Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEEFEKTIVAN INDUKSI KESELAMATAN DENGAN

METODE KONVENSIONAL DI PT BHUMI PHALA PERKASA


BALIKPAPAN
Muhammad Irvan1; Yan Fuadi2
Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Diploma Empat Universitas Balikpapan
Jl. Pupuk Raya, Gn. Bahagia, Balikpapan, Kalimantan Timur, 76114
Email : 1radityairvan124@gmail.com ; 2yfuadi02@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Induksi Keselamatan dengan Metode Konvensional
di PT Bhumi Phala Perkasa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan Baru dan Siswa magang/Pkl PT Bhumi Phala Perkasa 30 orang.
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh dengan mengambil keseluruhan responden yaitu
30 orang. Analisis data dilakukan menggunakan model evaluasi Kirkpatrick (Level 1-3) hanya sampai pada level 3,
sedangkan level 4 untuk mengetahui dampak perubahan perilaku pekerja terhadap tingkat produktivitas perusahaan
dan analisis bivariat dengan uji statistik Paired T-Test. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,000 < 0,05, karena nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan strategi induksi K3 dapat meningkatkan hasil tes pada pekerja PT Bhumi
Phala Perkasa.
Kata Kunci : Efektivitas, Induksi Keselamatan, Metode Konvensional

Abstrack: This research is to find out efectivity of safety induction with conventional method at PT Bhumi Phala
Perkasa. The method of data collection are questionnaire, observation and also documentation. Population in this
research is the new employee and some internship students at PT Bhumi Phala Perkasa which are 30 respondent.
The sampling method that use in this research is saturated sampling technique, it take the all 30 respondent. Data
analysis using Kirkpatrick evaluation mode (Level 1-3) just on the level 3 and the level 4 to know the impact of
employee behavior to company productivity level and bivariate using Paires T-Test. Acording to the result of the
research, Sig. value show (2-tailed) 0,000 < 0,05, because Sig. Value (2-tailed) 0,000 smaller than 0,05 it can be
concluded that safety induction strategy can improved the test result of employee at PT Bhumi Phala Perkasa.

Keywords : Efektivitas, Safety Induction, Konvensional Method

PENDAHULUAN merupakan wujud nyata dari pelaksanaan


Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
Safety Induction merupakan kegiatan Tentang Keselamatan Kerja.
penginformasian keselamatan yang diberikan Dalam pembelajaran konvensional
kepada tenaga kerja baru, tamu atau pihak- (tidak menggunakan media pembelajaran)
pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi hanya cenderung berorientasi pada target
perusahaan. Tujuan dari safety induction penguasaaan materi, sebagai contoh
adalah untuk mengkomunikasikan bahaya- pendekatan konvensional dalam
bahaya yang terdapat selama pembelejaran adalah menghapal. Dari sisi
pekerjaan/kunjungan, sehingga diketahui penguasaan materi, menghapal terbukti
tindakan pengendalian terhadap bahaya berhasil dalam meningkatkan hasil belajar
tersebut. Selain itu safety induction
mahasiswa, tetapi gagal dalam membekali pihak yang terlibat dalam kegiatan
mahasiswa memecahkan persoalan dalam produksi. Salah satu bentuk komunikasi
jangka penjang dan juga proses pembelajaran yang dilakukan perusahaan melalui safety
membutuhkan waktu yang relatif lama. induction.
Tentunya hal ini berimbas pada prestasi Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
belajar mahasiswa mengetahui safety induction yang diberikan
Efektivitas pembelajaran secara perusahaan telah menjadi jalan komunikasi
konseptual dapat diartikan sebagai perlakuan yang baik untuk tenaga kerja baru, siswa
dalam proses pembelajaran yang memiliki magang atau pihak-pihak yang terlibat
ciri-ciri : a) suasana yang dapat berpengaruh, dalam kegiatan produksi perusahaan. Hal
atau hal yang berkesan terhadap penampilan; tersebut membuat penulis melakukan
dan b) keberhasilan usaha atau tindakan yang penelitian “Efektivitas Induksi Keselamatan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. dengan Metode Konvensional di PT Bhumi
efektivitas pembelajaran melalui media visual Phala Perkasa.
dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa/mahasiswa ketika belajar (membaca) KAJIAN PUSTAKA
teks yang bergambar atau moving. Gambar,
a. Efektivitas
simbol atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikapsiswa. Efektivitas merupakan unsur pokok
Divisi untuk mendukung aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
PT. Bhumi Phala Perkasa antara lain, telah ditentukan di dalam setiap organisasi,
Cooling Systems Division (Fabrikasi, Re- kegiatan ataupun program. Disebut efektif
engineering, Repair dan Refurbishment apabila tercapai tujuan ataupun sasaran
untuk radiator, Lube oil coolers, gas cooler seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
dan heat exchangers), Divisi Engine (Re- dengan pendapat H. Emerson yang dikutip
engineering, Repair, Overhaul dan Soewarno Handayaningrat S. (1994:16)
refurbishment dari setiap jenis mesin), yang menyatakan bahwa “Efektivitas
Divisi Filtrasi (Advanced Filtration dan adalah pengukuran dalam arti tercapainya
Separation Applications), Divisi pompa / tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Valve (Repair, Overhaul dan Selanjutnya Steers (1985:87)
Refurbishment semua jenis pompa / valve), mengemukakan bahwa: “Efektivitas adalah
Divisi crane (Re-engineering, jangkauan usaha suatu program sebagai
Maintenance, Inspeksi, repair dan suatu sistem dengan sumber daya dan
Replacement untuk semua jenis crane), sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan
Divisi Mesin (Fabrikasi, Re-engineering, sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan
Repair dan Refurbishment) dan dua divisi sumber daya itu serta tanpa memberi
pendukung internal, Fabrikasi & Services. tekanan yang tidak wajar terhadap
Dalam setiap tahap kegiatan pelaksanaannya”.
produksinya memiliki potensi bahaya yang Dari beberapa pendapat di atas
sewaktu-waktu dapat menimbulkan mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
terjadinya kecelakaan kerja maupun bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh menyatakan seberapa jauh target
faktor manusia, lingkungan, hingga (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah
lemahnya peraturan dan pengawasan. dicapai oleh manajemen, yang mana target
Potensi bahaya yang ada di perusahaan tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
perlu dikomunikasikan dengan baik kepada Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang dan organisasi. Tingkat rasa puas
menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah individu bahwa mereka merasa
suatu ukuran yang menyatakan seberapa dihargai karena pekerjaan mereka.
jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) f) Beban Pekerjaan
telah tercapai. Dimana makin besar
Beban pekerjaan yang diberikan
persentase target yang dicapai, makin
pimpinan kepada bawahan sesuai
tinggi efektivitasnya”.
dengan kemampuan seseorang dan
sesuai dengan jumlah kelompok
b. Ukuran Efektivitas
mereka.
Menurut Campel yang dikutip Ricard M, g) Waktu Menyelesaikan Tugas
Steers (1998) untuk mengukur efektivitas Waktu merupakan salah satu
kerja ada beberapa variabel yang biasa pengukuran efektivitas kerja yang
digunakan yaitu : sangat penting sebab dapat dilihat
a) Kesiagaan apakah waktu yang digunakan suatu
organisasi sudah dijalankan dengan
Penilaian menyeluruh sehubungan
sebaik-baiknya oleh setiap anggota
dengan kemungkinan bahwa
organisai (Steer, 1998)
organisasi mampu menyelesaikan
sebuah tugas khusus dengan baik jika c. Metode Konvensional
diminta.
b) Kemangkiran Menurut Djamarah (1996), metode
Frekuensi kejadian-kejadian pekerja pembelajaran
bolos dari pekerjaan. Konvensional adalah metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan metode
c) Semangat Kerja
ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
Kecenderungan anggota organisasi dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
berusaha lebih keras mencapai tujuan antara guru dengan anak didik dalam proses
dan sasaran organisasi termasuk belajar dan pembelajaran. Pembelajaran
perasaan terikat. Semangat kerja pada metode konvesional, peserta didik
adalah gejala kelompok yang lebih banyak mendengarkan penjelasan guru
melibatkan kerja sama dan perasaan di depan kelas dan melaksanakan tugas jika
memiliki. guru memberikan latihan soal-soal kepada
d) Motivasi peserta didik.
Kecenderungan seseorang individu
Metode lainnya yang sering
melibatkan diri dalam kegiatan
digunakan dalam metode konvensional
berarahkan sasaran dalam pekerjaan,
antara lain adalah ekspositori. Metode
ini bukanlah perasaan senang yang
ekspositori ini seperti ceramah, di mana
relative terhadap hasil berbagai
kegiatan pembelajaran terpusat pada guru
pekerjaan sebagaimana halnya
sebagai pemberi informasi (bahan
kepuasan, tetapi lebih merupakan
pelajaran). Ia berbicara pada awal pelajaran,
perasaan sedia atau rela bekerja
menerangkan materi dan contoh soal disertai
untuk mencapai tujuan pekerjaan.
tanya jawab. Peserta didik tidak hanya
e) Kepuasan Kerja mendengar dan membuat catatan. Guru
Tingkat kesenangan yang dirasakan bersama peserta didik berlatih
seseorang atas peran pekerjaannya menyelesaikan soal latihan dan peserta didik
bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menggunakan reaction sheet yang
memeriksa pekerjaan peserta didik secara berbentuk kuesioner. Evaluasi terhadap
individual, menjelaskan lagi kepada peserta reaksi ini sebenarnya dimaksudkan
didik secara individual atau klasikal. untuk mendapatkan respon dari peserta
terhadap kualitas penyelenggaraan
d. Model Evaluasi Pelatihan pelatihan. Oleh karena itu waktu yang
paling tepat untuk menyebarkan
Model Kirkpatrick merupakan model
kuesioner adalah pada setiap sesi dari
evaluasi pelatihan yang memiliki
pelaksanaan pelatihan, setelah pelatihan
kelebihan karena sifatnya yang
berakhir atau beberapa saat sebelum
menyeluruh, sederhana, dan dapat
pelatihan itu berakhir.
diterapkan dalam berbagai situasi
pelatihan. Menyeluruh dalam artian
model evaluasi ini mampu menjangkau b) Level 2 (Belajar)
semua sisi dari suatu program pelatihan. Evaluasi di level 2 bertujuan untuk
Dikatakan sederhana karena model ini mengukur tingkat pemahaman peserta
memiliki alur logika yang sederhana terhadap materi training atau sejauh
dan mudah dipahami serta kategorisasi mana daya serap peserta program
yang jelas dan tidak berbelit-belit. pelatihan pada materi pelatihan yang
Sementara dari sisi penggunaan, model telah diberikan. Program pelatihan
ini bisa digunakan untuk mengevaluasi dikatakan berhasil ketika aspek tersebut
berbagai macam jenis pelatihan dengan mengalami perbaikan dengan
berbagai macam situasi. Dalam model membandingkan hasil pengukuran
Kirkpatrick, evaluasi dilakukan melalui sebelum dan sesudah pelatihan.
empat level, yaitu [1]: Kegiatan pengukuran dalam evaluasi
level kedua ini relatif lebih sulit dan
lebih memakan waktu jika dibanding
a) Level 1(Reaksi)
dengan mengukur reaksi peserta [2].
Evaluasi di level 1 bertujuan untuk
Alat ukur yang bisa digunakan adalah tes
mengukur tingkat kepuasan peserta
tertulis dan tes kinerja. Tes tertulis dapat
pelatihan terhadap penyelenggaraan
digunakan untuk mengukur tingkat
pelatihan. Kualitas proses atau
perbaikan pengetahuan dan sikap
pelaksanaan suatu pelatihan dapat diukur
peserta, sementara tes kinerja dapat
melalui tingkat kepuasan pesertanya.
digunakan untuk mengetahui tingkat
Kepuasan peserta terhadap
penambahan keterampilan peserta.
penyelenggaraan atau proses suatu
Untuk dapat mengetahui tingkat
pelatihan akan berimplikasi langsung
perbaikan aspek-aspek tersebut, tes
terhadap motivasi dan semangat belajar
dilakukan sebelum dan sesudah
peserta dalam pelaksanaan pelatihan.
program.
Pada level ini perusahaan lebih melihat
nilai manfaat yang didapat oleh peserta
pelatihan terhadap tujuan dari c) Level 3 (Aplikasi)
perusahaan sebagai bahan evaluasi Evaluasi di level 3 bertujuan untuk
kebutuhan materi. Sedangkan untuk mengukur perubahan perilaku kerja
penyelenggara pelatihan, biasanya lebih peserta pelatihan setelah mereka
melihat fasilitas dan penyampaian kembali ke dalam lingkungan kerjanya.
materi. Mengukur reaksi ini relatif Perilaku yang dimaksud di sini adalah
mudah karena bisa dilakukan dengan perilaku kerja yang ada hubungannya
langsung dengan materi yang Menurutnya mengapa induksi dianggap
disampaikan pada saat pelatihan. penting, ada beberapa alasan kenapa
Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan wajibnya induksi keselamatan dilakukan :
melalui observasi langsung ke dalam a. Setiap orang membutuhkan perasaan
lingkungan kerja peserta atau kuesioner. diterima dan diakui serta perasaan dirinya
Disamping itu bisa juga melalui dianggap penting.
wawancara dengan atasan maupun b. Karyawan baru perlu tahu siapa
rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan atasannya, apa tugas pekerjaannya,
dapat mengetahui perubahan perilaku bagaimana gajinya dan sebagainya.
kerja peserta sebelum dan setelah c. Sikap dibentuk pada hari pertama dan
mengikuti program pelatihan. Karena bilamana ini merupakan yang baik
terkadang ada kesulitan untuk karyawan akan mampu menghadapi
mengetahui kinerja peserta sebelum masalah-masalah kecil pada waktu-waktu
mengikuti pelatihan, disarankan juga mendatang.
untuk melakukan dokumentasi terhadap d. Penanganan karyawan yang tidak tepat
catatan kerja peserta sebelum mengikuti mengakibatkan perputaran tenaga kerja
pelatihan. yang tinggi (high turnover)
e. Induksi yang baik merupakan permulaan
dari proses komunikasi antara karyawan
e. Induksi Keselamatan (Safety baru dan perusahaan.
Induction)
Menurut Dory (2014) Induksi METODE
Metodologi penelitian yang digunakan
Keselamatan atau biasa akrab Safety
oleh penulis adalah metodologi deskriptif
Induction dalah pengenalan dasar- dasar
kuantitatif, sampling dalam penelitian ini
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah sebanyak 30 responden.
kepada Karyawan Baru Atau Visitor (Tamu)
Sumber data berasal dari data primer dan
dan dilakukan dengan karyawan setempat
data sekunder. Teknik pengumpulan data
dengan jabatan setingkat Supervisory (Dari
menggunakan kuesioner, observasi dan
Devisi HSE) dan bisa juga dilakukan oleh
dokumentasi. Analisis data dilakukan
yang paham tentang K3 dengan level jabatan
menggunakan analisis univariat dan bivariat
minimum seperti tersebut diatas (minimal
dengan uji statistik T-Test. Sebelum hasil
Fore-man dan Supervisor). Selain
kuesioner dilakukan uji statistik, perlu
memberikan pemahaman tentang K3,
dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada
Induction juga memberikan informasi
data untuk menjamin keabsahan dan tingkat
terbaru tentang kondisi dalam lingkungan
reliabel suatu data.
tempat kerja.
Menurut Sriwidianty (2012) Induksi
adalah proses memperkenalkan seorang HASIL DAN PEMBAHASAN
karyawan baru ataupun pindahan kepada a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada tahap uji validitas data,
situasi kerja dan kelompok kerja, hal ini
menunjukkan angka 0,397 hingga 0,671 dan
disebut juga orientasi. Orientasi berarti
angka uji reliabilitas sebesar 0,860. Angka
penyediaan informasi dasar berkenaan
ini mempunyai arti bahwa item-item
dengan perusahaan bagi karyawan baru,
pertanyaan pada pengukuran Analisis
yaitu informasi yang mereka perlukan untuk
Kefektivan Induksi Keselamatan dengan
melaksanakan pekerjaan dengan
Metode Konvensional sebanyak 30 butir
memuaskan.
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas Kompetensi instruktur 81
yang tinggi, sehingga 30 butir pertanyaan Kemampuan didalam
menyampaikan materi
tersebut dapat dijadikan sebagai instrumen sesuai dengan waktu
67
pengukuran dalam penelitian ini. yang tersedia
Kemampuan instruktur
dalam menjawab 65
b. Analisis Univariat pertanyaan
Kejelasan penyampaian
1. Hasil Pengukuran materi oleh instruktur 63
Level 1 : Tabel 1 kepuasan peserta Kemampuan
terhadap pelaksanaan pelatihan komunikasi secara lisan 56
dengan peserta
Nilai Kemampuan penilaian
bobot secara obyektif kepada 63
rata- peserta
Elemen Sub elemen Bobot (%)
rata Kemampaun instruktur
per dalam menciptakan
elemen suasana aktif dan 56
Ruangan pelatihan komunikatif pada
nyaman (tenang dan 89 waktu pelatihan
ber-AC)
Kejelasan suara dan
Kapasitas ruangan intonasi instruktur
sesuai dengan 54
89 didalam membawakan
FASILITAS jumlah peserta 89 materi
Alat bantu pelatihan Metode pelatihan sesuai
52
(sound system, in 89 dengan materi
focus, dll) Metode membantu
penyerapan materi oleh 57
Penataan ruangan
89 peserta
dan peralatan
Materi sesuai topik Metode pelatihan
73 mendukung peserta
pelatihan 59
Susunan materi lebih proaktif
59
yang sistematis Evaluasi pengetahuan
METODE
Materi dapat dan kemampuan peserta 58
PELATIHAN 64
menggambarkan 60 sebelum dan sesudah
real di lapangan pelatihan
Materi pelatihan Metode pelatihan
mudah dipahami menarik dan mudah 57
66
dan menarik bagi dipahami
peserta Metode pelatihan
MATERI Materi dapat 61 menggambarkan
diterapkan di tempat 55 57
kondisi di
kerja lapangan/tempat kerja
Materi
meningkatkan
57
Pengetahuan dan Berdasarkan table 1, menunjukkan
kemampuan
Terdapat tingkat kepuasan peserta terhadap
gambar/foto yang pelaksanaan pelatihan ( Level 1 ) berkisar
menggambarkan
kondisi di
55 89% untuk fasilitas pelatihan, 61% untuk
lapangan/tempat materi pelatihan, 65% untuk instruktur, 58%
kerja
untuk metode pelatihan, yang berarti
peserta/responden kurang puas dengan
Nilai
materi pelatihan, instruktur dan metode
Bobo
bobot pelatihan dalam induksi konvensional.
Elemen Sub elemen rata-
t (%)
rata per
Elemen Fasilitas mendapatkan bobot
elemen nilai dengan kategori efektif, karena para
Persiapan instruktur
dalam membawakan
responden menilai sudah terpenuhinya
INSTRUKTUR 79 65
materi pelatihan fasilitas untuk kegiatan induksi keselamatan
dengan baik mulai dari ruangan pelatihan memacu peserta agar proaktif, daya tarik
yang nyaman, kapasitas ruangan yang dan kemudahan metode pelatihan untuk
memadai hingga penataan ruangan yang dipahami oleh peserta dan kemampuan
rapi. metode pelatihan dalam menggambarkan
kondisi di tempat kerja.
Elemen Materi mendapatkan nilai Penilaian pada level 1 ini menunjukkan
kurang efektif, hal ini disebabkan karena bahwa masih kurang efektifnya induksi
para responden menilai masih kurangnya pelatihan konvensional yang sudah
keefektifan induksi dari segi penyajian, yaitu diterapkan, karena untuk mendapatkan
induksi keselamatan konvensional yang kategori efektif seluruh elemen di level 1
diterapkan masih sebagian besar hanya harus mendapatkan nilai yang sangat efektif
berupa tulisan dan tidak adanya contoh dari hasil penilaian yang dilakukan oleh
dalam bentuk video/film yang dapat peserta/responden yaitu di atas 80%. Hal ini
membantu para peserta induksi keselamatan juga didukung dengan teori yang
dalam mencerna materi yang telah diberikan dikemukanan oleh Kirkpatrick, bahwa
dan mendapatkan gambaran yang lebih kualitas proses atau pelaksanaan suatu
nyata tentang materi induksi yang akan pelatihan dapat diukur melalui tingkat
diimplementasikan di lapangan. kepuasan pesertanya, kepuasan peserta
Elemen Instruktur mendapatkan nilai terhadap penyelengaraan atau proses suatu
cukup efektif, dalam hal ini para responden pelatihan akan berimplikasi langsung
menilai instruktur yang membawakan materi terhadap motivasi dan semangat belajar
induksi keselamatan cukup mampu dalam peserta dalam pelaksanaan pelatihan.
melaksanakan kegiatan induksi keselamatan
konvensional ini, seperti persiapan Level 2 : Tabel 2 Hasil Pre Test – Post
instruktur sebelum membawakan materi, Test
kompetensi instruktur, kemampuan
menyampaikan materi dengan waktu yang Nilai Nilai
Nomor
tersedia, kemampuan dalam menjawab Responden
Pretest Postest Selisih (%)
(%) (%)
pertanyaan, kejelasan dalam penyampaian
materi, hingga kemampuan penilaian secara 1 53 60 7
obyektif, namun para responden menilai 2 27 40 13
masih kurang efektifnya induksi 3 40 47 7
keselamatan metode konvensional ini dari
4 40 53 13
kemampuan komunikasi instruktur secara
lisan, kemampuan menciptakan suasana 5 33 40 7

yang komunikatif serta intonasi suara 6 33 47 13


instruktur. 7 47 47 0
Elemen Metode Pelatihan 8 67 73 7
mendapatkan nilai rata-rata kurang efektif,
9 40 47 7
karena para responden menilai kekurangan
10 40 53 13
metode pelatihan induksi keselamatan
konvensional ini dari aspek kesesuaian 11 40 47 7
antara metode pelatihan dengan materi 12 47 53 7
pelatihan, kemampuan metode pelatihan 13 33 47 13
dalam membantu daya serap para peserta,
14 53 60 7
kemampuan metode pelatihan dalam
15 53 67 13
16 53 53 0 bahwa masih kurangnya daya serap dan
17 40 53 13 pengetahuan peserta terhadap induksi
18 47 47 0
keselamatan secara konvensional.
19 40 47 7
Level 3 Perilaku
20 40 40 0 Berdasarkan table 4.11, menunjukkan
21 33 47 13 bahwa dari 30 responden terdapat 22
22 47 53 7 responden yang memiliki perilaku tidak
23 53 60 7
aman ( Unsafe Act ) , 2 responden memiliki
perilaku aman ( Safe Act ) , dan 6 responden
24 53 53 0
tidak dapat di observasi karena bekerja di
25 27 33 7
lingkungan office. Perilaku tidak aman dari
26 27 40 13 responden akibat dari tidak efektifnya
27 40 40 0 induksi keselamatan dengan konvensional,
28 33 40 7 yang mengakibatkan kurangya pengetahuan
29 40 53 13
dan pemahaman reponden tentang
pentingnya k3 di tempat/lingkungan kerja.
30 47 53 7
Pada pengukuran level 3 yaitu Perilaku
Rata-Rata
(%)
42 50 8 menunjukkan masih banyaknya pekerja
yang mendapatkan kategori Unsafe Act, hal
Berdasarkan table 4.10, menunjukkan ini merupakan implikasi dari aspek-aspek
bawa dari total 30 responden 24 peserta sebelumnya seperti kurang jelasnya materi
mengalami peningkatan pemahaman materi. yang dijelaskan karena materi hanya dalam
Walaupun demikian ada 6 responde yang bentuk tulisan yang sulit dibayangkan atau
mengalami nilai nilai tetap. Nilai rata-rata digambarkan oleh peserta, materi kurang
Pretest untuk seluruh reponden adalah 42% memberi gambaran yang nyata seperti di
dan nilai rata-rata untuk seluruh responden lapangan hingga metode pelatihan yang
adalah 50%. Dengan demikian terjadi tidak menarik minat peserta untuk
peningkatan pengetahuan tentang aspek- memperhatikan induksi keselamatan secara
aspek yang berhubungan dengan kompetensi konvensional ini, serta rendahnya nilai Pre
induksi k3 sebesar 8%. Namun persentase Test dan Post Test perserta yang
masih berada dibawah nilai efektivitas yang menandakan bahwa peserta belum paham
diharapkan sebesar 80%. terhadap materi induksi keselamatan secara
konvensional ini sehingga berakibat peserta
Pada pengukuran level 2 yaitu hasil Pre berperilaku tidak aman saat bekerja atau
Test dan Post Test juga menunjukkan Unsafe Act.
ketidakefektifan induksi keselamatan secara
konvensional, hal ini sudah jelas terlihat dari c. Analisis Bivariat (Paired T-Test)
hasil penilaian Pre Test dan Post Test yang
berada di bawah angka 80%. Menurut teori Uji Paired Sample T-Test ini digunakan
Kirkpatrick program pelatihan dikatakan untuk mengetahui apakah terdapat
berhasil ketika aspek tersebut mengalami perbedaan rata-rata dua sampel (dua
perbaikan dengan membandingkan hasil kelompok) yang berpasangan yaitu hasil
pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. pre-test dan hasil post-test . Pedoman
Namun dengan angka persentase pelatihan pengambilan keputusan dalam Uji Paired T-
di bawah 80% maka ini sebagai indikasi
Test berdasarkan nilai signifikansi dengan meningkatkan hasil tes pada pekerja PT
SPSS adalah sebagai berikut: Bhumi Phala Perkasa.
1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hal ini sejalan dengan pendapat yang
terdapat perbedaan yang signifikan dikemukakan oleh Ahmadi (2005) bahwa
antara hasil tes pada data pre-test dan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
post-test yang artinya terdapat pengaruh dan hasil belajar dalam penelitian ini dapat
penggunaan strategi induksi K3 dalam diartikan proses belajar sebagai kegiatan
meningkatkan hasil tes pada pekerja PT induksi K3 dan hasil belajar merupakan
Bhumi Phala Perkasa. hasil dari tes yang diberikan dalam induksi
2. Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka K3 yaitu faktor instrumental input yang di
tidak terdapat perbedaan yang dalamnya antara lain terdiri dari kurikulum,
signifikan antara hasil tes pada data pre- program/bahan pengajaran, sarana dan
test dan post-test yang artinya tidak fasilitas serta tenaga pengajarnya.
terdapat pengaruh penggunaan strategi
induksi K3 dalam meningkatkat hasil Kesimpulan dan Saran
tes pada pekerja PT Bhumi Phala Berdasarkan hasil penelitian yang
Perkasa. dilakukan terhadap 30 responden penyelia
Hasil Uji Paired Sample T-Test dengan atau karyawan di PT Bhumi Phala Perkasa
menggunakana SPSS 23 akan disajikan maka didapat hasil sebagai berikut :
dalam tabel di bawah ini.
a. Untuk level 1 (Kepuasan/feedback
peserta), ketepatan untuk fasilitas
Tabel 3 Paired Samples Statistic
pelatihan sudah sangat baik tetapi
materi pelatihan/materi induksi
mandapatkan hasil tidak efektif,
begitupun dengan instruktur yang
Pada Tabel 3, menunjukkan hasil membawakan materi
ringkasan statistik dari kedua sampel atau pelatihan/induksi, dan metode
data pre-test atau post-test. Untuk nilai pre- pelatihan yang mendapatkan hasil
test diperoleh nilai rata-rata hasil tes yakni tidak efektif dari responden.
42,20. Sedangkan untuk nili post-test b. Dari total 30 responden, 24 responden
diperoleh nilai rata-rata hasil tes yakni mengalami peningkatan pemahaman
49,77. Jumlah responden dalam penelitian materi. Peningkatan pemahaman
ini adalah 30 responden. materi relatif kecil yakni sebesar 8%,
ternyata tingkat kepuasan peserta yang
Tabel 4 Paired Samples Test
rendah memberikan pengaruh terhadap
tingkat pengetahuannya.Hasil ini
akibat dari kurangnya pengetahuan
dan pemahaman responden tentang k3
yang telah diberikan didalam induksi
Pada Tabel 4 menunjukkan nilai Sig. (2- k3 konvensional
tailed) sebesar 0,000 < 0,05, karena nilai c. Menurut observasi perilaku pekerja
Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari setelah mendapatkan induksi terdapat
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa 22 Unsafe Act, 2 Safe act dan 6 tidak
penggunaan strategi induksi K3 dapat dapat diobservasi, dari hasi observasi
menunjukkan tingkat kepuasan,
pemahaman dan tingkat pengetahuan
memberikan pengaruh terhadap M. 2015. Evaluation Criteria of
tingginya perilaku tidak aman Safety and Health Induction for
pekerja/responden. Hasil ini akibat Construction Worker (SICW) in
dari kurangnya pengetahuan dan Malaysia. Jurnal Teknologi (Sciences
pemahaman responden tentang k3 & Enginering) 73.5.93-97
yang telah diberikan didalam induksi
Mawardi, Prihatini Pusspitasari NI. 2011.
k3 konvensional Perbedaan efektivitas pembelajaran
Hasil Uji Paired Sample T-Test kooperatif tipe Jigsaw dengan
menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 < pembelajaran konvensional pada mata
0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa pelajaran Pkn kelas IV SD Negeri 1
penggunaan strategi induksi K3 memiliki Badran Kecamatan Kranggan
pengaruh terhadap hasil tes. Kabupaten Temanggung. Scholaria
Vol 1, No. 1 : 194-238
Terkait dengan kesimpulan hasil
penelitian yang telah disampaikan OHSAS 18001 : 2007
sebelumnya, berikut disampaikan beberapa Rukmi Setyo Hendang, Dwi Novirani,
saran agar keberadaan program induksi Ahmad Sahrul. Evaluasi Training
keselamatan dengan metode konvensional Dengan Menggunakan Model Kirk
ini dapat dikembangkan lagi agar dapat Patrick (Studi Kasus Training
lebih mencapai target atau sasaran dari Foreman Development Program Di
induksi keselamatan tersebut. PT.Krakatau Industrial Estate
Memperbaiki materi induksi dengan Cilegon). Jurusan Teknik Industri.
menambahkan gambar-gambar yang dapat Institut Teknologi Nasional
memperlancar pencapaian tujuan untuk Setiawan, Darma. 1998. Analisis
memahami dan mengingat informasi atau Efektivitas Program Pelatihan
pesan yang terkandung dalam gambar dan Pegawai di Lingkungan Pemerintah
mengurangi verbalisme. Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tesis
Program Studi Ilmu Administrasi
Jika bisa metode penyampaian induksi
Program Pasca Sarjana Universitas
dirubah menjadi audiovisual agar lebih
Indonesia
menarik, situasi yang ditaampilkan pun
menggambarkan situasi di lapangan, dan SNI 13-7083 2005 Tata Cara Induksi
mengurangi verbalisme. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pertambangan
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono 2016. Metode Penelitian
Arsyad Azhar 2009. Media Pemberlajaran. Kuantitatif, Kualitatif, dan
Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung : CV. Alfabeta
Diny Ayuningtyas. 2012. Efektivitas
Pelatihan Dalam Meningkatkan Sugiyono. 1998. Metode Penelitian
Kompetensi Pengajar Bintang Pelajar. Administrasi. Bandung : CV.
Program Sarjana Alih Manajemen. Alfabeta
Institut Pertanian Bogor
Tarwaka 2008. “Keselamtan Dan
Goh Pui A, Abdullah N.M, Hamid A.H., Kesehatan Kerja”. Surakarta :
Misnan S. M, Lee YM. J., Jaafar N. Harapan Press.
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja

Anda mungkin juga menyukai