Anda di halaman 1dari 51

KELOMPOK 7

UAS

Arsitektur
Jepang
Nama Anggota
Tania Finka / F1E021064
Lira Dwi Cahyani / F1E021035
Ahmad Madani / F1E022019
Nura Safitri Ramadhani / F1E021053
Aprina Diah Maulindasari / F1E022076
Dion Zaura Syiva / F1E022084
Sejarah
Perkembangan
Arsitektur Jepang
1 Periode masa prasejararah (500SM - awal abad kedelapan)
Periode Yomon
Periode Yayoi
Periode Kofun
2 Periode Asuka-Nara (550-794M)
3 Periode Heinan (794-1185M)
4 Periode Kamakura-Muramachi (1185-1573M)
5 Periode Mamuyama (1573-1863M)
6 Periode Edo (1573-1868M)
7 Periode Restorasi Meiji dan Periode Taisho (1687-1926M)
8 Periode Showa (1927-1988M)
9 Periode Heisei (1989-Sekarang)
Periode Masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Yomon
Periode Jomon merupakan awal mula
munculnya peradaban dan budaya jepang.
Penduduk jepang periode ini sebagian besar
berprofesi sebagai seorang nelayan, dan juga
pemburu. Sehingga rata-rata tempat tinggal
dibangun langsung di atas lantai tanah dengan
pondasi kayu dan atap berbentuk kerucut yang
kemudian dilapisi menggunakan Jerami yang
tebal, bagian lantainya tidak diberi alas, biasanya
dilapisi bebatuan atau tanah yang keras.
Pada zaman ini juga manusia mulai mengenal
cara bertani dan memiliki keterampilan untuk
membuat bejana dari tanah liat. Namun
keterampilan menenun belum ditemukan pada
masa ini.
Periode Yomon
Pit dwelling /Lubang tempat tinggal

Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal dan perlindungan dari


cuaca ekstrim, berlindung dari hewan buas , rumah ini dapat
menampung 5-7 orang. Material rumah ini terbuat dari bahan bahan
alam. Ciri ciri dari rumah ini adalah ,lantai utama berada di bawah
permukaan tanah , umumnya ,berbentuk bulat, oval, dan kotak.
Strukturnya berupa kayu dan bambu sebagai tiang, dinding terbuat
dari jerami, kayu ,ranting kayu dan dari kulit hewan,serta atap dari
rerumputan dan jerami.

Bagian dalam dari pit dweling

Berlantai keras dari bahan


alam , dari batu dan tanah,
langit langit yang rendah yang
berfungsi untuk membuat
bagian dalam rumah menjadi
hangat. Terdapat perapian
untuk memasak dan
penghangat.
Potongan
Floor plan pada Pit dwelling
Periode Masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Yayoi
Setelah Periode Jomon, Jepang memasuki Periode Yayoi yang berlangsung
sekitar 300 SM hingga 300 Masehi, pada periode ini masyarakatnya sudah
mengetahui caranya menanam padi, menenun. Sehingga terciptanya
permukiman tetap dengan populasi masyarakat yang lebih besar dari periode
sebelumnya. Masyarakat menjadi lebih terorganisir dan terbangun desa-desa.
Mulai muncul bangunan selain rumah seperti lumbung dan Gudang. Rumah
pada jaman ini dibangun di atas panggung untuk menjauhkan hewan-hewan
seperti tikus dan ular.
Kebudayaan jepang mulai dipengaruhi oleh china dan korea, namun dalam
perkembangannya kebudayaan china lebih banyak mempengaruhi
kebudayaan jepang.
Pada masa ini budaya china dianggap lebih maju dibanjinkan budaya jepang
sehingga orang jepang menirunya. Hal ini terlihat pada pola rumah rumah di
jepang yang meniru china.
Pengaruh china terhadap kebudayaan jepang yaitu pada arsitektur jepang
memadukan unsur-unsur arsitektur Jepang asli dengan unsur-unsur arsitektur
China. Unsur-unsur kebudayaan China diolah dan dipadukan dengan
kebudayaan Jepang. Dengan demikian terjadilah akulturasi budaya china
dengan budaya jepang , diperkirakan terjadi pada 250 SM.
Periode Yayoi
Rumah tinggi/levitating house, rumah tinggi ini merupakan salah satu
dari hasil interaksi dan perubahan. Semua bagian rumah ini
menggunakan kayu. Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat
berkumpul dan menyimpan makanan. Ciri ciri rumah ini yaitu: ditinggikan
dari tanah , berbetuk persegi dan atap yang berbentuk segitiga, memiliki
tangga yang terbuat dari batang kayu yang dibentuk. Pada bale
lumbung jelepeng ini berfungsi untuk meratakan beban dan mencegah
tikus naik ke dalam rumah. Sedangkan pada rumah tinggi, piringan ini
memiliki fungsi melindungi rumah dari kelembapan, banjir, serangga,
hama dan hewan liar. Keduanya memiliki Fungsi yg tidak jauh berbeda.
Periode Masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Kofun

Pada periode ini ditandai dengan munculnya gundukan


pemakaman untuk kaum elit. Dengan berbagai ukuran
dan bentuk dari persegi, bulat bahkan hingga berbentuk
lubang kunci dengan panjang ratusan meter. Kuburan
ini awalnya hanya menguburkan peti mati, namun lama
kelamaan harta benda juga ikut dikuburkan. Pada
awalnya terbuat dari bukit alami namun pada tahun
400 Masehi kuburan dibangun di atas tanah datar dan
memiliki selokan. Pada akhir periode kofun, kuburan
bukit semakin kecil bukit dan lebih banyak digunakan
oleh kaum menegah kebawah saja. Daisenryo Kofun
merupakan Kofun terbesar yang ada kota Sakai, Osaka,
Jepang yang memiliki luashingga 470 ribu m termasuk
2

paritnya. Terdapat juga kofun terbesar lainnya yang


terletak di Osaka.
Periode Kofun
Kofun ialah makam besar untuk para orang
penting seperti anggota bangsawan
,pemimpin atau kaisar pada masanya. Ciri ciri
kofun yaitu makam batu besar, untuk para
pemimpin atau anggota kerajaan. Makam
pada periode kofun menyesuaikan dengan
topografi tanah. Bentuk dasar kofun yaitu
gungukan besar dengan bentuk kuncup,
seiring waktu bentuknya berkembang semakin
kompleks dengan bentuk persegi dan
melingkar. Begitupun materialnya juga mulai
dibangun dengan batu, tanah dan lainnya.
Pada periode kofun teknologi pengolahan
batu menjadi lebih maju dan mulai digunakan
pada konstruksi bangunan. Gaya arsitektur
kofun mengalami pengaruh dari daratan
tiongkok dan korea
Periode Asuka-Nara
( 550-794M )

Zaman nara disebut sebagai


masa keemasaan jepang karena
pada periode ini, arsitektur jepang
terjadi perubahan yang sangat
terlihat karena adanya pengaruh
dari agama budha, praktek
penguburan makam mulai
dihilangkan. Bahkan bukan hanya
budaya yang beruBah namun
arsitektur bangunan juga
mengalami perubahan mengikuti
budaya budhisme. Kontribusi
terbesar agama budha yaitu
dibangunnya kuil todai ji pada
zaman nara. Dibangun sejak
abad ke-8 di kaki wakasuka,
gunung di nara. Tinggi kuil ini
mencapai 57 m.
Periode Asuka-Nara
Aula utama atau Kondo
Salah atu arsitektur yang terdapat pasa masa
ini adalah kuil-kuil budha yang dibangun dengan
tujuan sebagain pusat keagamaan. Contohnya
yaitu Kuil horyuji, Kuil ini merupakan salah satu
bangunan yang merupakan bukti pengaruh
ajaran budha dan Cina di Jepang.
Periode Asuka-Nara
Gaya arsitektur Kuil Horyuji merupakan gabungan antara
unsur Tiongkok dan unsur Jepang. Pada kuil ini sudah
menggunakan batu sebagai material konstruksinya.
Struktur Kuil Horyuji didominasi oleh kayu sebagai
kerangkanya dan bangunan ini berfungsi sebagai pusat
kegiatan keagamaan.
Selain itu terdapat Pagoda Goju Noto (five strory pagoda)
yang terletak di sebelah Kuil Horyuji yang memiliki tinggi
sekitar 32 meter. Kuil ini memiliki lima lantai yang mewakili
lima elmen alam yaitu air, bumi, api, udara dan langit.Kuil
ini juga bukti pengaruh dari ajaran budha dan Cina di
Jepang.
Struktur pagoda ini diterapkan pada bangunan modern
zaman sekarang contoh nyan yauti sky tree yang ada di
jepang, tokyo
Periode Asuka-Nara
Setiap lantai memiliki bentuk persegi, memiliki atap
berbentuk limas, dan pada bagian paling atas
terdapat dekorasi yang berbentuk bola.
Pagoda ini terbuat dari kostruksi kayu yang kompleks
menggunakan sistem tiang dan balok yang dIikat
dengan kuat, pada tengah tengah pagoda terdapat
sebuah tiang besar sebagai struktur utama dan
sebagai struktur anti gempa. Kedua bangunan ini
terletak di kompleks yang namaya horyuji kompleks

Kuil ini terdiri dari 7 bagian yaitu :


Pagoda (butto atau to)
Aula utama/emas (kondo)
Asrama/tempat biarawan menginap
(sobo)
Aula pertemuan(kodo)
Menara lonceng (shoro atau shuro)
Penyimpanan sutra (kyozo)
Aula tempat makan (jikido)
Periode Heian
( 794-1185M )
Periode yang diambil dari nama ibu kotanya pada masa itu, yakni
Heiankyo yang mempunyai arti “ibu kota kedamaian dan tenteram”, pada
periode Heian terdapat 2 sekte yang berperan besar dalam
mempengaruhi perkembagannya yaitu sekte Shingon dan Tendai , kedua
sekte ini mengembangkan ajaran Buddhisme esoteris (aliran Mahayana)
dengan mandala (diagram kosmik) mereka. Sekte Shingon memiliki pusat
operasi di Gunung Koya di Wakayama. Gunung Hie merupakan pusat
perkumpulan sekte tendai. Gunung Hie berada di perbatasan propinsi
Kyoto dan Shiga. Pada periode ini, perkembangan gaya candi Buddha
dengan wayou (gaya Jepang) terus berlanjut. Bangunan candi dengan
model kompleks candi menjadi ciri khas periode ini. Demikian pula lukisan
konsep mandala berkembang pesat dan menjadi ciri masa itu.
Selama periode Heian di Jepang, perubahan besar dimulai pada
bangunan tradisional. Pada periode Heian, bahan bangunan modern
diperkenalkan oleh kelompok umat Buddha yang datang ke Jepang pada
periode Asuka dan Nara. Material batu, semen dan tanah liat merupakan
material bangunan modern. Inilah awal peralihan dari arsitektur
tradisional Jepang ke arsitektur modern.
Salah satu bagunan peninggalan era ini adalah The Phoenix Hall of the
Byodoin. Bangunan ini terletak di Uji-machi pedesaan yang berada di
prefektur Kyoto, bangunan yang di desain oleh bangsawan bernama
Fujiwara Yorimichi ini berfungsi sebagai hiasan besso atau kediaman
negara.
Periode Heian
Periode Heinan dimulai sejak tahun 794M sampai
1185M. Bermula dari dipindahkannya ibukota
Nagaoka-kyo ke Heinan-kyo atau yang sekarang
lebih dikenal dengan Kyoto. Arsitektur periode heinan
banyak menggunakan bahan seperti batu, tanah list,
dan semen sebagai elemen dari dinding, lantai, dan
partisi dari bangunannya. Bahan yang paling banyak
digunakan dalam struktur arsitektur Jepang juga
berasal dari kayu. Umumnya diambil dari kayu aras,
pinus, larch, dan juga cemara.
Gaya bangunan yang simetris dengan peningkatan
ukuran bangunan yang bergantung pada kolom-
kolom yang berjarak sesuai dengan ukuran dan
proporsi tradisional yang teratur. Arsitektur gaya inii
dikenal dengan shinden-zukurri. Salah satu
bangunan arsitektur Jepang pada periode Heinan
yaitu phoeix hall, Kyoto. Phoenix Hall terdiri dari
sebuah persegi Panjang yang diapit oleh dua koridor
sayap yang berbentuk L dan koridor belakang serta
terdapat sebuah kolam buatan berukuran besar.
Periode Heian

Perkembangan perdagangan dimulai pada periode


Heian, dan pembentukan kota adalah tanda
pertama perdagangan internasional pada saat itu.
Dalam desain Kota Fujiwara, ada dua lokasi (Heian
dan Heijo) yang akan dibangun sebagai pasar dan
fasilitas komersial untuk desain kota. Perancangan ini
memperkenalkan konsep bangunan yang disebut
machiya atau ruko. Rumahnya tidak besar, bagian
depan adalah tempat berdagang dan bagian
belakang adalah tempat tinggal.
Periode Kamakura-
Muramachi
( 1185-1573M )
Pada periode Kamakura (1185-1333 M) dan periode Muromachi (1336-1573 M), arsitektur Jepang
menjadi lebih maju dalam aspek teknologi dan sudah berbeda dari arsitektur Cina. Tukang kayu
modern telah menciptakan Daibutsuyo dan Zenshuyo, yang memiliki gaya arsitektur mereka sendiri,
sebagai jawaban atas persyaratan asli ketahanan gempa dan perlindungan dari hujan lebat, panas,
dan sinar matahari. Periode Kamakura dimulai dengan peralihan kekuasaan di Jepang dari Pengadilan
Kekaisaran ke Keshogunan Kamakura. Pada tahun 1180-1185 masehi terjadi perang genpei yang
menyebabkan bangunan tradisional di Nara dan Kyoto rusak. Misalnya, pada tahun 1180 M, Kofukuji dan
Todaiji dibakar habis oleh Taira Shigehira dan klan Taira. Banyak dari kuil ini kemudian dibangun
kembali oleh Keshogunan Kamakura untuk memperkuat otoritas Keshogunan. Arsitektur periode
Kamakura tidak semewah periode Heian, tetapi lebih keras karena hubungannya dengan pemerintah
militer. Gaya baru mengadopsi gaya samurai, mengingatkan pada bangunan yang dikelilingi parit
sempit. Bangunan bukan dikelompokan disekitar taman melainkan dikelompokan dibawah satu atap.
Taman rumah pada periode Heian sering digunakan sebagai tempat latihan. Setelah jatuhnya
Keshogunan Kamakura pada tahun 1333 M, Keshogunan Ashikaga didirikan untuk memerintah wilayah
Muromachi di Kyoto. Kedekatan Keshogunan dengan istana kekaisaran menciptakan konflik di antara
kelas atas, menciptakan tren barang mewah dan gaya hidup. Rumah bangsawan direnovasi dari
samurai-zukuri sederhana agar menyerupai gaya awal Shinden-zukuri.
Contoh menarik dari arsitektur yang mengesankan ini adalah Kinkakuji Kyoto. Kinkakuji didekorasi
dengan pernis dan daun emas, berbeda dengan struktur sederhana lainnya dan atap kulit polos. Untuk
mengendalikan ekses kelas atas, Zen buddhist memperkenalkan upacara minum teh. Arsitekturnya
merangkum desain ruang teh dengan detail dan material sederhana dalam skala sederhana. Gaya
arsitektur hunian dicirikan oleh bangunan yang cerah dan ramah dengan kasau dan pilar sebagai
dasar dan dinding luar layar fusuma dan shoji. Anyaman rumput dari jerami atau tikar tatami sering
digunakan untuk lantai rumah.
Kinkaku-ji Merupakan bangunan kuil di Kyoto, yang dibangun pada tahun 1397 dengan fungsi awal
sebagai vila peristirahatan shogun Ashikaga Yoshimitsu, yang kemudian oleh anaknya diubah menjadi
kuil Zen dari sekolah Rinzai.
Periode Kamakura-Muramachi

Periode Kamakura dimulai sejak tahun 1185 m – 1333


m dan Muramachi dimulai sejak tahun 1336 m – 1573
m. Bangunan pada periode Kamakura muramachi
dibuat agar tahan dengan guncangan atau gempa,
pada periode ini juga bangunan-bangunannya
dibuat lebih sederhana yang dikelilingi oleh parit
sempit atau stockades. Gaya arsitektur pada rumah
tinggal dengan informasi ringan, bangunan
mengandalkan pilar dengan partisi lantai yang
menggunakan rumput anyaman Jerami dan tikar
tatami. Salah satu bangunan masa periode ini yaitu
Butsuden Konzan-ji, Shimonoseki, Yamaguchi.
Periode Kamakura-Muramachi

Pada masa kamakura muramachi pembangunan


rumah atau tempat minum teh dimulai. Desain dari
rumah minum teh ini cukup bervariasi namun
penggunaan materialnya yang sama. Material yang
digunakan merupakan material alami seperti kayu,
bambu, dinding tanah liat, dan anyaman jerami. Ada
4 tipe rumah minum teh yaitu tipe soan, tipe kebun,
tipe taian dan tipe konnichian. Tata ruang dari
semua tipe tersebut adalah sederhana, yang
terdapat 2 ruang, ruang duduk untuk minum teh dan
ruang dapur atau ruang menyediakan teh. Ruang
duduk biasanya menggunakan tikar atau tatami
sebagai alas sedangkan penggunaan alas papan
kayu digunakan di ruang dapur. Biasanya terdapat
tungu di tengah-tengah ruang duduk yang
digunakan untuk menghangatkan diri dan teh.
Periode Mamuyama
(1573-1863M )

Setelah mengalami perang yang cukup lama tiga shogun


hebat menyatukan Jepang, termasuk Oda Nobunaga,
Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieasu. Gaya yang
berkembang pada masa itu masih dipertahankan di
Zenshuyou/Karayou, sedangkan di bagian lain seni lukis
(lukisan) Zen tampak berkembang sangat cepat. Bagian lain
dari periode ini, yang juga berkembang pesat, adalah
pembangunan kastil, yang perkembangannya terlihat di
hampir semua kota di Jepang. Selama periode Azuchi-
Momoyama, setiap distrik diizinkan memiliki kastilnya sendiri.
Biasanya terdiri dari menara pusat atau tenshu yang dikelilingi
oleh taman dan bangunan kastil. Semuanya terletak di dalam
tembok batu besar dan dikelilingi oleh parit yang dalam.
Interior istana yang gelap sering didekorasi oleh seniman,
ruangan dipisahkan oleh panel geser fusuma dan layar lipat
byobu.Beberapa bangunan benteng masih dilestarikan dan
dilestarikan sebagai cagar budaya. Ada beberapa bangunan
yang mengalami perubahan baik melalui pemugaran atau
renovasi bahkan melalui teknologi modern karena bangunan
pada kondisi saat ini tidak dapat lagi mempertahankan desain
dan struktur aslinya.
Kastil Himeji dibangun pada abad ke-16 dan awal abad ke-17,
kastil ini terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Kastil
ini memiliki 83 bangunan yang terdiri dari istana,benteng,kuil,
gudang,gerbang, koridor dan menara
Periode Mamuyama
Konsep Kota kastil dimulai pada masa shogunan Momoyama. Menara
kastil (donjon) dan kota kastil dibangun sebagai benteng dari serangan
musuh. Saat itu (Abad Pertengahan) disebut juga Era Perang di Jepang.
Perang itu pada dasarnya antara dua kubu militer yang kuat di Jepang
pada saat itu (Perdamaian Minamoto), juga dikenal sebagai Keluarga
Perdamaian Minamoto. Penggunaan senjata api yang diperkenalkan
oleh Portugis membawa Jepang ke dalam masa perang yang sengit.
Hampir setiap distrik di ibu kota pemerintahan shogun memiliki kastil
yang desain dan ukurannya bergantung pada posisi penguasa saat itu.
Kuil Maruoka dan Kuil Matsumoto adalah kuil paling awal yang
dibangun pada akhir abad ke-16. Kuil terbesar dan termegah, dibangun
pada tahun 1609 dan masih berdiri sampai sekarang, adalah Kastil
Himeji di Prefektur Hyogo, sebelah barat Tokyo. Kastil ini tingginya 45
meter, dengan 5 lantai dan 6 lantai (salah satunya dibangun di atas
pondasi batu setinggi 15 meter). Kastil utama dikelilingi oleh tiga
bangunan kastil yang disebut Kastil Barat, Kastil Barat Laut, dan Kastil
Timur. Keempat kastil dihubungkan oleh serambi (watariyagura),
dikelilingi oleh tembok tinggi. Labirin dan jebakan dipasang dari
gerbang kota hingga pintu masuk kota utama untuk mencegah musuh
masuk dengan mudah. Terdapat selokan/parit yang cukup dalam dan
cukup lebar di sekeliling pagar untuk dijadikan garis pertahanan
pertama terhadap serangan musuh. Tata letak eksterior yang khas ini
juga diadopsi oleh kastil lain.
Periode Mamuyama
Keseluruhan struktur bangunan benteng terdiri dari
struktur kayu, yang mudah terbakar sehingga menjadi
titik lemah jika terjadi perang. Namun pondasi
bangunan ini tinggi dan terbuat dari batu sehingga
menyulitkan musuh untuk memanjatnya. Pada
dasarnya terdiri dari sebuah bangunan yang berdiri di
atas dua tiang utama besar yang menjulang ke atas
bangunan dan tiang-tiang ini disebut Pilar Kehidupan.
Kastil ini dirancang sebagai tempat tinggal sementara
selama pengepungan musuh, sebenarnya dirancang
sebagai tempat tinggal jangka panjang. Di lantai
paling atas terdapat ruang pengintai yang digunakan
untuk menyerang. Atap bangunan bertingkat
menunjukkan kestabilan struktur bangunan. Lokasi
kastil ini berada di daerah perbukitan, dan
pemandangan Kota Himeji dapat dilihat dari kastil.
Pada masa ini juga munculah gaya arsitektur Shinto.
Periode Edo
(1573-1868M )

Zaman Edo berlangsung sekitar


tahun 1573 hingga 1868, ketika
Jepang di bawah pemerintahan
Sogun menutup pengaruh dan
hubungannya dengan dunia Barat.
Hal ini dapat dilihat pada pola
berkembangnya kota-kota kecil di
Nakasendo. Pada desa Tsumago,
bangunan-bangunannya
menggunakan arsitektur
tradisional. Pemandangan kota
tradisional ini sangat indah karena
dari jalan kecil terdapat melihat
halaman belakang dan taman
Jepang di depan rumah. Pada
taman disetiap rumah terdapat
kolam dari batu alam yang
ditanami pohon bonsai, pancuran
yang terbuat dari bambu dan
kerajinan-kerajinan bambu lainnya.
Periode Edo
Bangunan-bangunan utama pada masa ini dibangun
dengan panel kayu, dan jika kita cermati, kita dapat
melihat bahwa kehidupan Tsumago erat kaitannya
dengan pertanian, perdagangan, dan jasa niaga yang
merupakan mata pencaharian utama masyarakat
pada zaman Shogun.
Atapnya ditutup dengan batu untuk mencegahnya
tertiup angin, dan terdapat talang di kedua sisi atap,
dan bambu digunakan untuk mengarahkan air ke
tanah, yang juga menunjukkan kecerdikan dan
pemikiran teknis para pembuatnya. Pada zaman Edo.
Salah satu ciri khasnya adalah ruangan berstruktur
kayu berlantai tanah, beralaskan tikar tatami dan
pondasi batu alam, bingkai kisi kayu vertikal dan
horizontal dan struktur kayu pada pintu geser. Dari ciri-
ciri bangunan pada periode edo dapat disimpulkan
bangunan tersebut menggunakan gara arsitektur
tradisional jepang kuno. Selain itu, terdapat penegasan
warna, ukiran dan detail-detail pada bangunan.
Periode Restorasi Meiji &
Periode Taisho
(1687-1926M)
Jepang bergerak maju untuk mencapai negara
modern dengan industri modern dan sistem politik
modern hanya dalam beberapa dekade. Pada masa
awal pemerintahannya, Kaisar Meiji memindahkan
ibu kota kekaisaran dari Kyoto ke Edo. Edo juga
berganti nama menjadi Tokyo (Ibu Kota Timur).
Restorasi Meiji adalah katalis bagi kemajuan Jepang
menjadi negara industri maju. Keberhasilan
Restorasi Meiji diakui secara universal dan tak
tertandingi di dunia. Hanya butuh waktu sekitar 30
tahun untuk berhasil mengubah Jepang dari negara
tradisional yang terkucil dan terbelakang menjadi
negara maju yang mampu bersaing dengan
negara-negara Barat.
Periode Taisho selanjutnya memberikan kontribusi
lebih banyak perubahan, dan dapat dikatakan
bahwa modernisasi membuat kemajuan besar.
Pada masa ini, seiring berkembangnya zaman,
arsitektur Jepang juga mulai mengalami
perkembangan baru. Arsitektur masa ini merupakan
awal dari perkembangan arsitektur Jepang dan
mulai bersentuhan dengan budaya negara lain.
Periode Showa
(1927-1988M )

Tantangan baru dari dunia


arsitektur hampir ada di mana-
mana di Jepang, terutama di kota-
kota besar, dan banyak arsitek
Jepang yang belajar di Amerika
Serikat dan Eropa berdampak
besar pada perkembangan
arsitektur Jepang. Misalnya,
Kunihiro Maekawa, bapak arsitektur
Jepang modern, belajar di Prancis
dan belajar di bawah bimbingan
arsitek Le Corbusier. Pengaruh
besar studinya di Prancis telah
membawa suasana baru pada
desain arsitektur Jepang. Kenzo
Tange juga memberikan banyak
bentuk ekspresi baru dalam
desainnya. Sangat berbeda
dengan arsitektur vernakular yang
tumbuh dan berkembang di
Jepang sendiri.
Periode Heisei
(1989-Sekarang)

Perkembangan desain pada


arsitektur postmodern memberikan
perubahan proses dimana
arsitektur Jepang menawarkan
berbagai bentuk bangunan.
Dengan demikian, penjelajahannya
memberikan ekspresi yang sulit
ditebak kemana arah pemikiran
dan gagasannya. Musim hujan
bermunculan, bertentangan
dengan tradisionalisme mereka.
Gaya mengabaikan tradisi,
budaya, bentuk, material dan
ekspresi. Menjadi ajang kompetisi
para arsitek Jepang untuk
menemukan ide dan gagasan
baru dalam menciptakan bentuk-
bentuk baru. Ini menandai akhir
dari arsitektur postmodern di
Jepang
Karakteristik
Arsitektur
Jepang
Karakteristik
Arsitektur Jepang
Bahan kayu serat
Warna alami
Bentuk lingkaran dan segi empat
Kesan ringan dan halus
Menyatu dengan alam melalui unsur
elemen alam yang ditampilan dalam
ruang dalam.
Ringan dan halus
Konstruksi kayu lebih menojol dan diolah
sangat halus dengan bentuk-bentuk
lengkung dan kesederhanaan
Bentuk bangunan di dalam simetris yang
seimbang
Arsitektur tanaman naturalis dan tidak
dapat dipisahkan dengan design
bangunan
Terlihat kesederhanaan bentuk dan garis.
Pada pengolahan taman lebih wajar dan
tidak banyak pengolahan tangan manusia
Penghematan ruang lebih terlihat.
Sedikit pengunaan warna
Ciri Estetika Jepang &
Kepercayaan Orang Jepang

Kesederhanaan Harmoni

Kepolosan Keseimbangan

Kelurusan Keheningan yang indah

Ketenangan Ketenangan
ATAP

Kirizuma / Gabled roof / Atap pelana Yosemunu /hipped roof / Atap perisai Iramoya /Atap gabungan antara pelana
dan perisai

Koshiore-kirizuma / Mansard dan atap


Kabuto-zukiri / Helmet
Ruang Interior
Genkan Washitsu Washiki

Koridor tempat penghuni rumah atau tamu Ruang serbaguna untuk berbagai keperluan, Kloset jongkok juga dikenal sebagai
masuk dan melepas sandal mereka mulai dari ruang belajar, ruang keluarga, kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di
ruang tidur, hingga ruang pesta. Fungsi Jepang terbuat dari porselen. Pengguna
washitsu berubah bergantung kepada alat toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia
rumah tangga yang di pakai dimana mereka menghadap ke dinding
di toilet pada gambar diatas
Ruang Interior
Daidokoro Tokonoma Roka
SISTEM SISTEM
GANTUNG TUNGKU

Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Ruangan yang digunakan orang Di pinggir rumah terdapat
Jepang, yang pertama dengan tungku dan -orang jepang untuk melakukan lorongdengan lantai kayu
yang kedua dengan cara digantung. Kedua persembahan kepada dewa-
cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar dewa mereka
Bahan Interior
Shoji Tanami Sudere Washi

Perpaduan antara kayu Anyaman tikar (tatami) Semacam tirai jendela Kertas yang dibuat dengan
dan kertas (shoji) sebagai sebagai penutup lantai yang terbuat dari metode tradisional di
dinding partisinya. potongan bambu tipis di Jepang
ikat dengan tali tipis
Bahan Interior
Chigi Onigawara Engawa

Aspek estetika penting dari kuil Jenis ornamen atap yang Tepi rumah berfungsi sebagai jenis
Shinto ditemukan dalam arsitekturJepang, beranda, sebuah engawa memiliki
khususnya, diatap kuil Buddha peran untuk menghubungkan
bagian dalam rumah dengan
bagian luar
Bahan Interior
Fusuma Sisha Sachihiko

Pintu geser yang digunakan untuk Gabungan antara bentuk singa Ukiran yang ditutupi daun emas dari
memisah-misahkan ruangan(sebagai dan anjing ,ornamen ini biasanya makhluk mistis yang terdiri dari tubuh
penyekat atau pembatas antar dapat ditemukan di kanan dan kiri ikan dan kepala harimau, Ini sering
ruangan dalam rumah) gerbang rumah penduduk ditemukan di atas punggungan utama
atap dan istana kuil dan berfungsi
untuk menangkal kebakaran
Analisis
Transformasi
Periode masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Yomon ( tempat tinggal


lubang )
Morfologi

Masyarakat jepang menyebutnya


sebagai tateanashikijuukyo, merupakan
tempat tinggal kecil dimana bentuk
rumah ini memiliki atap yang rendah
daan runcing atau berbentuk seperti
kerucut dan dilapisi dengan material
jerami. Pada bagiandalam rumah ini di
gali kedalam tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Pada masa ini bangunannya masih


sangat kuno karena pemikiran
masyarakat tentang bangunan
rumah tinggal hanya untuk tempat
berlindung saja.
Periode masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Yoyoi ( rumah


panggung )
Morfologi

Masyarakat jepang menyebutnya


takayukashikisoukou, merupakan
bangunan dengan bentuk yang seperti
panggung uang sudah terlihat bentuk
atap dan bentuk bangunannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Sudah mengenal rumah panggung(


sebagai gudang) karena
masyarakat sudah berinteraksi
dengan Dinasti Han China
Periode masa
Prasejarah (500SM- Awal
abad kedelapan)

Periode Kofun ( makam atau


gundukan bilik pemakaman )
Morfologi

Pada era kofun ini bangunannya adalah


makan kaisar-bangsawan dengan kontur
tanah membukit dan bentuknya
perpaduan dari lingkaran dan persergi
empat seperti lubang kunci. Kemudian
pada bagian gundukannya dihiasi nisan
(haniwa).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Pada periode ini agama shinto


muncul dari era sebelumnya
kemudian klan yamato kembali
mendapatkan kekuasaannya, maka
dari itu makam berbentuk gundukan
ini diperuntukkan untuk kaum eliot
seperti keluarga kerajaan.
Periode Asuka -
Nara
Morfologi

Bangunan pada masa ini dipengaruhi


oleh ajaran buddha dan china, sehingga
pada masa ini banyak dibangun kuil dan
menggunakan struktur kayu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Transformasi arsitektur dipengaruhi


oleh ajaran budha dari China melalui
Korea bersamaan dengan proses
politik dan pembentukkan
kekaisaran. Maka pada era ini
banyak dibangun kuil-kuil budha
yang dmana menggunakan kayu
sebagai strukturnya.
Periode Asuka -
Nara
Morfologi

Bangunan pada masa ini dipengaruhi


oleh ajaran buddha dan china, sehingga
pada masa ini banyak dibangun kuil dan
menggunakan struktur kayu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Transformasi arsitektur dipengaruhi


oleh ajaran budha dari China melalui
Korea bersamaan dengan proses
politik dan pembentukkan
kekaisaran. Maka pada era ini
banyak dibangun kuil-kuil budha
yang dmana menggunakan kayu
sebagai strukturnya.
Periode Heinan
( 794-1185M )

Morfologi
Material bangunan yang digunakan
seperti, batu, semen, dan tanah liat.
Dinding atau partisi, lantai menggunakan
kayu. Kemudian atap genteng tanah
liat/hinoki. Struktur kolom yang teratur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Bangunan pada era ini terbentuk


akibat pemindahan ibukota kerajaan
dari Nara ke Heina, kemudian bentuk
bangunannya menyeseuaikan
dengan keadaan bangunan yang
ada di negara mereka sendiri.
Periode Kamakura-
Muramachi
( 1185-1573M )
Morfologi
Arsitektur pada bangunan ini lebih
sederhana karena berhubungan dengan
pemerintahan militer. Gaya dari
bangunan ini disebut Buke-Zukuri yang
dikaitkan dengan bangunann dikelilingi
oleh parit, dan juga pada banguanan ini
lebih mementingkan pertahanan maka
banguanannya dibangun pada satu atap
saja tidak terpisah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Bentuk bangunan kamakura ini yang


sederhana dan mementingkan
pertahanan karena bangunan ini
berhubungan dengan pemerintah
militer.
Periode Mamuyama
(1573-1863M )
Morfologi
Material bangunan yang digunakan
seperti, batu, semen, dan tanah liat.
Dinding/partisi, lantai menggunakan
kayu. Kemudian atap genteng tanah
liat atau hinoki. Struktur kolom yang
teratur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
transformasi

Arsitektur kastil yang sudah


berkembang yang dimana memiliki
menara pusat pada bangunannya.
Periode Edo
(1573-1868M )
Morfologi

Ciri khasnya adalah ruangan


berstruktur kayu berlantai tanah,
beralaskan tikar tatami dan pondasi
batu alam, bingkai kisi kayu vertikal
dan horizontal dan struktur kayu
pada pintu geser. Selain itu, terdapat
penegasan warna, ukiran dan detail-
detail pada bangunan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Menolak masuknya budaya barat


sehingga terciptalah gaya arsitektur
periode Edo.
Periode Restorasi
Meiji dan Taisho
(1687-1926M)

Morfologi

Banyak bangunan seperti universitas,


museum dan kantor sudah
menggunakan gaya arsitektur barat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Masuknya gaya arsitektur barat


seperti gotik, romanesque dan
renaissance.
Periode Showa
( 1927-1988M )

Morfologi

Banyak bangunan yang sudah


menggunakan gaya arsitektur barat
bukan hanya bangunan-bangunan
komersial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Arsitek jepang yang belajar keluar


negeri seperti eropa dan amerika
dan pulang memberikan pengaruh
besar pada arsitektur di Jepang.
Periode Heisei
(1989-Sekarang)

Morfologi

Perubahan besar terjadi pada


arsitektur jepang karena telah
meninggalkan budaya, bentuk,
tradisi dan material dari arsitektur
Jepang tradisional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi


transformasi

Post modern mulai berkembang di


Jepang dan bangunan-
bangunannya tlah meninggalkan
gaya arsitektur Jepang tradisional.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan arsitektur jepang yang dimulai dari periode masa
Prasejarah yaitu yomon (500 SM - awal abad ke delapan), pada masa ini
arsitekturnya atau bangunannya masih dibangun langsung di atas tanah
dengan Pondasi kayu dan atap berbentuk kerucut yang di mana berfungsi
sebagai tempat tinggal dan perlindungan dari cuaca ekstrim hewan puas
dan hanya menampung menampung 5 sampai 7 orang. Dan sampai dengan
periode ke-9 yaitu heisei (1989-sekarang), pada masa ini arsitektur atau
bangunannya sudah berkembang sangat pesat, seperti pada design
arsitektur post modern memberikan perubahan proses atau ekspresi yang
sulit untuk ditebak ke mana arah pemikiran dan gagasannya. Dan pada
masa ini fungsi bangunan sudah beragam tidak sebagai rumah tinggal dan
tempat berlindung saja tetapi sudah mulai multi fungsi dan didukung dengan
material terbaru yang digunakan. Dari kedua periode di atas (awal dan
sekarang) bisa disimpulkan bahwa arsitektur dari masa ke masa memiliki
karakteristik dan fungsi masing masing dan pada tiap periodenya
memperlihatkan perkembangan pada design, fungsi, hingga material yang
digunakan sehingga, bisa memperbaiki kekurangan yang ada pada tiap
periode hingga menjadi sekomplek sekarang. Arsitektur Jepang pada jaman
kuno sudah memiliki ciri khasnya sendiri sebelum bercampur dengan
arsitektur China dan Arsitektur India. Arsitektur Jepang sering menggunakan
konsep kesederhanaan karena sesuai dengan kepercayaan masyarakat
setempat. Selain itu mereka juga menggunakan material-material yang
tersedia di alam, seperti kayu, bambu dan lainnya. Hal tersebut dikarenakan
untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim dan konsep kesederhanaan
yang mereka gunakan.
Thank you
ありがとう
Arigatō

Anda mungkin juga menyukai