Anda di halaman 1dari 10

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU

VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L

Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi Putra


Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Email : auto.krisna@gmail.com

Abstrak

Ketergantungan akan energi listrik terus meningkat dan ketersediaan energi fosil saat ini mengalami
penurunan maka diperlukan sumber energi baru yang terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu energi yang
dapat dimanfaatkan adalah energi angin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja model
turbin angin Savonius tipe L dengan 3 variasi. Ketiga variasi turbin angin tersebut dibuat dalam tiga stage,
dengan ukuran yang sama yakni 0,35 m x 0,60 m.. Setiap model turbin angin diuji untuk mengetahui torsi,
putaran poros, daya kincir, TSR dan koefisien daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model turbin Savonius
dengan jumlah 2 stage memberikan koefisien daya (Cp) maksimal (21,86 % pada kecepatan angin 8,57 m/s)
tertinggi di antara ketiga model turbin yang diteliti. Model turbin angin Savonius dengan bentuk sudu standar
menghasilkan koefisien daya maksimal 14,10 % pada kecepatan angin 7,92 m/s. Serta turbin angin ketiga
menghasilkan koefisien daya sebesar 16,39 % pada kecepatan angin 8,7 m/s

Kata kunci : Energi terbaharukan, Turbin angin, Koefisien daya

PENDAHULUAN CO dan CO2 yang berdampak kepada


pemanasan global.
Bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia berbanding lurus dengan Oleh karena itu, maka perlu ada
kebutuhan energi listrik yang akan terus Oleh karena itu, maka perlu ada pemanfaat
meningkat. Pertumbuhan ekonomi dan energi alternatif yang terbarukan
pola konsumsi energi listrik menjadi salah (renewable energy) dan ramah lingkungan
satu penyebab meningkatnya kebutuhan sebagai sumber energi baru. Dari beberapa
energi listrik. Pembangkit listrik di energi terbarukan, salah satunya adalah
Indonesia kebanyakan menggunakan energi angin. Pemanfaatan energi angin di
energi fosil sebagai bahan bakarnya, Indonesia belum begitu optimal, meskipun
sedangkan energi fosil termasuk energi di beberapa daerah sudah mampu
yang tidak dapat diperbarui. energi fosil memanfaatkan energi angin sebagai
ketersediaannya sangat terbatas dan proses pembangkit listrik ataupun sebagai
alam untuk dapat kembali menyediakannya penggerak pompa, namun penerapannya
kembali memerlukan waktu yang sangat belum bisa dibilang efektif. Kecepatan
lama. Pemakaian energi fosil juga angin rata-rata di wilayah Indonesia yang
menghasilkan gas sisa pembakaran berupa berkisar antara 3 m/s hingga 5 m/s
tergolong kecepatan angin rendah,

1
sehingga sulit untuk menghasilkan energi yang melawan arah angin, sehingga
listrik dalam skala besar. Meskipun memiliki efisiensi yang relatif lebih
demikian, potensi angin di Indonesia rendah dibanding turbin angin
tersedia hampir sepanjang tahun, sehingga horizontal axis.
memungkinkan untuk dikembangkan
Dengan berdasarkan kelebihan
sistem pembangkit listrik skala kecil.
dan kekurangan masing-masing jenis
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
turbin angin tersebut. Turbin yang
Nasional (LAPAN) memetakan pada 120
sesuai untuk kecepatan angin rendah
lokasi yang menunjukkan di beberapa
adalah turbin Savonius. Karena
wilayah Indonesia memiliki kecepatan
menurut penelitian (Kamal, 2008)
angin di atas 5 m/detik, masing-masing
Turbin ini memiliki torsi awal yang
Pantai Selatan Jawa, Sulawesi Selatan,
besar pada kecepatan angin rendah.
Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara
Barat. (Soelaiman dkk, 2007)
melakukan beberapa penelitian tentang
Turbin angin menjadi salah satu
beberapa macam blade/sudu, yaitu
cara untuk memanfaatkan energi
Savonius dengan blade tipe U dan
angin. Dengan bantuan generator
Savonius dengan blade tipe L. dari
turbin angin mampu mengubah energi
penelitian mereka menyimpulkan
kinetik angin menjadi energi listrik.
bahwa blade Savonius tipe L
Secara garis besar turbin angin
menghasilkan unjuk kerja yang paling
dikelompokkan menjadi 2 macam
baik dibandingkan dengan tipe yang
yaitu Turbin Angin Sumbu Horizontal
lain.
(TASH) dan Turbin Angin Sumbu
Vertikal (TASV). Turbin angin sumbu (Bayu Mahendra, Rudy
horizontal mempunyai keunggulan Soenoko, 2013) dalam penelitiannya
yaitu dapat menghasilkan efisiensi yang berjudul Pengaruh Jumlah Sudu
yang tinggi dan relatif memiliki Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin
kapasitas daya yang lebih besar. Savonius type L. Menggunakan
Namun turbin angin jenis ini tidak metode penelitian eksperimental
dapat berputar dengan kecepatan angin dengan variasi jumlah sudu : 2, 3, dan
yang rendah karena membutuhkan 4 buah dengan variabel bebas
torsi awal yang sangat besar saat turbin kecepatan angin pada wind tunnel dari
mulai berputar dan juga kecepatan 3 m/s sampai 7 m/s.
pemanfaatannya harus diarahkan Didapatkan hasil analisis bahwa turbin
sesuai dengan arah angin yang paling angin dengan jumlah sudu 3 buah
tinggi kecepatannya (Karwono, memiliki unjuk kerja yang tinggi
2008). Turbin Angin Sumbu Vertikal dibandingkan dengan jumlah sudu
(TASV) khususnya jenis savonius yang lain. Hal ini dikarenakan pada
vertical axis mampu menerima aliran turbin savonius type L sudu 3
angin dari segala arah, memiliki self mempunyai jarak antara sudu yang
starting yang baik sehingga mampu satu dengan lainnya terhadap poros
memutar rotor pada kecepatan angin sudu turbin mempunyai kerenggangan
rendah, selain itu torsi yang dihasilkan yang menjadikan aliran dapat mengalir
relatif tinggi (Salgorzey, 2007). dan menerpa sudu di belakang poros
Turbin jenis ini memiliki rugi-rugi dan ini akan meningkatkan gaya
karena sebagian arah putaran sudunya momen serta mengurangi gaya hambat

2
negatif pada sudu sehingga aliran stage dan menggunakan 3 sudu pada
turbulensi yang terdapat pada turbin setiap stagenya untuk menambah luas
tersebut relatif kecil. penampang turbin angin tanpa
mengurangi jarak antar sudu.
(J. Kumbernuss, dkk 2012),
Harapannya dengan variasi ini dapat
melakukan penelitian jumlah stage
meningkatkan daya turbin angin
pada turbin angin Helix. Pada
tersebut
penelitian tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa jumlah stage
dengan aspect ratio yang tepat dapat
meningkatkan performa Savonius.
Berdasarkan uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa
desain turbin angin Savonius type L
cocok untuk digunakan pada kecepatan
angin yang rendah (<10 m/s).
Penggunaan 3 sudu pada turbin angin
tersebut memiliki performa yang lebih
baik dari jumlah sudu yang lain.
Memvariasi jumlah stage pada turbin
angin sumbu vertikal jenis Helix juga
dapat meningkatkan performanya.
Untuk itu peneliti mengasumsikan
bahwa upaya untuk meningkatkan
daya yang dapat dihasilkan oleh turbin
angin Savonius type L masih dapat
dilakukan, salah satunya dengan
memvariasikan jumlah stage pada
turbin angin tersebut. Menambah
jumlah stage pada turbin angin sumbu
vertikal Savonius type L maka juga
akan menambah jumlah sudu
keseluruhan pada turbin yang
menerima angin tanpa perlu
menambah jarak antar sudu. Asumsi
ini berdasarkan penelitian sebelumnya
bahwa jumlah sudu 3 buah memiliki
performa yang lebih baik dibanding
jumlah sudu yang lain karena memiliki
jarak antar sudu yang lebih besar
sehingga mengurangi gaya hambat
negatif pada sudu.
Maka dari itu dalam penelitian
ini dilakukan modifikasi terhadap
turbin angin sumbu vertikal Savonius
type L dengan memvariasikan jumlah

3
METODE PENELITIAN b. Jumlah rotor : 2 Buah (Rotor
Dalam penelitian ini digunakan turbin Atas dan Rotor Bawah)
angin jenis Savonius tipe L dengan c. Tinggi total turbin : 600 mm
memvariasi jumlah stage dengan harapan d. Tinggi sudu : 600 mm
dapat meningkatkan daya turbin dan e. Perbedaan sudut antar sudu :
mengurangi drag pada turbin. 120o
A. Turbin savonius tipe L 1 tingkat B. Turbin angin Savonius tipe L 2 tingkat
Turbin ini dijadikan sebagai Pada turbin ini dilakukan variasi
patokan untuk melihat hasil dari kedua dengan menambah tingkat pada turbin
variasi turbin lain yang akan diuji. menjadi 2 tingkat. Dengan tidak
Desain merujuk kepada turbin angin mengurangi ketinggian total dari turbin
savonius tipe L yang sudah pernah maka sudu pada turbin ini di potong
dilakukan uji coba oleh peneliti menjadi dua bagian, sehingga didapat
sebelumnya. Dengan mengubah sedikit ukuran sudu sepanjang 300 mm.
konstruksi untuk menyesuaikan dengan Kemudian dilakukan perubahan sudut
wind tunnel yang ada di laboratorium pada stage pertama dan stage kedua
sebagai tempat untuk menguji turbin sebesar 60o.
tersebut.

Gambar 1. Model turbin angin 1 tingkat


Gambar 2. Model turbin angin variasi 2
Spesifikasi turbin savonius tipe L 1 tingkat
Tingkat :
Spesifikasi turbin savonius tipe L 2
a. Diameter Rotor : 350 mm
tingkat :

4
a. Diameter Rotor : 350 mm b. Jumlah rotor : 4 buah (Rotor atas,
b. Jumlah rotor : 3 buah (Rotor atas, dua Rotor tengah dan rotor
Rotor tengah dan rotor bawah) bawah)
c. Tinggi total turbin : 600 mm c. Tinggi total turbin : 600 mm
d. Tinggi sudu : 300 mm d. Tinggi sudu : 200 mm
e. Perbedaan sudut antar sudu : 60o e. Perbedaan sudut antar sudu : 400
C. Turbin Angin Savonius tipe L 3 Tingkat
Sama halnya dengan turbin angin METODE ANALISIS
savonius tipe L 2 tingkat, variasi pada 1. Energi dan Daya Angin
turbin angin ini memiliki tinggi total yang Prinsip utama sistem konversi energi
sama dengan turbin angin awal. ukuran angin adalah mengubah energi potensial
untuk masing-masing sudu sepanjang yang dimiliki angin menjadi energi
200 mm. Untuk perbedaan sudut antar kinetik putar poros. Besarnya energi
stage pertama, kedua dan ketiga sebesar yang dapat ditransferkan ke rotor
40o tergantung pada massa jenis udara, luas
area dan kecepatan angin.
Energi kinetik untuk suatu massa
angin m yang bergerak dengan
kecepatan v yang nantinya akan diubah
menjadi energi putar poros dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1
𝐸 = 2 . 𝑚. 𝑣 2 ........................ (2.1)
yang dalam hal ini :
E : Energi kinetik (Joule)
m : Massa udara yang bergerak (Kg)
v : Kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung
dalam angin inilah yang ditangkap oleh
turbin angin untuk memutar rotor.
Dari Persamaan (2.1), dapat
diketahui daya adalah energi per satuan
waktu (J/s) maka persamaan tersebut
dapat ditulis menjadi :
1
𝑃𝑎 = 2 . 𝑚.̇ 𝑣 2 ....................... (2.2)
yang dalam hal ini :
Gambar 3. Model turbin angin variasi 3 Pa : daya yang dihasilkan angin (J/s =
tingkat Watt).
ṁ : massa udara yang mengalir per
Spesifikasi turbin savonius tipe L 3
satuan waktu (kg/s).
tingkat :
v : kecepatan angin (m/s).
a. Diameter Rotor : 350 mm
Di mana :

5
2𝜋𝑛
𝑚̇ = 𝜌. 𝐴. 𝑣 ...........................(2.3) 𝜔= .............................. (2.9)
60
yang dalam hal ini :
Maka besarnya daya turbin
ρ = massa jenis udara (Kg/m3). berdasarkan persamaan (2.8) dapat
A = luasan angin yang ditangkap turbin dinyatakan dengan:
(m2).
Dengan substitusi, Persamaan (2.2) 𝑃𝑡 = 𝑇. 𝜔
dan Persamaan (2.3), daya angin (Pa) 2𝜋𝑛
dapat dirumuskan menjadi : 𝑃𝑡 = 𝑇. 60
1 𝑇𝜋𝑛
𝑃𝑎 = . (𝜌. 𝐴. 𝑣). 𝑣 2 𝑃𝑡 = ............................. (2.10)
2
30
disederhanakan menjadi : yang dalam hal ini:
1 𝑃t : daya poros turbin angin, Watt
𝑃𝑎 = 2 . 𝜌. 𝐴. 𝑣 3 ...................(2.5)
𝑛 : putaran poros setiap menit, Rpm
Dalam penggunaan secara sederhana 4. Tip Speed Ratio
dengan mengasumsikan ρ udara : 1,2 Tip speed ratio (rasio kecepatan
Kg/m3 maka diperoleh persamaan : ujung) adalah rasio kecepatan ujung
rotor terhadap kecepatan angin bebas.
𝑃𝑎 = 0,6. 𝐴. 𝑣 3 .....................(2.6) Untuk kecepatan angin nominal yang
2. Perhitungan Torsi Turbin. tertentu, tip speed ratio akan
Torsi adalah perkalian vector antara berpengaruh pada kecepatan putar rotor.
jarak sumbu putar dengan gaya yang Tip speed ratio dihitung dengan
bekerja pada titik yang berjarak dari persamaan:
2𝜋𝐷𝑛
sumbu pusat. Yang dapat dirumuskan 𝜆= ............................ (2.11)
60𝑣
sebagai berikut:
Yang dalam hal ini :
𝑇 = 𝑟. 𝐹 .........................................(2.7) λ = Tip speed ratio
yang dalam hal ini: D = Diameter rotor (m)
𝑇 : torsi dinamis yang dihasilkan dari n = Putaran rotor (Rpm)
putaran poros, (Nm) v = Kecepatan angin (m/s)
𝑟 : jarak lengan ke poros, (m) 5. Koefisien daya (Cp)
𝐹 : gaya pada poros akibat puntiran, (N) Koefisien daya (Cp) adalah
3. Perhitungan Daya Turbin perbandingan antara daya yang
Perhitungan daya pada gerak dihasilkan oleh turbin (𝑃t) dengan daya
melingkar pada umumnya dapat yang disediakan oleh angin (𝑃𝑎 ),
dituliskan sebagai berikut: sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝑃 = 𝑇. 𝜔 ...............................(2.8) 𝑃𝑘
𝐶𝑝 = × 100% ............ (2.12)
yang dalam hal ini : 𝑃𝑎
𝑇: torsi dinamis, Nm yang dalam hal ini :
𝜔 : kecepatan sudut, rad/s 𝐶𝑝 : koefisien daya, %
Karena 1 Rpm = 2 π Rad, maka pada 𝑃t : daya yang dihasilkan oleh
turbin angin besarnya kecepatan sudut turbin, Watt
(𝜔) dirumuskan sebagai :
6
𝑃𝑎 : daya yang dihasilkan oleh 2. Grafik hubungan antara daya turbin
angin, Watt dengan kecepatan angin
HASIL DAN PEMBAHSAN 10.00

Daya Turbin Watt


8.00
Berdasarkan data hasil penelitian dan
6.00
perhitungan, maka dapat dibuat grafik Turbin 1
4.00
hubungan antara torsi (T), daya turbin (Pt), 2.00 Turbin 2

TSR, CP dengan kecepatan angin (v) untuk 0.00 Turbin 3


5.00 7.00 9.00
setiap variasi turbin angin.
v Angin m/s
1. Grafik hubungan antara torsi dengan
kecepatan angin
0.450
Grafik 3. Perbandingan daya turbin
0.400
dengan kecepatan angin pada turbin
tanpa pembebanan
Torsi N/m

0.350
0.300 Turbin 1
10.00
0.250 Turbin 2

Daya Turbin Watt


0.200 8.00
Turbin 3
0.150 6.00
5.00 7.00 9.00 Turbin 1
4.00
v Angin m/s Turbin 2
2.00
Turbin 3
0.00
Grafik 1. Perbandingan torsi dengan 5 7 9
kecepatan angin pada turbin tanpa v Angin m/s
pembebanan

0.55 Grafik 4. Perbandingan daya turbin


0.50 dengan kecepatan angin pada turbin
0.45 dengan pembebanan
Torsi Nm

0.40
0.35 Turbin 1 3. Grafik hubungan antara TSR dengan
0.30 Turbin 2 kecepatan angin
0.25
Turbin 3 1.000
0.20
0.15 0.800
5 7 9 0.600
TSR

Turbin 1
v Angin m/s 0.400
Turbin 2
0.200
0.000 Turbin 3
Grafik 2. Perbandingan torsi dengan
5.00 7.00 9.00
kecepatan angin pada turbin dengan
v Angin m/s
pembebanan

Grafik 5. Perbandingan TSR dengan


kecepatan angin pada turbin tanpa
pembebanan

7
0.750 dengan sudu standar (1 stage)
0.650 menghasilkan koefisien daya (Cp) sebesar
0.550 Turbin 1 20,02 % pada kecepatan angin 8,71 m/s.
0.450
TSR

Turbin 2 Turbin angin dengan jumlah 2 stage


0.350
menghasilkan koefisien daya sebesar
0.250 Turbin 3
0.150 21,97 % pada kecepatan angin 8,68 m/s.
0.050 Serta Turbin angin dengan jumlah 3 stage
5 7 9 menghasilkan koefisien daya sebesar
v Angin m/s 16,96 % pada kecepatan angin 8,74 m/s
pada saat dilakukan pembebanan. Dari
Grafik 6. Perbandingan TSR dengan data tersebut dapat diketahui bahwa turbin
kecepatan angin pada turbin dengan dengan variasi jumlah 2 stage mempunyai
pembebanan koefisien daya yang lebih besar dari pada
turbin lainnya.
4. Grafik hubungan antara CP dengan
kecepatan angin Daya angin berbanding lurus dengan
kerapatan udara dan kecepatan angin,
25.00%
tersebut dapat dijelaskan bahwa daya yang
20.00% dihasilkan sebuah turbin angin dipengaruhi
15.00%
oleh kecepatan angin dan luas dari sudu
Turbin 1 turbin atau luas daerah sapuan angin. Jadi
CP

10.00% semakin besar nilai kecepatan angin dan


Turbin 2
5.00% Turbin 3 luas daerah sapuan angin maka semakin
besar daya listrik yang dihasilkan. Akan
0.00%
tetapi daya angin maksimum yang dapat
5.00 7.00 9.00
v Angin m/s
di ekstrak oleh turbin angin dengan sapuan
rotor adalah sekitar 59,3% saja. Nilai
59,3% tersebut adalah nilai efisiensi
Grafik 7. Perbandingan CP dengan maksimum yang mampu dihasilkan dari
kecepatan angin pada turbin tanpa sistem wind turbine. Oleh karena itu
pembebanan dilakukan analisa coefficient of power (Cp)
yang dimiliki oleh turbin angin tersebut.
25.00%
Analisa ini perlu dilakukan untuk
20.00%
mengetahui pada kondisi yang seperti
15.00%
bagaimana turbin dapat bekerja maksimum
CP

Turbin 1
10.00%
Turbin 2 yang ditunjukkan oleh coefficient of power
5.00% yang tinggi. Perhitungan nilai Cp itu
Turbin 3
0.00% sendiri dapat diperoleh dengan cara
5 7 9
membandingkan nilai daya turbin dengan
v Angin m/s
nilai daya angin.

Grafik 8. Perbandingan CP dengan Coefficient of power (Cp) dari rotor


kecepatan angin pada turbin dengan Savonius juga tergantung pada jumlah
pembebanan stage. Pengujian telah dilakukan dengan
memvariasikan jumlah stage (dari satu
Dari hasil penelitian dan perhitungan sampai tiga), dengan memvariasikan sudut
dapat dilihat pengaruh jumlah stage antar sudu untuk mengoptimalkan jumlah
terhadap unjuk kerja turbin. Turbin angin stage. Ketika jumlah stage meningkat dari
8
satu stage ke dua, nilai Cp meningkat, yaitu daya pada masing-masing turbin
turbin dengan dua stage. semakin meningkat.
Namun ketika jumlah stage meningkat Beberapa saran untuk penelitian
dari dua ke tiga, kinerja menurun karena selanjutnya :
peningkatan inersia dari rotor. Sehingga
1. Perlu dikembangkan penelitian lebih
dari beberapa tabel di atas dapat
lanjut mengenai bentuk sudu yang
disimpulkan bahwa ketika jumlah stage
ditingkatkan dari satu ke dua, rotor mampu meningkatkan unjuk kerja turbin.
menunjukkan karakteristik kinerja yang 2. Ketelitian dalam pembuatan turbin angin
lebih baik. Akan tetapi kinerja akan rusak perlu diperhatikan untuk mendapatkan
ketika jumlah stage menjadi tiga. Hal ini hasil yang maksimal
terjadi disebabkan oleh peningkatan inersia 3. Perlu dikembangkan wind tunnel sebagai
dari rotor. Dari penelitian ini, jelas bahwa tempat untuk menguji turbin yang lebih
jumlah stage yang mampu menghasilkan baik, sehingga data yang didapat bisa
daya maksimum untuk rotor Savonius mendekati dengan keadaan lingkungan
adalah dua stage. sekitar.
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari pengujian model turbin angin Daryanto, Y, 2007. Kajian Potensi Angin
yang telah dilakukan, maka dapat diambil Untuk Pembangkit Listrik Tenaga
beberapa kesimpulan: Bayu. BALAI PPTAGG UPT LAGG.
Yogyakarta
1. Daya turbin angin tertinggi pada saat
dilakukan pembebanan sebesar 7,90 Hau, E. 2006. Wind Turbines
Watt pada turbin angin dengan variasi Fundamentals, Technologies,
jumlah stage 2 sebesar 21,97 % saat Applications, Economics 2nd Edition.
kecepatan angin 8,57 m/s. Daya turbin Berlin : Springer.
semakin meningkat ketika dilakukan J.Kumbernuss n, J.Chen,H.X.Yang,L.Lu
variasi jumlah stage. Berat turbin 2012. Investigation Into The
mempengaruhi daya yang dihasilkan Relationship Of The Overlap Ratio
oleh turbin. Sehingga pada variasi stage And Shift Angle Of Double Stage Three
berjumlah tiga daya yang dihasilkan Bladed Vertical Axis Wind
oleh turbin mengalami penurunan. Turbine(VAWT), Jurnal
2. Semakin banyak jumlah stage pada Karnowo; 2008: Pengaruh Perubahan
turbin angin maka semakin besar Overlap Sudu Terhadap Torsi Yang
kecepatan putaran yang akan Dihasilkan Turbin Angin Savonius
dihasilkan, tetapi jumlah gaya drag Tipe U, Majalah Ilmiah STTR, Cepu
yang ditimbulkan akan semakin tinggi
juga, sehingga menurunkan koefisien LAPAN. Potensi Energi Angin Indonesia.:
daya http://www.Energy.lip.go.id.

3. Pembebanan mempengaruhi putaran Mahendra Bayu. 2012, Pengaruh Jumlah


dan daya yang dihasilkan oleh turbin. Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin
Hal ini dapat dilihat dari koefisien daya Angin Savonius Type L. Universitas
yang menunjukkan bahwa ketika Brawijaya
dilakukan pembebanan, maka koefisien

9
Sargolzay, J. 2007. Prediction of The
Power Ratio in Wind Turbine
SavoniusRotors Using Artifical Neural
Networks. Zahedan:Baluchestan
University
Soelaiman; 2006 : Pengaruh bentuk Sudu
Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin
Savonius. Majalah Ilmiah STTR,
Cepu.

10

Anda mungkin juga menyukai