Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

DIRUANG NILAM 3 RSD Dr. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi

Keperawatan Medikal Bedah 1

Oleh:

NAMA : Sarmillawati

NIM : P17212215117

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Sarmillawati

JUDUL : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Benigna Prostat Hiperplasia Diruang Nilam 3 Rsd Dr. H. M.


Ansari Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Januari 2022

Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik

Mengetahui,

Kepala Ruang
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA
PROSTAT HIPERPLASIA

A. DEFINISI
Hiperplasia prostat beningna (benign prostatic hyperplasia, BPH) adalah
pembesaran atau hipertrofi, kelenjar prostat. Kelenjar prostat membesar, meluas
ke atas menuju kandung kemih dan menghambat aliran keluar urine.berkemih
yang tidak lampias dan retensi urine yang memicu stasis urine dapat
menyebabkan hidronefrosis, hidroureter, dan infeksi saluran kemih, penyebab
gangguan ini tidak dipahami dengan baik, tetapi bukti menunjukkan adanya
pengaruh hormonal. BPH sering terjadi pada pria berusia lebih dari 40 tahun.
(Brunner & Suddarth, 2014)

B. ETIOLOGI
Menurut Alam penyebab pembesaran kelenjar prostat belum diketahui
secara pasti, tetapi hingga saat ini dianggap berhubungan dengan proses penuaan
yang mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Para
ahli berpendapat bahwa dihidrotosteron yang memacu pertumbuhan prostat
seperti yang terjadi pada masa purbetas adalah penyebab terjadinya pembesaran
kelenjar prostat.
Hal ini yang dikaitkan dengan gangguan ini adalah stres kronis, pola
makan tinggi lemak, tidak aktif olahraga dan seksual. Selain itu testis
menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan dinamakan
androgen. Testosteron sebagian besar dikonvrensikan oleh enzim 5-alfa
reduktase menjadi dihidrotesteron yang lebih aktif secara fisiologis di jaringan
sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Purnomo 2011 pembesaran prostat menyebabkan penyempitan
lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan tekanan intravesikal. Untuk mengeluarkan urine, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus
ini menyebabkan perubahan anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada bulu-buli tersebut, oleh pasien disarankan sebagai keluhkan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang
dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian bulibuli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
vesiko ureter. Keadaan keadaan ini jIka berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya
disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi
juga disebabkan oleh tonus otot polos yang pada stroma prostat, kapsul prostat,
dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut
simpatis yang berasal dari nervus pudendus.
D. PATHWAY

Faktor usia Trauma berulang Perubahan hormonal

Perubahan mikroskopik Hiperplasia jaringan peyangga


pada prostat
Stroma dan grandurel pada prostat

Pembesaran prostat

Lobus yang hipertropi menyumbat


kolom vesikal atau uretra prostatik

Retensi urin atau pengosongan urin inkomplit

Retensi urin pada leher buli-buli prostat

Timbul sakulasi atau divertikel

Lama kelamaan otot detrusor menjadi


lelah dan mengalami dekompensasi

Tidak mampu berkontraksi

Terjadi dilatasi ureter Disgfungsi saluran kemih atas


Retensi urin

Disuria Sering berkemih,


Keinginan miksi
mendesak
Nyeri akut

Inkontinensia
urinarius
fungsional

- Kalau berkemih harus menunggu lama


- Kencing terputus-putus
Gangguan eliminasi urine - Berkemih pada malam hari
- Merasa tidak puas setelah berkemih
- Urin terus menetes setelah berkemih
- Kurangnya pancaran urin
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Prostat besar, seperti karet, dan tidak lunak. Prostatisme terlihat.
b) Keraguan dalam memulai berkemih, peningkatan frekuensi berkemih,
nokturia urgensi, mengejan.
c) Penurunan volume dan kekuatan aliran urine, gangguan aliran urine, urine
menetes.
d) Sensasi berkemih yang tidak lampias, retensi urine akut (lebih dari 60mL),
dan UTI berulang.

F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Rencana terapi tergantung pada penyebab, tingkat keparahan obstruksi dan
kondisi pasien. Terapi meliputi :
 Segera melakukan kateterisasi jika pasien tidak dapat berkemih
( konsultasikan dengan alih urologi jika kateter biasa tidak dapat
dimasukkan). Kistostomi suprapubik terkadang diperlukan.
 Menunggu dengan penuh waspada untuk perkembangan penyakit.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
 Penyakit alfa-adrenergik (misalnya: alfuzosin, terazosin), yang
merelaksasi otot polos leher kandung kemih dan prostat, dan
penyekat 5 alfa reduktase.
 Manipulasi hormonal dengan agens antiandrogen mengurangi ukuran
prostat dan mencegah pengubahan testosteron menjadi
dehidrotestosteron (DHT).
 Penggunaan agens fitoterapiutik dan suplemen diet lain (serenoa
repens dan pygeum africanum) tidak direkomendasikan, meskipun
biasa digunakan.
c. Penatalaksanaan Bedah
 Gunakan terapi invasif
 Reseksi bedah
G. KOMPLIKASI
1. Retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih
2. Refluks kandung kemih, hidroureter dan hidronefrosis
3. Gross hematuria dan urinary tract infection (UTI)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk melihat
adanya sel leukosit, dan infeksi. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dam fungsi metabolik.
Pemeriksaan prostase spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi
intravena, USG dan sistoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-buli dan
volume residu urine. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus
urinarius, pembesaran ginjal dan buli-buli. Dari pielografi intravena dapat dilihat
supresi komplit dari fungsi renal,hidroneofrosis dan hidroureter.
3. Pemeriksaan uroflowmetri dan colok dubur
a. Uroflowmetri
Untuk mengetahui derajat obstruksi, yaitu dengan mengukur pancaran
urine pada waktu miksi. Kecepatan aliran urine dipengaruhi oleh kekuatan
kontraksi detrusor, tekanan intra buli-buli, dan tahanan uretra.
b. Colok dubur
Pada perabaan colok dubur, harus diperhatikan konsistensi prostat
(biasanya kenyal), adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas
teraba (Mansjoer, 2000, hal 332)
I. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BPH
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
Identitas penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat,
b. Riwayat penyakit
 Keluhan Utama
 Riwayat Penyakit Sekarang
c. Pola fungsional
Pola aktivitas latihan
.
2. Pemeriksaan fisik
a. TTV : Meliputi TD, RR, Nadi, Suhu.
b. Abdomen
IPPA
c. Genetalia

3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Eliminasi Urine
2. Retensi Urine
3. Inkontinensia Urinaria Fungsional
4. Nyeri Akut
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

1. (00016) gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen pengobatan (2380)
urine selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat: Definisi : fasilitasi penggunaan dan efektifitas
Definisi : disfungsi 1. Eliminasi urin (0503)
eliminasi urine resep yang aman serta penggunaan obat bebas
Definisi : pengumpulan dan pembuangan urin
Batasan karakteristik : Intervensi :
(050301) pola eliminasi diitingkatkan dari skala 1
 Disuria - Tentukan obat apa yang diperlukan, dan
 Inkontinensia ke skala 5
(050307) intake cairan diitingkatkan dari skala 3 dikelola menurut resesp dan atau protokol
 Dorongan berkemih
ke skala 5 - Diskusikan masalah keuangan yang
 Retensi urine
Faktor yang berhubungan : (050313) mengosongkan kantong kemih berkaitan dengan regimen obat
 Obstruksi anatomik sepenuhnya diitingkatkan dari skala 1 ke skala 5 - Tentukan kemampuan pasien untuk
(050311) keinginan mendesak untuk berkemih mengobati diri sendiri dengan cara yang
diitingkatkan dari skala 2 ke skala 5 tepat
1. Keparahan gejala (2103) - Monitor efektifitas cara pemberian obat
Definisi : keparahan respon fisik, emosi , dan sosial yang sesuai
yang tidak diharapkan
- Monitor efek samping obat
Kriteria hasil :
- Monitorinteraksi obat non terapeutikkaji
(210301) intensitas gejala ditingkatkan dari skala 4
ke skala 2 ulang pasien/atau keluarga secara berkala
(210304) terkait ketidaknyamanan ditingkatkan dari mengenai jenis dan jumlah obat yang
skala 4 ke skala 1 dikonsumsi
(210307) terkait kecemasan ditingkatkan dari skala - Pertimbangankan pengetahuan pasien
4 ke skala 2 mengenai obat-obatan
(210308) gangguan penampilan pasien - Pantau kepatuhan mengenai regimen obat
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 1
2. Penuaan fisik (0113)
Definisi : perubahan fisiologis normal yang terjadi
dalam proses penuaan yang dialami
Kriteria hasil :
(011319) status kognitif ditingkatkan dari skala 3
ke skala 1
(011322) tonus otot kandung kemih ditingkatkan
dari skala 4 ke skala 1
(011323) resistensi terhadap infeksi ditingkatkan
dari skala 5 ke skala 1
2. . (00023) Retensi urine Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 Perawatan retensi urin (0620)
Definisi : pengosongan jam pasien menunjukan dapat :
Definisi : meminimalkan rasa takut, cemas,
kandung kemih tidak tuntas 3. Status kenyamanan: fisik (2010)
Batasan karakteristik : merasa dalam bahaya atau ketidaknyamanan
Definisi : kenyamanan fisik yang berkaitan dengan
 Sensasi kandung kemih terhadap sumber yang tidak diketahui.
sensasi tubuh dan meknisme homeostatis
penuh Intervensi:
 Berkemih sedikit Kriteria hasil :
(201004) posisi yang nyaman ditingkatkan dari - Lakukan pengkajian komprehentif sistem
 Sering berkemih
Faktor yang berhubungan : skala 3 ke skala 5 perkemihan fokus terhadap inkontinensia
 Sumbatan saluran (201008) intake cairan ditingkatkan dari skala 2 ke - Berikan privasi dalam melakukan eliminasi
perkemihan skala 5 - Stimulasi refleks kandung kemih dengan
(201021) inkontinensia urin diitingkatkan dari skala membasuhi abdomen dengan air dingin,
2 ke skala 4 memberikan sentuhan paha bagian dalam atau
air yang mengalir
- Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
- Anjurkan pasien/keluarga untuk mencatat urin
output, sesuai kebutuhan
- Anjurkan cara untuk menghindari konstipasi
atau impaksi feses
- Monitor intake dan output
3. (00020) Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Perawatan inkontinensia urine (0610)
urinaria fungsional selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat: Definisi : membantu pasien memulihkan
Definisi : ketidakmampuan 1. Kontinensia urin (0500)
individu, yang biasanya inkontinensianya dan mempertahankan integritas
Definisi : mengendalikan eliminasi urin dari
kontinen, untuk mencapai kulit perineum
toilet tepat waktu untuk kandung kemih
intervensi :
berkemih yang mengalami Kriteria hasil :
(050202) menjaga pola berkemih yang teratur - Identifikasi faktor apa saja penyebab
Pengeluaran urine yatidak
sengajang diitingkatkan dari skala 2 ke skala 5 inkontinensia pada pasien
Batasan karakteristik : (050218) menjaga penghalang lingkungan yang - Jaga privasi pasien saat berkemih
 Sensasi ingin berkemih bebas untuk eliminasi sendiri diitingkatkan dari - Monitor eliminasi urin meliputi :
 mengosomgkan kandung skala 1 ke skala 4 frekuensi, konsistensi., bau, volume, dan
kemih tuntas
(050209) mengosongkan kantong kemih warna urin
Faktor yang berhubungan :
sepenuhnya diitingkatkan dari skala 2 ke skala 5 - Bantu pasien untuk memilih diapers atau
Gangguan fungsi kognisi
2. Perawatan diri: eliminasi (0310) poopok kain yang sesuai dengan
Definisi : tindakan sesorang untuk ke toilet secara
penanganan sementara selama terapi
mandiri dengan atau tanpa bantuan alat
pengobatan sedang dilakukan
Kriteria hasil :
(031001) merespon saat kandung kemih penuh - Diskusikan bersama pasien mengenai
dengan tepat waktu diitingkatkan dari skala 1 ke prosedur tindakan target yang diharapkan
skala 5 Latihan otot pelvis (0560)
(031006) mengosongkan kandung kemih Definisi : memperkuat dan melatih otot levator
diitingkatkan dari skala 2 ke skala 5 ani dan otot levattor ani dan otot-otot urogenital
3. Kognisi (0900) secara sadar, kontraksi berulang untuk
Definisi : kemampuan untuk melakssakan proses mengurangi stres, urgensi berkemih atau berbagai
mental yang kompleks
tipe inkontinensia urin
Kriteria hasil :
Intervensi :
(009014) komunikasi jelas sesuai usia
- Kaji kemampuan urgensi berkemih pasien
diitingkatkan dari skala 3 ke skala 5
(009013) pemahaman tentang makna situasi - Instruksikan pasien untuk menahan otot-
diitingkatkan dari skala 3 ke skala 4 otot sekitar uretra dan anus, kemudian
(009010) menimbang alternatif ketika membuat relaksasi, seolah-olah inigin menahan
keputusan diitingkatkan dari skala 4 ke skala 5 buang air kecil atau buang air besar.
- Instruksikan pasien unutuk melakukan
latihan pengencangan otot, dengan
melakukan 300kontraksi setiap hari,
menahan kontraksi selama 10 detik, dan
relaksasi selama 10 menit diantara sesi
kontraksi, sesuai dengan protokol
- Berikan umpan balik positif selama
lattihan diakukan
4. (00132) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (1400)
Definisi : pengalaman selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat: Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai
1. Kontrol nyeri(1605)
sensori dan emosional tidak tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh
Definisi : tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
pasien
menyenangkan yang muncul Kriteria hasil :
Intervensi:
akibat kerusakan jaringan (160502) mengenali kapan nyeri terjadi
ditingkatkan dari skala 2 ke skala 5 - lakukan pengkajian nyeri komprehensif
aktual atau potensial atau yang meliputi lokasi, karakteristik,
(160505) menggunakan analgestik yang
yang digambarkan sebagai direkomendasikan ditingkatkan dari skala 1 ke onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kerusakan (international skala 4 atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus
(160511) melaporkan nyeri yang terkontrol
Association for the Study of - Observasi adanya petunjuk non verbal
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5
mengenai ketidaknyamanan, terutama
Pain); awitan yang tiba-tiba
2. Kontrol gejala (1680) kepada mereka yang tidak dapat
atau lambat dari intensitas
Definisi : tindakan seseorang untuk mengurangi berkomunikasi secara efektif
ringan hingga berat dengan perubahan fungsi fisik dan emosi yang dirasakan. - Gunakan strategi komunkasi terapeutik
akhir yang dapat diantisipasi untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
Kriteria hasil : sampaikan penerimaan pasien terhadap
atau diprediksi.
(168002) memantau lama bertahannya gejala nyeri
Batasan karakteristik : ditingkatkan dari skala 2 ke skala 5
 Ekspresi wajah nyeri - Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
(168003) memantau keparahan gejala ditingkatkan
 Keluhan tentang intensitas terhadap nyeri
dari skala 3 ke skala 5
menggunakan standar - Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
skala nyeri (168004) memantau frekuensi gejala ditingkatkan
dari skala 1 ke skala 5 respon nyeri
 Mengekspresikan perilaku
- Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
Faktor yang berhubungan : 3. Tingkat nyeri (2102) terhadap kualitas hidup pasien
 Agens cedera biologis Definisi : keparahan nyeri yang diamati atau - Gali bersama pasien faktor-faktor yang
dilaporkan. dapat menurunkan atau memperberat nyeri
Kriteria hasil : - Evaluasi bersama tim kesehatan lainnya
(210206) ekspresi nyeri wajah ditingkatkan dari tentang keefektifan dari tindakan
skala 2 ke skala 5 mengontrol nyeri yang telah digunakan
(212019) focus menyempit dari skala 1 ke skala 4
sebelumnya
(212009) ketegangan otot ditingkatkan dari skala 2
Pemberian Analgesik (2210)
ke skala 3
 Definisi : penggunaan agen farmakologi  untuk  
mengurangi atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
- Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
- Cek adanya riwayat alergi obat
- Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan
serta dalam pemilihan analgesik, rute, dan
dosis dan keterlibatan pasien, sesuai kebutuhan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non
narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari analgetik dan
efek-efek yang tidak diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
efek analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
Manajemen lingkungan : kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan pasien untuk
mendapatkan kenyaman yang optimal
Intervensi :
- Tentukan tujuan pasien dan keluarga
dalam mengelola lingkungan dan
kenyamanan yang optimal
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang
tepat
- Cepat bertindak jika terdapat panggilan
bel, yang harus selalu dalam jangkuan
- Tentukan hal-hal yang menyebabkan
ketidaknyamanan seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang paling
nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga
kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI
Smeltzer, Susan C. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.12.
Jakarta : EGC.
DiGiulio, Mary, Donna Jackson, Jim Keogh. 2007. Keperawatan Medikal Bedah :
DeMYSTiFieD. Yogyakarta : Rapha Publishing
Herdman, T.Heather, Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017, ed.10. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria M. , dkk. 2013. Nursing Interventions Classification . Kidlington
Oxford : ELSEVIER
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification . Kidlington Oxford :
ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai