Anda di halaman 1dari 8

TIPE BENTUK KOOPERATIF DALAM KOMUNIKASI

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran menggunakan Student Teams
Achievement Division (STAD), juga mengacu kepada belajar kelompok, menyajikan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal
atau teks.

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) juga dapat
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosia. Slavin
(2008, p. 188) mengungkapkan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan
keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik,
sebagai proses menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Pembelajaran tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) sama-sama memerlukan keaktifan siswa
individu maupun kelompok dalam proses pembelajarannya. Sehingga melalui kombinasi dari
kedua model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menghasilkan aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam memahami suatu materi
pembelajaran, serta mampu mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kritis dalam
mengkonstruksi pemahaman.

Kegiatan inti pembelajaran sesuai karakteristik kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD), yang meliputi: mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kolompok
belajar, mengamati masalah secara berkelompok, memancing siswa untuk bertanya, setiap
kelompok mengumpulkan fakta atau informasi berkaitan dengan masalah yang diberikan,
menganalisis permasalahan dan menyelesaikan masalah, mempresentasikan atau
mengomunikasikan hasil secara berkelompok, melakukan evaluasi, dan memberikan penghargaan
kepada kelompok yang kinerjanya baik.

2. Think-Pair-Share (TPS)

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah secara matematis yang diperoleh model


pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) baik digunakan sebagai strategi pencapaian
pembelajaran di kelas, terutama untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
dan kemampuan pemecahan masalah yang menerapkan model kooperatif. Hal ini
dimaksudkan, siswa akan lebih mudah membangun komunikasi yakni menyampaikan
ide-ide/gagasan dengan teman-temannya. Dengan demikian dapat terciptanya suasana
belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif yang menyenangkan.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu contoh model
pembelajaran kooperatif. Model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini mengedepankan siswa untuk berperan
lebih aktif bersama dengan teman sekelompoknya dengan cara berdiskusi untuk
memecahkan suatu permasalahan. Pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lyman dkk
tahun 1985 dari University of Maryland menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS)
adalah suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi siswa, dengan
perkiraan bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan tata cara yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) lebih
banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu.

Keunggulan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) meningkatkan kemampuan
siswa karena siswa mengingat dan menyampaikan kepada siswa lain yang masih dalam
kelompoknya. Antar siswa saling menyampaikan permasalahan bersama dengan teman
kelompoknya. Dalam tipe model pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerjasama
saling membantu dan berdiskusi dalam kelompok guna memecahkan masalah yang
diberikan dan semua siswa harus mampu menemukan jawabannya. Pada kegiatan
pembelajaran, kemampuan berpikir siswa tidak satu-satunya hal yang diperlukan untuk
mencapai pembelajaran. Hal lain yang diperlukan adalah kemampuan bekerjasama
dengan sesama teman di kelas.

3. Think-Talk-Write (TTW)

Interaksi yang muncul dalam kegiatan pembelajaran juga memberikan makna dan
pengertian yang mencerminkan kemampuan komunikasi matematis. Salah satu strategi
pembelajaran yang mungkin dapat efektif meningkatkan kemampuan komunikasi dan
disposisi matematis siswa adalah pembelajaran kooperatif strategi Think-Talk-Write
(TTW) yang merupakan bentuk belajar secara langsung menghadapkan siswa dengan
sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang
bertalian dengan itu.
Strategi Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran kooperatif yang
pada dasarnya merupakan strategi belajar melalui tahapan berfikir (think), berbicara (talk)
dan menulis (write). Strategi ini pertama kali diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin
(1996: 82) menyatakan bahwa Strategi Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik
diharapkan untuk menulis. Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks
atau berisi cerita kemudian membuat catatan tentang apa yang telah dibaca. Dalam
membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan
dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri. Dengan
dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya
sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, diakhiri dengan
mempresentasikan hasilnya dan bersama guru menarik sebuah kesimpulan maka akan
tercipta suasana belajar yang hidup dan menyenangkan.

Model pembelajaran tipe Think-Talk-Write (TTW) pada dasarnya adalah strategi


pembelajaran yang dibangun dengan proses berpikir, berbicara dan menulis. Alur strategi
Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau memproses
informasi dalam dirinya sendiri setelah melalui proses membaca. Strategi pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan
dilakukan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.

1. Think (Berpikir atau Dialog Reflektif) Menurut Huinker dan Laughlin (1996: 81)
“Thinking and talking are important steps in the process of bringing meaning into
student’s writing”. Maksudnya adalah berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan
langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa. Tahap think
akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Dengan
meningkatkan kemampuan kognitif siswa akan dapat meningkatkan pemahaman siswa
serta kemampuan berpikir kritis.

2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi) Pada tahap talk siswa bergabung dalam kelompoknya
untuk merefleksikan, menyusun, dan mengungkapkan ide-ide dalam kegiatan diskusi.

3. Write (Menulis) Masingila, Davidenko, dan Prus-Wisniowska (1996: 95)


menyebutkan bahwa, “writing can help students make their tacit knowledge and thoughts
more explicit so that they can look at, and reflect on, their knowledge and thoughts”.
Artinya, menulis dapat membantu siswa mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang
dimiliki serta merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.

4. Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan
antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut
sebagai tipe pembelajaran kooperatif.

Dalam model kooperatif tipe jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat serta dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan informasinya kepada kelompok lain Jigsaw adalah suatu struktur
multifungsi struktur kerjasama belajar.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga
dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan agardapat
mengerjakan tugas dengan baik. Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw,
meliputi 10 tahap yaitu:

1. membagi siswa kedalam kelompok Jigsaw dengan jumlah 5-6 orang

2. menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai pemimpin,


umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu;

3. membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen

4. menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk menguasai segmen
mereka sendiri.

Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan tetapi
terutama digunakan untuk persentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini
menciptakan saling ketergantungan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu
metode pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multi fungsi kelompok
belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk
mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap kelompok. Menurut Isjoni (2009:77)
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi. Ada lima karakteristik pendekatan kooperatif tipe Jigsaw yaitu:
listening (mendengarkan), speaking student (berkata), kerjasama, refleksi pemikiran dan
berfikir kreatif.

5. Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini


dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas
pada model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ini adalah setiap siswa
secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajr individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Miftahul (2011) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran Team Assisted


Individualization (TAI), siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang
beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditugaskan untuk
menyelesaikan materi pembelajaran. Dalam model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI), setiap kelompok diberikan serangkaian tugas tertentu untuk
dikerjakan bersama-sama. Poin-poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada
setiap anggota. Semua anggota harus saling mengecek jawaban teman-teman satu
kelompok dan slaing memberi bantuan jika memang dibutuhkan. Setiap kelompok harus
memastikan bahwa semua anggotanya paham dengan materi yang telah didiskusikan.

Karakteristik model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai


berikut :

a. Team pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
b. Placement test pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa
agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.

c. Student Creative melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan


dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

d. Team Study tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

e. Team Score and Team Recognition pemberian score terhadap hasil kerja kelompok
dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan
tugas.

f. Teaching Group pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian
tugas kelompok.

g. Fact Test pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-Class Units pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah.
DAPUS

Husna, M. (2013). PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN


KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-
SHARE (TPS). Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 2, April 2013, 1, 81-91.

Husna, ,. M. (2013). PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN


KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-
SHARE (TPS). Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 2, April 2013, 1, 81-91.
Salam, R. (2017). EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS. Jurnal Penelitian
Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 2, Desember 2017, 20, 108-116.

Wahyu Lestari, L. D. (2018). Implementasi Pendekatan Saintifik Setting Kooperatif Tipe


STAD Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Matematika. Aksioma Vol. 9,
No. 1, Juli 2018, 9, 29-39.

Ari Septian, D. A. (2020). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika. MATHEMA
JOURNAL Volume 2 (2), Juli 2020, 20, 10-22.

Agus Darmuki, A. H. (2019). PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA


MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MAHASISWA
PBSI TINGKAT I-B IKIP PGRI BOJONEGORO TAHUN AKADEMIK 2018/2019.
Jurnal Kredo Vol. 2 No. 2 April 2019, 2, 256-267.

Anda mungkin juga menyukai