Anda di halaman 1dari 36

TEORI SEJARAH

ARSITEKTUR
KELOMPOK :
1. STEFAN YOGA HARDANTA ( 17.A1.0052 )
2. RIZKY KURNIAWAN ( 17.A1.0062 )
3. IMANNUEL SEPTIANDI ( 17.A1.0038 )

DOSEN : Ir. TITIEK YULITA S. MT


TUGAS ULANGAN TENGAH SEMESTER 2
PERIODE
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR
JEPANG
1. Periode Prasejarah
2. Periode Asuka dan Nara
3. Periode Heian
4. Periode Kamakura dan Muromachi
5. Periode Azuchi-Momoyama
6. Periode Edo
7. Meiji, Taisho, dan periode Showa
awal
8. Pengaruh Barat Pada Arsitektur
Jepang
• Periode masa prasejarah (termasuk Jomon , Yayoi dan
periode Kofun) sekitar 5000 SM sampai awal abad ke
delapan. Selama tiga fase periode Jomon terutama
pemburu-pengumpul dengan beberapa keterampilan
pertanian primitif dan perilaku mereka terutama
ditentukan oleh perubahan kondisi iklim dan stimulan
alami lainnya.
• Tempat tinggal awal yang terdiri dari rumah-rumah pit
dengan menggali lubang dangkal dengan lantai tanah
dipadatkan dan atap dari rumput dirancang untuk
mengumpulkan air hujan dengan bantuan stoples.
Kemudian dalam periode ini, iklim yang lebih dingin
dengan curah hujan yang lebih besar menyebabkan
penurunan populasi, yang memberikan kontribusi untuk
kepentingan ritual.
• Konsentris lingkaran batu pertama kali muncul selama ini.

PERIODE PERKEMBANGAN PRASEJARAH


• Selama periode Yayoi masyarakat Jepang mulai berinteraksi dengan Dinasti
Han China, pengetahuan dan keterampilan teknis tentang bangunan mulai
mempengaruhi mereka. Orang Jepang mulai membangun gudang dengan
bentuk panggung sebagai lumbung yang dibangun menggunakan alat seperti
gergaji dan pahat yang mulai muncul saat itu. Sebuah rekonstruksi di Toro ,
Shizuoka adalah kotak kayu yang terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-
sudut dalam gaya log kabin dan didukung pada delapan pilar. Atap jerami, tetapi,
tidak seperti atap biasanya berpinggul dari tempat tinggal pit, itu adalah
berbentuk V atap pelana sederhana.
• Periode Kofun ditandai munculnya banyak gundukan bilik pemakaman atau
tumuli (Kofun harfiah berarti "gundukan lama"). gundukan sejenis di
Semenanjung Korea diperkirakan telah dipengaruhi oleh Jepang. Pada awal
periode makam , yang dikenal sebagai " lubang kunci Kofun " atau zenpo - koen
Kofun. Ada ruang di dalam ruang untuk peti mati dan barang kuburan. Gundukan
sering dihiasi dengan batu nisan yang disebut Haniwa. Kemudian dalam periode
gundukan mulai berada di tanah datar dan skala mereka sangat.
Menjelang akhir periode Kofun, makam penguburan berangsur-angsur
menghilang dan upacara kremasi Buddha mendapatkan popularitas.

PERIODE PERKEMBANGAN PRASEJARAH


• Penyumbang paling signifikan untuk perubahan arsitektur selama
periode Asuka adalah pengenalan Buddhisme. Candi menjadi pusat
ibadah dengan praktek penguburan makam perlahan menjadi
dilarang. Buddhisme dibawa ke Jepang dan mereka
bersembahyang di bangunan kuil yang permanen dan memberikan
kepada arsitektur Shinto.
• Beberapa bangunan pertama yang didirikan masih ada di Jepang
Pagoda at Yakushi-ji, Kon-DO dan pagoda di Hōryū-ji,
Nara, Nara sampai saat ini adalah kuil Buddha. Bangunan kayu tertua di dunia
Ikaruga, Nara
pada abad ke-8 ditemukan di Horyu-ji, ke barat daya dari Nara. Pertama dibangun
Dibangun pada abad ke-7
pada awal abad ke-7 sebagai candi pribadi Putra Mahkota Shotoku.
Kon-DO, dalam gaya ruang ibadah Cina, adalah struktur bertingkat
dua
• Nara modern, didirikan pada tahun 708 sebagai ibukota tetap
pertama negara Jepang. Tata letak jalan dan bangunan dimodelkan
Hokkedō di Todai-ji, setelah ibukota Cina Chang'an,
Nara, Nara Kuil Emas di Tōshōdai-ji, Nara,NaraAwalnya
Didirikan pada tahun 743 Dibangun pada abad ke-8 • Perubahan pada pola kota (Grid) – Kota Heijo Kyo .Tahun 784 Kaisar
Kammu memindahkan ibukota dari Nagao kakyo ke Hein Kyo
(Tokyo)
Periode arsitektur Asuka dan Nara (550-794 M)
• Pada periode Heian (794~1185), ada dua sekte besar yang
banyak berperan di dalam pengembangannya. Kedua sekte
tersebut adalah, sekte Shingon dan sekte Tendai. Kedua sekte
ini mengembangkan ajaran tentang esoterik Budisme (dari
aliran Mahayana) dengan mandalanya (kosmik diagram).
• Pada periode ini perkembangan dari style untuk kuil-kuil Buda,
Phoenix Hall at Byodo-in, Uji, Kyoto Pagoda Ichijō-ji, Kasai, Hyogo

Dibangun pada 1053


Dibangun tahun 1171 masih bertahan dengan wayou (Japanese style). Bangunan-
Nageire-DO Sanbutsu-ji,
bangunan kuil dengan pola perletakan kompleks kuilnya
menjadi ciri khas pada periode tersebut. Demikian juga dengan
lukisan-lukisan dengan konsep mandalanya berkembang
dengan pesat, dan menjadi ciri dari periode tersebut.

gaya Khas Minka Gassho-zukuri pertanian

Periode Heian (794-1185 M))


• Pada periode Kamakura (1185~1573), muncul beberapa sekte baru
dalam agama Buda, di antaranya adalah Zen Budisme yang
berkembang pesat di Jepang. Waktu itu perkembangannya melalui
dua sekte besar, yaitu sekte Rinzai dan sekte Soutou. Kedua sekte
ini dibawa oleh biksu-biksu dari Jepang yang belajar ke Cina.
arsitektur Zen yang terlihat pada bangunan kuil maupun
huniannya
• Meskipun demikian, pada awalnya Japanese style (wayou) masih
Butsuden dari Kozan-ji, Shimonoseki, Yamaguchi bertahan, namun dalam proses perjalanannya style baru yang
Dibangun pada 1320
masuk dibawa dari Cina Zen style (zenshuyou). Style ini
berkembang terutama pada bangunan-bangunan kuil, pola lay out
bangunan ataupun detail-detail arsitektur menjadikan ciri khas
bangunan Zen Budisme di Jepang.
• Di samping style-style tersebut, ada beberapa kuil yang di dalam
perkembangannya menggunakan atau mengadopsi lebih dari dari
satu macam style, yang diwujudkan ke dalam sebuah bangunan. Di
antaranya, adalah penggabungan dari beberapa macam style,
Shofuku-ji, Tokyo, Selesai pada 1407
yaitu “wayou”+”zenshuyou/karayou”+“daibutsuyou”.
Penggabungan dari berbagai macam style ini juga dinamakan
Periode Kamakura dan Muromachi (1185-1573 M) setchuyou (mix style/hybrid style).
• Berikutnya pada periode Momoyama (1574~1863), ada tiga
shogun besar yang mempersatukan Jepang di antaranya
adalah Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa
Ieasu.
• Style yang berkembang pada periode ini masih bertahan pada
zenshuyou/karayou, sedangkan pada bagian lain adalah Zen
Istana Himeji di Himeji, Hyogo, painting (seni lukis) nampak berkembang sangat pesat. Pada
Selesai pada 1618 bagian lain dari periode ini yang juga berkembang pesat adalah
bangunan castle, perkembangannya hampir terdapat di seluruh
Kota yang ada di Jepang.
• Sebagian dari bangunan castle tersebut sampai saat ini masih
bertahan dan dilestarikan sebagai cagar budaya. Ada beberapa
bangunan yang sudah mengalami perubahan baik dengan cara
restorasi maupun rekonstruksi, dan bahkan menggunakan
Sebuah byōbu enam panel dari abad ke-17 teknologi modern, karena dengan kondisi bangunan yang ada
sekarang sudah tidak mungkin lagi untuk dipertahankan sesuai
Periode Azuchi-Momoyama (1573-1863 M)) dengan struktur dan konstruksi aslinya.
• Pada periode Edo (1574~1868), adalah merupakan
penerusan dan Perkembangan dari periode sebelumnya
(Momoyama). Dalam periode ini terlihat adanya penekanan
pada detail-detail bangunan, warna, dan ukiran baik untuk kuil
maupun hunian rumah tinggal. Machiya (rumah di perkotaan)
Di dalam Shokintei di Katsura Imperial Villa, Kyoto berkembang pesat hampir di semua kota, menjadi awal
Dibangun pada abad ke-17
peradaban hunian kota yang sebagian besar masih bertahan
sampai saat ini di Jepang. Akhir periode ini menjadi awal dari
pelestarian cagar budaya bagi bangunan-bangunan yang di
bangun periode sebelum sampai akhir periode Edo

Hondo dari Kiyomizu-dera, Kyoto, Dibangun pada tahun 1633

Periode Edo (1573-1868 M)


• Periode berikutnya, adalah restorasi Meiji (1687~1911) dan
periode Taisho (1912~1926), pengaruh dari western style
(arsitektur barat) di antaranya renaissance, gothic dan
romanesque masuk ke Jepang. Style-style tersebut banyak
dikembangkan untuk bangunan-bangunan universitas,
Kaichi Primary School, Matsumoto, dibangun pada tahun 1876 museum, peribadatan, dan kantor. Pengaruh dari style-style
peninggalan periode Meiji dan Taisho sampai saat ini masih
dapat dilihat di Kota-Kota besar di Jepang sebagai warisan
budaya masa lalu. Dipertahankan sebagai bagian dari
bangunan cagar budaya mereka. Bahkan para arsitek Jepang
yang menghasilkan karyanya pada waktu itu hampir
Museum Nasional Nara di Nara, Tokuma Katayama, dibangun pada tahun 1894 kesemuanya menggunakan style-style tersebut sebagai bagain
dari desain bangunannya.

Meiji, Taisho, dan periode Showa awal (1687-1926 M)


• Setelah Restorasi Meiji tahun 1868, hubungan Jepang dengan
kekuatan Eropa-Amerika menjadi lebih menonjol dan terlibat.
Hubungan ini turut mempengaruhi desain interior Barat ke dalam
desain interior Jepang. sedangkan gaya vernakular lebih terkait
dengan tradisi dan masa lalu, interior khas Jepang bisa
Museum for Wood Culture, Kami, Hyogo Prefecture ditemukan di rumah-rumah Jepang dan rumah barat di akhir
Built in 1994
abad-19 dan awal abad-20 yang sangat berbeda dan hampir
menentang dengan sistem furnitur, fleksibilitas ruangan.
• Banyak ruang publik mulai menggabungkan kursi dan meja pada
akhir abad kesembilan belas, department store mengadopsi
menampilkan gaya barat, sebuah "urban visual dan konsumen
budaya" baru muncul. Dalam wilayah domestik, cara dan pakaian
penduduk, ditentukan oleh gaya interior Jepang atau Barat. Salah
satu contoh adalah Homei - Den dari Meiji era Istana Kekaisaran
Sendai Mediatheque, Sendai, 2001 Tokyo, yang menyatukan gaya Jepang seperti langit-langit
coffered dengan lantai parket barat dan chandelier.
Pengaruh Barat Pada Arsitektur Jepang
FITUR UMUM
&
SIFAT
Arsitektur Tradisional
Jepang
• Arsitektur tradisional Jepang banyak dipengaruhi oleh
China dan budaya Asia lainnya selama berabad-
abad. Arsitektur tradisional Jepang dan sejarahnya
didominasi oleh teknik/gaya Cina dan Asia (bahkan
hadir di Kuil Ise, dianggap intisari arsitektur Jepang)
dengan variasi gaya asli Jepang pada tema-tema di sisi
tertentu.
• Pemilihan bahan utama untuk hampir semua struktur,
selalu kayu dalam berbagai bentuk (papan, jerami, kulit
kayu, kertas, dll).
Tokugawa Ieyasu, dibangun tahun 1617
• Struktur umum hampir selalu sama dengan atap besar
dan melengkung, sementara dinding dengan rangka
kayu yang dilapisi kertas tipis. Untuk desain
interiornya, dinding-dindingnya bersifat fleksibel, yang
Fitur Umum Arsitektur Tradisional Jepang
dapat digeser sesuai dengan keperluan.
• Atap adalah komponen yang paling mengesankan secara
visual, ukurannya hampir setengah ukuran seluruh
bangunan. Atap sedikit melengkung memperpanjang jauh
melampaui dinding, meliputi beranda, dan berat
bangunan harus didukung oleh sistem braket kompleks
yang disebut Tokyo, seperti pada bangunan candi dan kuil.
• Atap besar dengan lengkungan yang halus memberikan
karakteristik yang khas pada bangunan Jepang, yang
memberikan kontribusi ke atmosfer bangunan
• Interior bangunan biasanya terdiri dari satu kamar di
pusat disebut moya. Ukuran ruangan dapat dimodifikasi
melalui penggunaan layar atau dinding kertas yang dapat
Tokugawa Ieyasu, dibangun tahun 1617 digeser. Penggunaan kertas pada dinding-dinding ini
rumah Jepang terkesan ringan.
• Beranda muncul untuk menjadi bagian dari bangunan
untuk orang luar, Oleh karena itu struktur yang dibuat
sampai batas bagian tertentu dari lingkungan mereka. Ini
untuk memudahkan Perawatan bangunan secara
Fitur Umum Arsitektur Tradisional Jepang keseluruhan.
• Memiliki sifat ringan dan halus
• Konstruksi kayu lebih menonjol dan diolah sangat halus
denganbentuk-bentuk lengkung dan kesederhanaan.
• Bentuk bangunan diatur dalam simetris yang seimbang.
• Arsitektur tanaman, naturalis dan tidak dapat dipisahkan
dengan design bangunan (satu kesatuan)
• Terlihat kesederhanaan bentuk dan garis.
• Pada pengolahan taman lebih wajar, dan tidak banyak
pengolahan tangan manusia (lebih wajar)
• Penghematan terhadap ruang lebih terlihat.
• Sedikit penggunaan warna, kecendrungan ke arah warna
politur dan lak.

Sifat dari Arsitektur Jepang


ESTETIKA
DAN
FILOSOFI
Filosofi Zen Jepang tradisional terinspirasi oleh
kesederhanaan dan kealamian, oleh karena itu seperti
yang bisa kita temukan dalam arsitektur dan desain
minimalis dalam rumah-rumah di Jepang. Garis, bentuk,
ruang, cahaya dan material, hanyalah beberapa elemen
penting dari desain yang sangat populer ini. Nilai besar
dari desain ini memberikan ruangan menjadi lebih luas
karena tanpa adanya tembok yang membatas, yang
memberi ruang lebih banyak dan memungkinkan
harmoni antara interior dan eksterior. Interior minimalis
Jepang sangat elegan dan menakjubkan oleh karena itu
meskipun rata-rata rumah di Jepang berukuran kecil
namun sangat nyaman untuk ditinggali.

Estetika dan Filosofi Arsitektur Jepang


• Kesederhanaan - kepolosan - Kelurusan - ketenangan batin
• Ide kesederhanaan/minimalist muncul dalam berbagai kebudayaan, terutama budaya
tradisional Jepang, yaitu Filsafat Zen. Jepang memanipulasi budaya Zen kedalam estetika
dan desain elemen untuk bangunan mereka. Gagasan arsitektur ini telah mempengaruhi
masyarakat barat, khususnya di Amerika sejak pertengahan abad ke-18. Selain itu, juga
menjadi inspirasi arsitektur minimalis di abad 19
• Konsep Zen mengirimkan ide-ide kebebasan dan esensi hidup. Kesederhanaan tidak
hanya nilai estetika, tetapi juga memiliki persepsi moral yang melihat ke dalam sifat
kebenaran dan mengungkapkan sifat batin bahan dan objek untuk esensi. Sebagai
contoh, taman pasir di Ryoanji menunjukkan konsep kesederhanaan dan esensial dari
pengaturan beberapa batu dan ruang kosong yang besar.
• Prinsip estetika Jepang mengacu pada ruang kosong atau terbuka dengan
menghapus semua dinding internal yang tidak perlu dan membuka ruang antara
interior dan eksterior. Frank Lloyd Wright pun dipengaruhi oleh elemen desain pintu
geser Jepang yang memungkinkan untuk membawa eksterior ke interior.
• Estetika ini sangat menghargai kualitas obyek sederhana dan polos. Hal ini menghargai
adanya fitur yang tidak perlu untuk melihat kehidupan dalam ketenangan dan
mengungkapkan karakter bawaan bahan. Namun, jauh dari hanya sebuah konsep tata
ruang, budaya ini selalu hadir dalam semua aspek kehidupan sehari-hari Jepang, yang
berlaku sepanjang waktu dan kegiatan sehari-hari mereka.

Estetika dan Filosofi Arsitektur Jepang


• Menurut kepercayaan Jepang, arah mata angin mempunyai peran yang penting dalam perencanaan bangunan .
• Pintu masuk diusahakan berada di Selatan disesuaikan dengan A Compass Rose sebagai kebudayaan dan sistem
kepercayaan di Jepang.
• Arah Selatan memiliki filosofi yang artinya adalah “kedatangan” (ri), sehingga letak entrance khususnya pada
bangunan umum, bangunan ritual dan banguanan pemerintahan berada pada bagian selatan.
• Kamar mandi tidak ditempatkan di bagian Timur Laut karena menurut kepercayaan Jepang (kebudayaan) dapat
menimbulkan penyakit.
• Taman dibuat di bagian Timur Laut yang diyakini sebagai penangkal setan dan dapat diyakini membawa
keberuntungan bagi anggota keluarga.
• Perletakan taman tidak boleh berada di arah Barat Daya karena membawa dampak yang buruk yaitu kemiskinan.
• Ruang minum teh “Chashitsu” pada arsitektur Jepang tradisional berbeda dengan arsiterktur Jepang modern, di
sini ruang minum teh letaknya tidak diharuskan pada sisi/ samping bangunan.
• Perluasan bangunan dapat dilakukan kecuali ke arah Timur Laut karena menurut kepercayaan Jepang apabila
perluasan dilakukan pada arah tersebut dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Tata
Ruang
dan SHOJI GENKAN

Interior

Tikar tatami
WASHITSU
• Sebagian besar dinding interior Jepang sering terbuat dari layar
shoji yang bisa digeser terbuka untuk bergabung dengan dua
kamar bersama-sama, dan kemudian menutupnya untuk
kepentingan privasi.
• Pada layar shoji terbuat dari kertas yang melekat pada bingkai
kayu tipis yang menggelinding pada jalur ketika mereka
didorong.
• Fitur penting lainnya dari layar Shoji selain privasi dan
pengasingan, adalah untuk pencahayaan alami. Ini merupakan
aspek penting untuk desain Jepang. Kertas dinding tembus
SHOJI memungkinkan cahaya untuk disebarkan melalui ruang dan
menciptakan bayangan cahaya dan pola.

SHOJI
• Tikar tatami, tikar jerami sering digunakan untuk menutupi lantai dalam
interior Jepang, di rumah-rumah Jepang modern biasanya hanya ada satu
atau dua ruang tatami. Cara lain untuk menghubungkan kamar di interior
Jepang adalah melalui panel yang terbuat dari kayu dan kertas, seperti
shoji layar, atau kain geser. Panel ini disebut fusuma dan digunakan
sebagai seluruh dinding. Biasanya panel ini dihiasi lukisan secara
tradisional.
• Tatami merupakan dasar dari arsitektur tradisional Jepang, mengatur
ukuran bangunan dan dimensi. Desain berasal dari Jepang kuno ketika
jerami diletakkan di lantai tanah sebagai pelunak dan penghangat. Dalam
Periode Heian (794-1185), ide ini berkembang menjadi tikar seperti zaman
sekarang, yang dapat diletakkan di mana saja untuk duduk atau tidur.
Tatami cocok untuk iklim Jepang, karena udara dapat beredar di sekitar
Tikar tatami lantai.

TATAMI
TATAMI
TATAMI DALAM ARSITEKTUR MODERN JEPANG
Salah satu contoh bangunan yang menggunakan tatami untuk alas
lantainya adalah Katsura Rikyu Villa. Katsura Rikyu Villa
memiliki eksterior bangunan tradisional Jepang pada umumnya
dengan pintu geser dan material kayu. Interior bangunannya
menggunakan tatami di keseluruhan ruangannya. Katsura Rikyu Kenrak Tokmoto’s Inari House adalah contoh
Villa adalah villa yang dibangun pada abad ke-17 dengan taman bangunan modern Jepang dengan material beton
dan pendopo di pinggir barat Kyoto. Villa ini adalah salah satu yang menggunakan tatami sebagai acuan untuk
peninggalan sejarah Jepang yang berskala besar. Arsitekturnya proporsi luas ruangan di dalamnya. Pada
dianggap sebagai salah satu pencapaian terbesar dari arsitektur umumnya, bangunan modern Jepang tidak
Jepang. menggunakan proporsi ukuran tatami di seluruh
ruangannya, hanya beberapa ruangan saja.

CONTOH PENGGUNAAN TATAMI PADA BANGUNAN MODERN


Denah Keseluruhan
Katsura Rikyu Villa (Dengan
Penataan Tataminya)
• Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional
Jepang.
• Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari
jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari
sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu
washitsu utama.
• Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau
kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan bersifat
portabel, yang disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang
digunakan untuk penyimpanan).
• Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang
dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja.
Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja
besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan.

WASHITSU
• Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari
kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong atau digeser.
• Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu. Seperti
halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel
bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya
dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil.
• Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa
dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi
hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.
• Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya
sedangkan shoji dapat ditembus cahaya. Sandal rumah harus dilepas sebelum
memasuki washitsu.

fusuma

FUSUMA
• Toilet di perumahan Jepang biasanya terletak jauh dari kamar mandi dan terpisah dari
rumah induk. Namun, dalam kamar apartemen sering menggunakan toilet dan kamar
mandi berada dalam satu unit. kamar mandi. Secara tradisional, toilet Jepang telah
memiliki citra "haram" dan dengan demikian dipisahkan, tapi kemudian hari toilet lebih
modern cenderung untuk menangkal tradisional citra "haram" tadi .
• Toilet tradisional Jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset Asia.
Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di
Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet
pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset
yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang
ditinggikan sekitar 30 cm.

Washiki (Toilet)
• Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang
kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.

Pada periode Jomon, dari 10.000 SM sampai 300 SM, orang berkumpul ke desa-desa, di
mana mereka tinggal di tempat tinggal lubang dangkal

Dapur tradisional dengan sistem gantung • Kompor awal tidak lebih dari sebuah lubang dangkal (jikaro 地 床 炉), yang dikelilingi
oleh batu untuk menangkap percikan api.
• kemudian mereka menggantikan dengan Vas tanah liat atau tungku. Jenis kompor
disebut umigamero (埋 瓮 炉,. Lit "terkubur vas kompor").
• Seperti kompor menjadi lebih aman, itu dipindahkan dari pusat rumah ke samping dan,
oleh periode Kofun akhir (abad ke-6), hampir semua rumah memiliki kompor di salah satu
ujung rumah. Beberapa keluarga kaya pada periode Kofun membangun sebuah rumah
terpisah di mana memasak dilakukan.

Dapur tradisional dengan sistem tungku

Daidokoro (dapur)
• Di pinggir rumah terdapat Roka, biasanya berlantai kayu, yang mirip dengan
lorong-lorong.

ROKA ( LORONG)
Kearifan
• Pemerintahan Jepang menyadari sepenuhnya bahwa mereka hidup
di bawah ancaman gempa bumi dan tsunami setiap saat.
Pemahaman yang bijak terhadap keadaan alam telah menyadarkan

Lokal
pemerintah kota untuk mengembangkan kota-kota yang tanggap
bencana. Kearifan lokal digali kembali untuk ditransformasikan ke
dalam budaya kehidupan modern di perkotaan. Arsitektur bangunan
tradisional Jepang yang berbentuk rumah panggung dengan bahan
dari kayu dan bambu terbukti sangat lentur meredam gempa.
Konsep arsitektur tradisional pun diterapkan ke setiap bangunan dan
gedung bertingkat di Jepang.
• Gedung-gedung bertingkat dievaluasi dan direnovasi mengikuti
kaidah-kaidah bangunan tahan gempa yang ekstrim. Semua
bangunan baru wajib dibangun tahan gempa. Gedung simulasi tahan
gempa dibangun sebagai bahan informasi dan referensi kajian dan
pengembangan bangunan tahan gempa.
• Fasilitas kota disiapkan dalam rangka mengantisipasi jika bencana
datang. Bangunan publik seperti sekolah dan rumah sakit disiapkan
sebagai tempat evakuasi bencana. Taman-taman kota dan lapangan
olahraga disiagakan sebagai ruang evakuasi bencana bagi
pengungsi. Infrastruktur jalan dipersiapkan sebagai jalur evakuasi
bencana, dilengkapi rute evakuasi, peta rawan bencana, dan titik-
titik tempat evakuasi bencana.
• Membangun kota tanggap bencana merupakan investasi di masa depan. Tantangan dan peluang di bidang perumahan, kesehatan,
pendidikan, transportasi, dan berbagai pelayanan publik harus mengacu kepada kota yang tanggap bencana. Sistem perkotaan yang
mengintegrasikan dunia ekonomi, bisnis, pemerintahan, dan kepekaan lingkungan hidup akan meningkatkan kualitas hidup penduduk
dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.
• Untuk membuat sebuah kota efisien dalam mengantisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap bencana, kota dibagi-bagi dalam struktur sub-
sub kota yang mampu hidup mandiri. Sub kota terkecil bisa berupa kampung modern yang sering disebut superblok yang menyediakan
segala hal kemudahan dan kebutuhan hidup satu komunitas dalam satu kawasan terpadu yang ramah lingkungan.
• Kawasan terpadu mengabungkan segala kebutuhan manusia dari bertempat tinggal, bekerja, sampai dengan berekreasi dengan nyaman
dan efisien. Dalam kawasan tersedia kantor, sekolah, perumahan (1 (hotel) : 3 (apartemen) : 6 (rusun)), pusat hiburan, pusat perbelanjaan,
rumah ibadah, taman dan lapangan olahraga. Penghuni cukup berjalan kaki atau bersepeda ke tempat tujuan dalam lingkup kawasan
tersebut. Hemat bahan bakar, antimacet, dan pencemaran udara jadi berkurang.
• Pemerintah harus mengubah strategi pembangunan permukiman, dari horizontal menjadi vertikal. Permukiman horizontal yang padat
diremajakan menjadi pemukiman vertikal secara bertahap. Kawasan rawan bencana menjadi prioritas peremajaan kawasan yang akan
dikembangkan menjadi kawasan terpadu ramah lingkungan dalam 20 tahun ke depan.
• Pengembangan kawasan terpadu dapat pula dilaksanakan di sekitar simpul-simpul angkutan massal, seperti di stasiun kereta dan terminal
bus, serta halte-halte angkutan massal (bustrans, kereta api) – Transit Orinted Development (TOD). Perlu ada kejelasan rencana peremajaan
kota dan pengembangan kawasan terpadu akan dilaksanakan di mana dan bagaimana strategi pencapaiannya dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP).
• Pemerintah dan pengembang disyaratkan membangun gedung-gedung tahan gempa yang selaras dengan kondisi geografis dan
lingkungan setempat, akar budaya, adat istiadat, bahkan kepercayaan yang dianut masyarakat. Produk arsitektur bangunan tradisional
yang berhasil mengacu pada kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim tropis basah. Bangunan memperhatikan faktor-faktor lingkungan
(ekosistem) setempat dan memenuhi kinerja bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan – sedikit limbah, dan terjaga kualitas
udara.
Sinergi
Ruang
“We regard human society as a vital process, a continious
development from atom to nebula. The reason why we use the
biological word metabolism is that we believe design and
technology should be denote human vitality.” (Metabolism
1960 ; a Proposal for a New Urbanism)

Japan Architect : Kiyonori Kikutake, Masato Ohtaka, Fumihiko


Maki, Kisho Kurokawa dan kritikus arsitektur Noboru Kawazoe
• Kesinergian ruang dalam dan luar dalam arsitektur Jepang tidak terlepas dari filosofi arsitektur
Jepang itu sendiri. Prinsip estetika Jepang mengacu pada ruang kosong atau terbuka dengan
menghapus semua dinding internal yang tidak perlu dan membuka ruang antara interior dan
eksterior. Hal ini membentuk suatu hubungan yang harmoni antara ruang bagian dalam dan ruang
bagian luar. Penggunaan “Roka” sebagai teras dalam arsitektur Jepang tradisional membawakan
nuansa hubungan yang dekat dan tak terpisahkan antara bagian dalam dan luar karena elmennya
yang natural. Selain itu, penggunaan pintu geser juga mendukung kesinergian dalam arsitektur
Jepang. Pemisahan antara ruang luar dan dalam tidak terlalu mencolok, arsitektur Jepang benar
benar menyatukan alam dan bangunan dan tidak membuatnya terlihat bertentangan melainkan
bersinergi.
• Frank Lloyd Wright pun dipengaruhi oleh elemen desain pintu geser Jepang yang memungkinkan
untuk membawa eksterior ke interior.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai