Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ARSITEKTUR

ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG

OLEH:

ACHNIA TIFFANY (1507113493)

IMAN FADHIL (1507113558)

JACOB ADHA PUTRA (1507123664)

MYISHA AMANDA FINIA (1507117477)

NUR HAFIZHOH (1507122913)

TEGUH VIRMANTO PUTRA (1507117527)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya laporan ini.

Pekanbaru, 07 November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..i

KATA PENGANTAR..ii

DAFTAR ISIiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..4

1.2 Tujuan....4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rumah Tradisional Jepang.5

2.1.1. penjelasan Rumah Minka.5

2.1.2. Sejarah Minka...6

2.1.3. Bahan Bangunan Minka....9

2.1.4. Atap Minka .10

2.1.5. Desain khas Minka11

2.1.6. Tipe rumah Tradisional minka..14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.. 16

3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA.. 20

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur Tradisional merupakan suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias
dan cara pembuatanya diwariskan secara turun temurun serta dapat dipakai untuk
melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik baiknya.

Dalam rumusan Arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan yang selanjutnya dapat berarti
sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas, dan lain sebagainya.
Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung dari pengaruh alam,
dapat dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan itu sebagai tempat untuk
dapat melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Arsitektur tradisional adalah karya dari pewarisan/penerusan norma-norma adat istiadat atau
pewarisan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi.

Rumah tradisional Jepang merupakan salah satu rumah tradisional paling digemari di dunia.
Bahkan gaya ini sudah populer di dunia barat sebagai gaya arsitektur Zen yang dapat
dengan mudah dikombinasikan dengan gaya minimalis. Hampir semua material rumah
jepang menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang. Rumah
jepang sengaja didesain seperti ini agar tidak mengakibatkan kerusakan parah saat terjadi
gempa. Biasanya rumah jepang dibuat seperti rumah panggung yang ditinggikan sekitar 10
cm dari tanah lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini bertujuan untuk
menghindari embun dari tanah.

Di dalam membahas Arsitektur Tradisional jepang tentu tidak terlepas dan menjadi suatu
keharusan untuk mempelajari rumah tradisional jepang.
pada laporan ini akan menjelaskan sejarah rumah tradisional jepang serta cirri khas/
karakteristik dari bangunanya.

1.2 Tujuan
1.2.1 mempelajari arsitektur tradisional Jepang
1.2.2 mengetahui karekteristik rumah tradisional jepang

BAB II

PEMBAHASAN

4
2.1 Rumah Tradisional Jepang

2.1.1 Rumah Minka

Rumah tradisional jepang disebut juga dengan minka yang merupakan hunian untuk rakyat biasa.
Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan-bahan
bangunan yang dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan
hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah. Hampir semua material rumah Jepang
menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang.

di Negara Jepang terdapat dua macam desain rumah adat yang berbeda. Yaitu rumah adat rakyat
di bagian Jepang Utara dan rumah adat Jepang bagian Selatan. Rumah Adat di Jepang ini disebut
Minka.

Minka di bagian Jepang Utara Minka di bagian Jepang Selatan

Rumah minka yang ada di Jepang selatan umumnya berbentuk rumah panggung. Namun rumah
panggung yang dimaksud tidaklah seperti rumah panggung yang ada di Indonesia. Rumah
panggung ala Jepang tidaklah terlalu tinggi dari tanah, hanya beberapa senti dari permukaan
tanah, desain rumah adat orang Jepang ini ialah untuk menghadapi guncangan gempa yang
sering terjadi di Jepang, selain itu rumah panggung juga bertujuan untuk mendapatkan
penghawaan dan pencahayaan alami semaksimal mungkin.

5
Rumah adat jepang Utara memiliki bentuk atap yang terjal dan tinggi yang berguna untuk
menyesuaikan diri dengan udara cuaca yang bersalju dan musim dingin yang panjang. Jendela
kecil yang hanya terdapat pada bubungan bertujuan agar angin dingin tidak masuk dalam rumah
terlalu banyak, sehingga rumah tetap hangat. Rumah ini dibangun dari material-material yang
berasal dari alam, seperti tanah, batu, alang-alang dan jerami. Jerami digunakan sebagai penutup
atap agar rumah tetap hangat .

Rumah adat Jepang utara sama halnya dengan rumah adat di dunia lainnya, mereka terbangun
dari material-material berasal dari alam, seperti tanah, batu, alang-alang dan jerami. Jerami
digunakan sebagai penutup atap agar rumah tetap hangat dan agar dapat disesuaikan dengan
suasana untuk bisa memelihara ulat sutra.

2.1.2 Sejarah Minka

Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah. Yang pertama adalah apa yang dikenal sebagai
rumah bawah tanah. Yang kedua naik di atas permukaan tanah. Gaya rumah dengan lantai tinggi
dikatakan telah datang ke Jepang dari Asia Tenggara., dan jenis bangunan rupanya digunakan
untuk menyimpan makanan biji-bijian dan lainnya sehingga tidak akan rusak karena panas dan
lembap.

6
Evolusi Arsitektur dan Gaya Interior
Sangat penting untuk memahami evolusi dari gaya arsitektur untuk memahami bagaimana
interior berevolusi juga. Dari periode Heian melalui Edo Periode pertengahan (792 1750) ada
tiga besar syles arsitektur perumahan yang berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-
zukuri.

1. Shinden-zukuri

Tempat tinggal bangsawan yang pertama muncul pada periode Heian adalah gaya shinden-
zukuri. Shinden mengambil contoh dari ruang ibadah kuil Budha.Ini di ambil dari dinasti Tang
struktur bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain oleh lorong-lorong beratap.
Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang terbuka kecuali untuk tiang bulat.Pusat
ruang utama disebut Moya dan dikelilingi oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai buluh,
sudare dan tirai, kicho. lantai papan kayu.

Ada sebuah ruangan kecil yang disebut nurigome digunakan untuk tidur atau tempat
penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui
pertengahan abad 15. Ketika kita melihat lukisan Tale of Genji kita dapat melihat gaya shinden-
zukuri. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari gaya ini, yang terdekat dapat ditemukan
adalah versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.

2. Shoin-zukuri

Gaya arsitektur selanjutnya disebut gaya shoin-zukuri. shoin awalnya nama yang diberikan
kepada kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen. Shoin berarti perpustakaan atau belajar.
Contoh tertua zukuri adalah ruang Dojinsai di Togudo di Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar
kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya shoin berevolusi dari gaya
shinden selama dua abad. Gaya shoin akhirnya menjadi besar dan pengaturan dimaksudkan
untuk kebesaran dari para panglima perang feodal. Pemanfaatan pilar dipotong persegi (yang

7
bertentangan dengan gaya putaran shinden) diperbolehkan kusen dan lintels untuk dapat dengan
mudah dipasang di antara mereka. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang interior dapat
dipartisi melalui penggunaan shoji dan panel fusuma. Tatami digunakan untuk menutup seluruh
luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus tatami dalam berbagai ukuran. Sebuah contoh
yang ada gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin dewasa ini
menggabungkan semua elemen. Mengenal interior tradisional Jepang: shoji, fusuma, tatami
sebagai meliputi lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin.

3. Sukiya-zukuri

Gaya arsitektur rumah terakhir adalah sukiya-zukuri. Gaya sukiya berasal dari upacara minum
teh, sebenarnya kata sukiya mengacu pada bangunan di mana dilakukan upacara minum teh.
Gaya sukiya yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat kontras
langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin zukuri.

Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik. Beberapa pondok
teh terdiri dari enam tatami. Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi
sukiya-zukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan
hingga akhir zaman Edo (1750 -1867).Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi pada ruang
kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial Villa (Terpisah Istana)
dibangun pada pertengahan 1600-an.

Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 16001868 ketika Jepang di bawah pemerintahan Sogun
menutup pengaruh dan hubungannya dengan dunia Barat. Keputusan itu tercermin pada pola
perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat di
desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak arsitektur
tradisional Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti
karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area halaman belakang

8
dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi bonsai, pancuran air dari
bambu, dan kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.

Atap rumah Jepang umumnya ditindih batu untuk menahan agar tidak terbang tertiup angin. Atap
ini dilengkapi juga dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah.
Talang ini terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis tukang
bangunan masa Edo.

Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu
juga menjadi salah satu ciri khusus. Konstruksinya sederhana, dengan menerapkan prinsip
semakin sedikit, semakin baik. Prinsip ini sudah banyak diserap dalam seni arsitektur modern.
Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik. Dinding
dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding
ruangan.

2.1.3 Bahan Bangunan Minka ()

Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk tiang utama rumah dan
rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-
langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara
dinding kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah
liat juga dibakar menjadi genteng.

Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi dipergunakan
untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut
dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi
rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.

9
2.1.4 Atap

Atap rumah tradisional di Jepang terbuat dari kayu dan tanah liat, dengan ubin atau jerami.

Atap minka dapat dikelompokan menjadi tiga macam bentuk, yaitu :

1. Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang berbentuk segi tiga (gabled
roof). Jenis atap ini mempunyai dua sisi yang menurun dari balok bubungan utama
(mune).
2. Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang (hipped roofs). Atap jenis
ini merupakan perkembangan dari kirizuma, karena pada kedua sisi sampingnya yang
lain ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak berbentuk lancip melainkan
papak.
3. Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap tambahan yang berbentuk
agak miring di sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah menjadi luas.

10
2.1.5 Desain Khas Minka ()

1. Washitsu

Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada beberapa
aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai dapat
diketahui ukuran luas ruangan.

Dari sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama.
Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini
dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire
(bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan). Fungsi washitsu berubah
bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila
diletakkan meja.

Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila
washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan. Ada dua macam benda yang dapa digunakan
untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji. Fusuma adalah panel
berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup
dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.
Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel
bagian bawah disebut shikii.

11
Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami
atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana,
kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma
dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.

Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji
dapat ditembus cahaya.Sandal rumah harus dilepas sebelum memasuki washitsu. Lantai washitsu
berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara
tradisional.

Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari
styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit
dengan kain brokade atau kain hijau yang polos. Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah
yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai,
melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.

2. Genkan

Salah satu ciri rumah Jepang adalah genkan. Genkan adalah tempat di mana orang melepas
sepatu mereka. Ketika mereka melepaskan sepatu mereka, orang-orang melangkah naik ke lantai
yang lebih tinggi 40-50 cm (15-19 inci) dari genkan. Disamping genkan terdapat sebuah rak atau
lemari disebut Getabako di mana orang dapat menyimpan sepatu mereka. Sandal untuk dipakai
di rumah juga tersimpan di sana.

12
3. Washiki

Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset Asia.
Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di Jepang
kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet pada gambar
terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang berada di
permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm.

4. Daidokoro(dapur)

Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang
kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.

5. Taman

Dalam taman Jepang tidak dikenal garis-garis lurus atau simetris. Taman Jepang sengaja
dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi dominan. Bila ada titik fokus,
maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di tengah.Taman Jepang berukuran besar

13
dilengkapi dengan bangunan kecil seperti rumah teh, gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil). Di
antara gedung dan taman kadang-kadang dibangun ruang transisi berupa beranda sebagai tempat
orang duduk-duduk. Dari beranda, pengunjung dapat menikmati keindahan taman dari kejauhan.

Walaupun elemen-elemen dasar dan prinsip yang mendasari desain taman dapat berbeda-beda,
tema-tema tertentu dapat dijumpai di berbagai jenis taman.Tema-tema yang umum adalah
kombinasi dari elemen-elemen dasar seperti batu-batu, pulau kecil, dan pepohonan untuk
melambangkan kura-kura dan burung jenjang yang keduanya merupakan lambang umur panjang
di Jepang. Pulau kecil di tengah kolam dibangun seperti bentuk kura-kura atau diletakkan batu
yang melambangkan kura-kura di tepian.

Tema lain yang populer adalah Gunung Fuji atau miniatur lanskap-lanskap terkenal di Jepang.
Taman jepang memiliki elemen dasar antara lain. air (melambangkan kesucian dan kehidupan),
Tanaman (melambangkan keabadian), dan Batu (melambangkan alam). Batu adalah elemen
terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai,
dan air terjun.

2.1.6 Tipe-tipe Rumah Tradisional Jepang (Minka )


Minka datang dalam berbagai gaya dan ukuran, sebagian besar sebagai akibat dari perbedaan
kondisi geografis dan iklim serta gaya hidup penduduk, tetapi sebagian besar umumnya jatuh ke
dalam salah satu dari dua kelompok utama: pertanian rumah noka ( ) dan machiya ().
Ada juga gaya rumah pertanian yang ditemukan desa-desa nelayan, yang disebut gyoka ().
Tipe rumah tradisional Jepang atau minka ini, secara luas terdiri dari dua macam, yaitu :

Rumah Petani (/ nouka)


Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori. Denah standar rumah
para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat ruang:

14
- Doma
Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga dari luas denah rumah.
Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan memasak, sehingga tersedia oven
tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu yang didirikan di belakang doma.
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini kayu dibakar
untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh anggota keluarga berkumpul di
perapian ini, khususnya pada waktu makan.

Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :


-Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat melakukan
kegiatan harian para penghuni rumah.

-Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel pada dinding
ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau bunga.

-Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan keadaan formal. Ruang
tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini terdapat serambi panjang dan
sempit yang disebut dengan engawa.

3.1 Kesimpulan

15
Rumah rakyat Jepang disebut dengan (minka), yang secara harfiah berarti rumah
rakyat. Rumah minka adalah nama umum dengan arsitektur tradisional, dan merupakan
tempat kediaman rakyat bukan dari kalangan orang berkuasa(tempat tinggal petani,
pengrajin, dan pedagang).

Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Keindahan arsitektur minka
terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan-bahan bangunan yang
dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan hutan-
hutan yang berada di sekeliling rumah.

Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang
serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang keluarga),
Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).

Minka juga memiliki keanekaragaman gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan


tuntutan geografi setempat, iklim, dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang
memiliki gaya arsitektur bangunan yang khas

3.2 Saran

Arsitektur Rumah tradisional memiliki perbedaan di bagian wilayahnya, oleh karna itu masing-
masing ciri-ciri baik dari Arsitektur rumah tradisional jepang dibagian utara dan rumah
tradisional Jepang di bagian selatan harus dipahami dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan
pada saat memamahami bentuk dan karakteristik bangunanya.

3.3 Daftar Pustaka


16
http://j-cul.com/rumah-tradisional-jepang/

http://misakiyuuki.blogspot.co.id/2011/06/minka-rumah-tradisional-jepang.html

http://www.japanindocuteculture.com/2013/10/yuk-mengenal-rumah-tradisional-
jepang.html

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/09/rumah-tradional-jepang-minka.html

17

Anda mungkin juga menyukai