Anda di halaman 1dari 68

Lingga Ikaditya, M.Sc.

, Apt
PP N0.72 Th 98 ttg Pengamanan sediaan Farmasi dan
Alkes

Pasal 31

Iklan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang


diedarkan harus memuat keterangan mengenai
sediaan farmasi dan alat kesehatan secara
obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan.

Pasal 32
Sediaan farmasi yang berupa obat untuk
pelayanan kesehatan yang penyerahannya
dilakukan berdasarkan resep dokter hanya
dapat diiklankan pada media cetak ilmiah
kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi.
Informasi suatu produk farmasi
• Harus jujur,
• Obyektif, akurat, lengkap dan
• menyajikan bukti-bukti yang berimbang.

sah secara ilmiah, akurat, jelas dan disajikan sedemikian rupa


sehingga tidak menyesatkan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui penghilangan bagian-bagian tertentu atau
distorsi dari bukti-bukti dan opini ahli. . Data ilmiah harus
dilengkapi dengan daftar rujukan dan dapat ditelusuri.
Informasi akurat, jelas dan
disajikan sedemikian rupa
sehingga tidak menyesatkan
Yg tidak diperkenankan dan
dianggap sebagai pelanggaran
terhadap Kode Etik

1. Pernyataan negatif tentang


suatu produk pesaing tanpa
dasar ilmiah atau yang tidak
memiliki relevansi dengan
produk yang sedang YA BAIGON
dipromosikan.
2. Menyajikan data untuk
menunjang suatu klaim tanpa
referensi terhadap studi yang
dipublikasi.
Penyajian atau lay-out yang memberi penafsiran
yang salah atau menyesatkan

misalnya: menyajikan data penting dan relevan,


namun tidak menunjang klaim promosi, dengan
cetakan huruf sangat kecil; manipulasi ukuran
skala pada grafik/bagan dan sebagainya untuk
mendistorsikan perbandingan dengan produk
pesaing.
Penghilangan bagian-bagian tertentu atau distorsi

Syarat dan ketentuan…..


3. Tidak diperkenankan dgn sengaja menjiplak materi
pemasaran/promosi/iklan dari perusahaan lain hingga
dapat menyesatkan atau membingungkan.
Suatu produk tidak boleh dipromosikan sebelum
memperolah izin edar dari Badan POM.

Nama atau foto dari profesi kesehatan atau institusi


tidak boleh digunakan dalam materi promosi/iklan
dengan cara yang tidak sesuai dengan kode etik
kedokteran.
MEDICAL REPRESENTATIVE
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

NOMOR HK.00.05.3.02706 TAHUN 2002


TENTANG
PROMOSI OBAT

Promosi Obat adalah semua kegiatan pemberian informasi


dan himbauan mengenai obat jadi yang memiliki izin edar
yang dilakukan oleh Industri Farmasi dan Pedagang Besar
Farmasi, dengan tujuan :
•meningkatkan peresepan,
•distribusi, penjualan dan atau
•penggunaan obat.
Medical representatif harus mempunyai latar belakang
pendidikan yang sesuai dan perusahaan bertanggungjawab
untuk memberikan latihan pengetahuan teknis tentang
kewajibannya.

MR hrs dpt memberikan ket. teknis yg berimbang, akurat, dan etis


kepada para anggota organisasi profesi kesehatan.

MR dilarang memberikan imbalan atau janji untuk memberikan imbalan


kepada anggota profesi kesehatan dalam bentuk material
Perusahaan tidak diperbolehkan menawarkan induksi,
hadiah/penghargaan, insentif,donasi,finansial, dan bentuk
lain yang sejenis kepada profesi kesehatan.

Dukungan apapun yg diberikan kpd seorang profesi


kesehatan untuk menghadiri pertemuan ilmiah tidak boleh
disyaratkan/dikaitkan dengan kewajiban untuk
mempromosikan atau meresepkan suatu produk.
Stan pameran, ruang hospitality, dan yang sejenisnya,
hanya merupakan tujuan tambahan dan tidak boleh
mengurangi tujuan ilmiah acara tersebut.

Tidak diperbolehkan menawarkan hadiah/penghargaan, insentif,


donasi, finansial dan bentuk lain yang sejenis kepada profesi
kesehatan dikaitkan dengan penulisan resep atau anjuran
penggunaan obat/produk perusahaan yang bersangkutan.
PERIKLANAN
(1) Semua obat jadi yang berupa obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat yangpenyerahannya harus dengan
resep dokter dapat dipromosikan.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), obat yang penyerahannya
harus dengan resep dokter tidak dapat
dipromosikan kepada masyarakat umum.
informasi yang diberikan harus termasuk hal-hal di bawah ini
secara jelas dan ringkas:

- Nama Produk (Nama Dagang), Nama generik zat aktif atau INN
(International Non-proprietary Name)
- Nama dan alamat perusahaan
- Indikasi, Dosis, cara penggunaan/pemberian yang dianjurkan
- Pernyataan singkat tentang efek samping, perhatian dan
peringatan, kontra-indikasi dan interaksi utama pada dosis yang
dianjurkan.
- Pernyataan bahwa informasi lebih lanjut tersedia atas
permintaan.
materi promosi dan iklan singkat yang hanya memuat
pernyataan sederhana tentang indikasi untuk menunjukkan
kategori terapi yang relevan harus dicantumkan:

- Nama Produk (Nama Dagang)


- Nama generik zat aktif atau INN (International Non-
proprietary Name)
- Nama dan alamat perusahaan yang memasarkan produk
tersebut
obat etikal hanya boleh dipromosikan dan diiklankan kepada

• profesi kesehatan
• tidak boleh diiklankan kepada masyarakat umum,

tidak boleh memasang artikel atau iklan promosi


(advertorial) di media massa untuk mempromosikan obat
resep atau untuk tujuan mendorong masyarakat umum
untuk meminta obat tertentu dari dokter mereka.
PERMENKES 1148/MENKES/PER/VI/2011
TENTANG

PEDAGANG BESAR FARMASI


Pentingkah mengetahui
etika periklanan suatu
produk????

Go slide
Pendahuluan

Memperoleh kesehatan yang baik merupakan salah satu


hak asasi bagi setiap orang. Menyadari bahwa
perlindungan dan peningkatan kesehatan masyarakat
adalah salah satu unsur yang esensial dalam rangka
pembangunan.

Kode Etik ini merupakan salah satu unsur penting


dalam kerangka upaya mengatur, membina
danmengembangkan usaha farmasi yang sehat dan
bertanggung jawab, sejalan dengan tradisi luhur bidang
kesehatan dan falsafah hidup bangsa Indonesia, Pancasila.
Tujuan
Tujuan

Tujuan utama Kode Etik ini adalah untuk


membina industri farmasi yang sehat dan
bertanggung jawab dilandasi rasa ketulusan dan
pengabdian kepada upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui penggunaan obat
yang rasional.
 Iklan; ialah pesan komunikasi pemasaran tentang
sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu
media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal,
serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.
 Jujur, benar, dan bertanggungjawab.
 Bersaing secara sehat.
 Melindungi dan menghargai masyarakat, serta
tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan
golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum
yang berlaku.
 Mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran selain
dari yang dimaksudkan
 Tidak menggunakan kata-kata superlatif seperti "paling",
"nomor satu", "top", atau kata-kata berawalan "ter", dan atau
yang bermakna sama
 Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan
berikut:
 Penggunaan kata "100%", "murni", "asli" untuk

menyatakan suatu kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu.


 Penggunaan kata "halal“ dilakukan oleh produk-produk

yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis


Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang.
1. Rokok dan Produk Tembakau
2. Obat-obatan
3. Produk Pangan
4. Vitamin, Mineral, dan Suplemen
5. Produk Peningkat Kemampuan Seks
6. Kosmetika
7. Alat Kesehatan
8. Alat dan Fasilitas Kebugaran atau Perampingan
9. Klinik, Poliklinik, dan Rumah Sakit
10. Jasa Penyembuhan Alternatif
11. Organ Tubuh Transplantasi dan Darah
12. Produk Terbatas
13. Jasa Profesi
 Iklan tidak boleh secara langsung maupun
menganjurkan penggunaan obat yang tidak
sesuai dengan ijin indikasinya.
 Iklan tidak boleh menganjurkan pemakaian

suatu obat secara berlebihan.


Iklan tidak boleh menggunakan kata,
ungkapan, penggambaran atau pencitraan
yang menjanjikan penyembuhan, melainkan
hanya untuk membantu menghilangkan
gejala dari sesuatu penyakit.
 Iklan tidak boleh menganjurkan bahwa suatu
obat merupakan syarat mutlak untuk
mempertahankan kesehatan tubuh.
 Iklan tidak boleh mengekspolitasi rasa takut

orang terhadap sesuatu penyakit karena tidak


menggunakan obat yang diiklankan.
 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata

yang berlebihan seperti "aman", "tidak


berbahaya", "bebas efek samping", "bebas
risiko" dan ungkapan lain yang bermakna
sama, tanpa disertai keterangan yang
memadai.
 Iklan tidak boleh menggambarkan atau
menimbulkan kesan pemberian anjuran,
rekomendasi, atau keterangan tentang
penggunaan obat tertentu oleh profesi
kesehatan seperti dokter, perawat, farmasis,
laboratoris, dan pihak-pihak yang mewakili
profesi kesehatan, beserta segala atribut,
maupun yang berkonotasi profesi kesehatan.
 Iklan tidak boleh menawarkan diagnosa
pengobatan atau perawatan melalui surat-
menyurat.
 Iklan tidak boleh menawarkan jaminan
pengembalian uang (warranty).
 Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis
produk yang disetujui oleh Departemen
Kesehatan RI atau badan yang berwenang
untuk itu.
 Iklan tidak boleh menyatakan atau memberi

kesan bahwa vitamin, mineral atau suplemen


selalu dibutuhkan untuk melengkapi
makanan yang sudah sempurna nilai gizinya.
 Iklan tidak boleh menyebutkan adanya

kemampuan untuk menyembuhkan penyakit


dalam kapasitas yang melampaui batas atau
tidak terbatas.
 Iklan tidak boleh menyatakan atau memberi
kesan bahwa penggunaan vitamin, mineral dan
suplemen adalah syarat mutlak bagi semua
orang, dan memberi kesan sebagai obat.
 Iklan tidak boleh menyatakan bahwa kesehatan,
kegairahan dan kecantikan akan dapat diperoleh
hanya dari penggunaan vitamin, mineral atau
suplemen.
 Iklan tidak boleh mengandung pernyataan
tentang peningkatan kemampuan seks secara
langsung atau tidak langsung.
 Iklan harus sesuai dengan jenis produk yang
disetujui Departemen Kesehatan RI, atau
badan yang berwenang untuk itu.
 Iklan kondom, pembalut wanita, pewangi

atau deodoran khusus dan produk-produk


yang bersifat intim lainnya harus ditampilkan
dengan selera yang pantas, dan pada waktu
penyiaran yang khusus untuk orang dewasa.
Kode Etik Iklan
PELAKSANAAN KODE ETIK

Kode Etik merupakan syarat keanggotaan GP-Farmasi


Indonesia. President Director/Managing Director atau
penanggung jawab resmi lainnya dalam perusahaan
bertanggung jawab atas terlaksananya Kode Etik dengan
sebaik-baiknya

Promosi dan periklanan produk farmasi yang ditujukan


kepada profesi kesehatan.
Promosi dan periklanan golongan obat dan obat bebas
terbatas yang langsung ditujukan kepada masyarakat
umum tidak termasuk dalam cakupan Kode Etik dan
merujuk pada peraturan yang berlaku.
INFORMASI DAN KLAIM
Informasi dan klaim mengenai suatu produk harus
obyektif, akurat, tidak menyesatkan, lengkap,
berimbang, disajikan memenuhi standar etika yang
tinggi serta selera yang baik dan sesuai dengan
informasi produk yang disetujui Badan POM.
Informasi yang diberikan harus berdasarkan data yang
ditunjang dengan bukti-bukti yang sah secara ilmiah
Menangani secara obyektif permintaan informasi dari
profesi kesehatan yang diajukan dengan etikad baik
memberikan data yang akurat dan relevan.
Informasi tentang keamanan produk, seperti kontra -
indikasi, perhatian dan efek samping harus sesuai
dengan yang disetujui Badan POM. Perusahaan harus
melaporkan kepada Badan POM efek samping serius
dan tak terduga yang berkaitan dengan produk
farmasinya.

Bahan promosi harus memenuhi standar selera yang


baik yang berlaku dan memperhatikan kedudukan
profesi si penerima.
 Perbandingan antara produk harus berdasarkan fakta-
fakta, jujur dan dapat dibuktikan jangan dibuat
berdasarkan data-data dari informasi produk semata yang
tidak mencerminkan literatur pada umumnya karena data-
data tersebut didasari database yang berbeda-beda
sehingga tidak dapat dibandingkan secara langsung.
 Perbandingan khasiat dan keamanan harus dibuktikan
dengan mempertimbangkan segala aspek dari keamanan
dan khasiat tersebut.
 Bahan promosi jangan dengan sengaja meniru kiat-kiat,
slogan-slogan atau lay-out yang digunakan oleh produsen
lain sedemikian rupa sehingga dapat menyesatkan atau
membingungkan orang.
 
 Nama profesi kesehatan, institusi atau foto jangan
digunakan dalam promosi bertentangan dengan etik
kedokteran.
 Bahan-bahan promosi seperti yang dikirimkan melalui pos
dan iklan yang dipasang dalam jurnal-jurnal kedokteran
harus diberi tanda secara jelas sehingga tidak
menyelubungi sifatnya yang sebenarnya
 Produk farmasi yang belum mendapatkan nomor registrasi
tidak boleh dipromosikan. suatu produk yang belum
mendapatkan nomor registrasi di Indonesia, hasil-hasil
temuan penelitiaannya boleh dipublikasikan secara tepat
dan bertanggung jawab sesuai aturan Kode Etik tetapi
harus disebutkan dengan jelas bahwa produk belum
terdaftar pada Badan POM di Indonesia.
II.3 ETIKA PROMOSI OBAT DAN KESEPAKATAN BERSAMA
ANTARA GABUNGAN PENGUSAHA FARMASI INDONESIA
DENGAN IKATAN DOKTER INDONESIA

dokter dilarang menjuruskan pasien untuk membeli obat


tertentu karena dokter yang bersangkutan telah menerima
komisi dari perusahaan farmasi tertentu.
Dukungan apapun yang diberikan perusahaan farmasi
kepada seorang dokter untuk menghadiri pertemuan
ilmiah tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban untuk
mempromosikan atau meresepkan suatu produk.
Perusahaan farmasi boleh memberikan sponsor kepada
seorang dokter secara individual dalam rangka pendidikan
kedokteran berkelanjutan, yaitu hanya untuk biaya
registrasi, akomodasi dan transportasi dari dan ke tempat
acara pendidikan kedokteran berkelanjutan.
Perusahaan farmasi dilarang memberikan honorarium
dan atau uang saku kepada seorang dokter untuk
menghadiri pendidikan kedokteran berkelanjutan,
kecuali dokter tersebut berkedudukan sebagai
pembicara atau menjadi moderator.
Perusahaan farmasi tidak boleh menawarkan hadiah/
penghargaan, insentif, donasi, finansial dalam bentuk
lain sejenis, yang dikaitkan dengan penulisan resep atau
anjuran penggunaan produk perusahaan tertentu.
Pemberian donasi dan atau hadiah dari perusahaan
farmasi hanya diperbolehkan untuk organisasi profesi
kedokteran dan tidak diberikan kepada dokter secara
individual.
KRITERIA ETIK MENURUT WHO
1988
 Iklan Untuk Publik
1. iklan dalam publik umum seharusnya membantu
orang untuk membuat keputusan rasional dalam
penggunaan obat baik dengan atau tanpa preskripsi
dokter atau apoteker.
2. Bahasa yang digunakan bahasa umum yang
memberikan informasi yang legal dan disetujui.
 Komponen yang tercantum dalam iklan:
1. Nama zat aktif, nama generik dan nama paten
2. Indikasi
3. Kontraindikasi
4.Peringatan dan perhatian
5. Nama dan alamat, pembuat dan distributor
Pengemasan dan Pelabelan
Informasi yang cukup sangat penting untuk
penggunaan obat rasional. Semua pengemasan dan
pelabelan sebaiknya menyediakan informasi yang
tetap dengan persetujuan yang memberi kebijakan.
Informasi untuk pasien dimasukkan dalam kemasan,
leaflet, dan booklets
IFPMA Code of Pharmacetical
Marketing Practices
Standar promosi
Materi promosi untuk produk farmasi harus akurat,
fair dan objektif menjelaskan dalam menkonfirmasi
tidak hanya persetujuan legal tapi juga standar yang
tinggi dan jadi obat yang baik. Klaims tidak
seharusnya lebih kuat peringatan bukti penelitian dan
tidak memberikan ambigu.
Bukti Penelitian
Berdasarkan data evaluasi yang tervalidasi dan tidak
data yang salah
Keamanan Data
Untuk menjamin keamanan produk farmasi
Keraguan dan Promosi yang menyesatkan
Keputusan Menkes No.386 tahun
1994 tentang Periklanan
Memuat pengaturan periklanan tentang obat bebas,
obat tradisional, alat kesehatan, kosmetik, perbekalan
kesehatan rumah tangga dan makanan minuman.
Dalam ketentuan ini tidak berbeda dengan kriteria
etik WHO dan kode IFPMA kecuali bahwa untuk
media cetak dalam iklan harus dicantumkan no
pendaftaran obat.
 Iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai:
1. Komposisi zat aktif
2. Indikasi utama dan informasi mengenai keamanan
obat
3. Nama dagang obat
4.Nama industri farmasi
5. No. reg untuk media cetak
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...
TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PENGAWASAN IKLAN KOSMETIKA
 Iklan harus:
 a. Obyektif, yaitu memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak
boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan, cara penggunaan dan keamanan Kosmetika;
 b. Tidak menyesatkan, yaitu memberikan informasi yang akurat dan bertanggungjawab
serta tidak memanfaatkan kekhawatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan; dan
 c. Lengkap, yaitu mencantumkan spot Iklan “BACA CARA PENGGUNAAN DAN

.
PERINGATAN”, jika dipersyaratkan

Iklan harus menggunakan bahasa Indonesia.


Penggunaan kata, istilah atau slogan selain bahasa
Indonesia diperbolehkan sepanjang dipahami oleh
masyarakat sasarannya.
Pasal 5 (1) Pernyataan Iklan tertentu sebelum
dipublikasikan harus telah tercantum dalam template
notifikasi dengan disertai data pendukung. (2)
Pernyataan Iklan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pernyataan yang: a. menyatakan bahwa
telah dilakukan uji klinik atau kata/kalimat yang
bermakna sama; b. mencantumkan nilai dan/atau
jangka waktu tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Hal yg dilarang dlm iklan
kosmetik
A. Bahasa
1.Menggunakan kata-kata "mengobati", "menyembuhkan" dan/atau kata/kalimat yang
bermakna sama seolah-olah untuk mengobati suatu penyakit.
2.Menggunakan kata ”halal” bila kosmetika belum memperoleh sertifikat resmi dari otoritas
yang berwenang.
3.Menggunakan kata-kata “aman”, “bebas”, “tidak berbahaya”, “tidak ada efek samping”
dan/atau kata/kalimat yang bermakna sama.
4.Menggunakan kata “ampuh” dan/atau kata yang bermakna sama.
5.Menggunakan kata-kata “satu-satunya”, “nomor satu”, “terkenal”, “top”, “paling”, dan/atau
yang bermakna sama, bila dihubungkan dengan manfaat produk.

6.Menggunakan kata “jauh lebih” dan/atau kata/kalimat yang bermakna sama, yang
dihubungkan dengan manfaat produk kecuali jika dibandingkan dengan produknya sendiri
dan dinyatakan dengan jelas.
B. Norma
1.Bertentangan dengan norma kesusilaan dan ketertiban umum.
2.Menggunakan bendera, lambang negara dan/atau lagu kebangsaan.
3.Menampilkan secara tidak layak (yang bersifat merendahkan) pahlawan nasional dan/atau
monumen kenegaraan.
4.Membiarkan bentuk diskriminasi apapun termasuk yang berdasarkan etnis, kebangsaan,
agama, gender, usia, difabel, profesi/pekerjaan, penyakit, atau orientasi seksual.
5.Merendahkan perusahaan, organisasi, industri atau aktivitas komersial, atau produk lain.
6.Mengeksploitasi erotisme atau seksualitas.
7.Memuat hal yang mungkin mendukung aksi kekerasan, membenarkan dan/atau
membiarkan kekerasan tersebut.
8.Mengeksploitasi kemalangan, penderitaan dan/atau kekhawatiran masyarakat.
9.Menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan
orang terhadap takhayul.
C. Pemeran Iklan
1.Diperankan dengan mencantumkan identitas,
menggunakan atribut dan/atau lokasi yang terkait
profesi/otoritas kesehatan.
2.Diperankan oleh pejabat negara pada Iklan komersial
produk maupun korporasi.
3.Diperagakan oleh bayi, kecuali untuk Kosmetika
sediaan bayi
D. Data Riset dan Statistik
1. Mengolah data riset sedemikian rupa sehingga tampilannya dalam
Iklan menyesatkan masyarakat dan/atau memanipulasi data.
2. Menyalahgunakan istilah ilmiah, statistik dan grafik.
3. Menggunakan tanda bintang (*) atau tanda lain yang bermakna sama
apabila digunakan untuk menyesatkan, atau membingungkan
masyarakat. Pencantuman penjelasan dari tanda bintang (*) atau tanda
lain yang bermakna sama harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat
lebih memperjelas pernyataan yang dimaksud dan relevan. Tanda
bintang (*) atau tanda lain yang bermakna sama harus mudah dibaca.
E. Testimoni dan Rekomendasi
1. Memberikan testimoni yang mewakili orang lain, lembaga,
kelompok, golongan atau masyarakat luas.
2. Menggunakan rekomendasi dari suatu laboratorium, lembaga
riset, instansi pemerintah, organisasi profesi kesehatan atau
kecantikan dan/atau tenaga kesehatan.
3. Memuat nama, logo/lambang dan/atau identitas dari
Kementerian/Lembaga dan Laboratorium/Instansi yang
melakukan analisis serta mengeluarkan sertifikat terhadap
Kosmetika, dikecualikan untuk logo dengan nama yang melekat
menjadi satu kesatuan (misalkan sertifikat halal dari Majelis
Ulama Indonesia).
F. Pernyataan yang Terkait Klaim Kosmetika
1.Mencantumkan pernyataan mengenai fungsi di luar dari fungsi kosmetika seperti
menggunakan istilah yang bermakna pencegahan dan/atau pengobatan penyakit atau hal
lain yang terkait dengan kondisi patologis.
2.Mencantumkan pernyataan tidak mengandung nama bahan (ingredient) yang
diperbolehkan dalam Kosmetika, dikecualikan untuk bahan yang terkait dengan budaya,
agama.
3.Mencantumkan pernyataan tidak mengandung bahan yang dilarang dalam Kosmetika.
4.Mencantumkan nilai dan/atau jangka waktu tertentu untuk mendapatkan manfaat kecuali
bila telah tercantum dalam template notifikasi.
5.Menjanjikan hasil mutlak seketika jika ternyata penggunaannya harus digunakan secara
teratur dan terus-menerus.
6.Menyatakan “telah dilakukan uji klinik” atau kalimat yang bermakna sama, kecuali bila
telah tercantum dalam template notifikasi
KESIMPULAN
Penyediaan OB dan OBT untuk pengobatan sendiri
menjadikan pentingnya informasi obat yang objektif,
lengkap, dan tidak menyesatkan.
Kriteria etik WHO dan IFPMA belum menjadi
pengikat yang kuat sehingga diperlukan UU No 23
dalam keputusan Menkes No 386 untuk memperbaiki
kualitas informasi
Tugas Etika Pemasaran
Tolak Angin Vs Bintang Toedjoe masuk angin
Klinik tong fang
Hit Vs Force Magic
Detol
Safe Care Vs Fresh Care
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai