Anda di halaman 1dari 7

Azuma House

Arsitek : Tadao Ando


Fungsi : Hunian/ Rumah Tinggal
Tahun dibangun : 1976
Lokasi : Sumiyoshi, Osaka, Jepang
Luas Lantai Tapak : 34 m2
Luas Lantai Bangunan : 65 m2
Jumlah Lantai : 2 lantai

Advent Fajar Indrajaya


Alam Tambang Prakasa
1
100
Sederhana Ubah Paradigma

Sebuah rumah di ujung selatan Kota Osaka, berbentuk balok,


berfasad kotak dengan dinding bermaterial beton ekspos yang
ekspresif diam nan kontras dengan lingkungan rumah-rumah kayu
khas Jepang di sekitarnya. Geometri tegas berbentuk tiga kubus
berupa dua buah kubus solid dan sebuah kubus kosong yang
memasukkan cahaya dan udara ke keduanya. Azuma House, atau
yang lebih dikenal dengan Row House, merupakan salah satu titik
terpenting dalam karir berarsitektur Sang Arsitek Pejuang, Tadao
Ando. Rumah inilah yang menjadi eksperimen Ando dalam berjuang
mendalami arsitektur, rumah inilah yang memberikan keberanian
berulang Ando untuk mendobrak kebiasaan arsitektur di Jepang,
serta rumah inilah yang membawa Ando meraih penghargaan
profesional pertamanya.

Dikenal sebagai distrik "Jauh di selatan" Osaka, Sumiyoshi adalah


tempat Ando memulai karir sebagai arsitek. Sejak akhir 1960-an
hingga awal 1970-an, sang arsitek membenamkan diri dalam
perjuangan menciptakan ruang hidup yang cukup luas di ruang
sempit. Ini adalah perjuangan untuk membangun identitasnya
sebagai seorang arsitek sambil berjuang dengan komponen
kompleks: tradisi dan modernitas; keinginan dan anggaran terbatas
kliennya; tuntutan kehidupan sehari-hari; dan tuntutan estetika di
kota yang masih mempertahankan tradisi Asia yang kuat.

Arsitektur Jepang yang umumnya lekat dengan gaya arsitektur


Gassho-Zukuri, dengan ciri utama permainan kolom kayu dalam
bentuk gunung tidak ditemukan di Row House. Hangatnya material
kayu yang biasanya mendominasi juga nihil adanya. Hanya sebuah
kotak kubus, dengan dinginnya material konkret yang menjadi
nuansa rumah ini. Ando menyadari lekatnya masyarakat Jepang
dengan nuansa alam dan prinsip keterhubungan dengan alam
dengan cara lain, dengan mengoneksikan secara langsung rumah
ini dengan alam, dan memutus segala kontak rumah ini dengan
lingkungan sekitarnya.

Fasad Azuma House

2
100
Diam, Kontras, dan Keterhubungan

Row House, yang dalam pembangunannya menggantikan sebuah


rumah kayu reot tradisional, terletak di antara perumahan padat
dengan diapit tiga rumah bertingkat dengan nuansa hangat kayu
khas Jepang. Di tengah riuhnya desain yang hangat, serta letaknya
di sebuah distrik yang dipenuhi kelas pekerja, Row House menjadi
sebuah titik yang disebut sebagai “silent wall” atau dinding diam.
Material beton ekspos yang bernuansa dingin, kontras dengan
lingkungan hangat dari perumahan dengan dominasi kayu. Desain
fasad tanpa jendela juga sangat kontras dengan rumah-rumah
dengan jendela-jendela luas yang mengapitnya.

Terletak di sebuah tapak seluas 57,3 meter persegi, Row House


memiliki total luas lantai sekitar 64,7 meter persegi. Tapak yang
memanjang ke belakang, terbagi menjadi tiga kubus sama besar :
kubus pertama berupa ruang padat, kubus kedua berupa ruang
kosong, serta kubus ketiga berupa ruang padat. Kubus padat di
bagian depan merupakan ruang tamu di lantai dasar, serta kamar
tidur utama di lantai dua. Kubus padat di bagian belakang Perspektif Eksterior

merupakan ruang dapur dan kamar mandi di lantai dasar, serta


kamar tidur anak di lantai dua. Kedua kubus padat terhubung
dengan kubus ruang kosong berupa patio yang memasukkan
pencahayaan dan penghawaan ke kedua kubus padat dengan
dilengkapi jalan setapak sebagai akses ke lantai kedua, juga sebuah
jembatan yang menghubungkan kedua lantai atas tiap kubus padat.
Tripartisi diterapkan pada bangunan secara keseluruhan dan
digaungkan oleh ritme panjang-pendek-panjang pada fasad, yaitu
dinding-pintu-dinding, padat-cair-padat, isi-kosong-isi.

Ando memberikan torehan desain mengenai keterhubungan dalam


sisi yang berbeda. Jika Gassho-Zukuri didominasi keterhubungan
dengan lanskap alam sekitar sebagai aplikasinya, Ando justru
membuat sebuah “batas raksasa” yang memutus penghuni Row
House dari dunia luar. Namun di baliknya, Patio di dalam bangunan
merupakan definisi titik hubung baru antara rumah, penghuninya
terhadap alam. Bisa jadi, inilah “tusuk sate” di mana penghuni dapat
berinteraksi dengan hujan, cahaya, bahkan angin segar dari alam,
tanpa distraksi hubungan dari lingkungan sekitarnya.

Dua kotak padat pengapit pada pembagian tripartisi rumah ini


merupakan portal yang sangat jelas mengenai dengan siapa rumah
ini ingin terhubung : langit, fenomena-fenomena alam yang rutin
terjadi, bukan hiruk pikuk lingkungan khaotis Sumiyoshi. Zonasi Ruang

3
100
Tampak Depan Tampak Belakang

Potongan

Isometri

Tampak Samping Denah

4
Prinsip Berdampingan dengan Alam

Row House, yang secara sekilas hanya berupa sebuah rumah kotak
beton nan tiada berhubungan dengan rumah kayu hangat khas
Jepang lainnya, nyatanya sangat menerapkan konsep ruang
dengan prinsip berdampingan dengan alam. Ando, ketika
mengetahui tapak dihadapkan dengan lingkungan perkotaan
Osaka, menyimpulkan bahwa bagaimanapun, koeksistensi dengan
alam merupakan bagian yang mendasar dalam kehidupan. Kotak
beton di Row House, memutus segala hubungan rumah dan pemilik
dengan riuhnya hiruk pikuk Kota Osaka, menjadikannya ruang
terpencil yang menenangkan. Tiada jendela mengarah keluar, hanya
patio di tengah rumah lah satu-satunya sumber cahaya dan udara Patio Lantai Dua
untuk masuk.

Patio, yang menghubungkan rumah dengan langit, merupakan cara


Ando menghubungkan penghuni dengan alam, menghubungkan
rumah dengan cahaya, udara, bahkan rintik hujan yang turun. Patio,
bagi Ando adalah sebuah bentuk penerapan fungsi Nakaniwa,
taman kecil di tengah-tengah rumah tradisional Jepang, sebuah
jendela yang menjadi penghubung rumah dengan alam semesta.
Halaman, terbuat dari beton, kaca dan batu tulis, memantulkan
cahaya yang datang dan menyebabkan bayangan yang rumit.
Materi memiliki efek psikologis pada pengamat justru karena tidak
adanya ornamen mengundang empati yang luar biasa.

Lebih dari itu, keunikan Row House terutama menyangkut Patio di


tengah bangunannya adalah tidak ada opsi lain untuk penghuni
‘menyeberang’ ke fungsi lain ruang rumah selain harus berinteraksi Kamar Utama
dengan alam. Dari pintu masuk ke ruang tamu, penghuni harus
menyeberangi patio untuk menuju ruang dapur. Begitu pula jika
penghuni akan naik ke ruang tidur dari ruang tamu, penghuni harus
menyeberang patio terlebih dahulu untuk dapat menaiki tangga
yang terbentang di sisi patio. Secara pengalaman ruang, penghuni
dipaksa harus merasakan hangat sinar matahari terlebih dahulu
juga cuaca terik, berlari di rintik air saat cuaca hujan, maupun
merasakan sejuknya udara saat Sumiyoshi berangin. Bagi
kebanyakan orang, bahkan sebagian arsitek dan desainer, rumah ini
adalah rumah dengan desain yang buruk, tidak dapat menjadi
tempat perlindungan penghuninya. Namun Ando mempertahankan
desainnya dengan pendapat bahwa lingkungan ideal untuk hidup
ialah rumah di mana alam dapat dirasakan. Ando berkata“Yang
penting adalah ruang, bukan mekanisme mengontrol suhu, tetapi
sesuatu yang didefinisikan dan menerima kehidupan manusia. Patio Lantai Satu

5
100
Kemandirian dan Pendobrak Paradigma

Row House memiliki tema sosial sekaligus tema desain. Ando


memperkenalkan sebuah kotak beton di tengah-tengah rumah
petak kayu reot yang memadati area pusat Osaka dan menciptakan
ruang hidup yang sangat mandiri di dalam kotak itu. Alih-alih
menciptakan arsitektur rumah dengan jendela ke luar sebagai
aplikasi keterbukaan dan koneksi dengan alam sekitarnya, Ando
lebih memilih menutup rapat Row House, sebuah keputusan desain
yang memberi efek terputus dengan dunia luar. Namun, alih-alih
dihilangkan, keterhubungan dengan alam justru semakin Ando
perkuat dengan Row House sebagai jendela besar yang terhubung
ke terang matahari, rintik hujan, dan desir angin. Bahkan di dalam
rumah, penghuni harus menggunakan payung untuk berpindah
ruang ketika hujan, namun konektivitas inilah yang menjadi definisi
baru terhubung dengan alam. Ando dengan apik mendefinisikan
budaya arif Jepang dalam bentuk dan raut yang tidak biasa.

Ando memberikan privasi individu, sesuatu yang tidak dapat


disediakan oleh rumah-rumah kota tradisional Jepang; ia
menciptakan ruang hunian yang memungkinkan individu modern
berkembang. Ando memberikan sentuhan yang berbeda mengenai
definisi hidup berdampingan dengan alam. Keterhubungan yang
biasanya mengarah keluar-dalam secara horizontal, dibawakan
Ando ke arah yang berbeda, yakni atas/langit. Langit sebagai
sumber dari berbagai energi, dihargai sebagai sumber kemandirian
baru, antara penghuni dengan alam secara natural, tanpa distraksi
dari pengaruh luar.

Row House, dengan gagasan-gagasan yang tidak biasa,


memberikan perubahan definisi yang sekian lama kaku mengenai
rumah, dan bagaimana maknanya. Sebuah kotak beton nan masif
dan dingin nyatanya dapat menjadi perlindungan yang
menghadirkan kearifan dalam kesederhanaan. Koneksi ruang yang
hanya berupa sebuah hubungan linear memberikan definisi baru
mengenai kesederhanaan hidup. Row House di Sumiyoshi
merupakan ekspresi dari keyakinan Ando bahwa rumah justru
merupakan tipe bangunan yang dapat mengubah masyarakat,
tanpa mematahkan budaya arif yang telah tumbuh di peradaban.

Patio sebagai Hubungan Rumah dengan Alam

6
Sumber Referensi Sumber Gambar

Kos, dkk. 2017. Nature as an extended interface to home automation https://www.flickr.com/photos/ste_peg/33037526535/in/photostream/


systems. International Conference on Improving Residential Energy , diakses pada 3 Desember 2021
Efficiency, IREE 2017

https://en.wikiarquitectura.com/building/azuma-house-row-house/
diakses pada 16 November 2021

https://www.idesign.wiki/en/azuma-house-1976/, diakses pada 25


November 2021

7
100

Anda mungkin juga menyukai