Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mata Kuliah Minor Illnes

Analisis Iklan Obat

Oleh:
Nengah Arya Fajar Wibisana

POSTER IKLAN
Narasi Iklan
Labdawara adalah Herbal yang terbuat dari ekstraksi bahan-bahan herbal berkualitas yang
kemudian diolah dan dikemas secara modern oleh para herbalis professional. Yang diambil dari
bahan-bahan tersebut hanya inti sari nutrisi yang kemudian diformulasikan secara tepat sehingga
terciptakan sebuah herbal yang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Penyakit ringan maupun berat, baru ataupun sudah menahun
Jamu tetes LabdaWARA memang diracik untuk menyembuhkan penyakit langsung ke inti
penyakit itu sendiri. Bukan obat pereda nyeri yang hanya menghilangkan rasa sakit dari efek
penyakit, melainkan langsung ke inti penyakit dengan memperbaiki nutrisi atau merenutrisi sel-
sel tubuh yang rusak akibat sebuah penyakit. Alhasil, penyakit apapun akan sembuh dan dijamin
tanpa kambuh. Asal, selama pengobatan dan setelah sembuh anda bisa menjaga pola hidupsehat.
Berikut penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan oleh JAMU TETES LABDAWARA :
Kanker, Jerawat, Tumor, Hevalitis, Ashma, Sembelit, Tbc, Stroke, Herpes, Diabetes,
Masalah Kulit, Diabetes Militus, Wasir / Ambeyen, Sakit Gigi Dan Masalah Gusi, Luka Bakar,
Sakit Maagh, Lemak Tinggi Dalam Darah, Asam Urat, Rheumatic, Demam / Sakit Kepala,
Gangguan Jantung, Demam Berdarah, Gangguan Ginjal, dll, Hingga 80 Jenis Penyakit Baik
Ringan Maupun Berat.
Jamu Tetes LABDAWARA 100% Asli (Terdaftar Di BPOM).

Sumber iklan : https://www.pikub.com/iklan/manfaat-labdawara/

Analisis Iklan
Iklan diatas adalah iklan jamu/ obat tradisional dengan merk LabdaWara yang diproduksi
PT. Jakom Sembilan Sembilan. Pada beberapa aspek iklan tersebut sudah sesuai dengan regulasi
seperti, pada iklan tesebut sudah terdapat nomor registrasi BPOM sesuai Ketentuan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 386/MENKES/SK/IV/1994 pada lampiran II butir ke 15. Iklan
tersebut juga sudah terdapat kata JAMU sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
386/MENKES/SK/IV/1994 pada lampiran II butir ke 12 yang berbunyi:

“Pada setiap awal iklan obat tradisional dicantumkan identitas kata "JAMU" dalam
lingkaran.”

Akan tetapi masih terdapat banyak komponen dalam iklan tersebut yang belum sesuai
dengan regulasi seperti adanya klaim dan jaminan kesembuhan terhadap berbagai penyakit,
penggunaan testimoni dalam iklan, penggunaan kata-kata superlatif, dan tidak adanya bagian
peringatan pada iklan. Pelanggaran yang terdapat pada iklan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Iklan tersebut mencantumkan klaim dapat menyembuhkan penyakit-penyakit yang
seharusnya tidak boleh untuk obat tradisional. Hal ini tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 386/MENKES/SK/IV/1994 pada lampiran II butir ke 16 yang
berbunyi:
“Dilarang mengiklankan obat tradisional yang dinyatakan berkhasiat untuk
mengobati atau mencegah penyakit kanker, tuberkolosis, poliomelitis, penyakit
kelamin, impotensi, tiphus, kolera, tekanan darah tinggi, diabetes, lever dan
penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan”

2. Iklan tersebut mencantumkan beberapa testimoni yang disertai foto pemberi testimoni.
Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengawasan Periklanan
Obat yang menyebutkan:

“Pemeran dalam Iklan tidak boleh beriklan dalam bentuk testimoni, baik dengan
mencantumkan nama, paraf maupun tanda tangan yang dapat mengesankan
bahwa Iklan tersebut merupakan pengalaman dan atau pernyataan resmi dari si
pemeran”

3. Iklan tersebut menarasikan “….herbal yang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan


berbagai macam penyakit.”, kalimat tersebut bersifat superlatif karena mengkonotasikan
bahwa obat tersebut adalah obat herbal yang “sangat berkhasiat”. Penggunakan kalimat
superlatif ini tidak sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengawasan Periklanan
Obat yang menyebutkan:

“Iklan tidak boleh memberikan pernyataan superlatif, seperti Iklan tidak boleh
menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, “tepat”,
atau kata-kata berawalan “ter“, dan/atau yang bermakna sama”
4. Terdapat kalimat “..sembuh tanpa kambuh”. Hal ini bertentangan dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 386/MENKES/SK/IV/1994 pada lampiran II butir ke 6 yang
berbunyi:

“Iklan obat tradisional tidak boleh menggunakan kata-kata: super, ultra, istimewa,
top, tokcer, cespleng, manjur dan kata-kata lain yang semakna yang menyatakan
khasiat dan kegunaan berlebihan atau memberi janji bahwa obat tradisional tersebut
pasti menyembuhkan”

5. Pada iklan dijelaskan penggunaan dapat dilakukan setiap hari tanpa adanya keterangan
mengenai dosis yang lebih detail. Terdapat pula kalimat yang mengiming-imingi
kesembuhan sepeti pada bagian “….Alhasil, penyakit apapun akan sembuh dan dijamin
tanpa kambuh”. Kedua bagian iklan ini dapat berpotensi menimbulkan penggunaan jamu
yang berlebihan. Bagian ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
386/MENKES/SK/IV/1994 pada lampiran II butir ke 3 yang berbunyi:

“Iklan Obat tradisional tidak boleh mendorong penggunaan obat tradisional tersebut
secara berlebihan.”

6. Iklan tersebut tidak menyajikan informasi yang lengkap. Informasi lengkap yang
dimaksud sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
386/MENKES/SK/IV/1994 yaitu:

“harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga
memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya
kontra indikasi dan efek samping.”

Anda mungkin juga menyukai