Anda di halaman 1dari 15

Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 1

Kecepatan Angin Rendah

Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro


Untuk Potensi Kecepatan Angin Rendah

Azka Falihal Habib1, Nadine Galih Dwinanda2, Pratia Nur Amaliana3,


Muhammad Hanif4, Sahid5

1-5
Politeknik Negeri Semarang, Indonesia

*Penulis korespondensi : sahid.polines@gmail.com

Abstrak
Indonesia mempunyai potensi energi angin yang cukup melimpah dan dapat dimanfaatkan,
dengan rata-rata kecepatan angin 3,5-7 m/s. Mengacu pada potensi kecepatan angin rendah
di Indonesia, maka dilakukan pengembangan rotor turbin agar didapatkan hasil efisiensi
yang optimal yaitu dengan meningkatkan rotor solidity. Salah satu cara yaitu melalui
penambahan tebal sudu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara
eksperimental kinerja dari turbin angin sumbu horizontal dengan variasi tebal sudu yang
menggunakan basis airfoil NACA 4410, 4415, 4420. Metode penelitian ini meliputi
persiapan mencari literatur, perancangan desain turbin angin, pembuatan alat uji 3 jenis
variasi sudu airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 berbahan alumunium, pengujian alat dan
pengambilan data kinerja turbin angin sumbu horizontal, analisis data, hasil akhir. Variabel
uji yang digunakan yaitu kecepatan angin 4, 6, 8, dan 10 m/s dan beban lampu (watt). Data
pengujian yang diperlukan diantaranya kecepatan angin (v), massa jenis udara (ρ), putaran
turbin (n), tegangan (V) dan arus (I). Hasil Penelitian diperoleh bahwa pada kecepatan
angin rendah yang berkisar 4-8 m/s, semakin tebal sudu didapatkan efisiensi yang semakin
kecil dipengaruhi oleh momen inersia. Sedangkan pada kecepatan angin 8-10 m/s, terjadi
transisi kedudukan peringkat efisiensi. Efisiensi terbaik diperoleh pada kecepatan angin 4
m/s dengan efisiensi berturut-turut pada sudu airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 yaitu
26,64%, 11,79% dan 9,13%.
Kata-kata kunci : turbin angin poros horizontal, efisiensi turbin angin, sudu airfoil NACA.

Abstract
Indonesia has the potential of wind energy that is quite abundant and can be utilized, with
an average wind speed of 3,5-7 m/s. Referring to the potential for low wind speed in
Indonesia, the development of turbine rotors to obtain optimal efficiency by improving
rotor solidity. One way is though the addition of blade thickness. The purpose of this
research was to study the performance of horizontal axis wind turbine with variations in
blade thickness using NACA 4410, 4415, 4420 by experimentally. This research method
includes preparation for searching literature, designing wind turbines, making test
equipment for 3 types of variations of the NACA 4410, 4415 and 4420 airfoil blades made
of aluminum, testing tools and collecting data on horizontal axis wind turbine performance,
data analysis, and final results. Test variables used are wind speeds of 4, 6, 8, and 10 m/s
and lamp load (watt). Required test data including wind speed (v), air density (ρ), turbine
rotation (n), voltage (V), and current (I). The result showed that at low wind speeds ranging
from 4-8 m/s, more thicker of the blade get more smaller of efficiency wich is affected by
the moment of inertia. While at wind speeds of 8-10 m/s, there is a transition of efficiency
rank position. The best efficiency is obtained at wind speed of 4 m/s with successive values
of NACA 4410, 4415 and 4420 are 26,64%, 11,8% and 9,13%.

Keywords : horizontal axis wind turbine, efficiency wind turbine, blade NACA airfoil.
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 2
Kecepatan Angin Rendah

PENDAHULUAN

Penggunaan energi fosil di Indonesia masih mendominasi sebagai sumber


energi penghasil listrik, disisi lain cadangan fosil terus menurun, energi listrik terus
meningkat, dan penggunaan energi fosil secara besar-besaran berdampak terhadap
penurunan kualitas lingkungan dan iklim yang semakin buruk. Maka dari itu
pengembangan teknologi energi terbarukan terus ditingkatkan untuk mengatasi
masalah tersebut. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang
sangat melimpah, salah satunya adalah sumber energi angin. Hal tersebut
dikarenakan letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Potensi energi angin
di Indonesia cukup memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 m/s.
Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120
lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s [1].

Turbin angin merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pemanfaatan
energi angin [2]. Turbin angin yang banyak digunakan adalah turbin angin poros
horizontal [3]. Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) adalah turbin angin yang
sumbu putar rotornya terletak sejajar dengan tanah atau searah dengan arah angin.
Putaran TASH dihasilkan dari memanfaatkan gaya lift yang dihasilkan oleh setiap
sudunya. TASH memiliki keunggulan dapat beroperasi pada kecepatan angin cut-
in yang rendah dan menghasilkan efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan
Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) [4], dikarenakan sudu selalu bergerak tegak
lurus dengan arah angin sehingga karakteristik aerodinamik setiap sudunya sama.
Sedangkan kekurangan TASH adalah membutuhkan kontruksi tiang penyangga
turbin yang tinggi dan kokoh untuk menahan beban rotor, gearbox, dan generator,
selain itu membutuhkan yaw mechanism untuk memaksimalkan penyerapan daya
angin [5].
Turbin angin poros horizontal dengan variasi jumlah blade, putaran terbesar
yang di hasilkan oleh turbin terjadi pada jumlah blade 5. Turbin angin poros
horizontal memiliki efisien sistem (η) maksimum 3,07% dengan jumlah blade 5
pada kecepatan angin 4 m/s, sedangkan untuk tip speed ratio (TSR) maksimum
λ=2,11 pada jumlah blade 5 dengan kecepatan angin 4 m/s [6]. Tip speed ratio akan
berpengaruh pada kecepatan putar rotor. Turbin angin tipe lift akan memiliki TSR
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin angin tipe drag [7].
Pengujian pada turbin angin sumbu horizontal basis NACA 3612 dengan
variasi jumlah sudu dan tipe sudu, efisiensi terbaik diperoleh pada kecepatan angin
3,74 m/s pada tipe taperless dengan jumlah 4 sudu sebesar 2,9% pada TSR 4,778.
Sedangkan TSR maksimum terjadi pada tipe taperless dengan jumlah 3 sudu
sebesar 6,256 pada kecepatan angin 3,74 m/s dengan pengujian tanpa menggunakan
prony brake [8]. Pengujian lain dilakukan pada turbin angin basis NACA 4415
bahwa terdapat pengaruh variasi jumlah bilah terhadap tenaga listrik turbin angin,
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 3
Kecepatan Angin Rendah

tiga bilah HAWT menghasilkan daya listrik terbesar yaitu 0,7222 W dengan
kecepatan angin 4,5 m/s [9].

Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) yang umum di pasaran


menggunakan sudu airfoil NACA 4410, berdasarkan penelitian simulasi bahwa
NACA 4410 menghasilkan nilai power coefficient maximum tertinggi daripada
NACA 4420, 4430 dan 4440 yaitu sebesar 0,45 pada kecepatan angin 10 m/s [10]
dan mengacu pada potensi angin di Indonesia 3,5 – 7 m/s, maka perlu adanya
pengembangan agar mampu beroperasi pada kondisi yang sesuai dengan potensi
angin di Indonesia. Salah satu parameter kinerja turbin angin yaitu rotor solidity,
semakian rendah kecepatan angin diperlukan rotor solidity yang semakin besar
[11]. Hal ini yang mendasari gagasan penelitian untuk mengembangkan desain
turbin angin sumbu horizontal sudu airfoil dengan menambah tebal sudu namun
dengan panjang chord pada airfoil NACA 4410 yaitu airfoil NACA 4415 dan
NACA 4420. Tujuan utama penelitian pada PKM-R ini adalah menganalisis kinerja
turbin angin sumbu horizontal airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 dengan jumlah
sudu 5. Untuk mencapai tujuan utama, dirumuskan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Merancang dan membuat sudu airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 sesuai
kaidah standar NACA dengan jumlah 5 berbahan alumunium
2. Melakukan uji kinerja model turbin angin sumbu horizontal yang telah dibuat
(NACA 4410, 4415, 4420) dan membandingkan dengan turbin angin poros
horizontal airfoil NACA 4410 jumlah 5.
3. Melakukan analisis kinerja turbin angin poros horizontal airfoil NACA 4415
dan NACA 4410 dengan berbagai kecepatan angin.

Adapun manfaat yang didapatkan adanya penelitian pada PKM-R ini yaitu :
1. Menjadi sumber pembelajaran dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) bagi masyarakat.
2. Memberikan kontribusi penelitian solutif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan sudu turbin angin sumbu
horizontal.
3. Hasil dari penelitian ini dapat langsung diterapkan di lokasi yang memiliki
potensi angin.
4. Dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam pengembangan energi
alternatif dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan energi angin.

METODE
Metode penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Riset (PKM-R) ini
diuraikan sebagai berikut :
Persiapan
Langkah ini dilakukan berdasarkan objek dari penelitian yang akan kita
laksanakan, meliputi pencarian jurnal-jurnal dan artikel serta survei harga alat dan
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 4
Kecepatan Angin Rendah

bahan. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri di internet dan mempelajari
buku-buku tentang turbin angin sumbu horizontal, mencari data potensi kecepatan
angin rendah, karakteristik sudu airfoil NACA 4410, 4415, 4420. Survei harga alat
dan bahan yang akan kita digunakan dalam pembuatan objek penelitian. Dalam
langkah ini, kita menggunakan metode dalam jaringan (daring) dengan
memanfaatkan peralatan audio speaker dan visual agar jelas dan lancar ketika
koordinasi bersama tim melalui google meet dan zoom video call. Luaran pada
tahap ini adalah sumber pustaka, kecepatan angin rendah TASH serta harga alat dan
bahan.

Perancangan Desain
Tahap ini dilakukan dengan cara merancang sebuah model turbin angin sumbu
horizontal dengan airfoil naca berjumlah 5 sudu. mulai dari menara turbin, rumah
turbin, hub, ekor turbin, dan sudu turbin dengan dimensi dan material yang sudah
disepakati bersama. Dalam proses desain menggunakan software Autodesk
Inventor. Dalam langkah ini kita menggunakan metode dalam jaringan (daring)
untuk tetap berkoordinasi dengan pembagian job masing-masing. Variabel
penelitian ini adalah tebal sudu airfoil. Panjang chord dibuat sama yaitu 38 mm dan
tebal sudu dibuat 3 variasi model yaitu 3,8 mm ( NACA 4410), 5,7 mm (NACA
4415), 7,6 mm ( NACA 4420) seperti pada gambar 1 dan dimensi sudu yang sama
dari ketiga airfoil pada gambar 2.

a
b

c
Gambar 1. Variabel Penelitian
(a) NACA 4410, (b) NACA 4415, (c) NACA 4420

Gambar 2. Dimensi Sudu Airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420


Luaran pada tahap ini adalah gambar model turbin angin sumbu horizontal dengan
3 airfoil NACA berbeda.
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 5
Kecepatan Angin Rendah

Pembuatan Alat
Dalam Tahap ini dilakukan secara luar jaringan (luring) dengan tetap menjaga
protocol kesehatan. Pada tahap ini terdiri dari pembuatan sudu turbin, hub sudu,
rangka, poros, rumah turbin dan gearbox, ekor turbin hingga terbentuknya alat
secara menyeluruh sesuai dengan yang sudah direncanakan.
a. Pembuatan hub sudu menggunakan bahan besi tuang sesuai bentuk dan ukuran
sesuai rencana. Alat yang dibutuhkan dalam pembuatan hub adalah mesin bor
dengan mata bor M6 untuk membuat lubang tempat baut dan Mal Cetakan Hub.
Rumah turbin dan gearbox dibuat dengan bahan fiber.
b. Pembuatan sudu turbin menggunakan bahan dari alumunium dengan standar
NACA. Panjang sudu turbin 53,5 cm, diameter turbin sebesar 110 cm. Panjang
chord 38 mm dan ketebalan airfoil yang berbeda-beda diantaranya 3,8 mm
(NACA 4410), 5,7 mm (NACA 4415) dan 7,6 mm (NACA 4420). Pada
pembuatan sudu turbin menggunakan mesin potong dan amplas untuk finishing
dan mur dan baut berulir (M8 X 20 mm) untuk menghubungkan sudu dengan
hub. Jumlah sudu turbin yang dibuat sebanyak 15 sudu.
c. Poros turbin dibuat dari bahan ST 40 F25 mm dengan diameter 18 mm dan
panjang 50 cm. Pembuatan poros menggunakan mesin bubut dan alat gergaji
mesin untuk memotong sesuai ukuran pada gambar. Dalam pembuatan poros
di hubungkan dengan bearing.
d. Pembuatan kerangka menggunakan besi hollow diameter 40 mm, panjang 150
cm dan plat besi dengan panjang 200 mm sebanyak 3 buah. Alat yang
dibutuhkan dalam pembuatan yaitu mata gerinda potong untuk memotong
bahan agar sesuai ukuran. Setelah pemotongan selesai, kemudian digabungkan
dan dilas menggunakan elektroda las untuk dijalankan dengan mesin las listrik
hingga membentuk kerangka sesuai rancangan model. Setelah terbentuk
kerangka, lalu dilakukan penggerindaan pada tempelan las. Proses
penggerindaan dibutuhkan mata gerinda, selanjutnya dilakukan finishing
dengan amplas. Lalu, merapikannya dengan pengecatan menggunakan cat besi.
Kelengkapan komponen turbin angin bisa dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Turbin Angin Sumbu Horizontal Airfoil NACA


Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 6
Kecepatan Angin Rendah

Assembly dilakukan dengan menggabungkan komponen-komponen turbin


menjadi kesatuan dengan memperhatikan urutan yang benar, sehingga
menghasilkan sebuah produk alat seperti pada gambar 3. Luaran pada tahap ini
adalah model turbin angin sumbu horizontal dengan sudu airfoil NACA.

Pengujian Alat dan Pengambilan Data


Dalam Tahap ini dilakukan secara luar jaringan (luring) dengan tetap menjaga
protokol kesehatan. Seperti menjaga jarak dan memakai masker. Tahap pengujian
alat dan pengambilan data dilakukan untuk mengetahui kinerja dari turbin dengan
membuat grafik kinerja turbin tersebut. Variabel uji dalam penelitian meliputi
kecepatan angin dan beban lampu. Kecepatan angin yang digunakan yaitu 4 m/s, 6
m/s, 8 m/s, dan 10 m/s. Setiap kecepatan angin diberi beban lampu, mulai dari beban
nol kemudian naik dengan interval 5 watt. Pengujian alat dan pengambilan data
dilakukan di area Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Semarang. Gambar 4 merupakan rangkaian pengujian pada turbin angin
sumbu horizontal airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420. Luaran pada tahap ini adalah
data hasil pengujian turbin angin sumbu horizontal sudu airfoil NACA 4410, 4415
dan 4420 pada kecepatan angin (4 m/s, 6 m/s, 8m/s, 10m/s).

Gambar 4. Rangkaian Pengujian Turbin Angin Sumbu Horizontal Airfoil NACA


Analisis Data
Dalam Tahap ini dilakukan secara dalam jaringan (daring). Pembagian tugas
analisis setiap individu dikerjakan masing-masing secara daring, kemudian
dilanjutkan untuk diskusi dan kesepakatan bersama dilakukan secara daring
bersama. Pada tahap ini dilakukan analisis data berdasarkan grafik karakteristik
kinerja turbin angin setelah mengolah data-data yang didapatkan selama proses
pengujian alat dan pengambilan data, kemudian dibandingkan efisiensi maksimum
dari ketiga variabel penelitian turbin angin sumbu horizontal airfoil NACA
berjumlah 5 Sudu. Luaran dari tahap ini grafik hasil pengujian turbin angin sumbu
horizontal sudu airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 pada kecepatan angin (4 m/s,
6 m/s, 8m/s, 10m/s).
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 7
Kecepatan Angin Rendah

Hasil Akhir
Pada Tahap ini mengetahui kinerja optimum turbin angin dengan kecepatan
tertentu pada masing-masing ketiga sudu airfoil NACA 4410, 4415, dan 4420.
Luaran dari tahap ini yaitu catatan harian (logbook), pembuatan draft paten, laporan
kemajuan, laporan akhir dan artikel ilmiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyajian Data
Berdasarkan hasil pengujian yang sudah dilakukan, didapatkan data yang
selanjutnya hasil data pengujian kemudian ditabelkan sebagaimana Tabel 1 yang
merupakan data pengujian pada sudu airfoil NACA 4410 dengan kecepatan angin 4
m/s.

Tabel 1. Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Sumbu Horizontal Sudu Airfoil
NACA 4410 pada Kecepatan Angin 4 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 4 549 0 31 0
2 4 499,4 5 20 0,34
3 4 425 10 15 0,58
4 4 394,7 15 14 0,7
5 4 370,5 20 9 0,78
6 4 340,6 25 6 0,74
7 4 324,9 30 6 0,68
8 4 300,6 35 3 0,82
9 4 280,7 40 2 0,7
10 4 269,3 45 2 0,66
11 4 258,1 50 1,4 0,62
12 4 240,3 55 0,8 0,6
13 4 210,5 60 0,8 0,54

Setelah dilakukan percobaan pengujian Turbin Angin Sumbu Horizontal


(TASH) sudu airfoil NACA 4410 pada kecepatan angin 4 m/s, dilakukan percobaan
lainnya pada kecepatan angin 6 m/s-10 m/s. Selanjutnya dilakukan percoban
pengujian TASH sudu airfoil NACA 4415 dan NACA 4420 pada berbagai
kecepatan angin (4 m/s-10 m/s).

Setelah pengujian dan pengambilan data TAPH sudu airfoil NACA 4410 dan
NACA 4415 selesai dilakukan. Kemudian mengukur massa (kg) pada masing-
masing sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415. Adapun didapatkan data yang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 8
Kecepatan Angin Rendah

Tabel 2. Massa Sudu Airfoil NACA 4410, NACA 4415 dan NACA 4420

NACA 4410 NACA 4415 NACA 4420


Sudu Airfoil
(Kg) (Kg) (Kg)
Sudu 1 0,555 0,65 0,79
Sudu 2 0,555 0,65 0,79
Sudu 3 0,556 0,655 0,8
Sudu 4 0,556 0,665 0,8
Sudu 5 0,556 0,675 0,81
Total 2,778 3,295 3,99
Rata - Rata 0,5556 0,659 0,798

Karakteristik massa dari setiap sudu dapat dilihat pada tabel 2, bahwa
peningkatan massa per sudu pada airfoil NACA 4415 dibanding 4410 sebesar
18,18% dan peningkatan massa per sudu pada airfoil NACA 4420 dibanding 4415
sebesar 21%. Semakin berat massa sudu maka momen inersianya akan semakin
besar, yang berarti sudu semakin susah berputar dari keadaan diam atau
membutuhkan energi awalan yang lebih besar untuk menggerakkan rotor.

Pengolahan Data Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal


Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui parameter nilai yang kita
inginkan, salah satunya mendapatkan nilai kinerja turbin (efisiensi) sistem dengan
memasukkan rumus teoritis yang sesuai dengan ketentuan. Data pengujian sudu
NACA 4410 kecepatan angin 4 m/s pada Tabel 1 dihitung dengan menggunakan
rumus yang sesuai dengan persamaan dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 4 m/s

v n Beban V I Pout Pinp 𝜂


No TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 4 549 0 31 0 0 36,78 0,00 6,40
2 4 499,4 5 20 0,34 6,8 36,78 18,49 6,12
3 4 425 10 15 0,58 8,7 36,78 23,65 5,79
4 4 394,7 15 14 0,7 9,8 36,78 26,64 5,68
5 4 370,5 20 9 0,78 7,02 36,78 19,08 5,33
6 4 340,6 25 6 0,74 4,44 36,78 12,07 4,90
7 4 324,9 30 6 0,68 4,08 36,78 11,09 4,68
8 4 300,6 35 3 0,82 2,46 36,78 6,69 4,33
9 4 280,7 40 2 0,7 1,4 36,78 3,81 4,04
10 4 269,3 45 2 0,66 1,32 36,78 3,59 3,88
11 4 258,1 50 1,4 0,62 0,868 36,78 2,36 3,71
12 4 240,3 55 0,8 0,6 0,48 36,78 1,31 3,46
13 4 210,5 60 0,8 0,54 0,432 36,78 1,17 3,03
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 9
Kecepatan Angin Rendah

Contoh perhitungan data pengujian untuk Tabel 3 di atas pada data ke-4 dengan
beban 15 Watt dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :
• Data Pengujian
1. Kecepatan Angin (v) = 4 m/s
2. Putaran (n) = 394,7 rpm
3. Kelembaban Relatif (RH) = 86%
4. Tegangan (V) = 14 Volt
5. Arus (I) = 0,7 Ampere
6. ρudara = 1,21 kg/m3
7. Beban Nominal Lampu = 10 Watt
1
8. Luas Sapuan Turbin Angin (A) = 4 πD2
= 0,95 m2

• Perhitungan Daya Input


Daya input (daya angin) dihitung dengan menggunakan persamaan (1), yaitu :
Pinput = (0,5)(ρ)(A)(v 3)
= (0,5)(1,21)(0,95)(43)
= 36,78 Watt
• Perhitungan Daya Output
Perhitungan daya output (daya generator) sesuai dengan persamaan (2), yaitu :
Poutput = (V)(I)
= (14)(0,7)
= 9,8 Watt
• Perhitungan Efisiensi Sistem
Perhitungan efisiensi sistem sesuai dengan persamaan (3), yaitu :
P𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝜂 sistem = x 100%
P𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
9,8
= x 100%
36,78
= 26,64

• Perhitungan Tip Speed Ratio (TSR)


Tip Speed Ratio merupakan perbandingan antara kecepatan diujung sudu turbin
dengan kecepatan angin sesuai persamaan (4), yaitu :
(2)(𝜋)(𝑟)(𝑛) (2)(𝜋)(5,5)(394,7)
TSR (λ) = = = 5,68
(60)(𝑣) (60)(4)

Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal


Jenis turbin angin yang digunakan dalam penelitian Program Kreativitas
Mahasiswa Riset (PKM-R) ini yaitu Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)
dengan sudu airfoil NACA 4410, NACA 4415 dan NACA 4420 masing-masing
berjumlah 5 sudu berbahan alumunium. Variabel uji dalam penelitian ini berupa
kecepatan angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s dengan bantuan blower. Sedangkan
untuk variabel penelitian berupa perbedaan tebal sudu (3,8 mm, 5,7 mm dan 7,6
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 10
Kecepatan Angin Rendah

mm) dengan basis NACA 4410, NACA 4415 dan NACA 4420 dan panjang chord
yang sama yaitu 38 mm berbahan alumunium. Diameter rotor turbin angin yaitu
110 cm atau 1,1 m. Sudut serang atau angle of attack turbin angin ini 16º.

Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) airfoil NACA dapat berputar


dikarenakan adanya gaya yang memutar. Gaya tersebut adalah gaya tangensial yang
merupakan simultan dari gaya lift dan gaya drag. Gaya drag adalah gaya geseran
yang disebabkan oleh angin terhadap permukaan sudu. Arah dari gaya drag searah
dengan kecepatan relatif angin. Sedangkan gaya lift adalah gaya yang dihasilkan
karena perbedaan tekanan pada permukaan atas dan bawah sudu airfoil. Perbedaan
tekanan tersebut disebabkan oleh kecepatan relatif. Kecepatan angin relatif
bergantung pada panjang lintasan sudu airfoil. Apabila nilai kecepatan angin relatif
arah dari gaya lift adalah tegak lurus dengan kecepatan relatif angin. Dalam kasus
turbin angin poros horizontal, gaya tangensial yang dihasilkan karena
memanfaatkan dominasi gaya lift. Gaya lift dan gaya drag memiliki fungsi
hubungan terhadap luasan dan kecepatan angin. Semakin tebal sudu maka luasan
sudu akan meningkat namun juga diikuti peningkatan gaya drag.

Analisis karakteristik kinerja dari Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)


airfoil NACA 4410, 4415 dan 4420 dilakukan dengan hasil grafik karakteristik
hubungan antara efisiensi sistem dan putaran pada berbagai kecepatan angin (4 m/s,
6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s) yang terlihat pada Gambar 5 sampai Gambar 8.

30 26,64
25
Efisiensi (%)

20

15 11,80 Sudu NACA 4410


9,13 Sudu NACA 4415
10
Sudu NACA 4420
5

0
0 100 200 300 400 500 600
Putaran (RPM)

Gambar 5. Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran TASH


Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 4 m/s

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa efisiensi sistem terbaik dari ketiga sudu
airfoil NACA ini terjadi pada kecepatan angin 4m/s, nilai efisiensi berturut-turut
dari tertinggi ke terendah dari ketiga sudu yaitu NACA 4410 menghasilkan efisiensi
26,64%, NACA 4415 menghasilkan efisiensi 11,79%, dan NACA 4420
menghasilkan efisiensi 9,13%. Perbedaan efisiensi dari NACA 4410 dengan NACA
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 11
Kecepatan Angin Rendah

4415 sangat besar. Hal tersebut dikarenakan pada kecepatan angin rendah, turbin
angin yang lebih tebal dan berat mempunyai kelemahan di starting awal untuk
berputar. Sedangkan sudu airfoil NACA yang lebih ringan pada TASH sudah
mampu menghasilkan putaran turbin angin. Massa sudu airfoil NACA berpengaruh
terhadap momen inersia yang berdampak pada hasil efisiensi sistem turbin angin.

Setelah mencapai puncak efisiensi sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415,
trend kurva efisiensi turun. Kedua kurva menghasilkan trend yang sama. Mengacu
pada hasil ini, didapatkan bahwa Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) airfoil
NACA 4410 mempunyai efisiensi lebih besar dibandingkan dengan NACA 4415
pada kecepatan angin rendah 4 m/s.

20
17,17
16
Efisiensi (%)

12
11,02
Sudu NACA 4410
8 Sudu NACA 4415
4,43 Sudu NACA 4420
4

0
0 200 400 600 800
Putaran (RPM)

Gambar 6. Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran TASH


Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 6 m/s

5
4,22
4 3,67 3,71
Efisiensi (%)

3
Sudu NACA 4410
2 Sudu NACA 4415
Sudu NACA 4420
1

0
0 200 400 600 800
Putaran (RPM)

Gambar 7. Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran TASH


Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 8 m/s
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 12
Kecepatan Angin Rendah

Berdasarkan gambar 6 dan gambar 7 dapat diketahui seiring bertambahnya


kecepatan angin maka selisih nilai efisiensi antar sudu airfoil NACA 4410, 4415
dan 4420 semakin kecil. Pada kecepatan angin 6 m/s dan 8m/s, kedudukan
peringkat efisiensi masih sama. Pada kecepatan angin 8m/s, selisih efisiensi tidak
lebih dari 1%, meskipun efisiensi puncak dari NACA 4420 masih dibawah NACA
4415, namun posisi kurva trendline dari NACA 4420 lebih tinggi dibanding 4415,
hal ini menunjukkan bahwa NACA 4420 menghasilkan daya lebih stabil pada
variasi pembebanan daripada NACA 4415.

4
3,45
3,22 3,14
3
Efisiensi (%)

2 Sudu NACA 4410


Sudu NACA 4415
1 Sudu NACA 4420

0
0 500 1000
Putaran (RPM)

Gambar 8. Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran TASH


Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 10 m/s

Pada gambar 8 yang merupakan grafik karakteriktik hubungan efisiensi dan


puataran TASH kecepatan angin 10 m/s menghasilkan selisih efisiensi antar sudu
yang sangat kecil atau bisa dikatakan memiliki nilai efisiensi puncak yang sama,
namun dari grafik trendline menunjukkan efisiensi terbaik berturut-turut dari yang
tertinggi ke terendah yaitu sudu NACA 4420, 4415, 4410 dengan efisiensi puncak
3,45, 3,22% dan 3,14%. Hal tersebut dikarenakan momen inersia sudu yang besar
jika mendapat kecepatan angin yang tinggi maka putaran turbin akan lebih susah
untuk turun saat terjadi pembebanan dengan begitu dayanya lebih stabil.

Secara teori menunjukkan bahwa NACA 4420 menghasilkan gaya lift dan
drag yang lebih besar, karena luasan sudu lebih besar dibanding dengan NACA
4410 dan NACA 4415. Akan tetapi pada NACA 4420 memiliki massa yang lebih
berat. Semakin berat massa sudu, maka gesekan mekanis yang dihasilkan poros dan
bearing menjadi lebih besar, sehingga perbedaan gaya yang dihasilkan tidak begitu
signifikan terhadap gaya gesekan yang disebabkan oleh penambahan massa dengan
rata-rata per massa sudu airfoil NACA 4410, 4415, 4420 yaitu 0,55 kg, 0,65 kg dan
0,79 kg. Dalam Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) kecepatan angin rendah,
gaya lift dan drag yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 13
Kecepatan Angin Rendah

Dari gambar 5 sampai 8, dapat diketahui bahwa semakin tebal dan berat
massa sudu maka putarannya akan turun. Hal tersebut dikarenakan gaya tangensial
yang dihasilkan sudu tidak sebanding dengan massanya. Dan semakin tinggi
kecepatan angin maka daya yang dihasilkan semakin besar, namun efisiensinya
terus menurun. Pada kecepatan angin 4-8 m/s, efisiensi terbaik diperoleh turbin
angin dengan sudu airfoil NACA 4410. Sedangkan pada kecepatan angin tinggi 8-
10 m/s terjadi transisi kedudukan peringkat efisiensi, yang mana sudu yang lebih
tebal yang sedikit lebih tinggi efisiensinya dan lebih stabil daya yang dikeluarkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kinerja optimum dari sudu airfoil NACA 4410, 4415, dan 4420 yaitu pada
kecepatan angin 4 m/s. Dengan penambahan ketebalan sudu dari airfoil NACA
4410 bahan aluminium pada kecepatan angin rendah tidak meningkatkan efisiensi
sistem dikarenakan peningkatan massa yang terlalu signifikan sehingga
menghasilkan momen inersia yang besar pada turbin, akibatnya putaran turun. Sudu
dengan momen inersia yang besar membutuhkan kecepatan angin tinggi untuk
bekerja lebih optimum. Dengan pertimbangan faktor teknis yaitu potensi yang ada
di Indonesia dan efisiensi maupun faktor ekonomis terkait biaya, desain sudu airfoil
NACA 4410 dengan bahan aluminium lebih cocok diterapkan untuk pemanfaatan
angin di Indonesia sebagai penghasil listrik teknologi turbin angin skala mikro
untuk potensi angin rendah.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Ristek yang telah mendanai penelitian ini
melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset (PKM-R) tahun 2021. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sahid S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing penelitian ini hingga selesai dan pihak
Laboratorium Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang yang telah membantu
dalam sarana pengujian penelitian ini.

KONTRIBUSI PENULIS
Kontribusi masing-masing penulis sesuai dengan pembagian tugas dapat
dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kontribusi Penulis
No Penulis Kontribusi
1 Azka Falihal Habib Melakukan arahan riset, Perencanaan dan
perancangan objek penelitian serta mengatur
pengambilan data pengujian, membuat alat
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 14
Kecepatan Angin Rendah

pengujian, membeli perlengkapan alat uji,


melakukan pengujian turbin angin, membuat
artikel ilmiah.
2 Nadine Galih Dwinanda Mengatur jadwal sesuai dengan metode
pelaksanaan, membuat proposal, melakukan
pengujian dan menganalisis data hasil
pengujian, membuat proposal PKM Riset
Eksakta.
3 Pratia Nur Amaliana Membuat anggaran, membuat proposal,
melakukan pengujian dan menganalisis data
hasil pengujian, membuat laporan kemajuan
PKM R.
4 Muhammad Hanif Membuat proposal, membeli perlengkapan alat
uji, melakukan pengujian dan menganalisis data
hasil pengujian, membuat laporan akhir PKM R.
5 Sahid, S.T., M.T. Sebagai pengarah, memantau kegiatan,
mengoreksi laporan serta penyelaras akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, F., Mara, M. dan Nuarsa, M. 2013. Pengaruh kecepatan angin dan variasi
jumlah sudu terhadap unjuk kerja turbin angin poros horizontal. Dinamika
Teknik Mesin, 3(1).

Buana, S.W., Koehuan, V.A., Riszal, A., Kamal, S. dan Sugiyono, S. 2016.
Pengaruh Rasio Dameter Sebagai Parameter Kinerja Aerodinamika Dual Rotor
Counter-Rotating Wind Turbine. Prosiding Semnastek.

Cengel, Y.A. dan Cimbala, J.M. 2017. Fluid Mechanics Fundamentals and
Applications, Fourth ed, New York. McGraw Hill Education.

Ismail, I. dan Arrahman, T. 2017. Perancangan turbin angin sumbu horizontal tiga
sudu dengan kapasitas 3 MW. Presisi, 18(2).

Pristiandaru, D.L. 2016. Pengaruh Penambahan Lensa Nozzle dan Jumlah Blade
Airfoil Tipe 4415 Terhadap Hasil Daya Listrik Turbin Angin Sumbu
Horisontal. Skripsi. Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.

Rajakumar, S., Ravindran, D., Sivakumar, M., Venkatachalam, G. dan


Muthukumar, S., 2017. Optimization of power coefficient of wind turbine
using genetic algorithm. Journal of The Institution of Engineers (India): Series
C, 98(2): 111-118.
Habib, Pengembangan Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro Untuk Potensi 15
Kecepatan Angin Rendah

Sahid, S. dan Hendrawati, D. 2017. Kinerja Model Turbin Angin Poros Horisontal
Bersudu Tiga Flat Berlapis Tiga. Prosiding Sentrinov (Seminar Nasional
Terapan Riset Inovatif), 3(1): 230-240.

Sahid, S., Prasetyo, B., Ulya, M.S., Yoga, E.H. dan Muhammad, A.S. 2020.
Rancang Bangun Prototype Pembangkit Turbin Angin Skala Mikro Tipe
Horizontal Double Multiflat Blade Dengan Variasi Jumlah Sudu. Eksergi,
16(2): 60-65.

Saputra M. 2016. Kajian Literatur Sudu Turbin Angin Untuk Skala Kecepatan
Angin Rendah. Jurnal Mekanova : Mekanikal, Inovasi dan Teknologi. 2(1):
74–83.

Syahyuniar, R., Ningsih, Y., dan Herianto, H. 2018. Rancang Bangun Blade Turbin
Angin Tipe Horizontal. Elemen: Jurnal Teknik Mesin, 5(1): 28-34.

Wahyudi, S.N. dan Al-Janan D.H. 2020. Konfigurasi Bilah NACA 3612 Terhadap
Performa Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH). Rekayasa Mesin, 11(3):
415-425.

Zhao, D., Han, N., Goh, E., Cater, J. dan Reinecke, A. 2019. Wind Turbines and
Aerodynamics Energy Harvesters. Academic Press, ISBN 9780128171356.

Anda mungkin juga menyukai