Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dukungan Suami


2.1.1. Definisi Dukungan Suami

Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan

yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu hamil didalam

lingkungan sosialnya (Friedman, 2010). Dukungan suami merupakan suatu bentuk

wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik fisik

maupun psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status

kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi yang baik

pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya (Eko, 2008).

2.1.2. Fungsi Dukungan Suami

Friedman (2008) mengatakan bahwa suami memiliki beberapa fungsi

dukungan yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan rasa

tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada

anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati,

kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Suami sebagai

tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta mambantu

pengeuasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan, dan didengarkan.

11
12

b. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan

pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasional yaitu

memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini

mencangkup; pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta

petunjuk. Maka suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Memberitahu saran dan sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari

dukungan ini ialah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi

yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang terkhusus pada

individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini ialah nasehat, usulan, kritik, saran,

petunjuk dan pemberian informasi.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam

bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi

individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suaminya harus

mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri memerlukan bantuan.

Bantuan mencangkup memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang

diberikan secara langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan.

Bentuk dukungan ini juga dapat berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin

bagi ibu serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stress.
13

d. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat

atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan

dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan perbandingan positif antara

orang tersebut dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan

diri orang tersebut. Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing, dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota suami diantaranya memberikan support,

penghargaan, dan perhatian.

2.1.3. Sumber Dukungan Suami

Sumber- sumber dukungan banyak didapatkan seseorang dari lingkungan dan

sekitarnya, oleh karena itu perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan suami

ini efektif bagi individu yang membutuhkanya. Sumber dukungan suami merupakan

aspek yang penying untuk meningkatkan kesehatan reproduksi maka perlu diketahui

dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman itu, individu akan tahu kepada

siapa dan seberapa besar ia akan mendapatkan dukungan suami dengan situasi dan

keinginan yang spesifik, sehingga dukungan tersebut dapat bermakna (Friedman,

2008). Menurut Sarason (2009) dukungan suami ialah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Dukungan suami mencangkup dua hal yaitu: (1) jumlah sumber dukungan suami

yang tersedia merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat

diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas);

(2) tingkat kepuasan akan dukungan suami yang diterima berkaitan dengan persepsi

seseorang bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).


14

2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Menurut Bobak (2010), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan

suami dapat dijelaskan di bawah ini :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami

sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses

terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan

kesulitan mengambil keputusan secara cepat dan efektif. Akhirnya pandangan

baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk

memberdayakan kaum suami berdasarkan pada pengertian bahwa suami

memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan

keputusan berkenan dengan kesehatan pasanganya.

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% pengahasilannya digunakan untuk

membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap

bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke

pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan unuk membiayai.

Atas dasar faktor tersebut diatas maka diprioritaskan kegiatan Gerakan

Sayang Ibu (GSI) ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya

terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan

tetapi akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa

pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga

sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan

kesehatan karena masalah finansial.


15

c. Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih

tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum

wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk

melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini

mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya

kualitas dan kuantitas makanan suami yang lebih baik, baik dibanding istri

maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai

kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri berkurang,

suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu.

d. Status Perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang bentuk

dukunganya terhadap pasangannya, dibanding dengan pasangan yang status

perkawinan yang sah.

e. Status Sosial Ekonomi

Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu

berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor yang turut berperan penting

dalam menentukan suatu kesehatan ibu. Dalam hal ini partisipasi laki-laki atau suami

terhadap kesehatan reproduksi dalam dekade terakhir ini sudah mulai dipromosikan

sebagai strategi baru yang menjanjikan dalam meningkatkan kesehatan ibu. Keluarga,

terkhususnya suami, seringkali bertindak sebagai ‘gate keeper’ bagi upaya pencarian dan

penggunaan pelayanan kesehatan bagi istri dan keluarganya. Sedangkan pemberian

dukungan oleh suami dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang keduannya

saling berhubungan (Rahayu, 2009).


16

1. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor tahap

perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda pada setiap rentang usia (bayi-lansia).

a. Faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan

Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk pola berfikir

individu termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan

dirinya.

b. Faktor emosi

Faktor emosi mempengaruhi keyakin terhadap adanya dukungan dan

cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik akan

memberikan antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai tanda

sakit namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan

terjadi penyangkalan terhadap gejala penyakit yang ada.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri

dan terdiri dari tiga hal.

a. Praktik

Praktik di keluarga yaitu cara keluarga memberikan dukungan yang

mempengaruhi penderita dalam melaksankan kesehatanya secara

optimal. Tindakan dapat berupa pencegahan yang dicontohkan

keluarga kepada anggota keluarganya.


17

b. Faktor sosio ekonomi

Variable faktor social dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit,

mempengaruhi cara seseorang mengidentifikasi serta bereaksi

terhadap penyakitnya. Sementara itu faktor ekonomi menjelaskan

bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi individu biasanya ia akan lebih

cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan sehingga ia

akan segera mencari bantuan ketika merasa adanya gangguan

kesehatan.

c. Faktor latar belakang budaya

Faktor latar belakang budaya akan mempengaruhi keyakinan, nilai,

dan kebiasaan seseorang dalam memberikan dukungannya termasuk

cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.2 Konsep Kehamilan

2.2.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan adanya janin di dalam rahim dimana dimulai dari masa

konsepsi sampai masa persalinan. Menurut (Nurul Kamariyah, 2014) proses

kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur

(ovum) dan sperma. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau

280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah

38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi yang terjadinya dua minggu

setelahnya. Menurut (Prawiroharjdo, 2008 dalam Kumalasari 2015) kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum serta

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilasi hingga bayi

lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.


18

2.2.2 Tanda-tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan merupakan sekumpulan tanda atau gejala yang timbul

pada wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan psikologi pada masa

kehamilan.

Menurut (Jannah, 2012) ada 3 tanda-tanda kehamilan sebagai berikut:

1. Tanda-tanda presumtif/tanda tidak pasti

Tanda presumtif atau tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan yang

dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama kehamilan.

a. Amenorhoe (tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan

kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid

terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan tafsiran tanggal

persalinan dengan memakai rumus dari Naegele.

b. Nausea (mual) dan emesis (muntah)

Mual terjadi umumnya pada bulan-bula pertama kehamilan sampai akhir

triwulan pertama disertai kadang-kadang oleh muntah. Sering terjadi pada

pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini biasa disebut dengan morning

sickness. Akan tetapi apabila keadaan ini terlampau sering dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum.

c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu

Sering terjdi pada bulan-bulan pertama dan bisa mengilang dengan makin

tuanya usia kehamilan.


19

d. Payudara menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan alveoli pada payudara, sehingga glandula montglomery

tampak menjadi jelas.

e. Anoreksia (tidak nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan

timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk

dua orang sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya

kehamilan.

f. Sering kencing

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-buan pertama kehamilan

tertekan olehuterus yang mulai membesar. Pada trisemester kedua

umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari

rongga panggul. Pada akhir trisemester ketiga gejala bisa timbul kembali

karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung

kemih.

g. Obstipasi atau konstipasi

Terjadi karen tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon

steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h. Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung, dahi kadang-

kadang tampak deposit pigmen yang berlebuhan, dikenal dengan kloasma

gravidarum (topeng kehamilan). Areola mamae juga menjadi lebih hitam

karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi


20

lebih hitam dan linea alba. Hal ini karena pengaruh hormon kortiko steroid

plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

i. Epulis merupakan Suatu hipertrofi papillla ginggivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama.

j. Varises (penekanan vena-vena)

Sering dijumpai pada trisemester akhir. Didapat pada daerah genetalia

eksterna, fossa poplitae, kaki, dan betis. Pada multigravida kadang-kadang

varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali

pada trisemester pertama. Kadang-kadang timbulnya caises merupakan

gejala pertama kehamilan muda.

2. Tanda kemungkinan hamil

Tanda kemungkinan hamil merupakan perubahan-perubahan yang diobservasi

oleh pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa dugaan kehamilan saja.

a. Uterus membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan

dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dn makin lama makin bundar

bentuknya.

b. Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama

daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami

hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada trisemester pertama

mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.


21

c. Tanda chadwick

Adanya hipervaskularasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide. Hal ini

disebabkan oleh hormon estrogen.

d. Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran. Kadang-kadang pembesaran tidak rata

tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan

uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.

e. Tanda braxton hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau

pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

f. Goodel sign

Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita merasa

ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan

selunak vivir atau ujung bawah daun telinga.

g. Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi

hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan

sedini mungkin.

3. Tanda pasti

Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa yang

dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.


22

a. Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16

minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan

ke empat dan ke lima janin itu kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air

ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak akan

melenting di dalam rahim.

b. Teraba bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

cara palpasi menurut leopold pada akhir trisemester kedua.

c. Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

menggunakan fetal elektrocardiograph pada kehamilan 12 minggu, sistem

doppler pada kehamilan 12 minggu, stetoskop laenec pada kehamilan 18-20

minggu.

d. Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen

e. Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran

kantong janin, panjangnya janin, dan diameter biparetalis hingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan.

2.2.3 Perubahan pada Kehamilan

Kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dalam kehidupan

seorang wanita. Sekali kehamilan terjadi, berbagai macam efek terjadi dalam tubuh

wanita, baik efek terjadi pada fisik wanita, efek perubahan hormon, maupun kondisi

emosional. Menurut (Sunarsih, 2011) pada kehamilan, terjadi perubahan pada seluruh
23

tubuh wanita, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna, serta payudara. Hal

ini disebabkan oleh hormon somatomamotropin, estrogen, dan progesteron dalam

kehamilan. Selain perubahan fisik, wanita hamil juga akan mengalami perubahan

psikologis, yang juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan hormon. Perubahan

tersebut berinteraksi dengan faktor interna yang memengaruhi masa transisi wanita

hamil menjadi seorang ibu.

1. Perubahan Fisik pada Ibu Hamil

Menurut (Sunarsih, 2011) perubahan fisik pada ibu hamil, yaitu:

a. Trimester I (1-3 bulan)

Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah perdarahan atau

spoting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat pada lapisan

uterus. Setelah terlambat satu periode menstruasi, perubahan fisik berikutnya

biasanya adalah nyeri dan pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang

kronis/menetap dan sering BAK. Ibu akan mengalami dua gejala yang berakhir

selama tiga bulan berikutnya. Mual dan muntah biasanya 8-12 minggu. Pada usia

kehamilan 12 minggu, pertumbuhan uterus di atas simfisis pubis dapat teraba.

Ibu akan mengalami kenaikan berat bedan sekitar 1-2 minggu selama trisemester

pertama.

b. Trimester II (4-6 bulan)

Uterus akan tumbuh. Pada usia kehamilan 16 minggu, uterus biasanya berada

pada pertengahan antara simfisis pubis dan pusat. Penambahan berat badan

sekitar 0,4-0,5 kg/mg. Ibu mungkin akan merasa banyak energi. Pada usia

kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat dengan pusat. Payudara mulai

mengeluarkan kolostrum. Ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan juga


24

mengalami perubahan yang normal pada kulit, meliputi adanya cloasma, linea

nigra, dan striae gravidarum.

c. Trimester III (7-9 bulan)

Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada pertengahan antara pusat

dan sifoideus. Pada usia kehamilan 32-36 minggu fundus mencapai prosesus

sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering BAK kembali terjadi. Sekita

usia khamilan 38 minggu bayi masuk atau turun ke dalam panggul. Sakit

punggung dan sering BAK meningkat. Ibu kemungkinan akan sulit tidur, dan

kontraksi braxton hicks meningkat.

2. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Selama kehamilan tidak hanya terjadi perubahan fisik, akan tetapi kehamilan

akan menimbulkan perubahan psikologi dan emosional. Menurut (Pusdiknakes,

2008 dalam Sunarsih 2011) sering kali kebanyakan seorang wanita akan merasa

bahagia karna menjadi seorang ibu. Namun, tidak jarang juga banyak wanita yang

merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya.

Menurut (Sunarsih, 2011) perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan:

a. Trimester I (1-3 bulan)

Setelah terjadinya konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen akan

meningkat. Hal ini akan menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi

hari, lemas, lemah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering

kali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Sering kali ibu pada awal kehamilannya

berharap untuk tidak hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai

calon ibu untuk dapat menerima kehamilannya. Keadaan ini menciptakan

kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuk dengan suami (Kumalasari, 2015).


25

b. Trimester II (4-6 bulan)

Trimester kedua adalah keadaan saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah biasa

terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena

hamil sudah berkurang. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif (Pusdiknakes, 2003

dalam Sunarsih 2011).

c. Trimester III

Trisemester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada. Periode

ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai dari dirinya, dia menjadi tidak sabar

untuk segera melihat bayinya. Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpuasnya perhatian pada

kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita

mungkin khawatir terhadap hidup dan bayinya karena dia tidak akan tahu kapan

dia akan melahirkan (Kusmiyati, dkk, 2009 dalam Kumalasari 2015).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Sunarsih (2011) mengatakan kehamilan merupakan suatu proses dari

kehidupan seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan

perubahan pada ibu tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan sosial.

Dalam perubahan-perubahan tersebut tentunya tak lepas dari adanya faktor-faktor

yang mempengaruhinya, yaitu faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya, dan

ekonomi. Setiap faktor tersebut saling berpengaruh karena mereka saling terkait satu

sama lain dan merupakan suatu hubungan sebab akibat.

Menurut (Jannah, 2012) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

sebagai berikut:
26

1. Faktor Fisik

a. Status Kesehatan

Selama kehamilan seorang wanita mengalami perubahan secara fisik seperti

uterus akan membesar karena di dalamnya telah tumbuh janin, tentunya dengan

adanya perubahan tersebut keadaan kesehatan ibu akan berubah pula, karena

tubuh ibu diperssiapkan untuk mendukung perkembangan dari kehidupan yang

baru dan untuk menyiapkan janin hidup di luar kandungan. Keadaan ini dapat

diperberat dengan adanya status yang buruk atau penyakit yang diderita ibu

hamil. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan kehamilannya ke

pelayanan kesehatan (Sunarsih, 2011).

b. Status Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,

karena faktor gizi sangat berpegaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil

serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu

hamil dn kesejahteraan janin merupakan hal yang sangat penting diperhatikan.

Keterbatasan gizi selama kehamilan sering berhubungan dengan faktor ekonomi,

pendidikan, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu

hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk

persalinan. (Jannah, 2012)

c. Gaya Hidup

Cara hidup yang serba sibik dn terburu-buru yang dapat menyebabkan suatu

gejalan yang tidak enak pada masa kehamilan. Menurut (Jannah, 2012) contoh

gaya hidup seperti, mitos atau kepercayaan tertentu, kebiasaan minum jamu,

aktivitas sehari-hari yang beresiko, aktivitas seksual.


27

d. Subtance Abuse

Subtance abuse adalah perilaku yang merugikan dan membahayakan bagi ibu

hamil termasuk penyalahgunaan atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang

membahayakan ibu hamil.

e. Hamil diluar nikah/hamil yang tidak diinginkan

Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat

membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ubu untuk

melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya.

2. Faktor Psikologi

a. Stressor Internal

Pemicu stressor internal adalah karena faktor dari ibu sendiri. Adanya beban

psikologis yang ditanggung ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan

bayi. Stressor internal meliputu kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit

cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran, sikap ibu

terhadap kehamilan, takut, persalinan, kehilangan pekerjaan.

b. Stressor Ekternal

Pemicunya berasal dari luar diri ibu seperti: status sosial, mal adaptasi, relationship,

kasih sayang, support mental, broken home, respon negatif dari lingkungan.

c. Dukungan Keluarga

Setiap usia kehamilan usia kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan

baik bersifat fisik atau psikologi. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap

perubahan. Dalam menjalani proses tersebut, ibu hamil sangat membutuhkan

dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukan perhatian dan

kasih sayang.
28

d. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan

Bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai jangan

sampai kekerasan yang terjadi dapat membahayakan ibu dan bayinya. Efek

psikologis yang muncul adalah gangguan rasa nyaman pada ibu hamil.

3. Faktor Lingkungan, Sosial Budaya, dan Ekonomi

a. Kebiasaan Adat Istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil.

Terbentuknya janin dan kelahiran merupakan suatu fenomena yang wajar dalam

kelangsungan kehidupan manusia. Namun, berbagai kelompok masyarakat

dengan kebudayaan di seluruh dunia memiliki bermacam persepsi tentang

kehamilan.

b. Fasilitas Kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas

pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit

akan lebih tepat, sehingga langkah antisipasif akan cepat. Fasilitas kesehatan ini

sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka

kesehatan ibu dan anak (AKI dan AKB).

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan bayi.

Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan.

d. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan

fisik dan psikologis ibu hamil. Ibu hamil yang lebih tinggi sosial ekonominya

akan lebih fokus mempersiapkan fisik dan mentalnya. Ibu hamil yang lebih

rendah ekonominya akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan primer.


29

e. Pekerjaan

Pekerjaan seorang ibu akan menggambarkan aktivitas dan tingkat kesejahteraan

ekonomi. Ibu hamil yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih

baik dari ibu hamil yang tidak bekerja. Pada ibu hamil yang bekerja lebih

memiliki kesempatan berinteraksi dengan orang lain sehingga lebih mempunyai

banyak peluang untuk mendapatkan informasi.

2.3. Konsep Perilaku

2.3.1. Definisi Perilaku

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus

atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2010). Kesehatan tidaklah terlepas dari

perilaku, perilaku kesehatan preventif adalah aktifitas dilakukan seseorang yang yakin

bahwa dirinya sehat, untuk tujuan dari pencegahan atau mendeteksi penyakit dan

status gejala (Glanz, Barbara, & Viswanath,2015).

2.3.2. Bentuk-Bentuk Perilaku

Bentuk-bentuk perilaku menurut Natoatmodjo (2010) sebagai berikut:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas orang lain,

misalnya : seseorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan.


30

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka.

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain,

misalnya : seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi.

2.3.3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok menurut Natoatmodjo (2010) sebagai berikut:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance) adalah perilaku atau usaha-

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) perilaku

ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

penyakit dan atau kecelakaan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Teori Lawrence Grenn dalam Natoatmodjo (2010) perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor, sebagai berikut :


31

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku keluarga, sumi dan petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3.5. Indikator Perilaku Kesehatan

Pengamatan dengan cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui du

acara, secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran perilaku yang baik ialah

secara langsung dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan individu

dalam rangka memliharaan kesehataanya contoh : Untuk mengetahui perilaku

antenatal care (ANC), dapat menanyakan apakah pada kehamilan terakhir melakukan

pemeriksaan kehamilan, berapa kali dimana, dan sebagainya, sedangkan secara ridak

langsung dapat menanyakan kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan terhadap individu tentang apa yang telah dilakukan

berhubungan dengan status kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2.4. Konsep Antenatal Care (ANC)

2.4.1. Definisi Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Dengan demikian ibu hamil,

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya

kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998 dalam Kumalasari, 2015).

Menurut Hutahaen (2013) Antenatal care adalah asuhan yang diberikan oleh perawat
32

atau tenaga medis mulai dari konsepsi sampai persalinan. Asuhan diberikan

berdasarkan keadaan fisik, emosional, dan sosial ibu, janin, pasangan, serta anggota

keluarga. Asuhan perawatan pada ibu hamil sangat diperlukan untuk menjamin

kesehatan ibu dan janin.

2.4.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Mansjoer (2005) dalam Kumalasari (2015), mengatakan tujuan dari ANC ialah

sebagai berikut:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu serta

bayi.

c. Mendeteksi secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi delama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan

pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.


33

2.4.3. Kriteria Keteraturan Antenatal Care (ANC)

Menurut Kumalasari (2015) Keteraturan dalam pemeriksaan kehamilan

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya

terlambat satu bulan.

b. Periksa ulang satu kali sebelum sampai kehamilan tujuh bulan.

c. Periksa ulang dua kali sebelum sampai kehamilan sembilan bulan.

d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan sembilan bulan.

e. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.

2.4.4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlurkan sedikitnya empat kali kunjungan

selama periode antenatal, yaitu sebagai berikut:

a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (<14 minggu).

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 ) dan sesudah

minggu ke-36).

d. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin

tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003 dalam Kumalasari, 2015).

Adapun pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat

penting meliputi:

1. Satu kali pada terimester pertama, yaitu sebagai berikut:

a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata

rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.


34

b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam

jiwa.

c. Mencegah masalah, seperti tetanus neonatarum, anemia defisiensi zat besi,

penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

e. Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat serta

sebagainya).

2. Satu kali pada trimester kedua (sebelum minggu ke-28), yaitu sebagai berikut:

a. Sama seperti kunjungan trimester pertama.

b. Perlu kewaspadaan khusus mengenai preklamsia, pantauan tekanan darah,

periksa protein urine, dan gejala yang lainnya.

3. Dua kali pada trimester ketiga, yaitu sebagai berikut:

a. Sama seperti kunjungan sebelumnya.

b. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.

c. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran dirumah

sakit. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau

bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes 2003, dalam

Kumalasari, 2015).

2.4.5. Jenis Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)


Menurut Kumalasari (2015) komponen pemeriksaan Antenatal Care pada ibu

hamil adalah sebagai berikut:

1. Anamnesis (Tanya Jawab)

Tujuan dari anamnesis adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi dan

menyiapkan untuk persalinan dengan mempelajari keadaan kehamilan ibu

sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu, kesehatan secara umum serta kondisi
35

sosial ekonomi. Setelah informasi dikumpulkan, bidan/perawat dapat menentukan

apakah kehamilan ini normal atau apakah ibu mempunyai kebutuhan khusus.

Anamnesis (tanya jawab) meliputi sebagai berikut:

a. Anamnesis biodata

Meliputi nama ibu hamil, umur, pekerjaan, nama suami, pekerjaan suami,

agama, kebangsaan dan alamat.

b. Anamnesis sosial ekonomi

Pada umumnya anamnesis sosial memberikan gambaran mengenai latar

belakang sosial pasien seperti status perkawinan, taraf hidup, respons orangtua

dan keluarga terhadap kehamilan ini, dukungan keluarga, keadaan rumah

tangga, pengambilan keputusan dalam keluarga, status sosial ekonomi,

kebiasaan makanan dan gizi yang dikomsumsi dengan fokus pada vitamin A

dan zat besi, kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat

atau alkohol, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan dan

potongan persalinan, serta adat istiadat.

c. Anamnesis keluarga

Anamnesis keluarga diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit menurun atau adanya kehamilan kembar.

d. Anamnesis medik

a) Dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit-penyakit yang

menyertai dan yang memengaruhi kehamilan ibu di antaranya sebagai

berikut:
36

1) Masalah-masalah kardiovaskuler

Penyakit jantung akan mengalami komplikasi yang serius dengan adanya

kehamilan. Penyebabnya bisa berupa penyakit jantung kongenital seperti

atrial atau Hipertensi

2) Hipertensi yang diinduksi kehamilan dapat mengakibatkan penurunan

fungsi plasenta, IUGR, fetal compromise, serta kemungkinan timbulnya

perdarahan antepartum.

3) Diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yakni terhadap penurunan

secara total/relatif pada produksi insulin oleh pankreas yang sangat

diperlukan oleh jaringan. Diabetes gestasional merupakan kondisi pada

wanita hamil yang mengalami hiperglikemia dengan toleransi kadar

glukosa yang kurang.

4) Malaria

5) Penyakit Menular Seksual

Meliputi infeksi trichomonas, sifilis, gonorrhea, herpes genital, kondiloma

akuminata, infeksi Chlamydia trachomatis, hepatitis, dan HIV/AIDS.

b) Untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan selama kehamilan.

Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan diantaranya mual dan muntah. Sakit

kepala, saliva yang berlebihan, keletihan, napas pendek, nyeri punggung

bagian bawah, mengidam makanan, varises, nyeri selama berhubungan seks,

gusi berdarah, sering kencing juga pada malam hari, rasa panas dalam perut,

hiperpigmentasi pada wajah dan payudara, sering buang angin, kesemutan

pada jari-jari kaki, konstipasi, hemoroid, keram pada kaki, serta kaki

bengkak.
37

c) Untuk mengetahui masalah atau tanda-tanda bahaya pada saat kehamilan di

antaranya perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, masalah visual

(misalnya pandangan kabur), bengkak pada muka dan tangan, nyeri

abdominal yang hebat, dan bayi kurang bergerak seperti biasa.

d) Anamnesis Haid

Ditanyakan kapan datang haid pertama kali (menarche), berapa banyak

jumlahnya, lama dan siklusnya, periode menstruasi terakhir, ada tidaknya

dismenore, dan lain-lain. Hal tersebut dibutuhkan untuk mengetahui

keadaan alat kandungan. Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga

hamil, ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat

ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur ± 28 hari dengan

menggunakan rumus Naegele yaitu hari + 7, bulan -3 dan tahun + 1.

e) Anamnesis Kebidanan

Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya meliputi

jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, berat bayi sebelumnya < 2.500

gram atau > 4.000 gram, persalinan preterm, persalinan prematur,

keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan

forceps, vakum, operasi sectio caesarea), serta riwayat perdarahan pada

kehamilan, atau nifas sebelumnya.

2. Pemeriksaan Umum

Tujuan pemeriksaan umum adalah untuk mengetahui secara umum keadaan

kesehatan ibu hamil. Pada ibu hamil yang datang pertama kali, lakukan penilian

keadaan umumnya dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari ujung rambut

sampai ke ujung kaki (head to head ). Pemeriksaan umum mencakup hal-hal brikut:
38

a. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas (LILA).

Pemeriksaan tinggi badan hanya dilakukan pada kunjungan pertama ibu hamil, ibu

yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm akan beresiko mengalami kesulitan

saat persalinan dikarenakan kemungkinan memiliki panggul yang sempit. Untuk

pengukuran berat badan, dilakukan setiap kali kunjungan, agar diketahui

penambahan berat badan ibu selama kehamilan.

b. Pengukuran tanda-tanda vital. Meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, pernafasan,

dan suhu tubuh. Pada saat pemeriksaan pastikan ibu sudah istirahat 30 menit

setelah kedatangan atau sebelum dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Hal ini

bertujuan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi ibu yang sebenarnya.

c. Pemeriksaan kemungkinan adanya kelainan/penyakit. Kelainan jantung sperti

sesak nafas, jantung berdebar, kelainan/penyakit paru-paru seperti asma, sesak

napas, batuk menahun dan kelainan/penyakit pada orang lainya.

d. Pemeriksaan refleks lutut (patela). Dengan menggunakan hammer, minta ibu

duduk dengan tungkai yang tergantung besas, rabalah tendon pada lutut bagian

depan. Tungkai bawah akan begerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila refleks

negatif kemungkinan ibu mengalami kekurangan vitamin B1 dan bila geraknya

berlebihan dan cepat, maka hal ini kemungkinan preeklamsia.

e. Pemeriksaan edema. Edema pada tungkai dapat dikenal dengan menekan daerah

pretibia dan daerah mata kaki dengan jari. Bila pada tekanan terjadi cekungan yang

tidak lekas pulih kembali, maka ini suatu tanda adanya edema, bila didapat edema

pada tungkai, kemungkinan timbulnya preeklamsia pada ibu hamil.

f. Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.


39

3. Pemeriksaan Padang (Inspeksi)

Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan

bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cenderung

membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, skiolosis, atau pincang, dan sebagainya. Lihat

dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah

ibu tampak lemah serta keadaan umum lainnya yang menunjang pemeriksaan dari

ujung rambut sampai ke ujung kaki.

4. Pemeriksaan Raba (Palpasi)

Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih, kemudian ibu diminta

berbaring telentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu. Lihat apakah uterus

berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas

agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat

perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa

digosokkan dahulu.

5. Pemeriksaan Dengar (Auskultasi)

Periksa dengar dilakukan setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Hal yang

dapat didengarkan pada saat pemeriksaan dengar (auskultasi) adalah sebagai berikut:

1) Suara yang berasal dari ibu yaitu sebagai berikut

a) Bising aorta, cepatnya sama dengan denyut nadi ibu.

b) Bising rahim, suaranya terdengar seperti tiupan angin, cepatnya sama dengan

denyut nadi ibu.s

c) Peristaltik usus.
40

2) Suara yang berasal dari janin yaitu sebagai berikut:

a) Denyut jantung janin yang terdengar pada minggu ke 18-20 dengan menggunakan

stetoskop monoaural dan minggu ke-12 dengan menggunakan Doppler elektrik.

Terdengarnya denyut jantung janin (DJJ) menunjukkan status kesehatan dan posisi

janin terhadap ibu.

b) Gerakan janin, yaitu suara gerakan janin seperti bunyi pukulan.

c) Bising tali pusat, suara yang terdengar seperti tiupan, cepatnya sama dengan

denyut jantung janin. Bising tali pusat dapat timbul karena tali pusat tertekan oleh

suatu sebab.

6. Pemeriksaan Dalam

Siapkan ibu dalam posisi litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum

dengan larutan antiseptik. Infeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises,

radang, atau tumor. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan inspekulo. melihat ukuran

dan warna porsio, dinding, dan skret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina

dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran

kelenjar diliang vagina. Periksa adanya massa dianessa dan parimetrium.

Perhatikan letak, bentuk, ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang

porsio, dan pembukaan serviks. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan

cara palpasi bimanual.

7. Pemeriksaan Panggul

Pemeriksaan panggul pada ibu hamil terutama pada primigravida perlu dilakukan

untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan

yang dapat menimbulkan penyulit persalinan.


41

8. Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium sekurang-kurangnya dua

kali selama kehamilan, yaitu pada permulaan kehamilan dan pada akhir kehamilan.

Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung

leukosit. Dari urine diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.

2.5 Hubungan Dukungan Suami Dengan Perilaku Antenatal Care (ANC)

Pada Ibu Hamil

Dukungan suami memiliki peranan yang sangat vital dalam proses persalinan

ibu hamil tanpa dukungan suami yang memadai istri dapat menemui hambatan

selama kehamilan, suami dapat memberikan informasi berupa saran, petunjuk,

pemberi nasehat, mencari informasi lain yang bersumber dari media cetak/elektronik,

dan juga tenaga kesehtan; bidan dan dokter. Dukungan emosional adalah kepedulian

dan empati yang diberikan oleh suami yang dapat meyakinkan ibu hamil bahwa

dirinya diperhatikan (Kunjtoro, 2012 dalam Septiana 2016)

Antenatal Care (ANC) atau pelayanan asuhan antenatal care adalah

pemeriksaan kehamilan yang di berikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama

masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan membrikan ASI, dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Salah satu fungsi terpenting dari

perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran dan informasi pada seorang

wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi atau status

kesehatannya. Perawatan antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk

menginformasikan kepada para wanita mengenai tanda-tanda bahaya dan gejala yang

memerlukan bantuan segera dari petugas kesehatan (Aliyanto et al, 2014).

Anda mungkin juga menyukai