Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DETEKSI DINI MASA PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR,
BAYI BALITA

Oleh:
KURNIATI DODA
NIM :02.2018.014

PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas berkat
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “DETEKSI DINI
MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR ,BAYI
BALITA “Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk
memahami tentang “ deteksi dini masa pertumbuhan dan perkembangan bayi baru
lahir,bayi balita.Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat menjadi dasar
pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini. Semoga TUHAN Memberkati kita semua.

Palopo, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................


KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG .............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. TUJUAN...................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................


A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan............................................
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak. .
C. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak............................................................
D. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak...................
E. Rujukan Dini Tumbuh Kembang Balita....................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................


A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSRAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakanadambaan setiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan
anaknya tumbuh kembang secaraaoptimal (Soetjiningsih, 2015). Kualitas seorang
anak dapat dinilaiadari proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah
suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali ke asal) sedangkan perkembangan adalah salah satu
indikator dalamamemantau kesehatan anak. Perkembangan anak mencakup
perkembangan personal sosial, motorikakasar, bahasa, dan motorik halus (Kharisma
& Sri, 2016).
Perkembangan paling pesat terjadi pada usia 1-5 tahun karena masa
perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting. Anak usia 5
tahun atau masa balita disebut juga sebagai masa keemasan (Golden Periode), jendela
kesempatan (Window Opportunity) atau masa kritis (Critical Periode) karena periode
iniamerupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan mengalami
peningkatan yang pesat pada otak atau masa yang paling peka dalam menerima
masukan darialingkungan sekitarnya (Wijaya, 2009)
Menurut Soetjiningsih (2015), penyebab dari keterlambatan perkembangan
anak salah satunya adalah kurang aktifnya perilaku orangtua dalam 6 memberikan
stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang kepada anak, ketidaktahuan
orangtua terhadap pentingnya SDIDTK. Namun sebagian orangtua belum memahami
hal ini, terutama orangtua yang mempunyai motivasi rendah dalam melakukan
SDIDTK anaknya sesuai dengan usia perkembangan. Perilaku tersebut timbul karena
masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa memberikan SDIDTK pada anak
dengan sendirinya akan dimiliki jika waktunya tiba, padahal pengetahuan tentang
SDIDTK harus dipahami dengan benar oleh setiap orangtua. Seorang ibu harus
mengetahui tentang tahapan perkembangan anak dan stimulasi agar perkembangan
anak menjadi optimal. Saat ibu mengetahui ada keterlambatan perkembangan anak
dan penyebabnya karena ibu yang kurang aktif dalam pemberian SDIDTK, maka
faktor utama yang harus dirubah adalah perilaku orangtua (Christi,2013)
Kesadaran orangtua untuk memeriksakan anak balitanya secara rutin di
PuskesmasAmasih terbilang rendah. Padahal, pemeriksaan rutin seperti menimbang
berat dan mengukur tinggi badan di Puskemas sangat diperlukan untuk
memantauamasa pertumbuhan anak. Gangguan pertumbuhan (Growth faltering) pun
bisa terdeteksi dan diatasi lebih dini.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaiamana cara deteksi dini masa pertumbuhan dan perkembangan bayi baru
lahir, bayi balita

C. TUJUAN
Untuk mengetahui Bagaiamana cara deteksi dini masa pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir, bayi balita
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Soetjiningsih (2005), istilah tumbuh kembang mencakup dua
peristiwa yang berbeda sifatnya. Namun, peristiwa tersebut saling berkaitan dan sulit
untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Tumbuh kembang adalah
proses yang continuem dimulai sejak konsepsi sampai maturitas, atau dewasa. Setelah
kelahiran, tumbang anak dengan mudah diamati (Marmi 2015).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,


jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram,pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh
(Soetjiningsih, 2016).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya proses
diferensiensi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2016).

Soetjiningsih (2008) menyatakan stimulasi adalah rangsangan yang datangnya


dari lingkungan di luar individu anak antara lain berupa latihan atau bermain.

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan
dan perkembangan yang sesuai dengan usianya (Kementrian Kesehatan RI tahun
2012).

Masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran


sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat merupakan landasan
perkembangan berikutnya, sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 2010). Ada
beberapa aspek yang perlu dipantau untuk mendeteksi perkembangan balita, yaitu:

1. Gerak kasar atau Motorik kasar adalah gerakan yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses
pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, contohnya kemampuan
mengayuh sepeda roda tiga, berdiri satu kaki, dan melompat.
2. Gerak halus atau Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan menggambar lingkaran dan menyusun
balok. Kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan
optimal (Marmi, 2015).
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
dan sebagainya (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakann hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Kemenkes RI, 2012) :
1. Faktor dalam (internal)
Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak :
a. Ras atau etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras atau bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis Kelamin
Faktor Reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan cepat.
e. Genetik anak
Genetik (Heredokonstituional) adalah bawaan yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom pada umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindrom down dan sindrom turner.

2. Faktor luar (Eksternal)


a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR (berat bayi lahir rendah) atau lahir mati dan
jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu pula menyebabkan

hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir , bayi baru
lahir mudah terkena infeksi ,abortus dan sebagainya.(Sutjiningsih, 1995)
2) Mekanis
Trouma dan cairan ketuban yang kurang menyebabkan kelainan pada bayi
yang dilahirkan. Demikian pula dengan Posisi fetus yang abnormal bisa
menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot, talipes, dislokasi
panggul, palsi fasialis atau kranio tabes.
3) Toksin atau zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis. Demikian pula dengan ibu hamil
yang perokok berat/peminum alcohol kronis sering melahirkan berat badan
lahir rendah,lahir mati, cacat, atau retardasi mental.keracunan logam berat
pada ibu hamil , misalkan karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri
dapat menyebabkan mikrosefal dan palsi serevralis.
4) Endokrin
Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke11 meningkat sampai
bulan ke-6 kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui
pengaturan keseimbangan grukosa darah, sintesis protein janin, dan
pengaruhnya pada pembesaran sel sesudah minggu ke-30 sedangkan fungsi
IGFs (insulin-like growft factors) pada janin belum diketahui jelas. Cacat
bawaan sering terjadi pada ibu Diabetes melitus dan meyebabkan
makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
5) Radiasi
6) Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas nggota
gerak , kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
7) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toxoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus, herpes simplek ) sedangkan infeksi lainnya yang
juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, coxsackie,

echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, lepteriosis,


leptospira, mikoplasma ,virus influensa, dan virus hepatitis.
8) Kelaianan imunologi
Eritoblatosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antiibodi terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak
9) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
10) Stres
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain caccat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
11) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.

b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkana kerusakan jaringan otak.

c. Faktor Pascapersalinan
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
2) Penyakit kronis atau kelainan congenital
Tuberkulosis, anemia, kelaianan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan fisis dan kimia


Lingkungan sering disebut Melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider) . sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurnanya sinar matahari, paparan inar radioaktif, zat kimia
tertentu (pb, mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembanganya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pad penyakit hipertiroid akan menyebabkan anak
mengalami pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan social-ekonominy cukup,
akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih saying yang diterima
anak. Lebih lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pad keluarga anak
yang ekonominya kurang jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan
kurangnya kasih saying danperhatian pada anak, Kemiskinan selalu berkaitan
dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan
ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. Oleh karena itu keluarga
berencana tetap diperlukan.
7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan interaksi ibu-anak sangat memepengaruhi
tumbuh kembang anak.
8) Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebaginya
9) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
10) Motivasi belajar
Dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar , misalkan adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku
,suasana tenang serta sarana lainnya.
11) Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya , misalkan
anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara , nafsu makan menurun,
dan sebaginya.
12) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteriod jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf
yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

C. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak.


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri
jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat, karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, ketika pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat mengalami pertambahan
umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak
bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya
7. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak
bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya

D. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak


1. Tumbuh Kembang Anak
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Masing-masing anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin
dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak
dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak
(Kemenkes,2012, hlm.15).
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menentukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak prasekolah.dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat
terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Kemenkes, 2012, hlm. 40).
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur
stimulasi (Kemenkes, 2012, hlm.15).

Tabel 1. Kelompok umur stimulasi anak


No. Priode Tumbuh Kembang Kelompok Umur
Stimulasi
1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan

3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan


Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 361-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4. Masa anak prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan
Sumber :
2. Stimulasi tumbuh kembang balita usia 0-3 bulan dan 3-6 bulan
Menurut Kemenkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya
berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan
perkembangan dan deteksi penyimpangan mental emosional. Jadwal kegiatan
dan jenis skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
balita dan anak pra sekolah adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jadwal dan Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan


Perkembangan Pada Balita dan Anak Pra Sekolah
Umur Jenis deteksi tumbuh kembang yang harus dilakukan
anak
Deteksi dini Deteksi dini Deteksi dini
penyimpangan penyimpangan penyimpangan mental
pertumbuhan perkembangan emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH
0 bln √ √
3 bln √ √ √ √
6 bln √ √ √ √
9 bln √ √ √ √
12 bln √ √ √ √
15 bln √ √
18 bln √ √ √ √ √
21 bln √ √ √
24 bln √ √ √ √ √
30 bln √ √ √ √

36 bln √ √ √ √ √ √


42 bln √ √ √ √

48 bln √ √ √ √ √

54 bln √ √ √ √

60 bln √ √ √ √ √

66 bln √ √ √ √

72 bln √ √ √ √ √

Sumber : Kemenkes, 2012, hlm. 15

Keterangan :

BB/TB : Berat Badan Terhadap Tinggi badan

LK : Lingkar Kepala

KPSP : Kuesuiner Pra Skrining Perkembangan

TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional

CHAT : Ceklist For Autism In Toddler

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan hiperaktivitas

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-
waktu pada keadaan kasus rujukan, ada dicurigai anak mempunyai penyimpangan
pertumbuhan, dan jika ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
Meningkatkan kecerdasan motorik anak sangat penting, karena suksesnya
perkembangan tersebut menjadi landasan bagi perkembangan pada aspek yang
lain. Untuk mencapainya, dapat dilakukan dengan cara menstimulasi anak.
Stimulasi dianggap dapat menimbulkan respon yang berefek sebagai latihan
motorik pada usia kanak-kanak yang memang sedang dalam masa pertumbuhan
yang cukup cepat. Beberapa stimulasi dapat diberikan untuk anak sesuai dengan
tingkatan usia masing-masing.
Cara menstimulasi kecerdasan motorik pada bayi

a. Menatap mata
b. Mengajak bicara dengan mimik ekspresi
c. Menyusui
d. Mengelitik tubuh
e. Bernarasai ketika beraktifitas
f. Menyanyi bersama
g. Mengenalkan berbagai tekstur
h. Bermain warna
i. Bermain wajah lucu (Indrijati Herdina: 2017)

Apabila anak umur 0 – 5 tahun kurang mendapat stimulasi di rumah, maka


biasanya akan memperlihatkan gejala – gejala yang mengarah pada kemungkinan
ada penyimpangan perkembangan. Pada anak tersebut apabila dilakukan
intervensi dini yang dilakukan secara benar dan intensif, sebagian besar gejala –
gejala penyimpangan dapat di atasi dan anak akan tumbuh berkembang normal
seperti anak sebaya lainnya. Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan
anak adalah untuk mengkoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau
penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk
melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah
sesegera mungkin ketika usia anak masih dibawah lima tahun.
Berikut ini contoh tindakan intervensi perkembangan yang dilakukan pada
anak dengan masalah perkembangan:
Tahapan Perkembangan dan Stimulasi Umur 0-3 Bulan :
a. Gerak Kasar
1) Tahapan perkembangan mengangkat kepala setinggi 45° Stimulasi :
a) Mengangkat kepala 45°
Letakkan bayi pada posisi telungkup. Gerakkan sebuah mainan
berwarna cerah atau buat suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia
akan belajar mengangkat kepalanya. Secara berangsur-angsur ia akan
menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat kepala dan dadanya.
b) Menahan kepala tetap tegak
Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan
kepalanya tetap tegak
2) Tahapan perkembangan menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
Stimulasi:
Berguling Letakkan mainan berwama cerah di dekat bayi agar ia
dapat melihat dan tertarik pada mainan tersebut. Kemudian pindahkan
benda tersebut ke sisi lain dengan perlahan. Awalnya, bayi perlu dibantu
dengan cara menyilangkan paha bayi agar badannya ikut bergerak miring
sehingga memudahkan bayi berguling.

b. Gerak Halus
1) Tahapan perkembangan melihat dan menatap wajah
anda Stimulasi:
Melihat, meraih dan menendang mainan gantung. Gantungkan
mainan/benda pada tali diatas bayi dengan jarak 30 cm atau sekitar 2
jengkal tangan orang dewasa. Bayi akan tertarik dan melihat sehingga
menggerakkan tangan dan kakimya sebagai reaksi, pastikan benda tersebut
tidak bisa dimasukkan ke mulut bayi dan tidak akan terlepas dari ikatan
2) Tahapan perkembangan merespon dengan tersenyum Stimulasi:
Meraba dan memegang benda
Letakkan benda atau mainan kecil yang berbunyi dan berwarna cerah di
tangan bayi atau sentuhkan benda tersebut pada punggung jari-jarinya.
Amati cara ia memegang benda tersebut, hal ini berhubungan dengan
suatu gerak reflek, meraba dan merasakan berbagai bentuk. Semakin
bertambah umur bayi, ia akan semakin mampu memegang benda-benda
kecil dengan ujung jarinya (menjepit). Jaga agar benda itu tidak melukai
bayi atau tertelan dan membuatnya tersedak

c. Bicara Dan Bahasa


1) Tahapan perkembangan merespon dengan bersuara dan
tersenyum Stimulasi:
a) Mengajak bayi tersenyum
b) Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi dengan bahasa ibu sesering mungkin
menggunakan setiap kesempatan seperti waktu memandaikan bayi,
mengenakan pakaiannya, menyusui, di tempat tidur, ketika anda
sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya
2) Mengenali berbagai suara
a) Ajak bayi mendengarkan berbagai suara seperti suara orang, binatang,
radio dan sebagainya. Bayi tidak mendengar dan melihat TV sampai
umur 2 tahun.
b) Tirukan ocehan bayi sesering mungkin agar terjadi komunikasi dan
interaksi

d. Sosialisasi Dan Kemandirian


Tahapan Perkembangan Mengenal orang terdekat melalui penglihatan,
penciuman, dan pendengaran, kontak.
Stimulasi:
Melihat, meraih dan menendang mainan gantung Gantungkan
mainan/benda pada tali diatas bayi dengan jarak 30 cm atau sekitar 2 jengkal
tangan orang dewasa. Bayi akan tertarik dan melihat sehingga menggerakkan
tangan dan kakimya sebagai reaksi, pastikan benda tersebut tidak bisa
dimasukkan ke mulut bayi dan tidak akan terlepas dari ikatan.

e. Sosialisasi Dan Kemandirian


Tahapan Perkembangan Mengenal orang terdekat melalui penglihatan,
penciuman, dan pendengaran, kontak.
Stimulasi:
1) Memberi rasa aman dan kasih sayang. Sesering mungkin peluk dan belai
bayi, bicara kepada bayi dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih
sayang. Sesering mungkin ajak bayi dalam kegiatan anda. Ketika bayi
rewel, cari sebabnya dan atasi masalahnya.
2) Menina bobokan. Ketika menidurkan bayi, bersenandunglah dengan nada
lembut dan penuh kasih sayang, ayun perlahan bayi anda sampai tertidur.
3) Meniru ocehan dan mimik muka bayi. Perhatikan apa yang dilakukan oleh
bayi, kemudian tirukan ocehan dan mimik mukanya. Selanjutnya bayi
akan menirukan anda.
4) Mengayun bayi. Untuk menenangkan bayi, ayunkan bayi sambil bernyanyi
dan penuh kasih sayang.
5) Mengajak bayi tersenyum. Sesering mungkin ajak bayi tersenyum dan
tatap mata bayi. Balas tersenyum sertiap kali bayi tersenyum kepada anda.
Buat suara-suara yang menyenangkan dan berbicara dengan bayi sambil
tersenyum.
6) Mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan disekitarnya.
Gendong bayi berkeliling sambil memperlihatkan/menunjuk benda yang
menari. Sangga bayi pada posisi tegak menghadap ke depan sehingga ia
dapat melihat apa yang terjadi disekitarnya. (Kemenkes, 2016)
Tahapan Perkembangan Dan Stimulasi Umur 3-6 Bulan:
a. Gerak kasar
1). Tahapan perkembangan berbalik dari telentang ke telungkup dan sebaliknya
Stimulasi perlu dilanjutkan.
a) Berguling
b) Menahan kepala tetap tegak

2). Tahapan perkembangan mengangkat kepala setinggi 90°


Stimulasi:
Menyangga berat badan. Angkat badan bayi melalui bawah ketiaknya ke
posisi berdiri. Perlahan-lahan turunkan badan bayi hingga kedua kaki
menyentuh meja, tempat tidur atau pangkuan anda. Coba agar bayi mau
mengayunkan badannya dengan gerakan naik turun serta menyangga
sebagian berat badannya dengan kedua kaki bayi.

3). Tahapan perkembangan mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan


stabil.
Stimulasi:
a). Mengembangkan kontrol terhadap kepala. Latih bayi agar otot-otot
lehernya kuat. Letakkan bayi pada posisi telentang. Pegang kedua
pergelangan tangan bayi, tarik bayi perlahan-lahan ke arah anda, hingga
badan bayi terangkat ke posisi setengah duduk. Jika bayi belum dapat
mengontrol kepalanya (kepala bayi tidak ikut terangkat), jangan lakukan
latihan ini. Tunggu sampai otot-otot leher bayi lebih kuat.

b). Duduk. Bantu bayi agar bisa duduk sendiri, mula-mula bayi didudukkan
di kursi dengan sandaran agar tidak jatuh ke belakang. Ketika bayi dalam
posisi duduk, beri mainan kecil ditangannya. Jika bayi belum bisa duduk
tegak, pegang badan bayi. Jika bayi bisa duduk tegak, dudukkan bayi di
lantai yang beralaskan selimut, tanpa sandaran atau penyangga.
b. Gerak halus
1). Tahapan perkembangan menggenggam jari orang lain.
Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a). Melihat, meraih dan menendang mainan gantung
b). Memperhatikan benda bergerak
c). Melihat benda-benda kecil
d). Meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan
2). Tahapan perkembangan meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
Stimulasi:
Memegang benda dengan kuat. Letakkan sebuah mainan kecil
yang berbunyi atau berwarna cerah di tangan bayi. Setelah bayi
menggenggam mainan tersebut, tarik pelan-pelan untuk melatih bayi
memegang benda dengan kuat.
3). Tahapan perkembangan Memegang tangannya sendiri
Stimulasi:
Memegang benda dengan kedua tangan. Letakkan sebuah benda
atau mainan ditangan bayi dan perhatikan apakah dia akan memindahkan
benda tersebut ketangan lainnya. Usahankan agar tangan bayi, kiri dan
kanan, masing-masing memegang benda pada waktu yang sama Mula-
mula bayi dibantu, letakkan mainan disatu tangan dan kemudian usahakan
agar bayi mau mengambil mainan lainnya dengan tangan yang paling
sering digunakan.
4). Tahapan perkembangan menengok ke kanan dan ke kiri serta ke atas
dan kebawah.
Stimulasi:
Mengambil benda-benda kecil Letakkan benda kecil seperti
potongan-potongan biskuit di hadapan bayi. Ajari bayi mengambil benda-
benda tersebut. Jika bayi telah mampu melakukan hal ini, jauhkan pil/obat
dan benda kecil lainnya dari jangkauan bayi.
5). Tahapan perkembangan
a). Berusaha memperluas pandangannya.
b). Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
Stimulasi:
Jatuhkan sebuah kancing atau benda kecil lainnya yang
berwarna terang di depan anak ke permukaan putih seperti kertas putih
dengan jarak yang mudah dijangkau oleh anak. Gendong anak dengan
menghadap kedepan dan bawa ke taman atau halaman rumah.

c. Bicara dan bahasa


1). Tahapan perkembangan mengeluarkan suara gembira bernada tinggi
atau memekik.
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
a). Bicara
b). Meniru suara-suara
c). Mengenali berbagai suara
2. Mencari sumber suara.
a). Latih bayi agar menengok ke arah sumber suara
b). Arahkan mukanya ke arah sumber suara. Mula-mula muka bayi
dipegang dan dipalingkan perlahan lahan ke arah sumber suara, atau bayi
dibawa mendekati sumber suara.
3. Menirukan kata-kata. Ketika berbicara dengan bayi, ulangi beberapa kata
berkali-kali dan usahakan agar bayi menirukannya. Yang paling mudah
ditirukan oleh bayi adalah kata yang menggunakan huruf vocal dan
gerakan bibir. Contohnya: papa, mama, baba.

d. Sosialisasi dan kemandirian


1). Tahapan perkembangan Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang
menarik saat bermain sendiri.
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
a). Memberi rasa aman dan kasih sayang. b).
Mengajak bayi tersenyum.
c). Mengamati. d).
Mengayun.
e). Menina bobokan.
2. Bermain "Cilluk-ba"
3. Tutup wajah sampai tertutup semua bagian wajah anda dan buka secara
tiba-tiba untuk dilihat bayi. Cara lain adalah mengintip bayi dari balik pintu
atau tempat tidumya.
4. Melihat dirinya dikaca. Pada umur ini, bayi senang melihat dirinya di
cermin. Bawalah bayi melihat dirinya dicermin yang tidak mudah pecah.
5. Berusaha meraih mainan. Letakkan sebuah mainan sedikit diluar jangkauan
bayi. Gerak-gerakkan mainan itu didepan bayi sambil bicara kepadanya
agar ia berusaha untuk mendapatkan mainan itu. Jangan terlalu lama
membiarkan bayi berusaha meraih mainan tersebut, agar anak merasa
berhasil. (Kemenkes, 2016)

3. Jenis Skrining dan Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang


Jenis kegiatan deteksi atau disebut juga skrining, dalam SDIDTK adalah
sebagai berikut :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat
Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi Pendeteksian
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya
Lihat (TDL), Tes Daya Dengar (TDD)
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME), Check List for Autism
in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis, Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Hubungan antara umur anak dan jenis skrining/pendeteksian dini dari
penyimpangan tumbuh kembang dapat dilihat pada gambar berikut :
Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan deteksi/
skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal
atau tidak. Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur
anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal
skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang
lebih muda.

d. Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur. Formulir


KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak, petugas memeriksa/menanyakan kepada orang tua
dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk untuk setiap kelompok umur
anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.

e. Interpretasi hasil KPSP :


Jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak SESUAI
dengan tahap perkembangannya, jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti
perkembangan anak MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya"
berjumlah 6 atau kurang berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN
perkembangan anak.

Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1) Berikan pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2) Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3) Berikan stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak.
4) Libatkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina
Keluarga Balita, ketika anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan kelompok bermain dan TK.
5) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada
berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan
sampai 72 bulan.

Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:


1) Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.
4) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
5)Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6)Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpanga (P).

Tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:


Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian).
(Kemenkes RI: 2012)

Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu perkembangan


anak Penyimpangan (P) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining pemeriksaan KPSP
jawabn “YA” = 6 atau dibawah skor 6.
Lakukan intervensi sebagai berikut:
1). Anjurkan orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering
mungkin, penuh kesabaran dan kasih saying, bervariasi dan sambil bermain
dengan anak agar anak tidak bosan.
2). Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3 – 4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,
dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensikan lagi.
3). Minta orang tua atau keluarga datang kembali/control 2 minggu kemudian
untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada
kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
KPSP yang sesuai dengan umur skrining terdekat.

Tes Daya Dengar (TDD)


Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. Jadwal TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan),
dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas.
Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru
TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
1) Pemeriksa memakai alat atau instrumen TDD menurut usia anak, gambar-
gambar binatang dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan
bola). Pada anak usia kurang dari 24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh
orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan
berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang tua/pengasuh untuk
dikerjakan anak. Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam
melakukan perintah yang diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya'
bila anak dapat melakukan yang diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak
adapat atau tidak mau melakukan perintah.
2) Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak"
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya: bila
perlu pemeriksaan diulang 2 minggu kemudian untuk meyakinkan bahwa ada
gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke Rumah Sakit bila diduga mengalami
gangguan pendengaran.

E. Rujukan Dini Tumbuh Kembang Balita


Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan balita
tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :

1. Tingkat keluarga dan masyarakat


Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan
pemantauan tumbuh kembang buku KIA
2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila
kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka
dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka
perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik
tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium atau pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi
sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang
anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan
mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat. (Kemenkes, 2012:4)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak alus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes, 2012:4)
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah suatu
pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak
usia 3-72 bulan. Setelah melakukan asuhan kebidanan Stimulasi deteksi
dini tumbuh kembang anak Didesa Margototo Lampung timur, didapatkan
data An. M umur 49 bulan dengan perkembangan Penyimpangan.
Kemudian melakukan tindakan intervensi sesuai dengan kebutuhan anak.
melaporkan kepada pihak puskesmas bahwa didesa margototo terdapat
anak dengan perkembangan penyimpangan. Pihak Puskesmas memberikan
intervensi dan harus dilakukan evaluasi setalah 1 minggu, An.M
mengalami perubahan, dan harus selalu dipantau setiap minggunya

B. Saran
Diharapkan kepada ibu untuk lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai ASI, selain informasi yang didapatkan dari petugas Kesehatan,
ibu bisa membaca dan mencari literatur tentang ASI dari internet sehingga
Ibu dapat memberikan ASI secara Ekslusif kepada bayinya dan dapat
mengerti pentingnya manfaat ASI Ekslusif untuk bayinya dan dapat
memberikannya dengan benar.
DAFTAR PUSRAKA

Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California:


Academic Press.
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Jakarta: EGC. Meadow, R dan Newll, S. 2002. Lecture Notes Pediatrica.
Jakarta: Erlangga. Setiati, T. E., et al (ed). 1997. Tumbuh Kembang Anak
dan Masalah Kesehatan Terkini. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Kariadi.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Soetjiningsih.
2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai