Anda di halaman 1dari 12

GARIS , SUDUT, DAN SEGITIGA

A. GARIS
Dalam geometri terdapat istilah-istilah yang tidak didefinisikan yaitu Titik, Garis Dan
Bidang.
1. Titik
Dilambangkan dengan bulatan kecil (dot), hanya mempunyai posisi, titik tidak
mempunyai panjang, lebar ataupun ketebalan.
2. Garis
´ , mempunyai panjang tapi tidak mempunyai lebar
Dilambangkan dengan simbol AB
maupun ketebalan. Suatu garis bisa lurus, melengkung, maupun kombinasi dari keduanya.
Garis lurus terbentuk oleh suatu titik yang selalu bergerak kearah yang sama. Suatu garis lurus
AB , adalah
dapat diperpanjang ke segala arah secara tidak terbatas. Sinar ditulis dengan ⃗
bagian dari garis lurus yang dimulai pada suatu titik tertentu dan diperpanjang secara tidak
terbatas ke suatu arah. Garis lengkung terbentuk oleh suatu titik yang bergerak dengan arah
yang selalu berubah-ubah.
3. Bidang
Bidang mempunyai panjang dan lebar tapi tidak mempunyai ketebalan. Bidang adalah
suatu permukaan dimana suatu garis yang menghubungkan dua titik pada permukaan tersebut
secara keseluruhan akan terletak pada permukaan tersebut.
4. Ruas Garis
Ruas garis lurus, Dilambangkan dengan AB, adalah bagian dari garis lurus yang berada
diantara dua titik pada garis lurus tersebut, termasuk kedua titik tersebut. Jika suatu ruas garis
dibagi menjadi bagian – bagian:
1. Panjang keseluruhan ruas garis sama dengan jumlah dari panjang semua bagiannya.
Perhatikan bahwa panjang ABdilambangkan dengan AB.
2. Panjang keseluruhan ruas garis lebih besar dari panjang bagiannya yang manapun.
3. Dua ruas garis yang mempunyai panjang sama dikatakan Kongruen. Jadi, Jika AB =
CD maka ABkongruen dengan CD, sehingga ditulis AB = CD.
Jika suatu ruas garis dibagi menjadi dua bagian yang sama:
1. Titik baginya adalah titik tengah ruas garis tersebut.
2. Garis yang memotong pada titik tengah dikatakan membagi dua (bisect) ruas garis
tersebut. Karena AM = MB pada gambar 1-1, M adalah titik tengah AB, dan CD
membagi dua AB. Ruas garis – ruas garis yang sama dapat diberi tanda dengan garis-

1
garis pendek yang berjumlah sama yang memotong ruas garis-ruas garis tersebut.
Perhatikan bahwa AM dan MB dipotong oleh satu garis pendek.

3. Jika tiga titik A, B, dan C terletak pada satu garis, maka ketiganya disebut kolinear.
Jika A, B, dan C kolinear dan AB + BC = AC , maka B terletak diantara diantara A
dan C. (Lihat gambar 1-2)

5. Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan semua titik pada suatu bidang yang berjarak sama dari
titik pusat. (Lihat Gambar 1-3).

Dari definisi mengenai lingkaran, dapat kita simpulkan bahwa semua jari-jari lingkaran
adalah kongruen. Didalam Lingkaran terdapat istilah-istilah sebagai berikut :
 Tali busur adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sembarang pada lingkaran.
 Jari-jari (radius) adalah ruas garis yang menghubungkan titik pusat dengan suatu titik
pada lingkaran.
2
 Diameter adalah tali busur yang melalui titik pusat lingkaran merupakan tali busur
yang terpanjang dan panjangnya dua kali panjang jari-jari.
 Busur adalah garis lengkung baik terbuka maupun tertutup yang berimpit dengan
lingkaran. Busur yang berukuran 10 memiliki besar 1/360 bagian dari keliling
lingkaran.
 Setengah lingkaran adalah busur yang berukuran setengah keliling suatu lingkaran,
sehingga mencakup 1800 . Diameter membagi lingkaran menjadi dua buah setengah
lingkaran.
 Sudut pusat adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari.
 Lingkaran Kongruen adalah lingkaran yang mempunyai jari-jari kongruen.
 Keliling lingkaran adalah jarak (panjang) mengelilingi lingkaran, Keliling ini
mencakup 360o.

B. SUDUT
Sudut adalah suatu gambar yang terbentuk oleh dua sinar yang mempunyai titik akhir
yang sama. Sinar-sinar tersebut merupakan sisi-sisi sudut, sementara titik akhirnya merupakan
∠ adalah . Jadi, AB dan AC adalah sisi-sisi dari
verteks (titik sudut)-nya. Simbol untuk sudut
sudut yang diperlihatkan pada gambar 1-4 dan A adalah titik sudutnya (verteksnya).

a. Menghitung besar sudut


Besar sudut tergantung pada seberapa besar satu sisi sudut harus dirotasi atau diputar
terhadap titik sudutnya, sampai sisi ini bertemu dengan sisi yang lain. Kita memilih derajat
sebagai satuan ukuran sudut. Ukuran sudut adalah banyaknya derajat yang dicakup sudut∠
tersebut. Kita menulis m A= 600 untuk menyatakan bahwa sudut A berukuran 600 .
Busur derajat pada gambar 1-5 menunjukkan bahwa ∠ A berukuran 60 0 . Jika ⃗AC dirotasikan
AB.Besarnya putaran adalah 600 .
terhadap titik sudut A sampai bertemu dengan ⃗

3
Dalam menggunakan busur derajat, pastikan bahwa titik sudut terletak pada pusat busur
tersebut dan satu sisinya berada di sepanjang diameter 00 - 1800 .
Besarnya sudut tidak tergantung pada panjang sisi-sisi sudut. Besarnya B∠ pada gambar 1-6
AB dan ⃗
tidak akan berubah jika sisi – sisinya ⃗ BC diperpanjang atau diperpendek.

Untuk mengukur sudut dengan lebih tepat, kita membagi 10 menjadi 60 bagian yang sama,
yang disebut menit. Jadi, 10 = 60 menit (60ʹ) dan 1ʹ = 60 detik (60ʺ).
b. Jenis-Jenis Sudut
1. Sudut lancip (acute angle) adalah sudut yang besarnya kurang dari 900 . (Lihat gambar
1-7)

2. Sudut siku-siku (right angle) adalah sudut yang besarnya 900 (Lihat gambar 1-8).

3. Sudut Tumpul (obtuse angle) sudut yang besarnya lebih dari 900 dan kurang dari 1800
(Lihat gambar 1-9).

4
4. Sudut lurus (straight angle) adalah sudut yang besarnya 1800 . (lihat gambar 1-10).

Perhatikan bahwa sisi-sisi sudut lurus terletak pada garis lurus yang sama. Tetapi
jangan campur-adukkan sudut lurus dengan garis lurus.
5. Sudut refleks (reflex angle) adalah sudut yang besarnya lebih dari 180 0 dan kurang
dari 3600 (lihat gambar 1-11)

c. Fakta-fakta tambahan mengenai sudut


1. Sudut kongruen adalah sudut-sudut yang mempunyai derajat yang sama. Dengan kata
lain m∠ A ∠
=m A, ∠
maka A ∠= B. Jadi, Pada gambar 1-12, A ∠siku-siku (sk.)
= B∠
sk. Karena masing-masing berukuran 900 .

2. Garis-bagi (garis pembagi-dua) suatu sudut akan membagi sudut tersebut menjadi dua
bagian yang kongruen. Jadi, pada Gambar 1-13, jika AD membagi dua
∠ A, maka
∠ ∠1
= 2.

5
3. Tegak lurus adalah garis-garis, sinar-sinar, atau ruas garis-ruas garis yang saling
bertemu dan membentuk sudut siku-siku. Simbol untuk tegak lurus¿ adalah .
Jadi, pada gambar 1-14, CD AB , ¿sehingga terbentuk sudut siku-siku 1 dan 2.

4. Garis-berat (atau garis bagi tegak lurus) suatu ruas garis tertentu bersifat tegak lurus
terhadap dan membagi dua ruas garis tersebut. Jadi pada gambar 1- 15, GH adalah ¿
garis bagi
∠ dari∠EF, jadi 1 dan 2. Adalah sudut siku-siku dan M adalah titik
tengah EF .

C. SEGITIGA
Poligon adalah benda datar tertutup yang dibatasi oleh sisi-sisi yang berupa ruas garis-
ruas garis lurus. Jadi, Gambar 1-16 merupakan poligon dengan lima sisi, disebut pentagon.
Pentagon ini diberi nama ABCDE, berdasarkan urutan huruf-hurufnya.

6
Segitiga adalah poligon yang mempunyai tiga sisi, Verteks (titik sudut) segitiga adalah
titik dimana dua diantara sisi- sisi segitiga tersebut bertemu.
Simbol segitiga adalah Δ. Jadi, segitiga pada Gambar 1-17 bisa diberi nama Δ ABC atau ΔI,
sisi-sisinya adalah AB , AC, dan BC ; titik-titik sudutnya adalah A, B, C sudut-sudutnya∠ ∠
adalah
∠ A, B, dan C.

a. Klarifikasi
Segitiga diklarifikasikan berdasarkan kesamaan panjang sisi-sisinya atau berdasarkan jenis
sudut yang dimilikinya.

Segitiga Berdasarkan Kesamaan Panjang Sisi-sisinya

1. Segitiga tidak sama sisi (scalene triangle) adalah segitiga yang tidak mempunyai sisi-
sisi yang kongruen. Pada segitiga tidak sama sisi ABC, a ≠ b ≠ c. Huruf kecil yang
digunakan untuk menandai panjang setiap sisi bersesuaian dengan huruf kapital yang
menandai sudut yang berada dihadapannya.
2. Segitiga sama kaki (isosceles triangle) adalah segitiga yang sedikitnya mempunyai dua
sisi yang kongruen. Pada segitiga sama kaki ABC, a = c. Sisi-sisi yang sama
dinamakan kaki-kaki segitiga sama kaki, sisi yang lainnya dinamakan dasar. Sudut-
sudut dikanan kiri dasar disebut dengan sudut dasar, Sudut dihadapan dasar disebut
dengan sudut verteks.
3. Segitiga sama sisi (equilateral triangle) adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi yang
kongruen. Pada segitiga sama sisi ABC, a = b = c.

7
Segitiga Berdasarkan Jenis Sudutnya

1. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sudut siku-siku. Dalam segitiga

siku-siku ABC, C adalah sudut siku-siku. Sisi c yang berhadapan dengan sudut
siku-siku disebut hipotenusa (sisi miring). Sisi-sisi yang saling tegak lurus, a dan
b,disebut dengan kaki atau lengan segitiga siku-siku.
2. Segitiga tumpul adalah segitiga yang mempunyai sudut tumpul. Dalam segitiga
tumpul DEF,
∠ D adalah sudut tumpul.

3. Segitiga Lancip adalah segitiga yang mempunyai tiga sudut lancip. Dalam segitiga
lancip HJK,
H, ∠
J, K∠adalah
∠ sudut-sudut lancip.

b. Garis-Garis Khusus Pada Segitiga


1. Garis-bagi sudut pada segitiga adalah ruas garis atau sinar yang membagi dua suatu
sudut dan memanjang sampai ke sisi di hadapannya. Jadi, BD, garis bagi sudut
∠ pada
B pada Gambar 1-20,∠membagi dua ∠B, membuat
∠ 1= 2.

2. Median segitiga adalah ruas garis yang berasal dari suatu titik sudut menuju titik
tengah sisi di hadapannya. Jadi BM, median yang menuju ke AC pada gambar 1-21,
membagi-dua AC, membuat AM = MC.

8
3. Garis berat pada suatu sisi (atau garis bagi tegak lurus ) pada suatu sisi segitiga adalah
´ , garis berat pada
garis yang membagi-dua dan tegak lurus terhadap suatu sisi. Jadi, PQ
AC pada Gambar 1-21, membagi dua dan tegak lurus terhadap AC .

4. Garis tinggi menuju suatu sisi segitiga adalah ruas garis dari titik sudut yang tegak
lurus terhadap sisi dihadapannya . Jadi, BD garis tinggi yang menuju AC dalam
gambar 1-22, tegak lurus terhadap AC dan membentuk sudut siku-siku 1 dan 2. Setiap
garis bagi sudut,median, dan garis tinggi pada suatu segitiga berasal dari titik sudut
dan memanjang menuju sisi di hadapannya.

5. Garis tinggi pada segitiga tumpul , garis tinggi dikanan kiri sudut tumpul akan berada
di luar segitiga. Jadi, Pada segitiga ABC (diarsir) dalam Gambar 1-23, garis tinggi BD
dan CE terletak diluar segitiga. Pada setiap kasus, sisi-sisi sudut tumpul harus
diperpanjang.

c. Pasangan Sudut
9
 Jenis-jenis pasangan sudut
1. Sudut-sudut yang berdampingan adalah dua sudut yang mempunyai titik sudut sama
dan terdapat satu sisi yang dimilki bersama diantara keduanya. Jadi sudut c o dalam
gambar 1-24 dibagi menjadi dua sudut yang berdampingan yaitu a o dan bo . Kedua
sudut yang berdampingan ini mempunyai titik sudut yang sama yaitu A, dan satu sisi
´ , Disini, ao + bo = co .
yang dimilki bersama diantara keduanya, yaitu AD

2. Sudut-sudut vertikal adalah dua sudut yang tidak berdampingan yang terbentuk oleh

dua garis yang berpotongan. Jadi, ∠
1 dan 3 pada Gambar 1-25 adalah sudut-sudut
´ dan CD
vertikal yang terbentuk oleh garis AB ´ yang berpotongan. Selain
∠ itu, ∠ 2 dan
4 adalah pasangan sudut vertikal lain yang terbentuk oleh garis-garis yang sama.

3. Sudut-sudut komplementer (berpenyiku) adalah dua sudut yang jika dijumlahkan


berukuran 90o. Jadi pada gambar 1-26 (a) , sudut-sudut a o dan bo adalah sudut-sudut
komplementernya yang berdampingan. Namun demikian, pada (b) sudut-sudut
komplementernya tidak berdampingan. Dalam setiap kasus, ao + bo = 90o . Masing-
masing dari dua sudut komplementer yang berpasangan disebut komplemen dari sudut
yang lainnya.

4. Sudut-sudut suplementer (berpelurus) adalah dua sudut yang jika dijumlahkan


berukuran 180o . Jadi pada gambar 1-27 (a) sudut-sudut ao dan bo adalah sudut-sudut
10
suplementer yang berdampingan. Namun demikian, pada (b) sudut-sudut
suplementernya tidak berdampingan. Dalam setiap kasus, ao + bo = 180o . Masing-
masing dari dua sudut suplementer yang berpasangan disebut suplemen dari sudut
yang lainnya.

d. Prinsip-Prinsip Pasangan Sudut


 Prinsip 1: Jika sudut co dibagi menjadi dua sudut berdampingan ao dan bo , maka ao +
bo = co.
Jadi, jika jika ao =25o dan bo = 35o pada gambar 1-28, maka co = 25o + 35o =
60o.

 Prinsip 2 : Sudut-sudut vertikal bersifat kongruen.


´ dan CD
Jadi, Jika AB ´ adalah garis-garis lurus pada Gambar 1-29 , maka ∠
1 ~¿ 3 dan 2 ~¿ 4. ∠Dengan∠demikian , jika m 1 = 40 o. Maka
∠ m 3= ∠
40o dalam kasus ini m 2∠= m 4∠= 140o.

 Prinsip 3 : Jika dua sudut komplementer mengandung ao dan bo, maka ao + bo = 90o.

11
Jadi, jika sudut ao dan bo adalah komplementer dan ao = 40o , maka bo = 50o
(Lihat Gambar 1-30)

 Prinsip 4 : Sudut-sudut berdampingan bersifat komplementer jika sisi luar (eksterior)-


nya saling tegak lurus.
Jadi, pada Gambar 1-30, ao dan bo adalah sudut-sudut komplementer
´ dan BC
karena sisi-sisi luarnya AB ´ saling tegak lurus.

 Prinsip 5 : Jika dua sudut suplementer mengandung ao dan bo , maka ao + bo = 180o.


Jadi, jika sudut ao dan bo adalah suplementer dan ao = 140o, maka ao = 40o
(Lihat Gambar 1-31 (a) dan (b))

 Prinsip 6 : Sudut-sudut berdampingan bersifat suplementer jika sisi-sisi luar


(eksterior) nya
terletak pada garis lurus yang sama.
Jadi, Pada gambar 1-31 (a), ao dan bo adalah sudut-sudut suplementer
´ dan BC
karena sisi luarnya AB ´ terletak pada garis lurus yang sama AC
´ .

 Prinsip 7 : Jika sudut-sudut suplementer bersifat kongruen, maka masing-masingnya


merupakan sudut siku-siku. (sudut-sudut suplementer yang sama
merupakan sudut siku-siku).
Jadi, jika 1 dan 2 adalah kongruen
∠ dan
∠ juga suplementer, maka
masing-masingnya adalah sudut siku-siku.

12

Anda mungkin juga menyukai