdasrkan Undang – Undang Nomor 22 Tahun


2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Selanjutnya Disingkat UU LLAJ)

Pembatasan tanggungjawab yaitu prinsip yang membatasi tanggung jawab


pengangkut sampai jumlah tertentu. Prinsip pembatasan tanggung jawab ini mempunyai dua
variasi yaitu Mungkin dilampaui dan Tidak mungkin dilampaui 77 Pengangkut bertanggung
jawab atas kecelakaan itu maka pengangkut harus membayar ganti rugi kepada penumpang
maupun non penumpang yang menderita kecelakaan.13

C. Perlindungan Hukum Dan Persamaan Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Sebagai


Konsumen Terhadap Alat Transportasi Umum Angkatan Darat, Laut Dan Udara.

Melihat ketentuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengecualian


pihak penyedia dalam hal tanggungjawabnya akan tetapi bagaimanapun seharusnya
konsumen berhak dilindungi dan mendapatkan bentuk pertanggungjawaban pihak penyedia
dalam bentuk apapun, setidaknya pihak penyedia tidak sampai melepas tanggungjawabnya.

Dilihat dari aspek perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan, keadaan
13
E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Bandung, 2000, Mandar maju, Hlm. 167-168.
demikian sangat tidak ideal dan dalam praktek merugikan bagi konsumen, karena pada tiap
kecelakaan alat angkutan darat tidak penah terdengar dipermasalahkannya tanggung jawab
pengusaha kendaraan angkutan umum."

Perlindungan hukum penumpang baik angkutan darat, laut dan udara pada saat ini,
sebagiannya memiliki kesamaan dalam pengaturan hukum nya. Secara tidak langsung maka
faktor keselamatan yang harus diutamakan baik oleh penyedia jasa maupun pengguna jasa
sebagai konsumen14

14
Suherman,Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Bandung. Mandar maju.2000, hlm 163
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA

A. Pengaturan Hukum Atas Transaksi Layanan GO-JEK

1. Permasalahan dalam Transaksi Layanan GO-JEK

Baik Ojek maupun GO-JEK keduanya belum memiliki aturan tertulis dan
alat transportasi yang dapat dikatakan ilegal dibandingkan dengan alat
transportasi umum kendaraan roda empat lain nya. Transaksi pelayanan melalui
aplikasi GO-JEK termasuk ke dalam kegiatan transaksi elektronik, maka dalam
hal ini aplikasi tersebut dapat dikatakan sebagai dokumen elektronik yang
memuat seluruh informasi baik mulai dari pemesanan, cek saldo apabila
melakukan deposit dan pernyataan sepihak (Term of Service).

Penyataan sepihak (Term of Service) yang terdapat dalam aplikasi GO-JEK


ada beberapa pernyataan pada angka 3 dan 5 yang menjelaskan bahwa pihak
penyedia aplikasi jasa GO-JEK tidak bertanggung jawab atas keselamatan
pengguna jasa dalam hal ketidak nyamanan pengemudi GO- JEK pada saat
mengendarai sepeda motornya, jelas bahwa dari hal tersebut pihak penyedia jasa
GO-JEK tidak menjamin keselamatan penumpang saat sedang berlangsungnya
kegiatan pengangkutan sekalipun pengemudi GO-JEK tersebut telah dinyatakan
lulus seleksi dan pelatihan pada saat mendaftarkan dirinya. Pihak penyedia jasa
GO-JEK juga tidak bertanggung jawab atas kecelakaan yang melibatkan
pengemudi GO-JEK baik kerusakan barang atau luka badan atau kerugian
lainnya yang dialami oleh pengemudi sedangkan pada Pasal 237 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dijelaskan bahwa "Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang
yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan", adapun dampak dari tidak
dilindunginya pengemudi terkait perjanjian yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak dianggap batal demi hukum.15

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa penyedia jasa tidak dapat lepas dari
tanggungjawabnya baik terhadap pengemudi atau konsumen karena berdasarkan
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen dijelaskan bahwa jika pelaku usaha dalam dokumen atau perjanjian
melepaskan tanggungjawabnya maka perjanjian tersebut dinyatakan batal demi
hukum.
15
Dillah Joedi WR, Indra Surya Mochtar, & Wahyu Herjianto, "ANALISIS LEGALITAS DAN
KELAYAKAN FINANSIAL OPERASIONAL ANGKUTAN OJEK DI KABUPATEN SIDOARJO
dalam Seminar Nasional Aplikast Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW) Surabaya, 11 Jul 2012, Hlm
28
2. Pengaturan Kendaraan Berupa Sepeda Motor Sebagai Angkutan Umum

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan pada Pasal 140 bagian angkutan orang dengan kendaraan
angkutan umum dijelaskan bahwa kendaraan angkutan umumdiatur mengenai
kegiatan operasionalnya apakah dalam trayek atau tidak dalam trayek. Kejelasan
mengenai trayek sebagai lintasan Kendaraan Angkutan Umum untuk pelayanan
jasa angkutan bertujuan agar, mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, serta
lintasan tetap, baik berjadwal maupun tidak berjadwal. Dalam hal ini transaksi
pelayanan GO- JEK belum memiliki aturan trayek yang jelas baik itu asal dan
tujuan perjalanan tetap, serta lintasan tetap.

Melihat dan mencermati hasil penjelasan diatas maka transaksi pelayanan


GO-JEK maupun Ojek Tradisional bukan merupakan suatu alat transportasi
angkutan umum sepeda motor roda 2 (dua) yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun
Peraturan Perundang-undangan lainnya. Sedangkan kenyataan di masyarakat
keberadaan GO-JEK maupun Ojek Tradisional sangat dibutuhkan sebagai alat
transportasi umum, mengingat sejauh ini alat transportasi yang tersedia dinilai
belum dapat melengkapi kebutuhan masyarakat.

3. Perlunya Pengaturan Hukum Legalitas GO-JEK

Terdapat beberapa fungsi yang dinilai dapat membantu apabila Ojek


Tradisional atau GO-JEK sebagai alat transportasi kendaraan roda dua jika diatur
secara tertulis sebagai angkutan umum, yaitu:

a. Terhadap Tertib Lalu Lintas Jalan.

Seiring dengan diaturnya Ojek Tradisional atau GO-JEK yang secara jelas
mengenai kewajiban pengendara, diberikan pelatihan terhadap kelengkapan
berlalu lintas dan peraturan lalu lintas maka, hal tersebut dianggap dapat menjadi
acuan bagi pengguna jalan lainnya yang mengoperasikan kendaraan sepeda
motornya agar mematuhi peraturan tersebut, sehingga tujuan dari pada tertib
berlalu lintaspun dianggap dapat tercapai.

b. Terhadap Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas Jalan.

Tercapainya tertib lalu lintas akan berpotensi pada tercapainya keamanan dan
keselamatan lalu lintas di jalan. hal-hal yang dianggap dapat menjadi penyebab
kecelakaan seperti ketidak lengkapan kendaraan yang digunakan sebagai
angkutan, pemeliharaan rutin kendaraan yang digunakan sebagai angkutan dan
kelengkapan pengguna jasa dan pengemudi. Terkait ketertiban seperti melanggar
lampu rambu, tidak mengenakan pelindung kepala (helm), tidak mematuhi batas
kecepatan, dan peraturan mengenai ketertiban lalu lintas lainnya, oleh karena itu
maka dengan dibuatkan aturan dan sanksi tegas terhadap sepeda motor sebagai
angkutan umum maka diharapkan dapat tercapainya tertib berlalu lintas yang
dianggap dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

c. Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Jalan.

Kemacetan yang terjadi pada saat ini salah satunya adalah disebabkan karena
bertambah nya tingkat volume kendaraan pertahun, kenaikan tingkat volume
kendaraan tersebut disebabkan karena transportasi yang ada dinilai sudah tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan adanya Ojek Tradisonal atau GO-JEK
yang dinilai tepat guna menjawab kebutuhan masyarakat maka hal tersebut
dianggap dapat dijadikan solusi kemacetan pada saat ini sehingga sebagaian
masyarakat dapat memanfaatkan keberadaannya tanpa harus beraktivitas
dijalanan secara langsung.

GO-JEK atau Ojek Tradisional sebagai alat transportasi kendaraan sepeda


motor roda dua (2) angkutan umum dapat memberikan pelayanan door to door
juga dinilai lebih efektif, efisien dan dapat terhindar dari kemacetan. Tidak
sedikit masyarakat menggunakannya, maka secara tidak langsung pengguna jalan
akan lebih efektif dan di harapkan dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam
mengatasi kemacetan lalu lintas. Sehingga dapat dibuatkan aturan mengenai
Legalitas GO-JEK atau Ojek Tradisional sebagai alat transportasi sepeda motor
roda dua (2) sebagai angkutan umum di Indonesia.

B. Perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO – JEK Di Indonesia

1. Perlindungan Hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jas GO – JEK di tinjau
dari peraturan perundang-undangan di indonesia.

Perlindungan hukum bagi penyedia jasa dan pengguna jasa GO- JEK pada
saat ini dapat mengacu kepada KUHPerdata, KUHDagang dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Adapun pemaparan yang
akan penulis jelaskan terkait masalah perlindungan hukum terhadap beberapa
Undang-Undang tersebut adalah sebagai berikut;

a. Perlindungan Hukum Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dengan tidak dipenuhinya kewajiban dan tanggungjawab sesuai dengan


perjanjian yang telah disepakati oleh pengendara GO- JEK atau Ojek Tradisional
sehingga menimbulkan kerugian terhadap pengguna jasa atau konsumen dapat
pengendara GO-JEK atau Ojek Tradisional dapat dikenakan sanksi atau hukuman
berupa :

1) Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau ganti rugi (Pasal 1234
KUHPerdata);

2) Pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1266 KUHPerdata);

3) Peralihan resiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (Pasal 1237 ayat
(2) KUHPerdata);

4) Membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan di muka hakim (Pasal 181
ayat (1) HIR).

Terkait gugatan terhadap penyedia jasa dapat dilakukan gugatan Gugatan


Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atau (onrechtmatige daad) karena Pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
dijelaskan bahwa jika pelaku usaha dalam dokumen atau perjanjian melepaskan
tanggungjawabnya maka perjanjian tersebut dinyatakan batal demi hukum. dalam
konteks perdata diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata atau Burgerlijk Werboek
(BW) dalam Buku III BW, pada bagian tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan
demi Undang-Undang. yang berbunyi "Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut." Menentukan perbuatan
dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum, diperlukan 4 syarat:

1) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

2) Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;

3) Bertentangan dengan kesusilaan;

4) Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Perlindungan hukum yang dapat ditempuh oleh pengemudi terhadap


penyedia jasa GO-JEK yaitu dengan mengajukan gugatan Perbuatan Melawan
Hukum (PMH) atau (onrechtmatige daad) yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata
karena pihak penyedia jasa GO- JEK bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku dan hak subjektif terhadap perjanjian yang dibuat antara penyedia jasa dan
pengemudi.

Dengan adanya Undang-Undang Alat Transportasi Sepeda motor Roda 2


(dua) sebagai angkutan umum yang bersifat tertulis tersebut dikaitkan dengan aliran
hukum di negara Indonesia yaitu Hukum Positif. Sebenarnya terdapat nilai lebihan
dalam hal penerapannya yaitu Kepastian hukumnya tinggi dan Daya paksanya tinggi,
sehingga pelaku usaha, pengemudi dan konsumen dijamin atau dilindungi hak dan
kewajibannya oleh Undang-Undang sehingga tujuan dari pada hukum tersendiri
dapat tercapai yaitu keadilan, ketertiban, dan kemanfaatan. 16

16
Muchsan, Materi Kuliah Penemuan Hukum pada Program Pasca Sarjana Magister Hukum
Universitas Janabadra Yogyakarta Tahun Akademi 2011-2012. hlm. 39.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab 1 skripsi
ini adalah :

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
merupakan suatu aturan tertulis yang mengatur segala hal tentang bentuk kegiatan
lalu lintas dan angkutan jalan yang dinilai sudah tidak sesuai atau relevan untuk
diterapkan saat ini sehingga perlu diperbaharui atau dibuatkan Undang- Undang yang
lebih khusus mengatur tentang keberadaan sepeda motor sebagai kendaraan angkutan
umum.

2. Bentuk perlindungan hukum terhadap penyedia jasa sepeda motor sebagai angkutan
umum belum dapat ditemukan dalam ketentuan perundang- undangan di Indonesia
khususnya dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, adapun bentuk perlindungan hukum yang seharusnya diberikan
yaitu dengan dibuatkannya Suatu Undang-Undang guna sebagai perlindungan hukum
terhadap kegiatan transaksinya.

B. Saran

Saran penulis mengenai transaksi pelayanan angkutan umum kendaraan sepeda


motor dua adalah :

1. Pemerintah diharapkan dapat melakukan perbaharuan (revisi) Undang- Undang


Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau dibuatkannya
Undang-Undang tentang kendaraan sepeda motor roda dua sebagai angkutan umum,
maka hal tersebut dianggap dapat memberikan potensi terhadap Tertib Lalu Lintas,
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas, dan Kelancaran Lalu Lintas.

2. Penyedia jasa dalam hal melakukan transaksi pelayanan diharapkan tidak lepas dari
tanggung jawabnya. Terlebih dalam hal pembuatan perjanjian pihak penyedia jasa
dilarang untuk menerapkan klausula baku.

3. Terhadap pengemudi kendaraan yang merupakan bagian yang tidak dapat terlepas
dari penyedia jasa, seharusnya dapat memintakan pertanggung jawaban terkait
masalah kerugian yang mungkin timbul pada saat melakukan transaksi pelayanan
salah satu nya dapat dimuat dalam bentuk asuransi.

4. Terhadap konsumen yang mengalami kerugian yang timbul pada saat melakukan
transaksi juga berhak mendapatkan perlindungan hukum berupa ganti rugi,
kompensasi, atau denda. Selama dapat dibuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku – buku

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus,
Jakarta: Kencana, 2011.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis).
Gunung Agung, Jakarta, 2002.

Achmad Ichsan, Hukum Dagang. Jakarta, Pradnya Paramita, 1982.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja

Grafindo, 2004.

Badan Pusat Statistik, Statistik Transportasi, Penerbit, Ryan indah, 2013.

C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2006.

Djanius Djamin, Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan
dan Perbankan (Perbanas), Medan, 1993.

E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Mandar maju, Bandung, 2000.

Ermansjah djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan


Korupsi), Sinar Grafika, Bandung 2008.

Hengky W. Pramana, Aplikasi Inventory Berbasis Access 2003, Elex Media


Komputindo, Jakarta, 2006.

H. M. N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Penerbit Djambatan


Jakarta, 1990.

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yahng Lahir Dari Perjanjian, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1995.

Joetata Hadihardja, dkk, Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma, 1997.

Komariah, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, 2008.


Lily Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung Citra Aditya Bakti,
2007.

Anda mungkin juga menyukai