Anda di halaman 1dari 33

1.

Sejarah Perkembangan Arsitektur Jepang dan Tokoh Arsiteknya


Sejarah perkembangan arsitektur Jepang terjadi di beberapa periode, seperti berikut
:
1

Periode Prasejarah (3000 SM 2000 SM)

Periode Asuka Nara (550 M 794 M)

Periode Heian (794 M 1185 M)

Periode Kamakura Muormachi (1185 M 1573 M)

Periode Momoyama (1573 M 1863 M)

Periode Edo (1573 M 1863 M)

Periode Restorasi Meiji Taisho (1687 M 1926 M)

Periode Showa (1927 M 1988 M)

Periode Heisei (1989 M sekarang)

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing periode sejarah perkembangan


arsitektur Jepang :
1 Periode Prasejarah (3000 SM 2000 SM)
Pada masa prasejarah, ciri-ciri dan karakteristik rumah Austronesia sudah
tampak pada rumah Jepang. Pengaruh budaya, iklim dan alam sangat
menentukan konsep arsitektur rumah awal

Jepang. Bentuk rumah tenda

berdiri diatas tanah yang dilubangi (pit dwelling) merupakan perkembangan


dari rumah gua. Kemudian, sejalan dengan perkembangan peradaban, telah
mengakibatkan terjadinya evolusi pada bentuk dan konsep rumah.

Gbr. Sumber Google Images


Pit dwelling berevolusi menjadi pit dwelling dengan dinding, kemudian
menjadi rumah panggung (raised floor dwelling) dengan struktur kayu dan
atap

alang-alang.

Semua

perangkat

dan

peralatan

yang

digunakan

mengalami perubahan dan kemajuan. Pada saat itu rumah bukan lagi semata
sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan akan tetapi sudah menjadi
penanda status sosial di dalam masyarakat.

Gbr. Sumber Google Images


Di zaman prasejarah ini, perkembangan arsitektur Jepang terjadi di 3 periode
yaitu di awal periode Yomon. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa periode
Yayoi, dan periode berikutnya adalah Tomb atau Kofun. Perjalanan dari
periode-periode tersebut memberikan banyak peninggalan tradisi berbudaya
dalam bangunan tempat tinggal, temuan dari hasil rekonstruksi arsitektur
dan arkeologi yang masih mempunyai bentuk keasliannya, yang sampai saat
ini masih dapat dilacak keberadaannya. Salah satu peninggalan dari periode
Kofun adalah Koufun yaitu makam para kaisar atau bangsawan yang dibuat
membentuk gundukan besar.

Gbr. Koufun Daisen-Nintoku, koufun terbesar di dunia terletak di Osaka,


Jepang
(Sumber Google Images)
Setelah ketiga periode di atas berjalan, muncul satu kepercayaan asli bangsa
Jepang yang berkembang pada waktu itu, yaitu Shinto (the Way of God).
Shinto merupakan satu kepercayaan asli (primitif) dengan sifat universal.

Bentuk bangunan kuilnya merupakan ciri khas dari arsitektur tradisional


Jepang (native architecture).

2 Periode Asuka Nara (550 M 794 M)


Pada tahun 552 M, Budisme masuk ke Jepang melalui Korea (melalui kerajaan
Paekche). Pada waktu itu Budisme berkembang sangat pesat terutama di
Kota Nara, dan perkembangan tersebut meliputi agama (dengan munculnya
enam aliran di dalam agama Buda), kebudayaan, arsitektur, seni, dan
sebagainya. Pola dan bentuk bangunan kuil-kuilnya pengaruh dari arsitektur
dan budaya Cina sangat kuat sekali, baik dari struktur bangunannya maupun
bentuk tampilannya. Perkembangan Budisme diawali sejak periode Asuka
(552 M 645 M) dan dilanjutkan pada periode Nara (646 M 793 M). Dari
perjalanan kedua periode tersebut, arsitektur kuil berkembang pesat, dan
style yang muncul pada waktu itu, adalah wayou (native style = Japanese
style architecture). Merupakan style dengan keaslian bentuk dan tampilannya
mencirikan awal dari berkembangnya arsitektur Budhis di Jepang. Dengan
berbagai macam aliran dalam Budisme yang berkembang di Kota Nara,
berkembang pula berbagai macam bangunan kuil mulai pagoda sampai pada
permukimannya. Dengan bentuk dan detail-detail arsitekturnya menjadikan
awal dari perkembangan arsitektur bangunan kuil-kuil di Jepang. Salah satu
contoh bangunannya adalah kuil Yakushi-ji yang berlokasi di Prefektur Nara,
Jepang.

Gbr. Kuil Yakushi-Ji (Sumber Google Images)

Gbr. Sait, Pagoda Bagian Barat Kuil Yakushi-Ji (Sumber Google Images)
3 Periode Heian (794 M 1185 M)
Pada periode Heian, ada dua sekte besar yang banyak berperan di dalam
pengembangannya. Kedua sekte tersebut adalah, sekte Shingon dan sekte
Tendai. Kedua sekte ini mengembangkan ajaran tentang esoterik Budisme
(dari aliran Mahayana) dengan mandalanya (kosmik diagram). Untuk sekte
Shingon mempunyai kompleks kegiatan yang berpusat di atas gunung Koya
di propinsi Wakayama. Sedangkan sekte Tendai berpusat di atas gunung Hie
yang terletak di perbatasan antara propinsi Kyota dan Shiga.
Pada periode ini perkembangan dari style untuk kuil-kuil Budha masih
bertahan dengan wayou (Japanese style). Bangunan-bangunan kuil dengan
pola perletakan kompleks kuilnya menjadi ciri khas pada periode tersebut.
Demikian

juga

dengan

lukisan-lukisan

dengan

konsep

mandalanya

berkembang dengan pesat, dan menjadi ciri dari periode tersebut. Salah satu
peninggalan arsitektur pada periode ini adalah kuil Byodoin-jin.

Gbr. Kuil Byodoin-jin (Sumber Google Images)


4 Periode Kamakura Muromachi (1185 M 1573 M)
Pada periode Kamakura, muncul beberapa sekte baru dalam agama Budha, di
antaranya adalah Zen Budisme yang berkembang pesat di Jepang. Waktu itu
perkembangannya melalui dua sekte besar, yaitu sekte Rinzai dan sekte
Soutou. Kedua sekte ini dibawa oleh biksu-biksu dari Jepang yang belajar ke
Cina. Membawa filosofi baru dalam Budisme yang akhirnya berkembang
keseluruh bagian dari kehidupan masyarakat Jepang, terutama dalam bidang
seni dan budaya. Periode ini campur tangan dari pemerintah militer
mempunyai peran besar, terutama dalam perkembangan dari sekte Rinzai.
Dapat dikatakan, bahwa kedua sekte yang mereka bawa dari Cina dapat
masuk ke dalam kehidupan masyarakat, termasuk arsitektur Zen yang
terlihat

pada

bangunan

kuil

maupun

huniannya.

Selain

sekte

yang

berkembang melalui Zen Budisme, ada beberapa sekte lain dari agama
Budha yang juga berkembang, di antaranya sekte Judou, sekte Joudou-shin
dan sekte Nichiren. Meskipun demikian, pada awalnya Japanese style (wayou)
masih bertahan, namun dalam proses perjalanannya style baru yang masuk
dibawa dari Cina Zen style (zenshuyou) atau juga disebut karayou (Chinese
style), mengalami perkembangan pesat. Style ini berkembang terutama pada
bangunan-bangunan kuil, pola lay out bangunan ataupun detail-detail

arsitektur menjadikan ciri khas bangunan Zen Budisme di Jepang. Di samping


style-style tersebut, ada beberapa kuil yang di dalam perkembangannya
menggunakan atau mengadopsi lebih dari dari satu macam style, yang
diwujudkan ke dalam sebuah bangunan. Di antaranya, adalah penggabungan
dari

beberapa

macam

style,

yaitu

wayou+zenshuyou/karayou+daibutsuyou. Penggabungan dari berbagai


macam style ini juga dinamakan setchuyou (mix style/hybrid style).
Sebenarnya, pada periode Kamakura ini, style yang berkembang hanya ada
dua, yaitu zenshuyou dan daibutsuyou (great Buddha style)/tenjikuyou (Hindu
style). Contoh arsitektur pada periode kamakura adalah Kuil Osu Kanon di
Nagoya, Jepang.

Gbr. Kuil Osu Kanon di Nagoya, Jepang (Sumber Google Images)


Pada periode Muromachi, style dari zenshuyou maupun karayou masih
berkembang dengan pesatnya. Terutama pada art of garden (seni penataan
taman) dengan bentuk penataan mempunyai ciri khas dari filosofi Zen. Seni
taman ini banyak terlihat pada vihara-vihara sekte Rinzai, yang terdapat di
dalam kompleks kuil-kuil besar Zen yang berada di Kota Kyoto. Perkembangan
lain yang terjadi, adalah residential architecture (rumah tinggal), terlihat pada
bangunan-bangunan kuil, vila, dan rumah para samurai dengan sentuhan
detail-detail arsitektur yang khas dari Zen Budisme. Contoh arsitektur

peninggalan periode muromachi ini adalah kuil Ginkaku-ji atau Kuil Pavillium
Perak di Kyoto, Jepang.

Gbr. Kuil Pavillium Perak di Kyoto, Jepang (Sumber Google Images)


5 Periode Momoyama (1573 M 1863 M)
Pada periode Momoyama, ada tiga shogun (panglima tertinggi) besar yang
mempersatukan Jepang di antaranya adalah Oda Nobunaga, Toyotomi
Hideyoshi, dan Tokugawa Leasu. Style yang berkembang pada periode ini
masih bertahan pada zenshuyou/karayou, sedangkan pada bagian lain adalah
Zen painting (seni lukis) nampak berkembang sangat pesat. Pada bagian lain
dari periode ini yang juga berkembang pesat adalah bangunan castle,
perkembangannya hampir terdapat di seluruh Kota yang ada di Jepang.
Sebagian dari bangunan castle tersebut sampai saat ini masih bertahan dan
dilestarikan sebagai cagar budaya. Ada beberapa bangunan yang sudah
mengalami perubahan baik dengan cara restorasi maupun rekonstruksi, dan
bahkan menggunakan teknologi modern, karena dengan kondisi bangunan
yang ada sekarang sudah tidak mungkin lagi untuk dipertahankan sesuai
dengan struktur dan konstruksi aslinya. Contoh peninggalan arsitektur pada
zaman ini adalah Osaka Castle di Osaka, Jepang.

Gbr. Osaka Castle di Osaka, Jepang (Sumber Google Images)


6 Periode Edo (1573 M 1863 M)
Periode

Edo

merupakan

penerusan

dan

perkembangan

dari

periode

sebelumnya (Momoyama). Dalam periode ini terlihat adanya penekanan pada


detail-detail bangunan, warna, dan ukiran baik untuk kuil maupun hunian
rumah tinggal. Machiya (rumah di perkotaan) berkembang pesat hampir di
semua kota, menjadi awal peradaban hunian kota yang sebagian besar masih
bertahan sampai saat ini di Jepang. Akhir periode ini menjadi awal dari
pelestarian cagar budaya bagi bangunan-bangunan yang di bangun periode
sebelum sampai akhir periode Edo. Berikut beberapa contoh machiya yang
ada di Jepang :

Gbr. Sumber Google Images

7 Periode Restorasi Meiji Taisho (1687 M 1926 M)


Periode restorasi Meiji (1687 M - 1911 M) dan periode Taisho (1912 M 1926
M), pengaruh dari western style (arsitektur barat) di antaranya renaissance,
gothic dan romanesque masuk ke Jepang. Style-style tersebut banyak
dikembangkan untuk bangunan-bangunan universitas, museum, peribadatan,
dan kantor. Pengaruh dari style-style peninggalan periode Meiji dan Taisho
sampai saat ini masih dapat dilihat di kota-kota besar di Jepang sebagai
warisan budaya masa lalu dipertahankan sebagai bagian dari bangunan
cagar budaya mereka. Bahkan para arsitek Jepang yang menghasilkan
karyanya pada waktu itu hampir kesemuanya menggunakan style-style
tersebut sebagai bagian dari desain bangunannya.
8 Periode Showa (1927 M 1988 M)
Pada periode Showa banyak arsitek Jepang yang belajar ke Amerika dan
Eropa memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan arsitektur di
Jepang. Seperti Kunio Maekawa yang disebut sebagai bapak arsitektur
modern Jepang yang belajar ke Prancis di bawah arsitek Le Corbusier.
Pengaruh besar dari hasil belajarnya di Prancis memberikan suasana baru di
Jepang dalam desain bangunannya. Kemudian arsitek lain seperti, Kenzo
Tange

juga

banyak

memberikan

ungkapan-ungkapan

baru

di

dalam

rancangannya. Sangat berbeda dengan native arsitektur yang tumbuh dan


berkembang di Jepang sendiri.
9 Periode Heisei (1989 M sekarang)
Periode Heisei dimana post-modern mulai berkembang di Jepang (sebenarnya
post-modern di Jepang berkembang awal tahun 1980-an) dan hal ini muncul
akibat dari bubble economic. Perkembangan desain dari arsitektur postmodern memberikan perubahan dalam perjalanan arsitektur Jepang dalam
memberikan segala macam bentuk-bentuk arsitekturnya. Dengan sedemikian
rupa penjelajahannya memberikan ungkapan yang sukar untuk diduga
kemana arah ide dan gagasannya. Bermunculan bagai cendawan di musim
hujan bersanding secara kontradiktif dengan ketradisionalan yang mereka

punyai. Style-style telah mengabaikan tradisi, budaya, bentuk, bahan dan


ungkapannya. Menjadi tempat berlombanya para arsitek Jepang dalam
menemukan ide-ide dan gagasan baru dalam berkreasi untuk menciptakan
bentuk-bentuk barunya. Ini menjadi ciri khas berakhirnya arsitektur postmodern di Jepang.

TOKOH ARSITEK DI JEPANG


1 Kunio Maekawa (1905 1986)
Seorang arsitek Jepang terutama dikenal

untuk

bangunan Tokyo Bunka Kaikan, dan tokoh


penting

dari

arsitektur

Jepang

modern.

Kunio

Maekawa lahir pada tahun 1905 di Niigata


Prefecture di Jepang. Ia masuk Sekolah
Pertama Tengah Tokyo pada tahun 1918,

dan

kemudian Tokyo Imperial University pada

tahun

1925. Setelah lulus pada tahun 1928, ia


melakukan

perjalanan

ke

Prancis

untuk

magang dengan Le Corbusier. Pada tahun

1930

ia kembali ke Jepang dan bekerja dengan Antonin Raymond (mahasiswa Frank


Lloyd Wright), dan pada tahun 1935 mendirikan kantor sendiri Maekawa Kunio
Associates. Rumahnya sendiri telah digambarkan sebagai titik awal nya, di
mana ia membawa ide piloti dalam rumah, untuk menciptakan ruang
bertingkat dua. Beberapa contoh karya dari Kunio Maekawa adalah Maekawa
House, Hayashibara Museum of Art, Kumamoto Prefectural Theater, Tokyo
Bunka Kaikan, dll.
2 Kenzo Tange (1913 2005)

Tange

menyelesaikan

Depertemen

Arsitektur

kemudian

melanjutkan

studinya
Universitas

di
Tokyo

studinya

di

Universitas Tokyo (1942-1945). Pada tahun


1965,

Tange

meraih

gelar

Ph.D

dari

Universitas Tokyo. Sejumlah gelar Doktoral


lainnya juga dia terima dari perguruan tinggi
yang berada di Eropa, Amerika, dan Asia.
Setelah mempunyai gelar Profesor, Tange
menjadi pengajar di Universitas Tokyo pada
tahun 1946. Di samping itu, Tange juga
diminta untuk menjadi Profesor tamu di Masschussets Institute of Technology
(1959-1960), dan Harvard University (1987).
Tange

memulai

karir

gemilangnya

pada

tahun

1945

setelah

dia

memenangkan sayembara terbuka, yaitu perancangan gedung Hiroshima


Peace Center (HPC). Di awal kariernya itu, berbagai prestasi yang dicapai oleh
Kenzo Tange, di antaranya dia berhasil menjadi pemenang pertama kompetisi
penciptaan gedung Kenangan Asia Timur (1942), pemenang pertama Pusat
Kebudayaan Jepang di Bangkok (1943), dan pemenang pertama kompetisi
pembangunan

Pusat

Perdamaian

Hiroshima

(1949).

Karena

berbagai

prestasinya yang mengagumkan itu, Tange dapat disejajarkan dengan para


tokoh arsitektur modern awal generasi di atasnya Le Corbusier, Grophius,
Wight, Mies van der Rohe dan sebagainya. Contoh karya Tange adalah Yoyogi
National Gymnasium, Hiroshima Peace Memorial Museum, Kurashiki City Hall,
St. Marys Cathedral (Tokyo Cathedral) (Roman Catholic), dll.

3 Tadao Ando (1941 sekarang)

Ando pernah kuliah malam hari di Jurusan Arsitek Osaka


Institute of Technology Junior College namun tidak
sampai selesai. Great Ando adalah nama ring sewaktu
menjadi petinju profesional. Uang hadiah dari bertinju
dipakainya untuk mengembara ke Amerika, Eropa,
Afrika, dan Asia.
Arsitektur sering dikatakan dipelajarinya secara otodidak
dengan membaca buku dan mengamati karya-karya arsitektur dalam
perjalanannya di banyak negara. Walaupun demikian, setelah lulus dari
sekolah menengah teknik, Ando pernah berkuliah di sekolah seni Setsu Mode
Seminar yang didirikan Setsu Nagasawa. Selain itu, ia pernah bekerja di
sebuah biro arsitek, serta mengikuti kursus interior secara tertulis. Beberapa
contoh karya dari Tadao Ando adalah Church of the Light, Museum Seni
Prefektural Hyogo, Museum Kesusastraan Himeji, Hyakudanen, Hotel Westin
Awaji, dll.
4 Shigeru Ban (1957 sekarang)
Seorang arsitek Jepang yang dikenal karena karya
arsitektur

kertasnya

pendaurulangan

tabung

yang

inovatif,

kardus

yang

terutama

dimanfaatkan

secara efisien untuk membangun hunian bagi korban


bencana alam. Ia dinobatkan oleh majalah Time sebagai
salah seorang tokoh yang paling inovatif pada abad ke21 dalam bidang arsitektur dan desain.
Pada tahun 2014, Ban menjadi penerima Penghargaan Arsitektur Pritzker ke37, penghargaan yang paling bergengsi dalam dunia arsitektur. Dewan juri
Pritzker

menghargai

inovasinya

dalam

memanfaatkan

material

dan

dedikasinya bagi upaya kemanusiaan di seluruh dunia, menyebutnya sebagai


"seorang guru yang tidak hanya menjadi panutan bagi generasi muda, tetapi
juga menjadi inspirasi". Beberapa contoh karya Ban adalah Furniture House di
Jepang, Gereja Katolik Takatori, Centre Pompidou-Metz, Jepangese Pavilion,
Curtain Wall House, dll.

5 Toyo Ito (1941 sekarang)


Toyo Ito adalah arsitek Jepang yang dikenal
sebagai penggagas arsitektur konseptual,
yang berupaya untuk mengekspresikan
dunia fisik dan virtual secara bersamaan.

Ito

adalah tokoh arsitektur terkemuka yang


mengembangkan

gagasan

kontemporer

"kota simulasi", dan dianggap sebagai


salah satu arsitek yang paling inovatif dan
berpengaruh di dunia. Beberapa contoh
karya Toyo Ito adalah Toyo Ito Museum of
Architecture, Sendai Mediatheque, Yatsushiro Municipal Museum, Paviliun
Serpentine Gallery, Matsumoto Performing Art Center, dll.

2. Sejarah Perkembangan Arsitektur China dan Tokoh Arsiteknya


PE R K E M B AN GAN AR S I T E K TU R
A. Konsep dan Filosofi Arsitektur Cina
Filosofi arsitektur Cina sangat dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran Konfusianisme,

Taoisme dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambang-lambang dari bentuk ideal dan keharmonisan
dalam
tatanan masyarakat. Bentuk ideal dan keharmonisan dalam masyarakat dapat dilihat dari filosofi TienYuan Ti-Fang yang berarti langit bundar dan bumi persegi. Persegi melambangkan keteraturan,
intelektualitas manusia sebagai manifestasi penerapan keteraturan atas alam. Bundar melambangkan
ketidakteraturan sifat alam. Filosofi Tien-Yen-Chih-Chi, artinya di antara langit dan manusia,
menggambarkan peralihan dua alam yang disimbolkan dalam bentuk bundar-segi empat-bundar.
Konsep Keseimbangan dalam kehidupan diatur dalam dualitas Yin dan Yang, hong Shui atau Feng Shui.
Yang adalah sebagai energi positif, jantan, terang, kuat, buatan manusia. Sementara, yin digambarkan
sebagai energi negatif, betina, gelap, menyerap elemen.
Hong shui atau Feng Shui merupakan kompas kehidupan yang mengaur keseimbangan elemen alam
seperti angin, air, tanah dan logam. Kompas merupakan adaptasi metodis karya manusia terhadap struktur
alam raya sehingga menjadi pedoman dalam pendayagunaan energi dan sumber alam untuk penyelarasan
nafas dunia. Feng shui membantu manusia memanfaatkan gaya-gaya alam dari bumi dan
menyeimbangkan Yin dan Yang guna memperoleh Qi yang baik, yang menggambarkan kesehatan dan
vitalitas.
Hal-hal yang mempengaruhi Hong Shui menyangkut keseimbangan 5 (Lima) Unsur yaitu waktu
Kelahiran, kondisi tanah pada lokasi ( tapak), arah dan ukuran bangunan, orientasi ruang dalam, pola
penempatan ruang dalam. Dari filosofi arsitektur yang dijelaskan sebelumnya maka prinsip-prinsip dasar
dalam arsitektur Cina adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada bumi bukan surga, mengutamakan ilmu pengetahuan bukan kemuliaan, seperti
tidak ada pembedaan prinsip antara bangunan sakral/religius dengan bangunan umum, hanya arah
kegiatan, susunan ruang yang memiliki penekanan berbeda, secara umum bersifat sequensial Horisontal,
sakral Hirarkis Konsentris, mengutamakan posisi, gerak dan orientasi manusia dalam ruang

Eksplorasi prinsip tersebut dalam arsitektural yaitu


Potensialitas Dinding
Penonjolan individualitas bangunan
Pengorganisasian susunan CourtYard
Permainan tinggi lantai
Bangunan dibatasi taman
Rumah utama bersumbu Utara-Selatan dan selalu memilih tempat yang lebih tinggi
Interior dengan elemen utama perabot berukir dengan warna megah sebagai lambang gengsi.
Pintu dan jendela menjadi elemen penunjang yang penting dalam tatanan permukaan bangunan.
Adanya privasi berdasarkan rasa hormat dan keintiman tata laku/ Etiket Bangsa Cina yang diterapkan
secara vertikal dengan langit-langit, atap dan secara horisontal dengan Court Yard dan Lantai
2. Hirarki dan Status, pada umumnya dicirikan oleh lokasi lahan terhadap jalan Utama/Strategis, jumlah
Court Yard, warna tiang, bentuk dan kerumitan ornamen atap, serta jumlah trave hall : 9 (kaisar ) 7 (putra
mahkota) 5 (Mandarin) 3 ( rakyat biasa)

3. Koordinasi atau orientasi, sebagai sikap dan pandangan terhadap rumah sebagai sel dasar arsitektur dan
keluarga merupakan mikrokosmos dari tatanan masyarakat umum sehingga pengaturan dan koordinasi sel
dasar memiliki arti sebagai pengaturan dan koordinasi dunia
4. Tata Ruang Rumah
5. Struktur dan Konstruksi, konsep yang diterapkan pada rangka atap dengan sistem saling tumpang,
bukan kuda-kuda dengan penyangga miring, kolom sebagai pendukung beban atap, dinding sebagai
pembatas non struktural dan sistem bracket ( Tou Kung).
6. Stilistika, seluruh permukaan bangunan penuh dengan dekorasi, pola lantai : diagonal ( jen), hexagonal
(Kou), Susunan Bata ( Ting), bangunan menggunakan konstruksi kayu dan dengan kombinasi warna yang
menyolok seperti merah, kuning dan hitam.

Hierarki pemerintahan administrasi perkotaan dan desa di Cina yang diterapkan sejak masa dinasti Chin
terdiri dari empat tingkat yaitu :
County town = kota ( xian )
Township = sub kota ( xiang )
Market Town = kota dagang ( zhen )
Village = desa ( cun )
Dalam perencanaan kota-kota awal di Cina terdapat beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Kota Berdinding
Dinding sebagai unsur penting dalam formulasi bentuk/struktur kota
2. Konsep Keseimbangan
Kesan Stabil dengan Keseimbangan Dinamis
Komposisi Arsitektural
Konsepsi Confusius : Formal, Simetri, Garis Lurus, Beraturan, Kejelasan
Komposisi Lansekap
Komposisi Taoisme : Informal, Asimetri, Misteri, Garis Lengkung, Tak Beraturan, Romantis dan Alam
Liar
3. Prosedur Perancangan dan Perencanaan Kota
Pemilihan Tapak berdasarakan pengamatan Aspek Alami : Topografi, Geologi, Sumber Air, Orientasi
Hubungan Lahan dengan Bentuk/Struktur Kota dimana bentuk ditentukan oleh hubungan Simbolik,
Estetik dan Fungsional antara Kota dan Lingkungan
Berdasarkan Prinsip-prinsip Keseimbangan Yin dan Yang
B. Tipologi Arsitektur Cina

Dari perjalan sejarah yang panjang terhadap perkembangan arsitektur di Cina terdapat beberapa
tipologi arsitektur Cina seperti Istana, Kuil atau Kelenteng,
Gerbang (Pai Lou), Pagoda ( 5 7 tingkat), Tembok Raksasa sekitar 3000 kilometer, Kuburan yang
memiliki fungsi dan karakteristik sendiri. Pada dasarnya arsitektur Budha Cina terbagi atas arsitektur
pagoda, kuil budha, dan pahat dinding batu.

Dari bangunan arsitektur religius yang beragam dan dipengaruhi oleh Budha, Cina juga kaya dengan
arsitektur vernakular. Di wilayah bagian selatan, yang merupakan induk rumpun Austronesia menjadi
konsep awal dari aristektur Austronesia. Beberapa tipologi rumah vernakular Cina yang ada di Cina dibagi
atas beberapa tipe seperti :
Rumah bata dengan ruang terbuka persegi di sebelah utara China (siheyuan) (I)
Arsitektur subterranean di wilayah loess seperti Shanxi, Shaanxi dan provinsi Henan (II)
Arsitektur dengan konstruksi kayu dan bata di sebelah barat dan barat daya China(III)
Konstruksi kayu di sebelah timur china (IV)
Arsitektur tanah liat dan kayu di Hakka (Fujian), Guangdong dan Jiangxi (V)
Batu bata, kayu dan bangunan batu sepanjang selatan China (VI)

Tipikal rumah di China Bagian Utara ( Northern China)


Tipe rumah yang memiliki halamn tengah atau dijenal dengan sebutan siheyuan (Courtyard house)
Adanya hutong (gang sempit sebagai frontage dari rumah )
Gerbang yang berornamen menuju ke court yard yang disebut dengan chuihuamen ( hanging flowergate)
Pada tipe dasar hanya terdapat satu ourt yard, sedangkan jumlah court yard bergantung pada besar
rumah.

Tipikal rumah dan desa di Loess Region


Cave dwelling (troglodytic houses)
Subterranean house (semi troglodytic house)
Adanya kang (tempat tidur yang terbuat dari tanah liat)
Desa gua
Desa gua di Gansu yang menunjukkan masing-masing rumah memiliki courtyard
Rumah Gua (cave dwelling) memiliki konsep arsitektur sebagai berikut:
Pintu masuk (Entriway) berbentuk vault
Adanya courtyard
Satu rumah biasanya terdiri atas dua atau tiga ruang

Tipe rumah Subterranean house (semitroglodytic houses)


Frontage rumah berada pada sisi sebuah tebing
Adanya close courtyard
Entryway memiliki vault
Keuntungannya, lebih banyak bukaan untuk sirkulasi udara dan angina dan lebih sedikit resikonya
terhadap gempa

Cina Bagian Timur (Eastern Cina)


Terbagi atas dua geografi :
Dataran landai (Jiangsu dan sebelah utara Zhejiang) dan
Berbukit (sebelah selatan Anhui dan Zhejiang)
Sepanjang sungai Yangtze, sebagai area paling subur di china
Courtyard brick gate
Suzhou house (row houses)
Cina Bagian Barat dan Barat Daya
(Western and South-Western Cina)
Brick house
Bentuk atap berundak atau bertingkat-tingkat
Small courtyard

Hakka Region
Besar, berbentuk persegi dan lingkaran
Terbuat dari bata (brick)
Adanya enclose structure (weizi)
Dataran pantai sebelah selatan (The Southern Coast)
Courtyard house
Material bangunan granite block dan bata merah dan kayu
Dekorasi biasanya pada bagian atap yang terbuat dari kayu Material Bangunan dan Teknologi Pit
dwelling Rumah bawah tanah (yaodong):
Tanah kuning =tanah liat =huangtu ( clay brick)
Endapan lumpur sungai yang dikeringkan (mud brick)
Tanah lempung ( pounded earth) Setelah tahun 1949 :
Adobe brick = tanah liat dan jerami yang dipadatkan kemudian dibakar
Granite block dan Bata merah
Konstruksi atap : kayu dan genteng
Bentuk dan Ruang
Modul atau standar dimensi ruang adalah jian
Jian adalah ruang yang berada pada interval kolom yang memiliki ukuran tertentu (lebar dan panjang)
termasuk ukuran tingginya (volume ruang)
Banyaknya jian mulai dari satu, tiga dan lima. Jumlah jian yang genap dihindarkan karena mewakili
bentuk asimetri dan bentuk yang tidak tentu.

Arsitektur Kontemporer

gambar. contoh bangunan kontemporer


Arsitektur ini berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh sekumpulan
arsitek Bauhaus School of Design, Jerman yang merupakan respon terhadap
kemajuan teknologi dan berubahnya keadan sosial masyarakat akibat perang dunia.
Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern
(Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden).

Istilah kontemporer sama artinya dengan modern yang kekinian, tapi dalam desain
kerap dibedakan. Kontemporer menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif,
fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material,
pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang
lebih baru. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional
dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan
tampilan yang bersih. Dalam desainnya banyak diterapkan penggunaan bahanbahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer dan kayu.

Untuk desain interiornya, misalnya lantai, ditampilkan dengan kesan ringan melaui
penggunaan keramik putih, lantai batu atau kayu atau penggunaan karpet berwarna

lembut dan simple. Pengolahan dinding dengan warna-warna netral (krem, putih
bersih dan abu-abu) atau diolah unfinished dengan media semen plester atau bata
ekspos. Untuk penutup jendela banyak ditemui penutup dari jenis blinds atau tirai
yang simple. Furniture pun tampil dengan bentuk fungsional dan praktis dengan
banyak mengeksplorasi dari kayu, kaca, kulit, krom, stainless steel dan besi

1 Referensi Arsitektur Kontemporer Jepang dan China Dengan Ciri


Tradisional
1 Yoyogi National Gymnasium (Jepang)

Gbr. Sumber Google Images


Yoyogi National Gymnasium dibangun dengan maksud sebagai salah satu
fasilitas arena olahraga yakni renang dan diving di Jepang guna menyambut
Olimpiade tahun 1964 yang lalu. Desain dari Yoyogi National Gymnasium
merupakan hasil kreasi dari sang arsitek Jepang yaitu Kenzo Tange, bangunan
tersebut merupakan perpaduan dari arsitektur modern barat yang estetik
dengan arsitektur tradisional Jepang. Sentuhan arsitektur tradisional Jepang
pada bangunan ini berupa detail bagian atap yang menyerupai Kuil Shinto.

Kenzo

Tange

banyak

belajar

teknik-teknik

arsitektur dari arsitektur Barat. Tetapi dalam


desainnya ia tetap kembali pada kepribadian
orang Jepang, yaitu sederhana dan menyatu
pada

alam.

memadukan
dengan

Kenzo
gaya

modern

Tange

berusaha

arsitektur

tradisional

tanpa

memisahkan

nilai

Tribun beton
sebagai penyeimbang

Titik tumpu Titik tumpu

Meskipun

konstruksi

bangunan

ini

terbuat

dari

beton,

tetapi

Tange

mengadopsi kolam renang ini seperti gaya tradisional Jepang yaitu kayu
dengan teknik penyusunan unsur kayu tersebut. Tange memilih arsitekturnya
dengan bebas, gaya dan bentuknya disesuaikan menurut selera dan status
sosial ekonomi Jepang. Konsep keindahannya terlihat dari kesederhanaan,
keselarasan,

dan

keseimbangan

yang

menjadi

inspirasi

pada

bidang

bangunan. Percampuran bentuk bangunan menghasilkan gaya tersendiri


yang memperlihatkan pola pikir akademis Tange. Perpaduan yang dibuat
Tange adalah prinsip umum keindahan, yang mempertemukan elemen yang
terjalin dlam ukuran yang tepat.

2 Zhejiang Art Museum (China)

Museum yang terletak di Zhejiang, China ini di rancang oleh Cheng Taining,
salah satu arsitek China yang menjelaskan tentang gagasan konsep pada
karyanya tentang mengeksplorasi nilai-nilai yang diwarisi dari kebudayaan
tradisional China. Dalam membangun museum ini secara bertahap dengan
sistem filosofi dan estetika yang memperlihatkan nilai ketimuran sekaligus
universal

dalam

rangka

mempromosikan

pengembangan

arsitektur

kontemporer China.
Cheng telah membuat profil atap miring museum
menggemakan berbagai pegunungan dan dimanfaatkan
kaca untuk memberikan kesan
tembus

seperti

lukisan

tinta-

wash Cina. Dengan luas lebih dari 35.000 meter persegi,


bangunan museum seni ini adalah yang terbesar di
Cina. 14 lorong-lorong pameran akan membawa pengunjung sekitar tiga jam
untuk berjalan-jalan di sekitar museum.

Gbr. Sumber Google Images


Dalam hal ini, Cheng menerapkan unsur-unsur hubungan arsitektural dan
kultural antara perkembangan dunia arsitektur dengan nilai-nilai kebudayaan
dalam sejarah perkembangan arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA
-

http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/02/sejarah-perkembangan-dan-konsep.html

http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/02/sejarah-perkembangan-dan-konsep.html

http://wikipedia.org

https://www.scribd.com/doc/129546707/Yoyogi-National-Gymnasium-EDITED

http://www.chinadaily.com.cn/m/hangzhou/e/2009-09/01/content_8640903.htm

Anda mungkin juga menyukai