Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe


Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN


BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS
(Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

Gustina Fitri *)

ABSTRAK
Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe merupakan persimpangan yang
banyak dilewati kendaraan bermotor, sehingga memiliki dampak polusi udara
akibat emisi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan melihat besarnya emisi gas
buang kendaraan bermotor pada lokasi tersebut dan membandingkannya dengan
baku mutu udara ambien nasional berdasarkan peraturan Pemerintah. Survei
terhadap volume lalu lintas yang melewati persimpangan dilakukan selama 2 hari
(Sabtu, 31 Mei 2008 dan Senin, 2 Juni 2008). Untuk Perhitungan jumlah emisi
kendaraan bermotor digunakan volume jam puncak pagi, siang dan sore, nilai
konsumsi energi spesifik dari data statistik Pemerintah DKI Jakarta (1993) dan
nilai faktor emisi dari IPCC (1996). Hasil penelitian diperoleh volume lalu lintas
jam puncak tertinggi terdapat pada hari Senin (02 Juni 2008) pada lengan
persimpangan Jalan Merdeka Barat dan terendah terdapat pada hari Sabtu (31 Mei
2008) pada lengan persimpangan Jalan Panglateh. Hasil perbandingan emisi NOx
dan CO dengan baku mutu udara ambien nasional berdasarkan peraturan
Pemerintah adalah pada hari Sabtu dan Senin nilai NOx pada semua lengan
persimpangan pada simpang empat bersinyal kota Lhokseumawe belum melewati
baku mutu udara tersebut. Sedangkan pada nilai CO hanya pada lengan
persimpangan Jalan Panglateh saja yang belum melewati baku mutu udara tersebut,
sementara pada lengan persimpangan lain sudah melewati baku mutu udara ambien
nasional berdasarkan peraturan Pemerintah.

Kata Kunci : Emisi gas buang, simpang bersinyal, baku mutu udara.

PENDAHULUAN kemacetan jalan, kecepatan aliran lalu


Seiring dengan meningkatnya lintas yang sering berhenti dan
kegiatan ekonomi sebagai wujud seterusnya akan secara langsung
keberhasilan pembangunan, maka mengakibatkan polusi dari kendaraan
pengangkutan orang dan barang akan terus tersebut.
meningkat, terutama kenderaan bermotor. Polusi udara yang dihasilkan
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor pada persimpangan bersinyal lebih
ini mempunyai dampak turunan selain banyak dibandingkan dengan polusi
kemacetan lalu lintas, yaitu terjadinya udara yang dihasilkan pada
pencemaran udara yang diakibatkan oleh persimpangan tak bersinyal. Hal ini
emisi gas buang kendaraan bermotor. dikarenakan pada persimpangan
Perencanaan pola transportasi yang tidak bersinyal terjadi pertemuan arus
memadai dalam hal prasarana maupun kendaraan dari beberapa ruas jalan
sistem lalu lintas yang disertai dengan serta terjadi juga tundaan dan

46
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

perhentian arus kendaraan dalam waktu maka komponen biotik yang ada di
siklus tertentu, pada waktu inilah polusi dalamnya juga akan terganggu.
yang dihasilkan oleh emisi gas buang dari Menurut Soedomo (2001), jenis
kendaraan bermotor tersebut lebih banyak pencemar udara yang akan terkena
daripada kendaraan bermotor yang sedang dampak akibat suatu rencana kegiatan
berjalan. akan meliputi semua parameter
Efek yang ditimbulkan oleh emisi kualitas udara.
gas buang kendaraan bermotor ini sangat Parameter-parameter tersebut
berbahaya bagi manusia seperti dapat adalah :
mengganggu sistem pernapasan,  Karbon Monoksida (CO)
merusakkan sistem syaraf dan masalah  Total Hidro Karbon (THC)
pencernaan, menyebabkan kanker, dan  Oksida-oksida Nitrogen (NOx)
berbagai penyakit lain yang diakibatkan  Oksida-oksida Sulfur (SOx)
oleh emisi gas buang (Soedomo, 2001),  Partikulat Tersuspensi Total (TSP)
terutama pada persimpangan bersinyal  Oksidan Fotokimia, terutama
yang padat volume lalu lintasnya, karena Ozon
pada kondisi tersebut diperkirakan
pencemaran udara akibat emisi gas buang Kendaraan bermotor merupakan
kendaraan bermotor mencapai tingkat sumber polusi udara yaitu dengan
maksimum. dihasilkannya gas CO (karbon
Tujuan penelitian ini adalah untuk monoksida), NOx (oksida-oksida
mengetahui besarnya emisi gas buang nitrogen), PM10 (particulate matter)
kendaraan bermotor pada simpang empat yang merupakan padatan/ debu, Pb
bersinyal kota Lhokseumawe berdasarkan (timbal) dan SO2 (sulfur dioksida)
faktor emisi IPCC 1996 dan yang merupakan bahan logam timah
membandingkan besarnya emisi gas buang yang ditambahkan ke dalam bensin
pada simpang empat bersinyal kota berkualitas rendah guna mencegah
Lhokseumawe dengan baku mutu udara terjadinya letupan pada mesin
ambien nasional berdasarkan Peraturan (Soedomo, 2001).
Pemerintah. Persimpangan merupakan
tempat bertemunya ruas-ruas jalan.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Adapun fungsi operasional utama
Menurut Harsanto (1993), persimpangan adalah menyediakan
penyebab polusi udara dapat ditinjau tempat bagi perpindahan atau
berdasarkan penyebabnya dan dari segi perubahan arah perjalanan. MKJI 1997
meteorologi sumber pencemar udara. membagi persimpangan menjadi 2
Ditinjau dari segi penyebabnya, (dua) jenis, yaitu persimpangan
pencemaran udara diakibatkan oleh sumber bersinyal (signalized intersection) yang
alamiah dan sumber buatan manusia. berarti persimpangan yang dilengkapi
Dampak dari pencemaran udara dapat dengan lampu lalu lintas atau alat
dirasakan oleh setiap individu yang pemberi isyarat lalu lintas (APILL) dan
menghirup udara yang mengandung gas persimpangan tidak bersinyal
beracun, dampak yang lain adalah terhadap (unsignalized intersection) yang berarti
ekosistem, misalnya terjadinya kerusakan persimpangan tanpa dilengkapi APILL
hutan akibat hujan asam, jika hutan rusak

47
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

dan biasanya diatur dengan rambu- rambu Konsumsi energi spesifik untuk
lalu lintas. tiap jenis kendaraan bermotor ini
Arus lalu lintas pada persimpangan merupakan data yang dihitung
didefinisikan sebagai tingkat kepadatan berdasarkan data statistik Pemerintah
lalu lintas pada suatu persimpangan DKI Jakarta dan penelitian Agus
berdasarkan volume lalu lintas pada Nurrohim tentang pencemaran udara
periode waktu tertentu terklasifikasi yang sektor angkutan jalan raya di Jakarta
mencakup jenis kendaraan dan arah (1993).
gerakan kendaraan (Direktorat Jendral IPCC (Intergovernmental
Perhubungan Darat, 1999). Panel on Climate Change) adalah
Berdasarkan Direktorat Jendral suatu badan ilmiah internasional yang
Perhubungan Darat (1999), kecepatan berada di bawah naungan PBB
sesaat merupakan keadaan (Perserikatan Bangsa- Bangsa),
perbandingan antara kecepatan seluruh organisasi meterologi dunia (World
sampel kendaraan dengan jumlah seluruh Meteorological Organization—
sampel yang diamati. Untuk menghitung WMO), dan program lingkungan PBB
kecepatan sesaat digunakan persamaan (United Nations Environment Program
sebagai berikut: - UNEP). Faktor emisi IPCC (1996)
adalah faktor emisi dari sejumlah tipe

V=
V (1)
bahan bakar.
Baku mutu udara ambien
n
nasional ini dibuat berdasarkan
peraturan pemerintah Republik
dimana :
Indonesia no. 41 tahun 1999 yang
V =Kecepatan rata-rata kendaraan
ditetapkan pada tanggal 26 mei 1999
V =Kecepatan kendaraan untuk masing- oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.
masing sampel
n =Jumlah sampel kendaraan

Tabel 1. Data Komsumsi Energi Spesifik Untuk Tiap Jenis Kendaraan


Bermotor

48
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

Tabel 2. Faktor Emisi Dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar

METODE PENELITIAN tersebut. Lalu kemudian dihitung secara


Lokasi penelitian ini dilakukan manual jumlah kendaraan tersebut
berada pada simpang empat bersinyal dengan cara mengisi formulir yang telah
kota Lhokseumawe yang mempunyai di buat secara turus. Pencatatan
empat lengan persimpangan. Pada lengan dilakukan dengan interval waktu 15
bagian utara merupakan jalan menit, dalam jangka waktu 12 jam
Darussalam, pada lengan bagian selatan (pukul 06.00 – 18.00) selama 2 hari yaitu
merupakan jalan Panglateh, pada lengan pada hari Sabtu (31 Mei 2008) dan hari
bagian barat merupakan jalan Merdeka Senin (02 Juni 2008). Pengambilan data
Barat dan pada lengan bagian timur ini dilakukan oleh 10 orang surveyor.
merupakan jalan Merdeka Timur. Pengambilan data untuk
Pengambilan data primer ini kecepatan diambil pada jarak tempuh
dibagi dalam 2 tahap yaitu pengambilan dengan radius 100 m (0,1 km) pada dua
data arus lalu lintas persimpangan dan lengan persimpangan yaitu pada jalan
pengambilan data kecepatan sesaat. merdeka barat dan jalan merdeka timur.
Pengambilan data arus lalu lintas Sedangkan untuk pengambilan data
dilakukan secara visual dengan waktu tempuh dilakukan pada saat jam
pengamatan langsung tiap-tiap jenis bebas (random) tetapi masih dalam
kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar jangka waktu 12 jam (pukul 06.00 –
yang melewati simpang empat bersinyal 18.00). Alat bantu yang digunakan dalam

49
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

survey ini adalah stopwatch dan meteran, Panglateh dengan bangunan adalah 7,5
dimana waktu tempuh ini diukur m, Jarak dari marka jalan pada Jalan
sepanjang jarak tempuh 100 m dengan Merdeka Barat dengan bangunan adalah
mencatat 10 sampel kendaraan ringan 13,8 m dan Jarak dari marka jalan pada
jenis bahan bakar bensin, 10 sampel Jalan Merdeka Timur dengan pertokoan
kendaraan ringan jenis bahan bakar adalah 8,1 m.
solar, 20 sampel kendaran berat yaitu 10 Konsumsi Energi Spesifik untuk
kendaraan niaga kecil dan 10 kendaraan Tiap Jenis Kendaraan Bermotor
niaga besar, 20 kendaraan bermotor jenis diperoleh sebagai berikut :
sepeda motor dan 20 kendaraan bermotor
o Mobil Penumpang Bensin
jenis becak. Kecepatan akan didapat Kecepatan rata- rata dari mobil
dengan membagi jarak tempuh terhadap penumpang bensin adalah 29,30 km/
waktu tempuh. jam
Sedangkan data sekunder = 29,30 km/jam x 11,79 liter/100 km
merupakan data yang sudah jadi yang = 3,4545 liter/jam
diperoleh dari instansi terkait. Data ini
meliputi peta jaringan jalan, faktor emisi o Mobil Penumpang Solar
dari IPCC tentang data komsumsi energi Kecepatan rata-rata dari mobil
spesifik untuk tiap-tiap jenis kendaraan penumpang solar adalah 26,31 km/
bermotor dan faktor emisi dari sejumlah jam
tipe bahan bakar, dan baku mutu udara = 26,31 km/jam x 11,36 liter/100 km
ambien nasional berdasarkan Peraturan = 2,9888 liter/ jam
Pemerintah. o Sepeda Motor
Kecepatan rata-rata dari sepeda
HASIL DAN PEMBAHASAN motor adalah 35,59 km/ jam
Simpang Empat bersinyal Kota = 35,59 km/ jam x 2,66 liter/100 km
Lhokseumawe yang terletak pada = 0,9470 liter/ jam
Kecamatan Banda Sakti Propinsi NAD
(Nanggroe Aceh Darussalam). o Becak Mesin
Persimpangan ini terbagi atas 4 lengan Kecepatan rata-rata dari becak
persimpangan yaitu Jalan Darussalam mesin adalah 28,15 km/ jam
yang mempunyai lebar jalan 9 m dan = 28,15 km/jam x 2,66 liter/100 km
trotoar 2 x 1,7 m, Jalan Panglateh yang = 0,7488 liter/ jam
mempunyai lebar jalan 5 m dengan bahu o Mikrolet
jalan 2 x 2 m, Jalan Merdeka Barat dan Mikrolet merupakan mobil
Jalan Merdeka Timur yang mempunyai penumpang bensin.
lebar jalan 15,8 m dan lebar trotoar 2 x Kecepatan rata-rata dari mikrolet
1,7 m yang masing-masing jalan adalah 29,30 km/ jam
mempunyai lebar jalan 2 x 7 m dan = 29,30 km/jam x 11,79 liter/100 km
median jalan 1,8 m. Di persimpangan ini = 3,4545 liter/ jam
terdapat bangunan-bangunan seperti
pertokoan, Mesjid, perkantoran dan lain- o Bus Kecil Diesel (Jumbo)
lain. Jarak dari marka jalan pada Jalan Jumbo merupakan kendaraan niaga
Darussalam dengan bangunan adalah kecil berbahan bakar solar.
17,6 m, Jarak dari marka jalan pada Jalan Kecepatan rata-rata dari bus kecil
(jumbo) adalah 26,31 km/ jam

50
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

= 26,31 km/ jam x 11,83 liter/ 100 km Kecepatan rata-rata dari bus sedang
= 3,1125 liter/ jam adalah 18,24 km/ jam
= 18,24 km/jam x 10,64 liter/100 km
o Bus Sedang
= 1,9407 liter/ jam
Bus sedang merupakan kendaraan
niaga kecil berbahan bakar solar. o Truk Besar
Kecepatan rata-rata dari bus sedang Truk besar merupakan kendaraan
adalah 21,84 km/ jam niaga besar berbahan bakar solar
= 21,84 km/ jam x 13,04 liter/100 km Kecepatan rata-rata dari bus sedang
= 2,8479 liter/ jam adalah 18,24 km/ jam
= 18,24 km/jam x 15,82 liter/ 100 km
o Bus Besar
= 2,886 liter/ jam
Bus besar merupakan kendaraan niaga
kecil berbahan bakar solar.
Nilai NOx (Oksida-oksida
Kecepatan rata-rata dari bus sedang
nitrogen) dan nilai CO (Karbon
adalah 18,24 km/ jam
= 18,24 km/jam x 16,89 liter/100 km monoksida) merupakan perkalian antara
nilai konsumsi energi spesifik dari tiap
= 3,0807 liter/jam
jenis kendaraan bermotor dengan faktor
o Truk Kecil emisi dari NOx dan CO. Hasil yang
Truk kecil merupakan kendaraan diperoleh ditampilkan pada Tabel 3.
niaga kecil berbahan bakar solar

Tabel 3. Faktor emisi NOx dan CO yang diperoleh


Nilai NOx Nilai CO
No Jenis kendaraan
(gram/jam) (gram/jam)

1 Mobil penumpang bensin 73,75 1598,15

2 Mobil penumpang solar 35,45 35,45

3 Sepeda motor 6,74 404,29

4 Becak mesin 5,33 319,77

5 Mikrolet 73,75 1598,15

6 Bus kecil 123,04 49,21

7 Bus sedang 112,58 45,03

8 Bus besar 121,78 108,97

9 Truk kecil 58,32 58,32

10 Truk besar 114,08 102,66

51
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

Tabel 4. Nilai emisi dari NOx dan CO dalam satuan gr/m3


Sabtu (31/05/08) Senin (02/06/08)
Lengan
Persimpangan Total CO Total NOx Total CO Total NOx
(mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3)
Jl. Merdeka Barat 78,06 123,97 109,29 155,21

Jl. Merdeka Timur 32,61 78,53 52,87 98,59

Jl. Darussalam 30,20 76,12 35,84 81,76

Jl. Panglateh 8,11 54,03 11,35 57,27

Tabel 5. Perbandingan NOx dan CO dengan baku mutu nasional


Baku Mutu Udara
Sabtu (31/05/08) Senin (02/06/08)
Ambien Nasional
Lengan
Persimpangan Total CO Total NOx Total CO Total NOx Total CO Total NOx
(mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3) (mg/m3)

Jl. Merdeka Barat 78,06 123,97 109,29 155,21 30,00 400,00

Jl. Merdeka Timur 32,61 78,53 52,87 98,59 30,00 400,00

Jl. Darussalam 30,2 76,12 35,84 81,76 30,00 400,00

Jl. Panglateh 8,11 54,03 11,35 57,27 30,00 400,00

Perhitungan nilai NOx dan CO Jalan Merdeka Barat pada hari Senin
dalam satuan mg/m3 software SPSS pada waktu sore hari NOx sebesar
13.0 dengan cara memasukkan nilai 56081,55 gr/jam dan CO sebesar
berdasarkan data hasil penelitian 1656776,93 gr/jam, kemudian Jalan
Mu’min, dkk (2003). Merdeka Timur pada waktu sore hari
NOx sebesar 27499.62 gr/jam dan
KESIMPULAN DAN SARAN CO sebesar 1681359,93 gr/jam, dan
kemudian Jalan Darussalam pada
Kesimpulan
waktu sore NOx sebesar 15460,33
1. Dari hasil survey volume lalu lintas
gr/jam dan CO sebesar 531390,97
selama 2 hari diperoleh volume lalu
gr/jam, sedangkan yang paling
lintas jam puncak pagi, siang, dan
rendah terjadi pada hari Sabtu Jalan
sore dari masing- masing lengan
Panglateh pada waktu siang hari
persimpangan. Volume lalu lintas
NOx sebesar 3707,83 gr/jam dan CO
jam puncak lebih banyak terjadi
sebesar 136650,99 gr/jam.
pada waktu pagi dan sore hari,
3. Dari hasil perhitungan nilai emisi
sementara pada siang hari lebih
NOx dan CO pada simpang empat
sedikit.
bersinyal kota Lhokseumawe maka
2. Dari hasil emisi NOx dan CO maka
dapat dilihat bahwa polutan NOx
dapat dilihat polusi udara yang
pada hari sabtu dan senin belum
paling besar terjadi adalah pada
melampaui baku mutu udara ambien

52
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.16, Desember 2009 ISSN 1693-248X

nasional berdasarkan Peraturan


Pemerintah, tetapi untuk polutan CO
hanya pada Jalan Panglateh saja
yang belum melewati baku mutu
tersebut sementara pada jalan yang
lain sudah melewati baku mutu
udara ambien nasional yaitu pada
hari Sabtu sebesar 8,11 mg/m3 dan
pada hari Senin 11,35 mg/m3.

Saran
1. Waktu survey untuk pendataan
volume lalu lintas seharusnya
dilakukan selama 24 jam sehari
selama 7 hari untuk mendapatkan
lalu lintas Harian Rata- rata (LHR)
yang lebih Akurat.
2. Untuk data sekunder faktor emisi
dan konsumsi energi spesifik dapat
dilakukan penelitian tersendiri
terhadap seluruh faktor- faktor yang
berpengaruh dari faktor tersebut
sehingga sesuai dengan karakteristik
kota Lhokseumawe.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), DPU Dirjen
Bina Marga, Jakarta.
Anonim, 1999, Pedoman Pengumpulan
Data Lalu Lintas Jalan,
Direktorat Jendral Perhubungan
Darat, Jakarta.
Anonim, 1999, Pengendalian
Pencemaran Udara, Peraturan
Pemerintah No.41, Jakarta.
Mu’min, B. dkk (2003) Analisa Emisi
Gas Buang Kendaraan
Bermotor pada Simpang Empat
Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal
Simposium ke-6, Universitas
Hasanuddin Makasar.
Soedomo, M. (2001), Pencemaran
Udara, ITB, Bandung.

53

Anda mungkin juga menyukai