Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ARSITEKTUR TIMUR

Rumah Tradisional Jepang


Di Desa Shirakawa, Prefektur Gifu, Jepang
MINKA GASSHO-ZUKURI

Gassh-Zukuri ( )
Gassh-zukuri ( ) adalah rumah
tradisional di desa Shirakawa yang terletak di
Prefektur Gifu, Jepang
Pada tanggal 1 April 2004, populasi desa ini
diperkirakan mencapai 1.933 orang dengan
kepadatan 5,4 orang per km2
Dan telah ditetapkan menjadi Situs Warisan
Dunia UNESCO.

Fungsi Gassh-Zukuri ( )
Dalam struktur pembangunannya, desain rumah ini
sangat kuat dan memiliki bahan atap yang unik yang
menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini akan
diliputi salju yang tebal pada musim dingin, sehingga
akan memberikan efek hangat kepada penghuninya.
Rumah desa Shirakawa-go sangat besar, dengan 3
sampai 4 tingkat dibawah atap yang sangat rendah,
sehingga menjadi tempat yang cukup untuk satu
keluarga besar

Model rumah Gasshzukuri atau Konstruksi


Tangan Berdoa dicirikan
dengan bentuk atap rumah
yang miring dan
melambangkan tangan yang
sedang berdoa. Rumah
Gassh-zukuri ini dibuat
dari material kayu, bambu,
batu, tanah liat, dan rumput
jenis tertentu untuk atap

Secara Arsitektural
Atap
Atap Gassh-zukuri ini menggunakan
jenis atap Irimoya, merupakan jenis atap
berbentuk tiga segi, dengan atap
tambahan yang berbentuk agak miring di
sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah
menjadi luas. Pada rumah yang atapnya
terbuat dari genteng keramik, genteng
juga dipasang sampai ke ujung
bubungan, dan untuk menghias puncak
bubungan dipasang genteng yang
ujungnya berbentuk kepala raksasa, yang
disebut onigawara. Pada rumah yang
beratap rumput juga dipasang hiasan
pada kedua sudutnya yang disebut
dengan munekazari.

Dinding
Untuk dinding dari Gasshzukuri ini terbuat dari kayu yang
bisa bertahan 200 sampai 300
tahun dan sangat berharga
sebagai produk bangunan karena
dapat digunakan kembali dalam
rumah-rumah lainnya dan juga
bambu yang digunakan untuk
melapisi tempat-tempat kosong di
antara dinding kayu dan setelah
itu dilapisi dengan tanah liat
untuk dijadikan dinding yang rata

INTERIOR
Genkan
Salah satu ciri rumah Jepang adalah
genkan, atau pintu masuk. Ini
merupakan area kecil, dengan level yang
sama seperti di luar, di mana orang yang
datang melepaskan sepatunya. Ketika
mereka melepas sepatu, orang
melangkah ke lantai yang lebih tinggi
40-50 cm. Berdekatan dengan lantai
bawah ada rak atau lemari disebut
getabako (kotak geta ) di mana orang
akan menempatkan sepatu mereka.
Sandal untuk penggunaan dalam
ruangan biasanya ditempatkan di sana.

Washitsu
Washitsu adalah ruang beralaskan tatami
dalam bangunan tradisional Jepang. Ada
beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai
alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai
dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari
sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan
(rumah) terdapat satu washitsu utama. Setiap
ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan,
belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan
karena semua perabotan bersifat portabel, yang
disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah
yang digunakan untuk penyimpanan).
Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat
rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah
menjadi ruang belajar bila diletakkan meja.
Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan
futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila
washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan.

Ada dua macam benda yang dapat digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada
washitsu, yaitu fusuma dan shoji. Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang
dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong atau
digeser. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.
Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi
dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi
permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil. Bila
kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas
dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang
berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma. Perbedaan antara fusuma
dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus
cahaya. Sandal rumah harus dilepas sebelum memasuki washitsu.

SHOJI
FUSUMA

Lantai washitsu berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal
dari Jepang yang dibuat secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami yang
sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari bahan sintetis,
umumnya dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang
polos. Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang
kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai,
melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.

Washiki (Toilet)
Toilet di perumahan Jepang biasanya terletak jauh dari kamar mandi dan terpisah
dari rumah induk. Namun, dalam kamar apartemen sering menggunakan toilet dan
kamar mandi berada dalam satu unit. Toilet biasanya di ruang kecil, saat memasuki
ruangan ini, salah satu tradisional menggantikan sandal rumah mereka dengan sandal
khusus, kemudian menukar kembali ketika keluar dari kamar mandi. Secara tradisional,
toilet Jepang telah memiliki citra "haram" dan dengan demikian dipisahkan, tapi
kemudian hari toilet lebih modern cenderung untuk menangkal tradisional citra
"haram" tadi .
Toilet tradisional Jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset
Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet
di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang
toilet pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis:
kloset yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang
ditinggikan sekitar 30 cm.
Roka
Di pinggir rumah terdapat Roka, biasanya berlantai kayu, yang mirip dengan loronglorong.

Daidokoro (Dapur)
Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang kedua dengan
cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.
Pada periode Jomon, dari 10.000 SM sampai 300 SM, orang berkumpul ke desa-desa, di mana mereka
tinggal di tempat tinggal lubang dangkal. Ini gubuk sederhana adalah antara 10 sampai 30 meter persegi dan
memiliki perapian di tengah. Kompor awal tidak lebih dari sebuah lubang dangkal (jikaro ), yang
dikelilingi oleh batu untuk menangkap percikan api. kemudian mereka menggantikan dengan Vas tanah liat atau
tungku. Jenis kompor disebut umigamero ( ,. Lit "terkubur vas kompor"). Seperti kompor menjadi
lebih aman, itu dipindahkan dari pusat rumah ke samping dan, oleh periode Kofun akhir (abad ke-6), hampir
semua rumah memiliki kompor di salah satu ujung rumah. Beberapa keluarga kaya pada periode Kofun
membangun sebuah rumah terpisah di mana memasak dilakukan.

Dapur tradisional dengan


sistem gantung

Dapur tradisional dengan


sistem tungku

Anda mungkin juga menyukai