Anda di halaman 1dari 56

G.

RUMAH JEPANG
Rumah tradisional Jepang merupakan salah satu rumah tradisional paling digemari di
dunia. Bahkan gaya ini sudah populer di dunia barat sebagai gaya arsitektur Zen yang
dapat dengan mudah dikombinasikan dengan gaya minimalis. Hampir semua material
rumah jepang menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak
barang. Rumah jepang sengaja didesain seperti ini agar tidak mengakibatkan kerusakan
parah saat terjadi gempa. Biasanya rumah jepang dibuat seperti rumah panggung yang
ditinggikan sekitar 10 cm dari tanah lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini
bertujuan untuk menghindari embun dari tanah. Yuk kita simak apa saja keistimewaan
rumah ini!

1.Washitsu ()
Keistimewaan pertama yaitu rumah tradisional Jepang memiliki ruang unik yang tidak
dapat ditemukan di negara lain. Ruang unik dan serba guna yang beralaskan tatami ini
disebut Washitsu. Washitsu dapat bermanfaat sebagai ruang keluarga, ruang belajar, dan
waktu malam berubah menjadi kamar tidur (bayangin saja kamarnya nobita dan
doraemon). Orang Jepang tidak biasa menggunakan kursi di ruangan beralasan tatami
ini, mereka biasa duduk dengan beralasan tatami atau menggunakan bantal tipis yang
disebut zabuton. Nah, di ruangan ini juga terdapat oshiire, yaitu lemari besar berpintu
geser tempat menyimpan barang-barang (kasurnya doraemon).

Washitsu

Oshiire
2. Tatami ()
Keistimewaan kedua yaitu tatami sejenis tikar tebal yang dibuat dari jerami, sudah
dipakai di rumah Jepang sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Tatami berasal dari kata kerja
tatamu yang artinya menumpuk dengan kata lain tatami adalah pelapis lantai
rumah yang terbuat dari ikatan jerami yang dijadikan satu dengan papan kayu, dan
biasanya di dalam (interior) rumah tradisional Jepang, tatami ini di jadikan sebagai lantai
dan juga digunakan sebagai pembatas antara ruangan dalam dengan ruangan luar.
Ukuran kamar juga didasarkan pada jumlah tatami. Lantai tatami terasa sejuk pada
musim panas dan hangat pada musim dingin, dan tetap lebih segar daripada karpet
selama bulan-bulan. Pada saat tatami pertama kali dipasang, tatami ini berwarna hijau,
tetapi ketika lama-kelamaan akibat terkena sinar cahaya matahari yang masuk ke dalam
ruangan, tatami ini berubah warna menjadi kuning. Cara membersihkan tatami sangatlah
mudah hanya dilap dengan kain yang diberi sedikit air atau dengan penyedot debu
(vacuum cleaner).

Tatami Hijau

Tatami Kuning
3. Fusuma ()
Keistimewaan ketiga yaitu dengan adanya Fusuma atau pintu geser yang dibungkus
dengan kertas atau kain tebal tembus pandang di atas bingkai petak-petak kayu yang
digunakan untuk memisah-misahkan ruangan (sebagai penyekat atau pembatas antar
ruangan dalam rumah). Tinggi pintu ruangan pada rumah tradisional Jepang ini biasanya
berkisar 6 kaki. Biasanya kertas atau kain tersebut digambari dengan gambar
pemandangan alam pada satu atau kedua sisinya. Fusuma biasanya dapat dibongkar
atau di pindahkan untuk memperbesar ruangan atau membatasi ruangan. Dengan arti
lain fusuma adalah sebuah dinding yang dapat dipindah-pindahkan dan dapat digeser.

Fusuma
4. Shoji ()
Keistimewaan rumah Jepang selain fusuma adalah Shoji. Shoji tersebut adalah pintu
geser yang dibungkus dengan kertas tipis yang direkatkan pada petak-petak kayu dan
bingkai pintu. Kayu tersebut biasanya tidak diamplas. Shoji berasal dari Cina. Tinggi shoji
pada rumah tradisional Jepang biasanya berkisar enam kaki, normalnya dibagi menjadi
empat bingkai (frame). Yang paling utama dari fungsi shoji ini adalah sebagai sekat atau
untuk memisahkan ruangan dalam dengan ruangan luar atau teras. Di dalam rumah
modern, shoji digunakan sebagai pemisah ruangan dimana sandal rumah dipakai
ataupun tidak dipakai. Shoji kadang-kadang dibelah menjadi dua, bagian atas dapat
berfungsi sebagai jendela dan bagian bawah dapat berfungsi sebagai pintu. Perbedaan
antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji
dapat ditembus cahaya.

Shoji
5. Ranma ()
Ranma atau jendela kecil di atas pintu yang memiliki ukiran yang berada di atas dinding
dan digunakan di antara shoji dan plafon untuk memberikan sirkulasi udara dan cahaya.
Ranma dibuat dalam berbagai macam variasi ukuran. Di daerah barat ranma digunakan
sebagai ventilasi dan dekorasi dinding. Ranma dapat ditempatkan sebagai shoji, dalam
dinding atau dengan cahaya dibelakang dekorasi tersebut. Cahaya dapat ditempatkan di
belakang ranma untuk menerangi sebuah desain bangunan. Ranma dapat dikatakan
sebagai kusen.

Ranma
6. Toko no ma ()

Tokonoma adalah suatu ruangan yang berukuran lebih kecil dari ruangan yang ada di
dalam rumah. Letaknya berada di dalam kamar dengan posisinya lebih tinggi beberapa
inchi dari lantai tatami (gaya ruangan masyarakat Jepang). Alasan mengapa tokonoma
dibuat satu tingkat lebih tinggi dari lantai sebuah ruangan (tatami) adalah karena pada
zaman dahulu sebelum pengaruh agama Budha masuk ke Jepang, bangsa Jepang telah
mengalami sistem kepercayaan dinamisme yaitu percaya bahwa alam adalah segalanya
dan dapat dikatakan sebagai dewa bagi mereka. Mereka juga percaya bahwa kesucian
orang Jepang berasal dari alam dan kemudian menciptakan manusia sebagai bagian dari
alam. Maka mereka sering melakukan persembahan kepada dewa-dewa mereka di dalam
sebuah ruangan yang dilengkapi dengan segala yang berbau alam seperti: ikebana dan
dupa. Lantai pada ruangan persembahan ini sengaja dibuat satu tingkat lebih dari
ruangan tatami dengan alasan bahwa lantai atas pada ruangan pemujaan ini
diilustrasikan sebaga dewa, sedangkan lantai bawah (tatami) diilustrasikan sebagai
manusia. Pada akhirnya setelah pengaruh agama Budha mulai masuk ke Jepang maka
ruangan persembahan ini pun telah berubah menjadi sebuah bangunan yang dinamakan
Butsudan (altar bagi agama Budha). Seiring dengan berjalannya waktu maka Butsudan
ini telah berubah menjadi sebuah bangunan yang dinamakan tokonoma.

Toko no Ma
6.
Genkan
(

)
Genkan adalah koridor tempat penghuni rumah atau tamu masuk dan melepas sandal
mereka. Memang orang Jepang punya kebiasaan unik melepas sandal sebelum masuk
rumah. Tujuannya adalah supaya tidak mengotori tatami mereka (Seperti sinchan yang
sering dimarahin mamanya karena lupa melepas sandal).

Genkan

7. Roka
Di pinggir rumah terdapat lorong dengan lantai kayu yang disebut roka.

Rokka
8. Toilet ()
Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset Asia.
Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di
Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet
pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset
yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang

ditinggikan sekitar 30 cm Yang terakhir ini lebih mudah digunakan bagi aboi-aboi untuk
buang air kecil sambil berdiri.

Washiki

Cara Pakai
8. Kamar Mandi
Umumnya rumah tradisional Jepang jarang memiliki kamar mandi. Bukan karena orang
jepang jarang mandi tetapi karena mereka lebih senang mandi di tempat pemandian
umum (sento atauonsen). Biasanya tempat pemandian tersebut dipisah antara cewek
dan cowok, tetapi ada juga pemandian campuran. Waw buat para cowok pastinya
kesenengan ada tontonan gratis.

Sento
9. Dapur
Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang
kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.

Dapur Kayu Bakar

Dapur di Gantung
10. Taman
Taman bergaya Jepang juga unik. Taman Jepang umumnya asimetris dan memiliki tiga
unsur utama, yaitu air (melambangkan kesucian dan kehidupan), tanaman
(melambangkan keabadian), dan batu (melambangkan alam).

(http://www.japanindocuteculture.com/2013/10/yuk-mengenal-rumah-tradisionaljepang.html#_)

MINKA
1. Pengertian Minka ()
Rumah rakyat Jepang disebut dengan (minka), yang secara harfiah berarti
rumah rakyat. Rumah minka adalah nama umum dengan arsitektur tradisional, dan
merupakan tempat kediaman rakyat bukan dari kalangan orang berkuasa(tempat
tinggal petani, pengrajin, dan pedagang). Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir
tahun 1800. Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan antara bentuk
dengan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu
yang berasal dari pegunungan dan hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah.
Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu
(ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang
keluarga), Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).
Minka juga memiliki keanekaragaman gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan
tuntutan geografi setempat, iklim, dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang
memiliki gaya arsitektur bangunan yang khas, seperti :
- Minka di Jepang Utara
Minka di daerah Jepang bagian utara, pada umumnya memiliki bubungan terjal
beratap jerami serta jendela kecil yang hanya ada di bubungan tersebut. Ini
merupakan penyesuaian diri terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju
yang banyak. Selain itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat
sutra.
- Minka di Jepang Selatan
2. Sejarah Minka
Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah. Yang pertama adalah apa yang
dikenal sebagai rumah bawah tanah. Yang kedua naik di atas permukaan tanah.
Gaya rumah dengan lantai tinggi dikatakan telah datang ke Jepang dari Asia
Tenggara., dan jenis bangunan rupanya digunakan untuk menyimpan makanan bijibijian dan lainnya sehingga tidak akan rusak karena panas dan lembap.
Evolusi Arsitektur dan Gaya Interior
Sangat penting untuk memahami evolusi dari gaya arsitektur untuk memahami
bagaimana interior berevolusi juga. Dari periode Heian melalui Edo Periode
pertengahan (792 1750) ada tiga besar syles arsitektur perumahan yang
berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-zukuri.
Shinden-zukuri
Tempat tinggal bangsawan yang pertama muncul pada periode Heian adalah gaya
shinden-zukuri. Shinden mengambil contoh dari ruang ibadah kuil Budha.Ini di ambil
dari dinasti Tang struktur bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain
oleh lorong-lorong beratap. Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang
terbuka kecuali untuk tiang bulat.Pusat ruang utama disebut Moya dan dikelilingi
oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai buluh, sudare dan tirai, kicho. lantai
papan kayu. Ada sebuah ruangan kecil yang disebut nurigome digunakan untuk tidur
atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh para bangsawan dan samurai
peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Ketika kita melihat lukisan Tale of
Genji kita dapat melihat gaya shinden-zukuri. Saat ini tidak ada contoh yang lebih
tua dari gaya ini, yang terdekat dapat ditemukan adalah versi abad ke-19 dari Istana
Kekaisaran di Kyoto.
Shoin-zukuri

Gaya arsitektur selanjutnya disebut gaya shoin-zukuri. shoin awalnya nama yang
diberikan kepada kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen. Shoin berarti
perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri adalah ruang Dojinsai di Togudo di
Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada
tahun 1486. Gaya shoin berevolusi dari gaya shinden selama dua abad. Gaya shoin
akhirnya menjadi besar dan pengaturan dimaksudkan untuk kebesaran dari para
panglima perang feodal. Pemanfaatan pilar dipotong persegi (yang bertentangan
dengan gaya putaran shinden) diperbolehkan kusen dan lintels untuk dapat dengan
mudah dipasang di antara mereka. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang
interior dapat dipartisi melalui penggunaan shoji dan panel fusuma. Tatami
digunakan untuk menutup seluruh luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus
tatami dalam berbagai ukuran. Sebuah contoh yang ada gaya shoin adalah Hall
Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin dewasa ini menggabungkan semua
elemen. Mengenal interior tradisional Jepang: shoji, fusuma, tatami sebagai meliputi
lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin.
Sukiya-zukuri
Gaya arsitektur rumah terakhir adalah sukiya-zukuri. Gaya sukiya berasal dari
upacara minum teh, sebenarnya kata sukiya mengacu pada bangunan di mana
dilakukan upacara minum teh. Gaya sukiya yang berkembang dari periode AzuchiMomoyama dan gaya shoin, sangat kontras langsung dan pengaturan yang luar
biasa besar dari-shoin zukuri. Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap
sebagai desain terbaik. Beberapa pondok teh terdiri dari enam tatami.
Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiya-zukuri.
Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan
hingga akhir zaman Edo (1750 -1867).Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi
pada ruang kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial
Villa (Terpisah Istana) dibangun pada pertengahan 1600-an.
Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 16001868 ketika Jepang di bawah
pemerintahan Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dengan dunia Barat.
Keputusan itu tercermin pada pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur
Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat di desa kuno Tsumago yang
bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak arsitektur tradisional
Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti
karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area
halaman belakang dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam
dilengkapi bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu lain menambah
daya tarik kawasan ini.
Di antara jalan-jalan setapak, ada banyak rumah-rumah yang menampilkan eksterior
taman gaya Jepang. Taman tidak hanya di depan rumah namun juga di belakang
rumah. Taman-taman ini banyak dihias kolam batu alam beserta bonsai, pancuran
air dari bambu, dan kerajinan bambu. Melangkah ke dalam, kita akan melihat
bangunan utama yang terbuat dari papan. Bila kita lihat lebih jauh, rumah-rumah
papan ini identik dengan kegiatan warga Jepang zaman Shogun yang bermata
pencarian bertani, berdagang, dan bisnis jasa. Atap rumah Jepang umumnya ditindih
batu untuk menahan agar tidak terbang tertiup angin. Atap ini dilengkapi juga
dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah. Talang ini
terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis
tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi
batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu juga menjadi salah satu ciri khusus.

Konstruksinya sederhana, dengan menerapkan prinsip semakin sedikit, semakin


baik. Prinsip ini sudah banyak diserap dalam seni arsitektur modern.
Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik.
Dinding dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai
untuk dinding-dinding ruangan. Tidak aman memang dan sangat dingin di musim
salju, tetapi ini dibuat untuk membuat penghuninya tetap menyatu dengan alam.
Dinding-dinding, lantai, dan langit-langit dibiarkan polos tanpa hiasan apapun. Satusatunya hiasan hanyalah permainan garis-garis dan kotak-kotak lurus. Pada ruang
utama tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur
sebagai tempat keramat. Bagian ini adalah suatu fokus tempat orientasi diri
psikologis si pemilik rumah, yang disebut tokonoma. Ada beberapa lukisan
pemandangan atau bunga, namun kadang-kadang lukisan diganti dengan pajangan
seni kaligrafi yang indah, berisi syair atau puisi yang mengandug nilai kearifan atau
pengetahuan budaya. Denah rumah tradisional Jepang terbagi dalam ruang-ruang
sederhana yaitu berbentuk kotak atau persegi. Kesederhanaan ini tercermin dalam
desain minimalis yang banyak digandrungi saat ini. Namun kenyataannya, budaya
arsitektur yang tersohor itu sebenarnya sudah dikerjakan selama berabad-abad oleh
para arsitek-arsitek zaman Shinto.
Perumahan terus berkembang di era Meiji (1868-1912) Beberapa kota telah rumah
yang dibangun dengan gaya kura-zukuri, yang menampilkan eksterior Jepang yang
dibuat dari bahan tahan api, biasanya memiliki lorong panjang melalui tengah rumah
dengan kamar di setiap sisi, dikatakan untuk menggabungkan budaya asing dengan
gaya rumah disukai oleh samurai.
3. Bahan Bangunan Minka ()
Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk tiang
utama rumah dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan
untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk
melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi
dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar menjadi
genteng.
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi
dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan
tikar halus yang disebut dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu
terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai
dinding.
4. Desain Khas Minka ()
4.1. Washitsu
Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada
beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang
dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah washitsu yang ada di
dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama. Setiap ruangan bisa
menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan
karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire
(bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan). Fungsi washitsu
berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah
menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu menjadi ruang tidur bila
diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan
untuk jamuan makan. Ada dua macam benda yang dapa digunakan untuk
memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji. Fusuma adalah
panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat

dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau
pembatas ruangan pada washitsu. Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara
rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka
dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat
alami atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar
ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru.
Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan
pintu sewaktu mendorong fusuma. Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah
fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus
cahaya.Sandal rumah harus dilepas sebelum memasuki washitsu. Lantai washitsu
berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat
secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini
banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat
itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami
kemudian menjadi populer diabad ke-17.
4.2. Genkan
Salah satu ciri rumah Jepang adalah genkan. Genkan adalah tempat di mana orang
melepas sepatu mereka. Ketika mereka melepaskan sepatu mereka, orang-orang
melangkah naik ke lantai yang lebih tinggi 40-50 cm (15-19 inci) dari genkan.
Disamping genkan terdapat sebuah rak atau lemari disebut Getabako di mana orang
dapat menyimpan sepatu mereka. Sandal untuk dipakai di rumah juga tersimpan di
sana.
4.3. Washiki
Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset
Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna
toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di
belakang toilet pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi
dua jenis: kloset yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian
lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm
4.4.Daidokoro(dapur)
Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan
yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu
bakar
4.5. Taman
Dalam taman Jepang tidak dikenal garis-garis lurus atau simetris. Taman Jepang
sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi dominan.
Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di tengah.Taman
Jepang berukuran besar dilengkapi dengan bangunan kecil seperti rumah teh,
gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil). Di antara gedung dan taman kadangkadang dibangun ruang transisi berupa beranda sebagai tempat orang duduk-duduk.
Dari beranda, pengunjung dapat menikmati keindahan taman dari kejauhan.
Walaupun elemen-elemen dasar dan prinsip yang mendasari desain taman dapat
berbeda-beda, tema-tema tertentu dapat dijumpai di berbagai jenis taman.Tematema yang umum adalah kombinasi dari elemen-elemen dasar seperti batu-batu,
pulau kecil, dan pepohonan untuk melambangkan kura-kura dan burung jenjang

yang keduanya merupakan lambang umur panjang di Jepang. Pulau kecil di tengah
kolam dibangun seperti bentuk kura-kura atau diletakkan batu yang melambangkan
kura-kura di tepian. Tema lain yang populer adalah Gunung Fuji atau miniatur
lanskap-lanskap terkenal di Jepang. Taman jepang memiliki elemen dasar antara
lain. air (melambangkan kesucian dan kehidupan), Tanaman (melambangkan
keabadian), dan Batu (melambangkan alam). Batu adalah elemen terpenting dalam
taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air
terjun.
Secara garis besar, Minka terdiri dari:
Pada bagian depan rumah lubang untuk masuk dipasangi dua lapis pintu. Lapis
pintu bagian dalam (shouji) berupa pintu sorong, yang berlubang-lubang dan ditutupi
kertas-kertas. Sedangkan pintu lapis muka atau depan berupa pintu kayu yang
kokoh.
Bagian dalam rumah dibagi menjadi ruang-ruang yang dipisahkan dengan pintu
sorong yang berkisi-kisi. Pintu-pintu pemisah ruangan ini secara keseluruhan disebut
dengan tategu. Kisi-kisi ini ditutupi kertas-kertas tebal tembus cahaya yang disebut
fusuma.
Adanya doma, yaitu salah satu bagian dalam rumah yang lantainya terbuat dari
tanah liat yang sudah dikeraskan. Pada doma dipasang semacam oven untuk
memasak yang terbuat dari tanah liat (kamado). Selain itu, di lantai ini juga
diletakkan perapian terbuka (irori) untuk membakar kayu pemanas ruangan.
Atap minka
Atap rumah minka sering dibuat curam, dan biasanya terbuat dari ilalang (kayabuki
yane), sirap (itabuki yane), atau genteng (kawarabuki yane). Atap minka dapat
dikelompokan menjadi tiga macam bentuk, yaitu :
-Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang berbentuk segi tiga
(gabled roof). Jenis atap ini mempunyai dua sisi yang menurun dari balok bubungan
utama (mune).
-Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang (hipped roofs). Atap
jenis ini merupakan perkembangan dari kirizuma, karena pada kedua sisi
sampingnya yang lain ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak
berbentuk lancip melainkan papak.
-Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap tambahan yang
berbentuk agak miring di sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah menjadi luas.
Pada rumah yang atapnya terbuat dari genteng keramik, genteng juga dipasang
sampai ke ujung bubungan, dan untuk menghias puncak bubungan dipasang
genteng yang ujungnya berbentuk kepala raksasa, yang disebut onigawara. Pada
rumah yang beratap rumput juga dipasang hiasan pada kedua sudutnya yang
disebut dengan munekazari.
5. Tipe-tipe Rumah Tradisional Jepang (Minka )
Minka datang dalam berbagai gaya dan ukuran, sebagian besar sebagai akibat dari
perbedaan kondisi geografis dan iklim serta gaya hidup penduduk, tetapi sebagian
besar umumnya jatuh ke dalam salah satu dari dua kelompok utama: pertanian
rumah noka ( ) dan machiya ( ). Ada juga gaya rumah pertanian yang
ditemukan desa-desa nelayan, yang disebut gyoka ().
Tipe rumah tradisional Jepang atau minka ini, secara luas terdiri dari dua macam,
yaitu :
5.1. Rumah Petani (/ nouka)
Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori. Denah
standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat

ruang, di samping ruang utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian ini
disebut dengan yamadori (pengaturan empat ruang). Di dalam rumah jenis ini
terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo, untuk memasuki ruang utama.
Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah petani.
- Doma
Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga dari luas
denah rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan
memasak, sehingga tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu
yang didirikan di belakang doma.
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini
kayu dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh
anggota keluarga berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu makan.
Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :
-Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat
melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.
-Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel
pada dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau
bunga.
-Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan keadaan
formal. Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini
terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut dengan engawa.
5.2. Rumah di Perkotaan (Machiya)
Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang didirikan
di sana cenderung berbentuk empat persegi panjang.
-Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan (kura/dozou)
harta benda milik keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda keluarga bisa
juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama. Untuk dapat
memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke pekarangan
belakang.
- Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat dengan
jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan, dan
transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah,
dipergunakan sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu.
Ruang yang terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup.
Ruang ini dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi
sebagai tempat melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.
- Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah
berfungsi sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang
dipergunakan sebagai kamar tidur.
6. Minka di Tiap Prefektur
6.1. Hokkaido
Di daerah kabupaten, yang paling utara dan paling dingin, industri beras dimulai
sekitar 300 tahun yang lalu. Dalam era Meiji (1868-1912) banyak orang yang datang
dari bagian daerah yang lain di Jepang maupun tempat lain untuk membantu dalam
pemurnian beras atau kerja ladang. Para imigran ini membawa berbagai budaya dan
gaya konstruksi bangunan. Sebagai hasil dari perluasan dan perdagangan terbuka,
bahkan konstruksi gaya barat dapat ditemukan.
6.2. Aomori-Ken

Wilayah ini banyak dipengaruhi oleh suasana feodalisme. Ada banyak pertempuran
dengan kaum feodal lokal di sini, yang pada gilirannya menerapkan peraturan ketat
pada bangunan rumah. Karena wilayah barat dan timur memiliki iklim yang berbeda,
bahkan dalam prefektur yang sama, maka ada 2 jenis bangunan d daerah ini. Di
Aomori, minka yang berada di sebelah barat(pantai Laut Jepang) memiliki atap
sangat tajam dengan Kemu-dashi (cerobong mini) untuk mengeluarkan asap dari
hasil kegiatan memasak dan unit pemanas (Kamado dan Irori). Sebaliknya, minka di
sebelah timur(pantai Samudera Pasifik) memiliki atap datar dan sederhana tanpa
cerobong asap.
6.3. Akita-Ken
Gaya minka di sini merupakan gaya minka dengan harmoni yang menyenangkan
dan desain unik berupa garis yang melengkung. Peneliti desain arsitektur
menunjukkan bahwa kecanggihan dari minka di daerah ini dapat dijelaskan. Selama
era Edo (1603-1867) perdagangan berkembang di pantai Laut Jepang, terutama
dalam ekspor beras dan benih hana (Red Dye). Dengan faktor kekayaan, desainer
khusus dan arsitek pembangun dibawa dari kota Kyoto untuk menghasilkan karya
seni yang baru.
6.4. Iwate-Ken
Dalam waktu 1.000 tahun lamanya daerah ini telah terkenal dengan kuda yang
sangat baik. Hal ini dikenal sebagai "Iwate-ken kuda-tumbuh". Banyak rumah yang
dirancang dengan sayap pada sudut 90 derajat untuk memungkinkan kuda-kuda
untuk hidup bersama dengan keluarga. Rumah ini sangat khusus disebut "Nanbu/
lekukan rumah" (Nanbu menjadi distrik prefektur di rumah-rumah karena lazim).
Lewae bangunan minka kita bisa tahu, terlihat betapa banyak cinta dari sang pemilik
rumah dalam memberikan kasih sayang untuk kuda-kuda mereka dan bagaimana
mereka memperlakukan hewan-hewan ini sebagai bagian dari keluarga.
6.5. Niigata-Ken
Minka di prefektur sangat memungkinkan kondisinya saat ada angin kecang, salju
dan dingin. Di musim dingin, daerah ini tidak dilindungi oleh pegunungan. Oleh
karena itu prefektur ini menghadapi angin dingin langsung dari Siberia. Hal ini terjadi
karena Niigata terletak di bagian tengah dari pulau utama Jepang dan menerima
salju terlebat, mencapai 7 meter. Dengan salju yang begitu lebatnya, modifikasi di
rumah-rumah termasuk pintu masuk lantai dua, jendela yang sempit, dan kolam di
sekitar rumah dijadikan untuk pembuangan salju.
6.6. Sattaima, Gunma, Yamanashi-Ken
Ini adalah prefektur yang memproduksi sutra, mulai dari bagian akhir dari zaman
Edo (1603-1867) ke Meiji-era (1868-1912) dan zaman Taisho (1912-1926). Minka
telah diubah agar sesuai dengan pemeliharaan ulat sutera dan rumah pengolahan
berikutnya dari sutra mentah. Yang terpenting dari rancangan minka ini adalah
memiliki ventilasi yang baik dan cukup sinar matahari. Rumah-rumah di daerah ini
menunjukkan penekanan di rumah-rumah di mana sutra adalah cara utama mencari
nafkah.
6.7. Gifu-Ken
Daerah ini merupakan daerah pegunungan sisi dalam yang telah ditetapkan sebagai
"situs warisan budaya dunia". Pemeliharaan ulat juga dilakukan di sini, tapi karena
keterbatasan lahan, yang disebabkan adat yang dilakukan di rumah-rumah besar
sebagai keluarga besar, karena ada undang-undang melarang bangunan tambahan.
Sebuah rumah besar mungkin telah mengakomodasi 2 sampai 3 generasi bersama
di bawah satu atap . Meskipun sebagian besar bangunannya berupa kayu, rumah di
daerah ini bahkan memiliki tinggi hingga 4 sampai 5 meter. Karena tingginya ini

minka disebut sebagai "Gasho-Zukuri. Karena itu banyak orang yang mengakui dan
menyimpulkan bahwa inilah yang telah menghasilkan gaya minka paling indah di
Jepang.
6.8. Kyoto-Fu
Meskipun daerahnya kecil, ibukota Jepang selama periode pembangunan budaya
terbesar, Kyoto, merupakan daerah yang kaya dan berkuasa dalam arsitekturnya.
Dengan demikian minka adalah beberapa bangunan paling cantik, termasuk di
dunia. Terhindar dari pengeboman Perang Dunia II, keindahan minka masih dapat
dilihat di kota yang penuh seni ini.
6.9. Nara-Ken
Di dalam Prefektur ini terdapat Kota Nara, sebuah ibukota kuno Jepang 1500 tahun
yang lalu (sebelumnya Kyoto). Nara pada waktu itu disebut "Yamato", nama yang
juga berarti semua bangsa Jepang. Di dalam rumah ditambahkan atap tertentu
dalam konstruksi bangunannya (Yamato Mune) yang tidak ditemukan di tempat lain
di Jepang. Konstruksi bubungan atapnya dapat ditemukan juga di daratan Cina dan
Korea dan kemungkinan berasal dari daerah tersebut. Selama abad pertengahan
tanggul digali di sekitar rumah besar atau di sekitar desa untuk melindungi dari
serangan dari tuan-tuan lain atau penjarahan oleh kelompok-kelompok pencuri.
6.10. Saga-Ken
Prefektur ini adalah daerah bagian selatan pulau utama Jepang, di mana pada
musim gugur penduduknya harus bertahan hidup dari bahaya "Taifu" (harfiah "angin
besar dan hujan, dalam bahasa Inggris sama artinya dengan topan ). Karena ini
merupakan ancaman setiap tahun, minka di desain lebih rendah dengan atapnya,
disebut "Kudori Tsukuri", yang bentuknya mirip dengan kamado yang dapat
ditemukan di dapur rumah itu. Tuan feodal menuntut banyak larangan dan kontrol
pada cara pembangunan rumah. Di samping itu, rumah mungkin telah dibangun
lebih rendah karena kayu tinggi sudah sulit tersedia di daerah ini akibat keterbatasan
lahan subur.

Mengenal Gaya Arsitektur (7): Rumah Tradisional Jepang


(Minka)
posted by Edi Karnadi ,

Rumah gaya Minka Gassho-zukuri di Desa Shirakawa, Gifu Prefecture


MINKA , merupakan nama umum untuk rumah tradisional Jepang dan merupakan
hunian untuk rakyat biasa. Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Rumahrumah ini dapat ditemukan di seluruh Jepang dengan gaya yang khas antar daerah.

Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian terhadap letak
geografi /iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka di daerah Jepang bagian
utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi terhadap musim dingin yang panjang
dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan yang terjal memungkinkan udara di dalam
ruangan cukup hangat. Bukaan berupa jendela kecil hanya ada di bubungan tersebut untuk
menghindari banyaknya angin masuk kedalam rumah. Disamping itu juga dirancang khusus
untuk keperluan memelihara ulat sutra.

Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang
relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin
dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun. Rumah panggung ini dirancang untuk meredam
gunjangan gempa.
Selain penyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga dibagi
menjadi dua tipe, yaitu rumah-rumah pertanian (nouka) dan rumah di perkotaan (machiya).
Rumah-Rumah Pertanian (nouka)
Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori. Denah standar rumah
para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat ruang, di samping ruang
utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian ini disebut dengan yamadori (pengaturan
empat ruang). Di dalam rumah jenis ini terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo,
untuk memasuki ruang utama. Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah
petani.
Doma
Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga dari luas denah
rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan memasak, sehingga
tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu yang didirikan di belakang
doma.
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini kayu
dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh anggota keluarga
berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu makan.
Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :

Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat
melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.

Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel pada
dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau bunga.

Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan keadaan
formal. Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini
terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut dengan engawa.

Rumah di Perkotaan (Machiya)

Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang didirikan di sana
cenderung berbentuk empat persegi panjang.

Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan (kura/dozou)


harta benda milik keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda keluarga bisa
juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama. Untuk dapat
memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke pekarangan
belakang.

Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat dengan
jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan, dan
transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah, dipergunakan
sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu. Ruang yang
terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup. Ruang ini
dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.

Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah berfungsi
sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang dipergunakan sebagai
kamar tidur.

Sejarah Minka
Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah, yaitu rumah bawah tanah dan rumah panggung
(pengaruh dari Asia Tenggara).
Pada periode Heian melalui Periode pertengahan Edo (792 1750) ada tiga jenis gaya
arsitektur perumahan yang berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-zukuri.
Shinden-zukuri
Shinden-zukuri ( ) mengacu pada gaya arsitektur dalam negeri dikembangkan untuk
rumah-rumah megah atau aristokrat dibangun di Heian-kyo ( , Kyoto hari ini) pada
periode Heian (794-1185), terutama di abad ke-10.
Shinden-zukuri berkembang menjadi shoin-zukuri dan Sukiya-zukuri (terlepas jenis arsitektur
minum teh). Selama era Kamakura, berkembang menjadi Buke-zukuri ( perumahan
bagi keluarga militer).
Gaya shinden-zukuri pertama muncul pada periode Heian adalah tempat tinggal para
bangsawan. gaya ini mencontoh dari ruang ibadah kuil Budha dari dinasti Tang struktur
bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain dengan lorong-lorong beratap.
Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang terbuka kecuali untuk tiang bulat. Pusat
ruang utama disebut Moya dan dikelilingi oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai

buluh, sudare dan tirai, kicho. lantai papan kayu. Ada sebuah ruangan kecil yang disebut
nurigome digunakan untuk ruang tidur atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh
para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Gaya shindenzukuri dapat dilihat pada lukisan Tale of Genji. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari
gaya ini, hanya dapat ditemukan versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.
Shoin-zukuri

The karamon main gate to Ninomaru Palace


Shoin merupakan nama kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen. Shoin berarti
perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri adalah ruang Dojinsai di Togudo di Ginkakuji
(Silver Pavilion). Kamar kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya
shoin berevolusi dari gaya shinden selama 2 abad. Gaya shoin akhirnya menjadi besar dan
pengaturan dimaksudkan untuk kebesaran dari para panglima perang feodal. Pemanfaatan
pilar dipotong persegi (yang bertentangan dengan gaya putaran shinden) yang gunanya untuk
meletakkan kusen dan lintels. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang interior
dengan partisi yang disebutn shoji dan panel fusuma. Tatami digunakan untuk menutup
seluruh luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus tatami dalam berbagai ukuran.
Sebuah contoh gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin
dewasa ini menggabungkan semua elemen. Elemen interior tradisional Jepang meliputi :
shoji, fusuma, tatami sebagai meliputi lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin.
Sukiya-zukuri
Sukiya-zukuri merupakan gaya arsitektur rumah terakhir. Sukiya-zukuri () adalah
salah satu jenis gaya arsitektur hunian Jepang. Suki berarti halus, rasa menyenangkan dalam
kegiatan elegan dan mengacu pada kenikmatan dan keindahan acara minum teh. Kata
awalnya dilambangkan sebuah bangunan di mana upacara minum teh dilakukan dikenal
sebagai Chashitsu dan dikaitkan dengan ikebana merangkai bunga dan seni tradisional Jepang
lainnya. Ia telah hadir untuk menunjukkan cara merancang fasilitas umum dan rumah-rumah
pribadi berdasarkan "tea house aesthetics".

Villa Katsura Imperial Villa


di musim semi
Gaya sukiya yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat
kontras langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin zukuri. Dalam sukiya,
semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik. Beberapa pondok teh terdiri
dari enam tatami. Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiyazukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan
hingga akhir zaman Edo (1750 -1867). Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi pada ruang
kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial Villa dibangun pada
pertengahan 1600-an.
Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 16001868 ketika Jepang di bawah pemerintahan
Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dari dunia Barat. Keputusan itu tercermin pada
pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat
dilihat di desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi
corak arsitektur tradisional Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat
menarik diikuti karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area
halaman belakang dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi
bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.
Di antara jalan-jalan setapak, ada banyak rumah-rumah yang menampilkan eksterior taman
gaya Jepang. Taman tidak hanya di depan rumah namun juga di belakang rumah. Tamantaman ini banyak dihias kolam batu alam beserta bonsai, pancuran air dari bambu, dan
kerajinan bambu. Melangkah ke dalam, kita akan melihat bangunan utama yang terbuat dari
kayu/papan. Bila kita lihat lebih jauh, rumah-rumah papan ini identik dengan kegiatan warga
Jepang zaman Shogun yang bermata pencarian bertani, berdagang, dan bisnis jasa.
Atap rumah Jepang umumnya ditindih batu agar tidak terbang tertiup angin. Atap ini
dilengkapi juga dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah.
Talang ini terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis
tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi batu alam
yang ditindih bangunan bahan kayu juga menjadi salah satu ciri khusus. Konstruksinya
sederhana, dengan menerapkan prinsip semakin sedikit, semakin baik. Prinsip ini sudah
banyak diserap dalam seni arsitektur modern.
Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik. Dinding
dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai untuk dinding-

dinding ruangan. Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju, tetapi ini dibuat
untuk membuat penghuninya tetap menyatu dengan alam. Dinding-dinding, lantai, dan langitlangit dibiarkan polos tanpa hiasan apapun. Satu-satunya hiasan hanyalah permainan garisgaris dan kotak-kotak lurus. Pada ruang utama tempat penerimaan tamu, dibuat panggung
kecil yang berdinding mundur sebagai tempat beribadah. Bagian ini adalah tempat untuk
orientasi diri psikologis si pemilik rumah, yang disebut tokonoma. Ada beberapa lukisan
pemandangan atau bunga, namun kadang-kadang lukisan diganti dengan pajangan seni
kaligrafi yang indah, berisi syair atau puisi yang mengandug nilai kearifan atau pengetahuan
budaya.
Denah rumah tradisional Jepang terbagi dalam ruang-ruang sederhana yaitu berbentuk kotak
atau persegi. Kesederhanaan ini tercermin dalam desain minimalis, yang sekarang turut
mempengaruhi Arsitektur Gaya Minimalis. Namun kenyataannya, budaya arsitektur yang
tersohor itu sebenarnya sudah dikerjakan selama berabad-abad oleh para arsitek-arsitek
zaman Shinto.
Perumahan terus berkembang di era Meiji (1868-1912), beberapa rumah di kota dibangun
dengan gaya kura-zukuri, yang menampilkan eksterior Jepang yang dibuat dari bahan tahan
api, biasanya memiliki lorong panjang melalui tengah rumah dengan kamar di setiap sisi,
dikatakan untuk menggabungkan budaya asing dengan gaya rumah disukai oleh samurai.

KARAKTERISTAIK ARSITEKTUR JEPANG


Sistem konstruksi pada bangunan di Jepang dibuat ringan dan halus. Bangunan di Jepang
berbentuk simetris dengan memakai slidding door pada pintu, penggunaa kertas pada dinding
rumah menjadikan rumah tersebut terkesan ringan, ukuran ruang memakai tatami/shoku, atap
dominan dengan bentuk lengkung yang bersifat
sederhana, kebanyakan pada rumah jepang tidak memakai cat melainkan bersifat alami.

Bahan Bangunan Minka


Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk tiang utama rumah
dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai,
langit-langit, dan bubungan atap. Kayu yang digunakan dalam Minka bisa bertahan 200
sampai 300 tahun dan sangat berharga sebagai produk bangunan karena dapat digunakan
kembali dalam rumah-rumah lainnya.
Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah
itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar
menjadi genteng.
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi
dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar
halus yang disebut dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar.
Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai
dinding.

Tata Ruang

Genkan

Salah satu ciri rumah Jepang adalah genkan, atau pintu masuk. Ini merupakan area kecil,
dengan level yang sama seperti di luar, di mana orang yang datang melepaskan sepatunya.
Ketika mereka melepas sepatu, orang melangkah ke lantai yang lebih tinggi 40-50 cm.
Berdekatan dengan lantai bawah ada rak atau lemari disebut getabako (kotak geta ) di mana
orang akan menempatkan sepatu mereka. Sandal untuk penggunaan dalam ruangan biasanya
ditempatkan di sana.

Washitsu

Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada beberapa
aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai dapat
diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah)
terdapat satu washitsu utama. Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar,
atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan bersifat portabel, yang
disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan).
Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu
berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu menjadi ruang tidur bila
diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan untuk
jamuan makan.

fusuma

shoji

Ada dua macam benda yang dapat digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu,
yaitu fusuma dan shoji. Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang
vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong atau digeser.
Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu. Seperti halnya
shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah

disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi,
kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil. Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar
ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah
permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu
mendorong fusuma. Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus
cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya. Sandal rumah harus dilepas sebelum
memasuki washitsu.

lantai Kamar dengan tatami dan Shji


Lantai washitsu berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang
dibuat secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini
banyak Tatami dibuat dari bahan sintetis, umumnya dari styrofoam. Tatami mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain
hijau yang polos. Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang
kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami
kemudian menjadi populer diabad ke-17.

Washiki (Toilet)
Toilet di perumahan Jepang biasanya terletak jauh dari kamar mandi dan terpisah dari rumah
induk. Namun, dalam kamar apartemen sering menggunakan toilet dan kamar mandi berada
dalam satu unit. Toilet biasanya di ruang kecil, saat memasuki ruangan ini, salah satu
tradisional menggantikan sandal rumah mereka dengan sandal khusus, kemudian menukar
kembali ketika keluar dari kamar mandi. Secara tradisional, toilet Jepang telah memiliki citra
"haram" dan dengan demikian dipisahkan, tapi kemudian hari toilet lebih modern cenderung
untuk menangkal tradisional citra "haram" tadi .
Toilet tradisional Jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset Asia.
Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di Jepang
kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet pada
gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang
berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar
30 cm.
Daidokoro (dapur)

Dapur tradisional dengan sistem gantung

Dapur tradisional dengan sistem tungku


Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang
kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.
Pada periode Jomon, dari 10.000 SM sampai 300 SM, orang berkumpul ke desa-desa, di
mana mereka tinggal di tempat tinggal lubang dangkal. Ini gubuk sederhana adalah antara 10
sampai 30 meter persegi dan memiliki perapian di tengah. Kompor awal tidak lebih dari
sebuah lubang dangkal (jikaro ), yang dikelilingi oleh batu untuk menangkap
percikan api. kemudian mereka menggantikan dengan Vas tanah liat atau tungku. Jenis
kompor disebut umigamero ( ,. Lit "terkubur vas kompor"). Seperti kompor menjadi
lebih aman, itu dipindahkan dari pusat rumah ke samping dan, oleh periode Kofun akhir
(abad ke-6), hampir semua rumah memiliki kompor di salah satu ujung rumah. Beberapa
keluarga kaya pada periode Kofun membangun sebuah rumah terpisah di mana memasak
dilakukan.

Roka
Di pinggir rumah terdapat Roka, biasanya berlantai kayu, yang mirip dengan lorong-lorong.
Atap minka
Atap adalah fitur dominan dalam arsitektur tradisional Jepang. Atap rumah minka sering
dibuat curam, dan biasanya terbuat dari ilalang (kayabuki yane), sirap (itabuki yane), atau

genteng (kawarabuki yane).


Atap minka dapat dikelompokan menjadi 3 macam bentuk, yaitu :

Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang berbentuk segi tiga
(gabled roof). Jenis atap ini mempunyai dua sisi yang menurun dari balok bubungan
utama (mune).

Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang (hipped roofs). Atap
jenis ini merupakan perkembangan dari kirizuma, karena pada kedua sisi sampingnya
yang lain ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak berbentuk lancip
melainkan papak.

Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap tambahan yang
berbentuk agak miring di sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah menjadi luas. Pada
rumah yang atapnya terbuat dari genteng keramik, genteng juga dipasang sampai ke
ujung bubungan, dan untuk menghias puncak bubungan dipasang genteng yang
ujungnya berbentuk kepala raksasa, yang disebut onigawara. Pada rumah yang
beratap rumput juga dipasang hiasan pada kedua sudutnya yang disebut dengan
munekazari.

Desain Rumah Jepang - Jepang atau Japan bukan lagi negara asing bagi orang Indonesia.
Selain karena memiliki sejarah yang panjang dengan Jepang, banyak budaya Jepang yang
sudah masuk ke Indonesia. Tentu anda sudah tidak asing lagi dengan manga, anime, atau
mie ramen. Ya, manga adalah komik khas Jepang, dan anime adalah kartun Jepang yang
saat ini banyak ditayangkan di statsiun televisi di Indonesia. Sedangkan ramen, atau mie
ramen, mungkin anda semua tau Ramen adalah makanan khas Jepang yang sangat
terkenal di Indonesia. Tapi jika anda tau anime, manga, atau ramen, apakah anda mengenal
minka? Minka? Apakah nama artis Jepang yang sedang naik daun? Bukan, salah besar,
minka adalah rumah tradisional khas Jepang dan merupakan hunian untuk rakyat biasa.
Jika anda sering menonton film anime Jepang, anda pasti sudah tidak asing dengan desain
rumah khas Jepang ini.

Baca Juga : Model Rumah Minimalis Type 36 Sederhana

Sumber: google.com

Rumah-rumah khas Jepang ini sudah ada sejak tahun 1800. Uniknya setiap daerah memiliki
desain minka yang berbeda. Perbedaan gaya arsitektur minka di setiap daerah ini karena
menyesuaikan dengan dengan letak geografis dan iklim daerah setempat.
Misalnya, minka di daerah Jepang utara, bangunannya di rancang untuk beradaptasi
terhadap musim dingin yang panjang. Atap minka di Jepang utara biasanya terbuat dari
jerami dengan bubungan yang terjal, tujuannya agar udara di dalam ruangan menjadi lebih
hangat.

Sumber: google.com

Sumber: google.com

Sedangkan di Jepang bagian selatan, terdiri dari kelompok-kelompok rumah yang relatif
kecil, rendah dengan panggung agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan
mengurangi bahaya tiupan angin taifun. Desain rumah panggung sengaja dirancang untuk
meredam guncangan gempa.
Selain mencerminkan keunikan dan kondisi iklim dari daerahnya, arsitektur tradisional
rumah Jepang memiliki keindahan sendiri. Keindahan rumah tradisional Jepang terletak
pada aura ketenangan yang muncul dari desainnya. Rumah tradisional Jepang ini selalu
tampak tenang dan nyaman untuk ditinggali. Tidak hanya itu, rumah-rumah ini pun selalu

tampak asri dan memiliki koneksi yang erat dengan alam sekitarnya. Berikut ini beberapa
bagian atau ruangan yang terdapat di dalam rumah tradisional jepang.
1. Tsuboniwa (Taman halaman kecil) & Nakaniwa (Taman di dalam)
Tsuboniwa adalah taman sempit yang berada di halaman rumah rakyat biasa. Sedangkan
Nakaniwa adalah taman kecil yang letaknya berada di dalam atau di bagian tengah rumah.
Dalam taman Jepang tidak dikenal dengan garis-garis lurus atau simetris. Tamn sengaja
dirancang secara asimetris agar tidak ada satu pun tanaman yang menonjol.

Sumber: rhising.blogspot.com

Sumber: pinetrest.com

2. Genkan
Salah satu ciri dari rumah tradisional Jepang adalah adanya genkan disetiap rumah.
Genkan sendiri adalah tempat dimana orang melepas sepatu mereka. Ketika seseorang

melepas sepatu mereka, orang-orang melangkah naik ke lantai yang lebih tinggi dari
genkan. Disamping genkan terdapat sebuah rak atau lemari yang disebut dengan getabako,
merupakan tempat untuk menyimpan sepatu dan menggantinya dengan sandal yang ada
dirumah.

Sumber: nihongoichiban.com

Sumber: nisekoprojects.com

3. Washitsu

Washitsu adalah ruangan serba guna beralaskan tatami dalam bangunan tradisional
Jepang. Fungsi washitsu berubah tergantung pada alat rumah tangga yang dipakai.
Washitsu bisa berubah menjadi ruang belajar jika diletakkan meja. Washitsu juga akan
berubah jadi ruang tidur jika didalamnya diletakkan futon (matras tidur), dan fungsinya akan
berubah lagi menjadi meja jamuan makan saat didalamnya diletakkan meja berukuran
besar. Tatami sendiri adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang dan dibuat secara
tradisional. Tatami terbuat dari jerami yang sudah ditenun dan memiliki ukuran yang
beragam.

Baca Juga : 41 Gambar Desain Ruang Keluarga Minimalis Sederhana

Sumber: modena.co.id

Sumber: google.com

4. Fusuma dan Shoji


Untuk memisahkan sebuah washitsu dengan washitsu lainnya, orang jepang menggunakan
sekat. Sekat ini terdiri dari dua macam, yaitu fusuma dan shoji. Fusuma dan shoji adalah
panel berbentuk persegi panjang yang dipasang secara vertikal pada rel kayu, dan dapat
dibuka dan ditutup dengan cara didorong. Fusuma dan shoji terbuat dari rangka kayu yang
kedua sisinya dilapisi washi atau kertas Jepang yang dibuat secara tradisional. Perbedaan
antara fusuma dan shoji adalah, fusuma tidak dapat ditembus oleh cahaya, sedangkan shoji
bisa ditembus oleh cahaya.

Sumber: geocitises.com

Sumber: aspeten.com

5. Washiki (Toilet Tradisional Jepang)


Washiki atau toilet tradisional Jepang adalah kloset jongkok yang juga dikenal dengan
sebutan kloset asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Cara
penggunaan kloset ini merupakan kebalikan dari kloset yang ada di Indonesia, dimana
mereka
menghadap
ke
dinding
di
belakang
toilet.

Baca Juga : 60 Desain Kamar Mandi Shower Minimalis Tanpa Bathtub

Sumber: flickr.com

Sumber: flickr.com

6. Daidokoro (Dapur)
Di Jepang ada dua jenis dapur, yang pertama adalah dengan menggunakan tungku yang
disebut dengan kamado, dan kedua adalah dapur yang cara memasaknya dengan
menggantung bahan makanan. Tempat untuk menggantung makanan disebut irori. Irori
merupakan sebuah lubang persegi didalam lantai yang sudah diisi tanah atau abu.

Baca Juga
Cantik

: 63 Gambar Dapur Minimalis Sederhana Mungil Nan

Sumber: kesterhouse.com

Sumber: securedata.com

7. Roka (Lorong)

Disetiap rumah tradisional Jepang, terdapat roka atau lorong kayu yang menjadi
penghubung antara satu ruangan dengan ruangan lainnya.

Sumber: desain36.blogspot.com

Memiliki rumah yang nyaman dan tenang pasti menyenangkan sekali ya? Dengan kondisi
yang asri dan nyaman, akan membuat pemiliknya betah untuk tinggal dirumah. Lalu apakah
saya harus pindah ke Jepang? Tidak, tidak, tidak! Untuk mendapatkan rumah dan suasana
nyaman, asri khasi Jepang, anda tidak harus jauh-jauh terbang ke negri sakura tersebut.
Anda cukup menerapkan desain interior atau eksterior ala Jepang dirumah anda. Berikut ini
kami akan membagikan beberapa desain rumah tradisional Jepang yang bisa anda
terapkan
dirumah
anda.

Galeri Desain Rumah Jepang Minimalis dan Tradisional

Sumber: desainic.com

Sumber: desainic.com

Sumber: desainic.com

Sumber: desainic.com

Sumber: desain.rumah.me

Sumber: iedahamzah.blogspot.com

Sumber: desain-rumah.info

Sumber: desain-rumah.info

Sumber: simomot.com

Sumber: desainrumah.me

Sumber: log.viva.co.id

Sumber: architectaria.com

Sumber: blog.cimmermann.uk

Sumber: metecnolatinoamerica.com

Sumber: j-cul.com

Sumber: asianbrainhippo.com

Sumber: google.com

Sumber: ronamalina.wordpress.com

Sumber: kaskus.co.id

Sumber: blog.japantwo.com

Sumber: flickr.com

Sumber: oldhouseonlien.com
keyword: model rumah jepang, struktur rumah jepang, desain rumah bambu, desain rumah minimalis, desain rumah
jepang tradisional, interior rumah jepang, arsitektur rumah jepang, desain rumah eropa

Sumber: blog.japantwo.com

Sumber: homegardenair.com

Sumber: land.allears.net

Sumber: tomostyle.wordpress.com

Sumber: pinstopin.com

Sumber: neferjournal.livejournal.com

Sumber: house-desain-coffee.com

Anda mungkin juga menyukai