Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS KINERJA TURBIN ANGIN POROS

HORIZONTAL AIRFOIL NACA 4415 DENGAN


JUMLAH SUDU 5

Disusun oleh
AZKA FALIHAL HABIB
4.22.17.0.03

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA PEMBANGKIT
ENERGI JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
ANALISIS KINERJA TURBIN ANGIN POROS
HORIZONTAL AIRFOIL NACA 4415 DENGAN
JUMLAH SUDU 5

Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Melengkapi Sebagian


Persyaratan Menjadi Sarjana Terapan

Disusun oleh
AZKA FALIHAL HABIB
4.22.17.0.03

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA PEMBANGKIT
ENERGI JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul


“Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil NACA 4415 dengan
Jumlah Sudu 5” yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana
Terapan pada Program Studi Teknologi rekayasa Pembangkit Energi Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, sejauh yang kami ketahuai bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan di lingkungan
Politeknik Negeri Semarang maupun di perguruan tinggi atau intansi manapun,
kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagai mana mestinya.

Semarang, 01 September 2021

Azka Falihal Habib


4.22.17.0.03

i
HALAMAN

Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal
Airfoil NACA 4415 dengan Jumlah Sudu 5” dibuat guna melengkapi
persyaratan menjadi Sarjana Terapan pada Program Studi Teknologi Rekayasa
Pembangkit Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang dan
disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian tugas akhir.

Semarang, 01 September 2021


Pembimbing I, Pembimbing II,

Sahid, S.T., M.T. Ir. Mulyono, M.T.


197005121996011001 196212181990031003

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknologi Rekayasa Pembangkit Energi

Ir. Mulyono, M.T.


196212181990031003

i
HALAMAN

Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal
Airfoil NACA 4415 dengan Jumlah Sudu 5” telah dipertahankan dalam ujian
wawancara dan diterima sebagai syarat untuk menjadi Sarjana Terapan pada
Program Studi Teknologi Rekayasa Pembangkit Energi Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang pada tanggal 06 September 2021.

Tim Penguji
Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Prof. Dr. Totok Prasetyo, F. Gatot Sumarno, S.T., Nur Fatowil Aulia, S.T.,
B. Eng., M.T., IPU. M.T. M.T.
196204271991031001 196109061988031001 198909072019031012

Ketua Sekretaris

Sahid, S.T., M.T. Supriyo, S.T., M.T.


197005121996011001 196304241993031001

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T.


197005051999031002

i
KATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Analisis
Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil NACA 4415 dengan Jumlah
Sudu 5” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
studi pendidikan Diploma IV Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang.
Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan
semua pihak. untuk itu perkenankanlah penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Supriyadi, M.T. selaku direktur Politeknik Negeri Semarang.
2. Bapak Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T. selaku ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Ir. Mulyono, M.T. selaku ketua Program Studi Teknologi Rekayasa
Pembangkit Energi Politeknik Negeri Semarang, yang juga selaku dosen
pembimbing II yang telah membimbing dan meluangkan waktu dan tenaganya
sehingga penulis dapat menyusun laporan Tugas Akhir dengan baik dan benar.
4. Bapak Sahid, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
dan meluangkan waktu dan tenaganya serta membantu penulis dalam
menyusun laporan Tugas Akhir.
5. Seluruh Dosen pengampu mata kuliah di Program Studi Teknologi Rekayasa
Pembangkit Energi yang telah banyak memberikan ilmu dan nasihat.
6. Pihak – pihak lain yang tidak bisa penulis sebut satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberikan dorongan sampai selesainya laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini, sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis hanya
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan banyak manfaat.

Semarang, 01 September 2021

Azka Falihal Habib

v
Abstrak

Azka Falihal Habib, “Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil NACA 4415 Dengan
Jumlah Sudu 5”. Tugas Akhir DV Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, di bawah
bimbingan Sahid, S.T., M.T. dan Ir. Mulyono, M.T. September 2021, 70 halaman.

Turbin angin poros horizontal memiliki kelebihan utama yaitu mampu menghasilkan efisiensi
turbin angin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah merancang, membuat, menguji serta
menganalisis kinerja turbin angin poros horizontal sudu airfoil NACA 4410 dan sudu airfoil
NACA 4415 dengan jumlah sudu 5. Tahapan penelitian ini meliputi persiapan mencari literatur,
perencanaan dan pembuatan benda uji sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415, perakitan alat
uji dan perangkaian instalasi turbin angin, pengujian dan pengambilan data kinerja turbin angin,
pengolahan data dan analisis, hasil akhir. Pengujian dilakukan dengan variabel uji kecepatan
angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa turbin
angin poros horizontal airfoil NACA 4410 menghasilkan efisiensi lebih tinggi daripada airfoil
NACA 4415 yaitu 26,64%, 17,17%, 4,22% pada kecepatan angin 4 m/s, 6 m/s, dan 8 m/s. Namun
pada kecepatan angin 10 m/s, sudu airfoil NACA 4415 justru menghasilkan efisiensi lebih tinggi
yaitu 3,22% daripada airfoil NACA 4410 yang hanya efisiensi sistem sebesar 3,14%. Salah satu
parameter yang mempengaruhi hasil efisiensi turbin angin yaitu nilai momen inersia.

Kata Kunci : turbin angin poros horizontal, efisiensi turbin angin, sudu airfoil NACA 4410,
sudu airfoil NACA 4415, momen inersia.

vi
Abstract

Azka Falihal Habib, "Analysis of the Performance Horizontal Axis Wind Turbine NACA Airfoil
4415 with a number of 5 sudus". Final Project DV Mechanical Engineering Department State
Polytechnic of Semarang, under the guidance of Sahid, S.T., M.T. and Ir. Mulyono, M.T.
September 2021, 70 pages.

Horizontal axis wind turbines have the main advantage of being able to produce high wind turbine
efficiency. The purpose of this study was to design, make, test and analyze the performance of the
horizontal axis wind turbine balde NACA airfoil 4410 and sudu NACA airfoil 4415 with a number
of sudus 5. The stages of this study included the preparation of searching for literature, planning
and manufacturing of NACA airfoil 4410 and NACA airfoil 4415, assembly test equipment and
wind turbine installations, testing and data transfer of wind turbine performance, data processing
and analysis, final results. Testing with a variable wind speed test 4 m / s, 6 m / s, 8 m / s and 10 m
/ s. The results of the test conducted showed that the horizontal axis wind turbine of the NACA
airfoil 4410 produced a higher efficiency than the NACA Airfoil 4415 which was 26.64%, 17.17%,
4.22% at wind speed 4 m/s, 6 m/s, and 8 m/s. But at the wind speed of 10 m/s, the sudu NACA
airfoil 4415 actually produced higher efficiency, which was 3.22% rather than the NACA airfoil
4410 which was only a system efficiency of 3.14%. One of the parameters that affect the efficiency
of a wind turbine is the moment of inertia.

Keywords : horizontal axis wind turbine, efficiency wind turbine, sudu NACA airfoil 4410,
sudu NACA airfoil 4415, moment of inertia.

v
DAFTAR ISI

halaman
JUDUL......................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR......................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
DAFTAR SIMBOL...............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.1.1 Perumusan Masalah............................................................................3
1.1.2 Manfaat yang Diharapkan..................................................................3
1.1.3 Tujuan.................................................................................................3
1.2 Pembatasan Masalah..................................................................................4
1.3 Sistematika Penulisan Tugas Akhir...........................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Dasar Teori................................................................................................7
2.1.1 Potensi Energi Angin.........................................................................7
2.1.2 Teori Blade Element Momentum (BEM)............................................8
2.1.3 Prinsip Kerja Turbin Angin................................................................9
2.1.4 Turbin Angin Poros Horizontal........................................................10
2.1.5 Turbin Angin Poros Vertikal............................................................12
2.1.6 Sudu Turbin Angin...........................................................................13
2.1.7 Airfoil...............................................................................................15
2.1.8 NACA Seri 4 Digit...........................................................................17
2.1.9 Gaya pada Turbin Angin..................................................................17
2.1.10 Gaya Aerodinamik pada Turbin Angin............................................18

2.1.11 Reynolds Number.............................................................................20


vi
2.1.12 Persamaan Turbin Angin..................................................................20
2.1.13 Sistem Turbin Angin........................................................................22
2.2 Kajian Pustaka.........................................................................................23
BAB III KEGIATAN PELAKASANAAN............................................................25
3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir..................................................25
3.2 Persiapan..................................................................................................26
3.3 Perencanaan dan Pembuatan benda Uji...................................................26
3.4 Perakitan Alat Uji....................................................................................28
3.5 Pengujian Kinerja Turbin Angin.............................................................30
3.5.1 Prosedur Pengujian Turbin Angin....................................................35
3.6 Pengolahan Data dan Analisis..................................................................36
3.7 Hasil Akhir..............................................................................................37
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................38
4.1 Penyajian Data.........................................................................................38
4.2 Pengolahan Data Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal......................39
4.3 Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal....................................45
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................56
LAMPIRAN...........................................................................................................57

ix
DAFTAR GAMBAR

halaman
Gambar 2. 1 Model Aliran dari Teori Momentum Beltz (Hau, 2006).....................8
Gambar 2. 2 Koefisien Daya Berbanding dengan Rasio Kecepatan Aliran
Sebelum dan Setelah Konversi Energi................................................9
Gambar 2. 3 Grafik Hubungan Antara Cp dengan Tip Speed Ratio (λ) Berbagai
Jenis Turbin Angin............................................................................10
Gambar 2. 4 Variasi Jumlah Sudu Sudu pada TAPV.............................................11
Gambar 2. 5 Bentuk-Bentuk Kincir Angin Poros Horizontal................................11
Gambar 2. 6 Bentuk-Bentuk Kincir Angin Poros Vertikal....................................12
Gambar 2. 7 Turbin Angin Poros Vertikal.............................................................12
Gambar 2. 8 Jenis-Jenis Sudu.................................................................................14
Gambar 2. 9 Airfoil.................................................................................................15
Gambar 2. 10 Berbagai Bentuk Airfoil yang Berkembang Sekarang.....................16
Gambar 2. 11 Bagian-Bagian pada Airfoil.............................................................16
Gambar 2. 12 Airfoil NACA 4415 dengan Panjang Chord 38 mm.......................17
Gambar 2. 13 Gaya-Gaya pada Turbin Angin.......................................................18
Gambar 2. 14 Ilustrasi Gaya Lift dan Gaya Drag..................................................19
Gambar 2. 15 Rangkaian Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal....................22
Gambar 3. 1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir............................................25
Gambar 3. 2 Dimensi Sudu Airfoil NACA 4415...................................................26
Gambar 3. 3 Variabel Penelitian............................................................................27
Gambar 3. 4 Hub Sudu...........................................................................................27
Gambar 3. 5 Penyearah 3 Fasa Gelombang Penuh................................................28
Gambar 3. 6 Model Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil NACA 4415.............29
Gambar 3. 7 Blower...............................................................................................30
Gambar 3. 8 Anemometer......................................................................................31
Gambar 3. 9 Tachometer........................................................................................32
Gambar 3. 10 Bevel Protractor..............................................................................32
Gambar 3. 11 Hygrometer......................................................................................33
Gambar 3. 12 Voltmeter.........................................................................................34
Gambar 3. 13 Amperemeter...................................................................................34

x
Gambar 4. 1 Massa Sudu Airfoil NACA 4410.......................................................39
Gambar 4. 2 Massa Sudu Airfoil NACA 4415.......................................................39
Gambar 4. 3 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran Turbin
Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin
4 m/s..................................................................................................46
Gambar 4. 4 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran Turbin
Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin
6 m/s..................................................................................................48
Gambar 4. 5 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran Turbin
Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin
8 m/s..................................................................................................49
Gambar 4. 6 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran Turbin
Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin
10 m/s................................................................................................51

x
DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 1. 1 Skala Beaufort.........................................................................................1

Tabel 3. 1 Spesifikasi Generator............................................................................29


Tabel 3. 2 Spesifikasi Blower................................................................................30
Tabel 3. 3 Spesifikasi Anemometer.......................................................................31
Tabel 3. 4 Spesifikasi Tachometer.........................................................................32
Tabel 3. 5 Spesifikasi Bevel Protactor...................................................................32
Tabel 3. 6 Spesifikasi Hygrometer.........................................................................33
Tabel 3. 7 Spesifikasi Voltmeter............................................................................34
Tabel 3. 8 Spesifikasi Ampermeter........................................................................34
Tabel 4. 1 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil
NACA 4410 pada Kecepatan Angin 4 m/s............................................38
Tabel 4. 2 Massa Sudu Airfoil NACA 4410 dan NACA 4415..............................39
Tabel 4. 3 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 4 m/s..............40
Tabel 4. 4 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 6 m/s..............42
Tabel 4. 5 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 8 m/s..............42
Tabel 4. 6 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 10 m/s............43
Tabel 4. 7 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 4 m/s..............43
Tabel 4. 8 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 6 m/s..............43
Tabel 4. 9 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 8 m/s.............44
Tabel 4. 10 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 10 m/s..........44

x
DAFTAR

halaman
Lampiran 1 Perhitungan Massa Jenis Udara.......................................................57
Lampiran 2 Tabel Kelembapan Udara................................................................59
Lampiran 3 Tabel Saturated Water.....................................................................60
Lampiran 4 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu
Airfoil NACA 4410........................................................................61
Lampiran 5 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu
Airfoil NACA 4415........................................................................63

xi
DAFTAR

A = Luas Sapuan Rotor Turbin Angin [m2]


b = Jumlah Sudu [-]
c = Panjang Chord Sudu [mm]
𝐶𝐷 = Koefisien Drag [-]
𝐶𝐿 = Koefisien Lift [-]
Cp = Koefisien Daya Turbin Angin [-]
D = Diameter Rotor Turbin Angin [m]
𝐹𝐷 = Gaya Drag [Newton]
𝐹𝐿 = Gaya Lift [Newton]
I = Arus [Ampere]
n = Putaran [rpm]
P = Daya Keluaran Rotor Turbin Angin [Watt]
P𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = Daya Kinetik Angin [Watt]
P𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = Daya Generator [Watt]
r = Jari – jari Rotor Turbin [m]
Re = Reynolds Number [-]
S = Luas Area Paparan Angin [m2]
𝑣 = Kecepatan Angin [m/s]
V = Tegangan [Volt]
𝜂sistem = Efisiensi Sistem [%]
𝜌 = Massa Jenis Udara [kg/m3]
λ = Tip Speed Ratio [-]

µ = Viskositas Dinamik [kg/ms]

xi
BAB I

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat
melimpah, salah satunya adalah sumber energi angin. Terletak di garis
khatulistiwa merupakan faktor, bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin
yang melimpah. Potensi energi angin di Indonesia cukup memadai, karena
kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 m/s. Tabel 1.1 merupakan kondisi angin
pada rentang skala. Hasil Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan
angin di atas 5 m/detik (Saputra, 2016).

Tabel 1. 1 Skala Beaufort

Skala Beaufort seperti pada Tabel 1.1, menunjukkan bahwa pantaslah apabila
angin dimanfaatkan, salah satunya penggunaan turbin angin. Perancangan sebuah
turbin angin berdasarkan daya yang dihasilkan tidak terlepas dari perancangan
sudu-sudu (rotor) turbin, seperti perancangan turbin angin untuk kapasitas rumah
tangga. Perancangan turbin skala rumah tangga memerlukan jenis sudu yang
dapat bergerak pada keadaan kecepatan angin rendah sehingga memerlukan
analisis terhadap sudu (blade) turbin tersebut dengan menggunakan model NACA
(Soeripno dan Ibrochim, 2009). Kelemahan potensi angin di Indonesia adalah
tingkat kontinuitas yang rendah. Kecepatan angin sangat bervariasi dari rendah
sampai tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan desain turbin angin yang dapat
secara baik beroperasi pada kecepatan rendah maupun tinggi.

1
2

Pemanfaatan energi angin di Indonesia sekarang ini diarahkan untuk listrik


pedesaan dan berkontribusi sebagai energi alternatif di masa mendatang.
Penggunaan turbin angin kecil memiliki potensi yang cukup baik, sementara
penggunaan turbin angin besar juga sangat dimungkinkan. Dengan terus
berkembangnya teknologi energi angin dan meningkatnya kebutuhan energi,
sistem energi angin ini akan semakin berdaya saing.

Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) yang sudah ada dipasaran yaitu dengan
jenis sudu airfoil NACA 4410 dengan berjumlah 5 sudu. Mengacu pada potensi
angin di Indonesia berkisar 3,5 – 7 m/s (Saputra, 2016). Perlu adanya
pengembangan agar mampu beroperasi pada kondisi yang sesuai dengan potensi
angin di Indonesia. Salah satu parameter kinerja angin yaitu rotor solidity,
semakin rendah kecepatan angin diperlukan rotor solidity yang semakin besar
(Sahid dkk, 2017). Dengan kata lain, turbin angin dengan sudu airfoil dapat
diterapkan di Indonesia dengan cara meningkatkan solidity yaitu menambah tebal
sudu airfoil.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rajakumar dkk (2017) menyebutkan
bahwa berdasarkan pengujian jenis airfoil NACA seri 4 digit yaitu NACA 4410,
4420, 4430 dan 4440 pada turbin angin dengan variabel desain berupa kecepatan
angin, angle of attack dan tip speed ratio dengan tujuan untuk mencapai daya
output setinggi mungkin, didapatkan hasil koefisien daya optimum diantara
keempat jenis airfoil NACA (4410, 4420, 4430, 4440) pada kecepatan angin 10
m/s menunjukkan bahwa NACA 4410 mampu menghasilkan koefisien daya
tertinggi diantara yang lainnya yaitu sebesar 0,45 pada angle of attack 6,62°dan
tip speed ratio 8,173.

Hal ini yang mendasari gagasan penelitian untuk mengembangkan desain turbin
angin poros horizontal sudu airfoil dengan menambah tebal sudu pada airfoil
NACA 4410. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis
kinerja turbin angin poros horizontal dengan penambahan tebal sudu airfoil
dengan basis NACA 4415, namun tetap dengan dimensi sudu turbin dan panjang
chord yang sama.
3

1.1.1 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu menganalisis kinerja perbedaan tebal
sudu airfoil dengan basis NACA 4410 yang ada dipasaran dengan NACA 4415.
Untuk menjawab penelitian tersebut akan dibuat model sudu airfoil yang lebih
tebal yaitu sudu airfoil NACA 4415 serta akan dikaji kinerjanya pada kecepatan
angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s.

1.1.2 Manfaat yang Diharapkan


Manfaat yang diharapkan dari “Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal
Airfoil NACA 4415 Dengan Jumlah Sudu 5” adalah :
a. Institusi
Meningkatkan mutu pendidikan Politeknik Negeri Semarang khususnya
Program Studi Teknologi Rekayasa Pembangkit Energi dalam hal penelitian
dan pengembangan sumber daya manusia dibidang teknologi energi baru dan
terbarukan.
b. Mahasiswa
Penerapan ilmu pengetahuan dan kemampuan mahasiswa yang telah didapat
selama masa perkuliahan serta dapat menambah pengalaman dalam
pengembangan penelitian turbin angin.
c. Masyarakat Umum
Sebagai acuan bagi peneliti lain yang melalukan penelitian dengan
permasalahan topik yang sama serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

1.1.3 Tujuan
a. Tujuan Teknik
Tujuan teknik yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Merancang dan membuat sudu airfoil NACA 4415 dengan jumlah 5 sesuai
kaidah standar NACA.
2. Melakukan uji kinerja model turbin angin poros horizontal yang telah
dibuat (NACA 4415) dan membandingkan dengan turbin angin poros
horizontal airfoil NACA 4410 jumlah 5.
3. Melakukan analisis kinerja turbin angin poros horizontal airfoil NACA
4415 dan NACA 4410 dengan berbagai kecepatan angin.
4

b. Tujuan Akademis
Tujuan akademis yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi Diploma IV Program
Studi Teknologi Rekayasa Pembangkit Energi Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang.
2. Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapat
selama kuliah di Program Studi Diploma IV Program Studi Teknologi
Rekayasa Pembangkit Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Semarang.
3. Menerapkan salah satu pelakasanaan Tri Dharma perguruan tinggi negeri
yaitu dibidang penelitian.

1.2 Pembatasan Masalah


Adapun batasan masalah yang digunakan pada Tugas Akhir (TA) ini adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian dilakukan secara eksperimen.
b. Variabel penelitian ialah perbedaan tebal sudu yang disesuaikan pada basis
standar National Advisory Committee for Aeronautics (NACA).
c. Variasi penelitian ialah jenis sudu airfoil NACA 4415 dan 4410.
d. Variabel bebas atau variabel uji berupa kecepatan angin 4 m/s – 10 m/s.
e. Variabel kontrol berupa bahan alumunium pada masing-masing sudu airfoil
NACA 4410 dan NACA 4415 dengan jumlah sudu 5.
f. Penulis hanya membahas analisis perbandingan kinerja Turbin Angin
Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA 4410 dengan NACA 4415.

1.3 Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) “Analis Kinerja Turbin Angin Poros
Horizontal Airfoil NACA 4415 dengan Jumlah Sudu 5” dikelompokkan menjadi
beberapa bab. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman bagi
pembaca. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan akhir.
5

a. Latar belakang berisi tentang potensi energi angin sebagai energi alternatif
pengganti energi fosil dengan kelebihan utama turbin angin berjenis poros
horizontal mampu menghasilkan efisiensi tinggi. Adapun latar belakang
meliputi :
1. Perumusan masalah menjelaskan analisis kinerja turbin poros horizontal
airfoil NACA sehingga diperlukannya suatu penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir agar penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan.
3. Tujuan penulisan tugas akhir berisi tentang tujuan secara teknis dan
akademis yang akan dicapai.
b. Pembatasan masalah menjelaskan parameter-parameter yang menjadi batasan
dalam analisis turbin angin jenis poros horizontal yang diteliti.
c. Sistematika penulisan menjelaskan sistematika kepenulisan dari penulisan
tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisikan dasar teori yang membantu untuk memecahkan masalah dalam
tugas akhir. Dasar teori meliputi potensi energi angin, teori Sudu Element
Momentum (BEM), prinsip kerja turbin angin, Turbin Angin Poros Horizontal
(TAPH), Turbin Angin Poros Vertikal (TAPV), sudu, airfoil, NACA seri 4 digit,
gaya pada turbin angin, gaya aerodinamik pada turbin angin, reynolds number,
persamaan dasar turbin angin, sistem turbin angin. Dalam bab ini juga berisi
kajian Pustaka yang menjelaskan pemahaman penelitian-penelitian sebelumnya
yang relevan dengan topik tugas akhir ini.

BAB III KEGIATAN PELAKSANAAN


Bab ini berisikan tentang tahapan dan metode penelitian. Diantaranya diagram alir
pelaksanaan tugas akhir, persiapan, perencanaan dan pembuatan benda uji,
perakitan, pengujian kinerja turbin angin, pengolahan data, analisis, hasil akhir.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi tentang hasil penelitian, hasil pengujian, hasil perhitungan, grafik
pengujian, dan analisis data turbin angin poros horizontal dengan variabel
penelitian perbedaan jenis airfoil pada basis NACA.
6

a. Data pengujian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik, foto atau
bentuk lain.
b. Pembahasan berupa penjelasan teoritis berdasarkan data yang telah diperoleh
dari pengujian turbin, selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan hasil akhir.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil akhir pengujian yang berupa
pemaparan dari analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Potensi Energi Angin
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat
melimpah, salah satunya adalah sumber energi angin. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dan salah satu negara yang terletak di garis khatulistiwa
merupakan faktor, bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin yang
melimpah. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara udara
panas dan udara dingin. Di daerah katulistiwa, udaranya menjadi panas
mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih
dingin. Sebaliknya daerah kutub yang dingin, udara menjadi dingin dan turun ke
bawah. Dengan demikian terjadi perputaran udara berupa perpindahan udara dari
kutub utara ke garis katulistiwa menyusuri permukaan bumi dan sebaliknya suatu
perpindahan udara dari garis katulistiwa kembali ke kutub utara, melalui lapisan
udara yang lebih tinggi. Potensi energi angin di Indonesia cukup memadai, karena
kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 m/s. Hasil Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah
memiliki kecepatan angin di atas 5 m/detik, masing-masing Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.

Perkembangan energi angin di Indonesia untuk saat ini masih tergolong rendah.
Salah satu penyebabnya adalah karena kecepatan angin rata – rata di wilayah
Indonesia tergolong kecepatan angin rendah, yaitu berkisar antara 3 m/s hingga 5
m/s, sehingga memungkinkan untuk dikembangkanya teknologi turbin angin
(Adliel dkk, 2015).

Kecepatan angin yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin angin


dibatasi dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat dan kondisi angin yang dapat
digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat dilihat seperti pada Tabel 1.1.
Tidak semua jenis angin dapat digunakan untuk memutar turbin pembangkit listik
tenaga angin. Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas
maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik. Maka pantaslah apabila angin di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai

7
8

pembangkit energi listrik yaitu dengan mengubah kecepatan angin menjadi energi
mekanik oleh sudu-sudu turbin, kemudian dari poros turbin akan memutar
generator yang akan menghasilkan listrik. Berbagai macam penemuan turbin
angin sebagai pembangkit energi alternatif sudah ditemukan sejak lama dengan
berbagai macam bentuk desain.

2.1.2 Teori Blade Element Momentum (BEM)


Menurut Betz, seorang insinyur Jerman, besarnya energi yang maksimum dapat
diserap dari angin adalah hanya 0.59259 dari energi yang tersedia. Sedangkan hal
tersebut juga dapat dicapai dengan daun turbin yang dirancang dengan sangat baik
serta dengan kecepatan keliling daun pada puncak daun sebesar 6 kali kecepatan
angin. Pada dasarnya turbin angin untuk generator listrik hanya akan bekerja
antara suatu kecepatan angin minimum, yaitu kecepatan star (Cs), dan kecepatan
nominalnya (Cr) (Hau, 2006).

Teori momentum elementer Betz sederhana berdasarkan pemodelan aliran dua


dimensi angin yang mengenai rotor menjelaskan prinsip konversi energi angin
pada turbin angin. Kecepatan aliran udara berkurang dan garis aliran membelok
ketika melalui rotor dipandang pada satu bidang. Berkurangnya kecepatan aliran
udara disebabkan sebagian energi kinetik angin diserap oleh rotor turbin angin.
Pada kenyataannya, putaran rotor menghasilkan perubahan kecepatan angin pada
arah tangensial yang akibatnya mengurangi jumlah total energi yang dapat
diambil dari angin. Walaupun teori elementer Betz telah mengalami
penyederhanaan, namun teori ini cukup baik untuk menjelaskan bagaimana energi
angin dapat dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya (Hau, 2006). Pada
Gambar 2.1 merupakan gambar model aliran dari teori momentum beltz.

Gambar 2. 1 Model Aliran dari Teori Momentum Beltz (Hau, 2006)


9

Koefisien daya hasil dari konversi daya angin ke daya mekanis turbin tergantung
pada perbandingan dari kecepatan angin sebelum dan sesudah dikonversikan. Jika
keterkaitan ini di plotke dalam grafik, secara langsung solusi analitis juga dapat
ditemukan dengan mudah. Dapat dilihat bahwa koefisien daya mencapai
maksimum pada rasio kecepatan angin tertentu seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Koefisien Daya Berbanding dengan Rasio Kecepatan Aliran


Sebelum dan Setelah Konversi Energi

Besarnya efisiensi maksimum dari turbin angin (Cp) adalah 𝐶𝑝 = 16 = 0,593.


27

Dengan kata lain, turbin angin dapat mengkonversikan tidak lebih dari 60%
tenaga total angin menjadi tenaga berguna. Betz adalah orang pertama yang
menemukan nilai ini, nilai ini disebut juga dengan Betz factor.

2.1.3 Prinsip Kerja Turbin Angin


Turbin angin bekerja berdasarkan prinsip perubahan energi kinetik angin sebelum
dan setelah melewati rotor turbin angin. Ketika melewati rotor, angin mengalami
pengurangan energi kinetik yang ditandai dengan berkurangnya kecepatan angin.
Energi kinetik yang hilang ini dikonversikan menjadi energi mekanik yang
memutar rotor turbin angin. Putaran rotor tersebut kemudian digunakan sesuai
dengan kebutuhan seperti memutar generator untukmenghasilkan listrik.

Daya yang dihasilkan dari konversi oleh rotor turbin angin sebanding dengan
pangkat tiga kecepatan angin. Daya yang dihasilkan oleh rotor turbin angin adalah
1

P = (Cp)(0,5)(ρ)(A)(v 3) (2.1)
Keterangan :
P = Daya Keluaran Rotor Turbin Angin (Watt)
Cp = Koefisien Daya Turbin Angin (-)
v = Kecepatan Angin (m/s)
Ρ = Massa Jenis Udara (kg/m3)
A = Luas Sapuan Turbin Angin (m2)

Menurut Albert Betz seorang ahli aerodinamika Jerman, efisiensi maksimal yang
dapat hubungan antara koefisien performa (Cp) berbagai jenis turbin angin dengan
kecepatan ujung sudu (Tip Speed Ratio) seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Grafik Hubungan Antara Cp dengan Tip Speed Ratio (λ) Berbagai
Jenis Turbin Angin
2.1.4 Turbin Angin Poros Horizontal
Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) merupakan turbin yang poros utamanya
berputar menyesuaikan arah angin, memiliki sumbu putar terletak sejajar
dengan permukaan tanah, selain itu sumbu putar rotornya selalu searah dengan
arah angin. Agar sudu turbin dapat berputar dengan baik, arah angin harus sejajar
dengan poros turbin dan tegak lurus terhadap arah putaran sudu turbin. Biasanya
turbin jenis ini memiliki sudu berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada
pesawat. Tipe – tipe turbin angin poros horizontal dibedakan menjadi 2 menurut
arah datangnya angin yaitu upwind turbine yang memiliki rotor yang menghadap
1

dengan arah datangnya angin dan downwind turbine yang memiliki rotor
membelakangi arah datangnya angin. Pada turbin ini, putaran sudu turbin terjadi
karena adanya gaya angkat (lift) pada sudu yang ditimbulkan oleh aliran angin.
Turbin ini cocok digunakan pada tipe angin sedang dan tinggi, dan banyak
digunakan sebagai pembangkit listrik skala besar. Jumlah sudu pada TAPH
bervariasi, mulai dari satu sudu, dua sudu, tiga sudu, dan banyak sudu (multi
sudu) yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi angin.
Gambar variasi jumlah sudu pada TAPH dapat dilihat pada Gambar 2.4. Secara
umum semakin banyak jumlah sudu, semakin tinggi putaran turbin.

Gambar 2. 4 Variasi Jumlah Sudu pada TAPH


Pada Gambar 2.5 ditampilkan beberapa bentuk-bentuk kincir angin poros
horizontal. Kelebihan turbin jenis ini, yaitu memiliki efisiensi yang tinggi, dan
cut-in wind speed rendah. Kekurangannya, yaitu turbin jenis ini memiliki desain
yang lebih rumit karena sudu turbin hanya dapat menangkap angin dari satu arah
sehingga dibutuhkan pengarah angin selain itu penempatan dinamo atau generator
berada di atas tower sehingga menambah beban tower.

Gambar 2. 5 Bentuk - bentuk Kincir Angin Poros Horizontal


1

2.1.5 Turbin Angin Poros Vertikal


Turbin Angin Poros Vertikal (TAPV) merupakan turbin angin sumbu tegak yang
gerakan poros dan sudu turbin sejajar dengan arah angin, sehingga sudu turbin
dapat berputar pada semua arah angin. Sama halnya seperti turbin angin poros
horizontal, turbin angin poros vertikal juga mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya adalah perawatan kincir angin ini cukup mudah karena
letaknya yang dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan kekurangannya yaitu
memiliki kecepatan putaran yang rendah, karena letaknya dekat dengan tanah.

Ada beberapa tipe sudu turbin pada turbin angin jenis ini, yaitu: Savonius,
Darrieus, dan H sudu turbin. Turbin Savonius memanfaatkan gaya drag
sedangkan Darrieus dan H sudu turbin memanfaatkan gaya lift. bentuk-bentuk
kincir angin poros vertikal dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.

Gambar 2. 6 Bentuk - bentuk Kincir Angin Poros Vertikal

(a) (b) (c)


Gambar 2. 7 Turbin Angin Poros Vertikal
(a) Turbin Savonius, (b) Turbin Darrieus, (c) Turbin H
1

Turbin Angin Poros Vertikal (TAPV) awalnya lebih berkembang untuk konversi
energi mekanik, tetapi seiring dengan perkembangan desain, turbin tipe ini banyak
digunakan untuk konversi energi listrik skala kecil.

2.1.6 Sudu Turbin Angin


Sudu merupakan bagian penting dalam suatu sistem turbin angin sebagai
komponen yang berinteraksi langsung dengan angin dan merubahnya menjadi
energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak, dari fungsi sudu tersebut,
maka dilakukan eksperimen lebih lanjut untuk mencoba membuat sudu TAPH.

Pada perkembangannya saat ini, produk komersil lebih banyak mengembangkan


tipe 2 dan 2 sudu propeller. Sudu terdiri dari beberapa bagian, seperti :
 Setting of angle (pitch, sudut antara chord line dan bidang rotasi dari rotor).
 Angle of attack (sudut antara chord line dengan arah gerak udara relatif).

Dapat dilihat bahwa putaran turbin semakin meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya kecepatan angin, artinya dengan semakin besar kecepatan angin
yang diberikan maka semakin besar pula energi angin yang mengakibatkan sudu
turbin berputar. Dengan kata lain energi angin yang dapat dikonversikan turbin
menjadi putaran turbin semakin meningkat pula.

Kerapatan antara sudu satu dengan yang lainnya juga akan mempengaruhi putaran
turbin semakin dekat jarak sudu dengan sudu yang lain akan mempengaruhi
jumlah sudu penagkap anginnya maka putaran turbin semakin meningkat. Dengan
jumlah sudu yang sedikit, maka luasan sudu penangkap anginnya sedikit dan
kecepatan putaran semakin rendah juga, sebaliknya semakin banyak jumlah sudu
juga semakin tinggi kecepatan angin maka semakin banyak luasan sudu untuk
menangkap angin dan juga putaran poros semakin tinggi maka semakin tinggi
putarannya. Jumlah sudu yang sedikit mengakibatkan angin dengan mudah
melewati celah sudu sehingga gaya yang memutar sudu jadi kecil sehingga
kecepatan putar sudu juga rendah.

Sudu memiliki 3 jenis berdasarkan desainnya yaitu taper (mengecil ke ujungnya),


tapperless (pangkal dan ujungnya memiliki lebar yang sama), dan inverse-taper
(membesar ke ujungnya). Ketiga sudu ini memiliki kapasitasnya masing- masing,
1

seperti sudu taper cocok untuk angin berkecepatan tinggi, sementara inverse-taper
cocok untuk kecepatan angin rendah (putaran rendah, torsi tinggi) dan sudu
tapper-less cocok diantara keduannya. Gambar 2.8 merupakan jenis desain sudu.

Taper

Taper less

Inverse Taper

Gambar 2. 8 Jenis-Jenis Sudu


Dalam merancang suatu sudu ada beberapa aspek yang perlu dipahami, yaitu:
mekanika fluida, aerodinamika, material. Dengan memahami mekanika fluida dan
aerodinamika maka terdapat beberapa parameter dalam merancang suatu sudu,
seperti:
1. Tip Speed Ratio (TSR), seberapa kali lebih cepat antara kecepatan angin dan
putaran pada ujung sudu. Semakin besar nilai TSR maka semakin cepat juga
putaran ujung sudu.
2. Airfoil, bentuk desain ujung sudu berdasarkan gaya angkat dan dorong sudu
terhadap aliran udara yang melewatinya. Saat ini ada beraneka ragam desain
airfoil dengan karakteristik masing-masing.
3. Twist, sudut puntir (β) pada sudu antara chord line dengan bidang rotasi
rotor.
4. Angel of attack (α), sudut antara gerak aliran udara dengan chord line. Rasio
α yang paling baik dan umumnya digunakan adalah 4.
5. Power Coefficient (Cp), Kemampuan sudu untuk menyerap energi angin
yang diterimanya. Dari semua energi angin yang diterima, hanya sekitar
59,3% yang dapat diekstrak (Teorema Betz).
1

6. Panjang sudu, untuk menentukan seberapa banyak energi angin yang dapat
diperoleh berdasarkan luas area sapuan sudu.

2.1.7 Airfoil
Airfoil adalah bentuk geometri aerodinamis yang dapat menghasilkan gaya angkat
yang besar dengan gaya hambatan sekecil mungkin ketika melalui fluida. Karena
dapat menghasilkan gaya angkat yang besar dengan gaya hambat yang kecil maka
airfoil dipilih sebagai komponen sayap pesawat terbang. Gaya angkat dari sayap
pesawat terbang bergantung pada bentuk geometris airfoil. Begitu juga dengan
gaya hambat bergantung pada bentuk geometris airfoil.

Sayap pesawat terbang pada Gambar 2.9 melintang pada sumbu y. Udara
mengalir dengan kecepatan v paralel dengan bidang xz. Setiap bagian potongan
sayap pesawat terbang yang terpotong oleh sumbu xz adalah airfoil.

v∞

Gambar 2. 9 Airfoil
Profil airfoil adalah elemen penting dalam konversi energi angin. Profil airfoil
memberikan nilai koefisien drag yang kecil jika dibandingkan dengan lift yang
diberikan. Bentuk airfoil untuk turbin angin umumnya melengkung pada bagian
atas dan lebih datar atau bahkan cekung pada bagian bawah, ujung tumpul pada
bagian depan dan lancip pada bagian belakang. Bentuk airfoil yang demikian
menyebabkan kecepatan udara yang melalui sisi atas akan lebih tinggi dari sisi
bawah sehingga tekanan udara di bagian atas akan lebih kecil daripada kecepatan
udara di bagian bawah.

Penampang sudu airfoil memungkinkan efisiensi yang tinggi. Untuk turbin angin,
profil airfoil yang digunakan tergantung pada beberapa pertimbangan diantaranya
aspek koefisien daya yang ingin dicapai, aspek estetika, dan aspek keterbuatan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.
1

Gambar 2. 10 Berbagai Bentuk Airfoil yang Berkembang Sekarang


Gaya angkat terjadi pada airfoil karena kecepatan aliran udara di permukaan atas
airfoil lebih rendah dari pada kecepatan aliran udara di permukaan bawahnya.
Salah satu parameter geometris yang menentukan besarnya gaya angkat yang
dihasilkan suatu airfoil adalah lokasi ketebalan maksimumnya. Semakin jauh
lokasi – ketebalan maksimum dengan ujung awal maka akan mengakibatkan
semakin akhir pula terjadinya peningkatan kecepatan aliran udara yang melewati
permukaan airfoil sehingga akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
kecepatan rata-rata pada sepanjang permukaan tersebut menjadi lebih rendah, jika
hal tersebut terjadi pada permukaan atas airfoil maka akan menyebabkan semakin
besarnya gaya angkat. Bagian-bagian pada airfoil seperti pada Gambar 2.11.

Gambar 2. 11 Bagian-Bagian pada Airfoil


Bagian-bagian airfoil adalah sebagai berikut:
a. Leading Edge : Sisi depan airfoil.
b. Trailing Edge : Sisi belakang airfoil.
c. Chord : Jarak antara leading edge dan trailing edge.
d. Chord Line : Garis lurus yang menghubungkan leading edge
dan trailing edge.
e. Mean Camber Line : Garis yang membagi sama besar antara permukaan
atas dan bawah airfoil.
f. Camber : Jarak maksimum antara mean camber line dengan
chord line.
1

g. Thickness : Jarak maksimum antara permukaan atas


dan bawah airfoil.
Namun selain faktor tersebut masih ada faktor lain yang menentukan besarnya
kecepatan rata-rata aliran udara baik di permukaan atas maupun di permukaan
bawah airfoil, salah satunya besarnya sudut serang dan kecepatan aliran udara.

2.1.8 NACA Seri 4 Digit


Airfoil NACA adalah bentuk airfoil yang dikembangkan oleh National Advisory
Committee for Aeronautics (NACA). Jenis dari airfoil NACA dapat
diklasifikasikan dengan jumlah digit, salah satu serinya adalah 4 digit. Pada digit
pertama menyatakan nilai maksimum camber terhadap chord dalam satuan per
seratus. Digit kedua merupakan posisi camber pada chord dari leading edge
dalam satuan per sepuluh. Dua digit terakhir merupakan ketebalan airfoil terhadap
chord dengan nilai per seratus. Jika pada dua digit pertama menunjukkan angka
00 maka airfoil tersebut tidak memiliki camber atau termasuk airfoil simetris.

Sebagai contoh pada Gambar 2.12 yaitu airfoil NACA 4415 dengan panjang
chord 38 mm. Digit pertama angka 4 menunjukkan 4 per seratus dari chord atau
dapat disingkat dengan 0,04.c dan menunjukkan ketebalan maksimum dari
camber. Digit kedua angka 4 per sepuluh dari chord atau 0,4c sehingga posisi
ketebalan maksimum camber teletak pada 0,4.c dari leading edge. Dua digit
terakhir yaitu 15 per seratus dikalikan dengan chord atau 0,15.c menunjukkan
ketebalan maksimum airfoil.

Gambar 2. 12 Airfoil NACA 4415 dengan Panjang Chord 38 mm


2.1.9 Gaya pada Turbin Angin
Pada prinsipnya gaya-gaya angin yang bekerja pada sudu-sudu kincir poros
horizontal terdiri atas tiga komponen seperti pada Gambar 2.13 yaitu :
a. Gaya Aksial yaitu gaya yang mempunyai arah sama dengan angin. Gaya
ini harus ditampung oleh poros dan bantalan.
1

b. Gaya Sentrifugal yaitu gaya yang meninggalkan titik tengah. Bila kipas
bentuknya simetris, maka semua gaya sentrifugal akan saling meniadakan
atau resultannya sama dengan nol.
c. Gaya Tangensial yaitu gaya yang menghasilkan momen, bekerja tegak
lurus pada radius dan merupakan gaya produktif.

Gambar 2. 13 Gaya–Gaya pada Turbin Angin


2.1.10 Gaya Aerodinamik pada Turbin Angin
Sudu atau rotor berfungsi untuk menghasilkan putaran akibat gaya angin dan
menggerakkan poros turbin dan poros generator yang kemudian akan
menghasilkan energi listrik. Sudu turbin angin diusahakan memiliki kekasaran
yang sama pada setiap permukaannya sehingga gaya lift yang dihasilkan tinggi.
Bagian pangkal sudu dicengkeram oleh hub dengan menggunakan baut. Jari-jari
sudu adalah jarak dari sudu dari permukaan poros rotor sampai ujung dari sudu.

Pada sudu turbin angin akan terjadi tegangan geser pada permukaannya ketika
kontak dengan udara. Distribusi tegangan geser pada permukaan sudu ini
dipresentasi dengan adanya gaya dorong (drag) yang arahnya sejajar dengan arah
aliran fluida dan gaya angkat (lift) yang arahnya tegak lurus dari arah aliran fluida.
Kedua gaya ini menyebabkan sudu dapat berputar. Kedua gaya ini dipengaruhi
oleh bentuk sudu, luas permukaan bidang sentuh, sudut serang, dan kecepatan
angin.

Istilah drag merupakan gaya yang berasal dari energi angin yang mendorong lurus
sudu searah dengan arah angin. Gaya drag pada dasarnya digunakan oleh turbin
angin savonius. Gaya ini menyebabkan sudu bergerak. Namun, gerakan rotor
yang terjadi sangat rendah dan sudu yang sebenarnya bergerak melawan arah
1

angin akan memperlambat gerak rotor. Selain itu, terdapat gaya lain berupa lift
yang selalu bekerja pada sudut airfoil yang mengarahkan sudu terangkat akibat
gerak angin. Sudu turbin angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya
drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini
lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14.

Gambar 2. 14 Ilustrasi Gaya Lift dan Gaya Drag


Ketika sebuah benda apapun bergerak melalui sebuah fluida, suatu interaksi antara
benda dengan fuida terjadi. Gaya resultan dengan arah yang sama kecepatan hulu
disebut sebagai gaya hambat, D, dan gaya resultan yang tegak lurus terhadap arah
kecepatan hulu disebut sebagai gaya angkat (lift), L. Untuk turbin angin bertipe
horizontal membutuhkan gaya angkat yang besar dan sebisa mungkin membuat
gaya hambat (drag) kecil. Profil airfoil menyebabkan perbedaan tekanan
kecepatan udara yang memungkinkan mendapatkan efisiensi turbin angin tinggi.

Koefisien lift (CL) dan drag (CD) dapat dinotasikan sebagai berikut:

1 𝐹𝐿 2 (2.2)
𝐶𝐿 = 2
𝜌𝑆𝑣

𝐹𝐷 (2.3)
𝐶𝐷 = 1
𝜌 𝑆 𝑣2
2

Keterangan :
𝐶L = Koefisien Lift (-)
𝐶D = Koefisien Drag (-)
FL = Gaya Lift (Newton)
FD = Gaya Drag (Newton)
𝜌 = Massa Jenis Udara (kg/m3)
S = Luas Area Paparan Angin (m2)
v = Kecepatan Angin (m/s)
2

2.1.11 Reynolds Number


Reynold number (Re) atau bilangan Reynold adalah suatu bilangan tanpa dimensi
yang menganalisa gaya inersia Fluida. Fluida adalah zat yang tak mampu
menahan tekanan geser tanpa berubah bentuk. Sifat-sifat fluida itu sendiri adalah
kerapatan (density), laju aliran massa, dan viskositas. Viskositas adalah ukuran
ketahan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan – perubahan bentuk.
Jenis aliran fluida dan gaya gesekan yang terjadi dengan permukaannya akan
menentukan bilangan Reynold. Aliran Fluida dapat dibagi dalam tiga kategori :
laminar, transisi dan turbulen. Untuk membedakan antara aliran laminar, transisi,
dan turbulen maka digunakan bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynolds,
yang merupakan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya viskos. Jadi,
rumus bilangan reynold adalah :
(𝜌)(𝑣)(A) (2.4)
Re = µ

Keterangan :
Re = Reynolds Number (-)
v = Kecepatan Angin (m/s)
ρ = Massa Jenis Udara (kg/m3)
A = Luas Sapuan Rotor Turbin Angin (m2)
µ = Viskositas Dinamik (Kg/ms)

Bilangan Reynolds digunakan untuk menentukan apakah aliran akan laminar atau
turbulen. Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisan-lapisan atau lamina–lamina dengan satu lapisan meluncur secara
lancar. Aliran laminar ini mempunyai nilai bilangan Reynolds kurang dari 2000.

Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang pergerakan dari partikel–


partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran
partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu
bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar, dimana nilai
bilangan reynoldsnya lebih besar dari 4000.

2.1.12 Persamaan Turbin Angin


Persamaan-persamaan turbin angin adalah sebagai berikut :
2

a.
Daya Input (Pinput)
Besarnya daya input dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pinput = (0,5)(ρ)(A)(v3) (2.5)
Keterangan :
Pinput = Daya Kinetik Angin (Watt)
v = Kecepatan Angin (m/s)
ρ = Massa Jenis Udara (kg/m3)
A = Luas Sapuan Rotor Turbin Angin (m2)

b.
Daya Output (Poutput)
Besarnya daya generator atau daya listrik dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Poutput = (V)(I) (2.6)
Keterangan:
Poutput = Daya Generator (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

c.
Efisiensi Sistem (ηsistem)
Efisiensi sistem merupakan hasil dari perbandingan antara daya ouput dengan
daya input, persamaannya sebagai berikut :
P𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝜂sistem = x 100% (2.7)
P𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Keterangan:
𝜂sistem = Efisiensi Sistem (%)
Pinput = Daya Kinetik Angin (Watt)
Poutput = Daya Generator (Watt)

d.
Tip Speed Ratio (TSR)
Tip Speed Ratio merupakan perbandingan antara kecepatan diujung sudu
turbin dengan kecepatan angin sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
(2)(𝜋)(𝑟)(𝑛) (2.8)
λ= (60)(𝑣)

Keteranga
λ = Tip Speed Ratio (-)
2

r = Jari-Jari Turbin (m)


n = Putaran (rpm)
v = Kecepatan Angin (m/s)

e.
Solidity
Solidity adalah perbandingan antara luas sudu dengan luas sapuan rotor.
Solidity dapat dihitung sebagai berikut :
𝐵𝑙𝑎𝑑𝑒 𝑎𝑟𝑒𝑎 bxc (2.9)
Solidity : 𝑅𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑎𝑟𝑒𝑎 = D

Keterangan :
D = Diameter Rotor Turbin Angin (m)
b = Jumlah Sudu (-)
c = Panjang Chord Sudu (mm)

Semakin kecil nilai solidity maka keceptan putar turbin angin akan semakin
meningkat begitu juga sebaliknya, kemudian torsi yang dihasilkan akan
semakin tinggi apabila nilai solidity juga meningkat.

2.1.13 Sistem Turbin Angin


Putaran sudu membuat generator berputar dan menghasilkan tegangan AC 3 fasa
yang mewakili vektor arah angin, yaitu u, v, dan w. Kemudian dialirkan menuju
penyearah (Rangkaian 3 Fasa Gelombang Penuh) dan hasil keluaran dari penyearah
ini berupa tegangan DC (telah dikonversi dari AC menjadi DC karena media
penggunaan beban DC). Setelah itu, output dari penyearah dialirkan menuju alat ukur
ukur amperemeter (rangkaian seri), voltmeter (rangkaian parallel) untuk selanjutnya
menuju beban lampu DC (Watt). Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2. 15 Rangkaian Pengujian Turbin Angin Poros


2

2.2 Kajian Pustaka


Penggunaan turbin angin pada suatu daerah yang memiliki skala kecepatan angin
rendah diperlukan untuk efisiensi penggunaan turbin angin dan penggunaan pada
skala rumah tangga. Maka perlu dilakukan analisis studi literatur kepustakaan
mengenai jenis sudu turbin yang sesuai untuk aplikasi turbin angin pada keadaan
kecepatan angin rendah. Dimensi rotor turbin berpengaruh terhadap kemampuan
turbin untuk menangkap angin yang melewati turbin. Pemilihan jumlah sudu pada
turbin berdasarkan pada rancangan kecepatan turbin dan beberapa airfoil yang
cocok untuk diterapkan pada TASH dengan skala kecil hingga besar. Jenis bahan
yang sesuai dengan kajian adalah pipa PVC sebagai bahan dasar pembuatan sudu
turbin angin karena mudah dilakukan dan sesuai dengan salah satu standar
amerika tentang sudu turbin yaitu NACA 2410 (Saputra, 2016).

Penelitian pada turbin angin sumbu horizontal 6 sudu dengan diameter 1,5 meter
dan NACA 4412, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa turbin angin mulai
berputar pada kecepatan angin 2,7 m/s dan pada kecepatan angin 7,5 m/s
menghasilkan arus sebesar 0,7 Ampere. Sedangkan daya keluaran dari turbin
adalah 2,4 Watt sampai dengan 16,8 Watt dengan efisiensi 3,9% (Desya, 2011).

Turbin angin poros horizontal dengan variasi jumlah sudu, putaran terbesar yang
di hasilkan oleh turbin terjadi pada jumlah sudu 5. TAPH memiliki efisiensi
sistem (η) maksimum 3,07% dengan jumlah sudu 5 pada kecepatan angin 4 m/s,
sedangkan untuk Tip Speed Ratio (TSR) maksimum sebesar 2,11 pada jumlah
sudu 5 dengan kecepatan angin 4 m/s (Aryanto dkk, 2013).

Pengujian turbin angin sumbu horizontal dengan tujuan untuk mengetahui


pengaruh jumlah sudu terhadap sebuah non-twisted sudu jenis turbin angin airfoil
NACA 4415 pada tenaga listrik dihasilkan. Studi eksperimental digunakan dalam
penelitian ini. Sampelnya adalah Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) dengan
non-twisted sudu airfoil NACA 4415. Ada tiga variasi jumlah mata pisau yaitu
nomornya jumlah bilah dua, jumlah bilah tiga, dan jumlah bilah empat. Variasi
kecepatan angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,5 m / s, 3,5 m / s,
dan 4,5 m / s. Data dari penelitian ini adalah dimasukkan ke dalam tabel dan
ditampilkan dalam bentuk grafik, kemudian dianalisis. Berdasarkan Hasil
2

penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variasi jumlah bilah


terhadap tenaga listrik turbin angin. Tiga bilah TAPH menghasilkan daya listrik
terbesar yaitu 0,7222 W dengan 4,5 m/s kecepatan angin (Pristiandaru, 2016).

Hasil penelitian perbandingan taper dan taperless desain sudu menggunakan


NACA 4412 pada kecepatan angin 12 m/s dianalisis. Studi banding dengan
penelitian sebelumnya telah dilakukan dan menghasilkan pola dan kinerja grafis
yang sama hasil. Dalam studi ini, fokusnya adalah menyelidiki koefisien kinerja
daya, mekanik daya, dan daya listrik. Hasil akhir menunjukkan bahwa desain
bilah lancip sangat direkomendasikan untuk digunakan dalam turbin angin laut
dibandingkan dengan bilah tirus. Secara umum, kinerja yang dihasilkan oleh bilah
lancip lebih signifikan daripada bilah tirus pada kecepatan angin yang relatif
tinggi. Maksimal koefisien kinerja daya, daya mekanik, dan daya listrik yang
dihasilkan oleh lancip sudu secara berurutan adalah 0,47, 1535 watt, dan 786 watt,
sedangkan sudu tirus memiliki 0,44, 1437 watt, dan 736 watt. (Madi dkk, 2021)

Penelitian yang sudah ada seperti contoh diatas dijadikan sebagai acuan, baik
dalam pembuatan penelitian maupun terkait uji kinerja dan analisis turbin angin
poros horizontal yang menunjukkan bahwa penelitian tentang tebal sudu dan
perbedaan jenis sudu airfoil dengan panjang dimensi sudu, panjang chord dan
bahan sudu yang sama pada NACA seri 4 digit semi symmetrical belum dilakukan
sebelumnya. Jadi, dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini yaitu menganalisis
kinerja turbin angin poros horizontal sudu airfoil NACA 4415 dengan NACA
4410 dengan jumlah 5 sudu.
BAB III KEGIATAN PELAKASANAAN

Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan sehingga alat ini dapat
terselesaikan dengan baik. Pada Gambar 3.1 merupakan diagram alir tahapan
pelaksanaan Tugas Akhir (TA). Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut :

3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir


Persiapan Kajian terhadap kecepatan angin rendah, karakteristik Turbin Angin Poros Horiz
Luaran

Sumber pustaka, data kecepatan angin, karakteristik TAPH


Perencanaan dan Pembuatan Benda Uji
Membuat rancangan gambar TAPH dan membuat benda uji sudu airfoil NACA 4

Gambar model TAPH dan sudu airfoil NACA 4415 jumlah

Perakitan Alat Uji


Merangkai instalasi dan merakit alat uji TAPH beserta peralatan penunjang turbi

Model TAPH dan spesifikasi peralatan penunjang TAPH


Melakukan pengujian kinerja 2 model TAPH. Sebagai variabel adalah tebal sud
Pengujian Kinerja Turbin Angin

Pengolahan Data dan Analisis

Data turbin angin dari kedua variabel penelitian


Mengolah dan menganalisis hasil pengujian 2 variabel TASH berjumlah 5 sudu untuk mengetahui k

Grafik hasil dari pengujian 2 variabel TAPH


Dari kedua model TASH airfoil NACA 4410, 4415 berjumlah 5 sudu, Manakah
Hasil Akhir

Laporan tugas akhir dan artikel ilmiah

Gambar 3. 1 Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir


25
2

Tahapan pelaksanaan Tugas Akhir (TA) diuraikan sebagai berikut :


3.2 Persiapan
Persiapan ini dilakukan berdasarkan objek dari penelitian yang akan dilaksanakan,
meliputi pencarian jurnal-jurnal dan artikel penunjang. Metode ini dilakukan
dengan cara menelusuri di internet dan mempelajari buku-buku tentang turbin
angin poros horizontal, mencari data potensi kecepatan angin rendah, karakteristik
sudu airfoil NACA 4410 dan 4415. Luaran pada tahap ini adalah sumber pustaka,
data kecepatan angin, karakteristik TAPH.

3.3 Perencanaan dan Pembuatan benda Uji


Dalam perencanaan objek penelitian berupa model turbin angin menggunakan
software Autodesk Inventor. Terdapat 2 benda uji yang akan dibuat yaitu sudu
airfoil NACA 4415 dan hub sudu.
a. Sudu Turbin Angin
Sudu turbin angin yang digunakan yaitu airfoil NACA 4415 dengan jumlah
sudu 5 yang terbuat dari bahan alumunium karena memiliki keunggulan yaitu
mudah dibentuk, tidak mudah korosi, tidak mudah memuai, kuat namun tetap
ringan. Profil sudu turbin angin NACA 4415 dirancang dengan software
Autodesk Inventor sesuai dengan kaidah ketentuan standar NACA) untuk
selanjutnya dibuat dengan cara pengecoran. Dimensi dari sudu airfoil NACA
4415 yaitu untuk panjang sudu 535 mm seperti Gambar 3.2.

(a)

(b)
Gambar 3. 2 Dimensi Sudu Airfoil NACA 4415
(a) Tampak Depan, (b) Tampak Isometrik
2

Untuk spesifikasi dari sudu turbinnya yaitu panjang chord 38 mm, tebal
sudu 5,7 mm dan panjang sudu sebesar 55 cm mengacu pada variabel
pembandingnya yaitu NACA 4410 yang sudah ada dipasaran dengan
dimensi yang sama namun jenis sudu airfoil yang berbeda sebagaimana
bisa dilihat pada Gambar 3.3 yang merupakan variabel penelitian dalam
tugas akhir ini.

(a) (b)
Gambar 3. 3 Variabel Penelitian
(a) Chord NACA 4410, (b) Chord NACA 4415
b. Hub Sudu
Hub Sudu terbuat dari bahan alumunium. Dibuat dengan cara pengecoran
dengan dimensi diameter poros 17 mm dan diameter lubang baut untuk
tangkai sudu turbin 12 mm dengan jumlah 10. Hub memiliki jari-jari selebar
72 mm. Sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 akan menggunakan hub
yang sama seperti pada Gambar 3.4 dibawah ini. Luaran pada tahapan ini
berupa gambar model TAPH dan sudu airfoil NACA 4415 jumlah 5.

(b)

(a) (c)

Gambar 3. 4 Hub Sudu


(a) Tampak Depan, (b) Tampak Isometrik, (c) Tampak Samping
2

c. Penyearah
Penyearah merupakan alat yang digunakan untuk mengubah jenis listrik AC
dirubah menjadi DC menyesuaikan dengan beban yang dibutuhkan. Jadi
output keluaran dari turbin angin (R,S,T) di hubungkan ke input penyearah.
Kemudian keluaran penyearah dihubungkan ke beban dan alat ukur
amperemeter dan voltmeter. Rangkaian penyearah seperti pada Gambar 3.5
berupa rangkaian 3 phasa gelombang penuh atau dikenal dengan system
jembatan yang terdiri dari 1 PCB, 6 Buah dioda, 2 Terminal.

Gambar 3. 5 Penyearah 3 Fasa Gelombang Penuh


3.4 Perakitan Alat Uji
Perakitan alat uji merupakan suatu penggabungan antar komponen-komponen
turbin angin menjadi terbentuk seutuhnya dengan memperhatikan tahapan yang
telah ditentukan. Dalam perakitan alat uji turbin angin menggunakan kerangka
milik laboratorium energi dan juga membutuhkan peralatan penunjang seperti
generator. Urutan langkah-langkah perakitan alat turbin angin sebagai berikut :
1. Menyiapkan komponen turbin yang dibutuhkan dan alat bantu pemasangan
turbin seperti satu set kunci pas, satu set kunci pas ring, satu set kunci L.
2. Memasang bearing pada poros turbin dengan batas cover. Kemudian
menempatkan poros untuk dihubungkan ke generator.
3. Memasang roda kerangka pada bagian bawah kerangka turbin.
4. Menghubungkan kerangka turbin dengan rumah turbin menggunakan baut
dan mur.
5. Memasang sudu turbin angin airfoil NACA 4415 jumlah sudu 5 ke dalam
hub. Pemasangannya menggunakan baut dan mur dengan bantuan kunci 12
di setiap tangkai sudu turbin
6. Memasang hub yang sudah dirangkai dengan sudu ke poros turbin yang
sudah terhubung ke generator. Spesifikasi generator yang digunakan dalam
2

perakitan alat uji ini tertera pada tabel 3.1 Keseluruhan perakitan alat uji
seperti pada Gambar 3.6.

Luaran dari tahapan ini yaitu Gambar 3.6 model turbin angin poros horizontal dan
spesifikasi peralatan penunjangnya. Untuk spesifikasi generator yang digunakan
dalam penelitian Tugas Akhir (TA) bisa dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Spesifikasi Generator

Rated Power 400W


Rated AC Voltage AC 12V / 24V
Rated Rotate Speed 900 r/min
Start-Up wind speed 2.5 m/s
Cut-in wind speed 3.5 m/s
Cut-out wind speed 15 m/s
Rated wind speed 12 m/s
Engine 3 Phase Permanent Magnet Generator
Pole Diameter 48 mm
Output Line Anti-Winding Device Overall Three-Phase Commutator
Life Span 15 Years
Equipment Surface Protection Alumunium Oxide+Plastic Coating
Working Temperature -40ºC to 70ºC
Weight 9 Kg

(a) (b)
Gambar 3. 6 Model Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil NACA 4415
(a) Gambar Desain Software, (b) Produk TAPH Airfoil NACA 4415
3

3.5 Pengujian Kinerja Turbin Angin


Tahap pengujian kinerja turbin angin merupakan tahapan dalam analisis turbin
angin yang bertujuan untuk mendapatkan data-data guna mengetahui karakteristik
dan hasil kinerja turbin angin. Dalam melaksanakan pengujian kinerja turbin
angin dibutuhkan peralatan penunjang diantaranya :
a. Blower
Blower adalah alat yang digunakan untuk menaikkan / memperbesar tekanan
udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu juga sebagai
pengisapan atau pemvakuman udara atau gas tertentu. Blower berfungsi untuk
mengalirkan udara bertekanan agar turbin angin dapat berputar. Spesifikasi
blower yang digunakan tertera pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.7.

Tabel 3. 2 Spesifikasi Blower

Gambar 3. 7 Blower
3

b. Anemometer
Anemometer sebagai alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
Penggunaan anemometer pada pengujian berfungsi sebagai pengukur
kecepatan angin yang ditangkap oleh sudu. Nilai kecepatan angin merupakan
salah satu parameter uji yang digunakan untuk menghitung daya angin yang
dihasilkan oleh turbin angin. Spesifikasi anemometer yang digunakan dalam
pengujian alat turbin bisa dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.8.

Tabel 3. 3 Spesifikasi Anemometer

Lutron AM-4200
All. 51537 Made In Taiwan
Range
m/s 0.8 – 30
Km/h 2.8 – 108
Knots 1.6 – 58
Ft/min 160 - 5900
The anemometer vane probe should be used < 25 m/s

Gambar 3. 8 Anemometer
c. Tachometer
Tachometer merupakan sebuah alat ukur putaran kecepatan pada bidang atau
bagian yang berputar. Tachometer pada pengujian ini digunakan untuk
mengukur kecepatan putar poros, dimana putaran dari poros merupakan
terusan dari sudu turbin. Spesifikasi Tachometer yang digunakan tertera
pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.9. Nilai kecepatan putar merupakan salah satu
3

parameter uji yang digunakan untuk mengetahui karakteristik melalui sebuah


grafik hubungan antara kecepatan putar dengan parameter uji lainnya.

Tabel 3. 4 Spesifikasi Tachometer

Measurement & Ranges 10 to 100,000 RPM


Resolution 0,1 RPM for the Measured value < 100 RPM
Accuracy ±-0.05%+ 1 digit
Detection Distance 50 to 2,000 mm

Gambar 3. 9 Tachometer
d. Bevel Protractor
Bevel Protractor merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sudut. Alat
ini digunakan untuk mengukur variasi sudut sudu. Lebih jelasnya bisa dilihat
pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.10.

Tabel 3. 5 Spesifikasi Bevel Protactor

Accuracy 0.005 mm
Material Stainless Steel
Measuring Range 0-360°C
Type Bevel Protractor

Gambar 3. 10 Bevel Protractor


3

e. Hygrometer
Hygrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur temperatur
udara basah dan udara kering. Hasil pengukuran digunakan untuk mencari
masa jenis udara. Selain itu, dibutuhkan manometer untuk mencari nilai
tekanan lingkungan. Spesifikasi Hygrometer seperti pada Tabel 3.6 dan
Gambar 3.11.

Tabel 3. 6 Spesifikasi Hygrometer

Type Pinless
Measuring Depth 50 mm
Meter Type Analog
Accuracy +-2%
Material Plastics
Operating Temperature -10 - 50ºC

Gambar 3. 11 Hygrometer

f. Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya
tegangan atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian
listrik yang dialiri arus listrik. Jenis voltemeter yang digunakan dalam
pengujian ini bisa dilihat pada Tabel 3.7 dan Gambar 3.12.
3

Tabel 3. 7 Spesifikasi Voltmeter

Max. Scale Value 450 V


Line Max DC 0-150/AC 0-150 & 0-3
Operating Position Horizontal
Frequency 50/60 Hz

Gambar 3. 12 Voltmeter

g. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik
yang ada dalam rangkaian. Jenis amperemeter yang digunakan dalam
pengujian ini bisa dilihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.13

Tabel 3. 8 Spesifikasi Ampermeter

Max. Scale Value 450 V


Line Max DC 0-150/AC 0-150 & 0-3
Operating Position Horizontal
Frequency 50/60 Hz

Gambar 3. 13 Amperemeter
3

h. Beban Uji Lampu


Beban uji lampu ini untuk menguji kinerja turbin angin, sehingga arus dan
daya listrik dapat diketahui serta efisiensi dapat dihitung. Beban uji lampu
yang digunakan dalam pengujian ditunjukkan pada Tabel 3.9 dan Gambar
3.14.

Tabel 3.9 Spesifikasi Beban Uji Lampu


Max. Scale Value 200 W
Circuit DC

Gambar 3.14 Beban Nominal Lampu DC


3.5.1 Prosedur Pengujian Turbin Angin
Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan nilai efisiensi sistem turbin angin.
Pengujian tersebut menggunakan variabel penelitian tebal sudu dan variasi bebas /
uji menggunakan kecepatan angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s.

a. Parameter Yang Diukur Dalam Pengujian


Parameter-parameter yang diukur dalam pengujian ini meliputi kecepatan
angin bebas (m⁄s) yang berfungsi untuk memutar sudu turbin dengan
menggunakan anemometer, kecepatan angin di depan sudu menggunakan
anemometer, putaran poros turbin (rpm) yang terbaca dengan menggunakan
alat ukur tachometer, tegangan dapat dicari menggunakan voltmeter dan
arus dapat dilihat dengan amperemeter. Sedangkan data-data tersebut
nantinya digunakan untuk menghitung daya turbin (Watt), daya listrik
(Watt), tip speed ratio, dan efisiensi sistem turbin angin (%). Parameter
yang ditentukan dan merupakan variabel dari pengujian ini adalah kecepatan
angin pada rotor turbin yang divariasikan yaitu berkisar 4 m/s – 10 m/s,
untuk variabel dalam penelitian ini berupa perbedaan tebal sudu dengan
basis jenis airfoil NACA 4410 dan 4415. Semua data tersebut dibuat dalam
3

bentuk tabel dan selanjutnya dibuat grafik karakteristik sehingga dapat


dijadikan sebagai bahan analisis dibab selanjutnya.
b. Langkah Pengujian
Langkah-langkah pengujian yang dilaksanakan dalam proses pengujian
turbin angin poros horizontal airfoil NACA dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan antara lain model turbin
angin poros horizontal airfoil NACA 4415, blower, kunci pas, obeng,
tachometer, anemometer, kabel, , amperemeter, dan voltmeter.
2. Merangkai alat sesuai dengan gambar rangkaian yang telah ditentukan.
3. Mengatur jarak blower dengan turbin untuk mendapatkan kecepatan
angin bebas tertentu yang diukur dengan anemometer.
4. Menghidupkan blower dengan meng-on-kan switch ON pada panel
5. Mengukur kecepatan angin yang berada di depan turbin dan ujung sudu
6. Mengukur putaran yang dihasilkan tachometer
7. Membaca besarnya nilai arus dan tegangan menggunakan amperemeter
dan voltmeter.
8. Mencatat hasil dari putaran, kecepatan angin, arus, dan tegangan yang
terbaca oleh masing-masing alat ukur.
9. Melakukan kembali langkah 5-8 dengan jenis sudu airfoil NACA 4410.
10. Merapikan peralatan setelah selesai pengujian.
11. Mengolah data, mencatat hasil dalam tabel dan membuat grafik dalam
bentuk karakteristik turbin.
Luaran dalam tahapan ini yaitu data turbin angin dari kedua variabel penelitian.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis


Pada tahapan ini dilakukan cara-cara untuk mengolah data yang didapatkan
berdasarkan data hasil pengujian turbin angin, berupa cara pengolahan data,
penyajian data serta menganalisis data yang telah diolah. Pada tahapan
pengolahan data bertujuan untuk menghitung daya angin, daya listrik sehingga
didapatkan efisiensi sistem. Hasil dari pengolahan data ini disajikan dalam bentuk
grafik hubungan antara efisiensi dengan putaran (n). Pengolahan data ini dimulai
3

saat pengaturan jarak blower dengan turbin sehingga didapatkan kecepatan angin
(m/s), besar putaran (rpm), arus (A), dan tegangan (V).

Berdasarkan data-data tersebut maka dapat dihitung pula daya kinetik atau daya
anginnya. Dengan terukurnya besar tegangan dan arus yang terukur oleh
voltmeter dan amperemeter maka didapat perhitungan daya listrik. Sehingga,
didapatkan nilai efisiensi sistem dengan perbandingan antara daya listrik dengan
daya angin. Urutan pengolahan data seperti pada Persamaan 2.4 sampai 2.8.

3.7 Hasil Akhir


Berdasarkan hasil data-data yang didapatkan dari kedua jenis variabel penelitian
antara Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA 4410 dan
NACA 4415, hasil dari pemaparan data kemudian dianalisis untuk menyimpulkan
dari keduanya manakah yang memiliki kinerja turbin terbaik pada berbagai
kecepatan angin tertentu dari kegiatan pelaksanaan Tugas Akhir (TA). Luaran
dalam tahapan ini berupa laporan tugas akhir dan artikel ilmiah.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Data


Berdasarkan hasil pengujian yang sudah dilakukan pada tanggal 08 Juli 2021 di
area Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Semarang didapatkan data diantaranya : besarnya kecepatan angin (m/s) yang
terukur oleh anemometer , tegangan (Volt) dan kuat arus (Ampere) yang terukur
oleh voltmeter dan amperemeter, putaran sudu turbin angin (rpm) yang terukur
oleh tachometer dan variasi beban daya (watt) yang terukur oleh lampu DC.
Selanjutnya hasil data pengujian yang didapatkan kemudian ditabelkan
sebagaimana Tabel 4.1 yang merupakan pengujian pada sudu airfoil NACA 4410
dengan kecepatan angin 4 m/s.

Tabel 4. 1 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil
NACA 4410 pada Kecepatan Angin 4 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 4 549 0 31 0
2 4 499,4 5 20 0,34
3 4 425 10 15 0,58
4 4 394,7 15 14 0,7
5 4 370,5 20 9 0,78
6 4 340,6 25 6 0,74
7 4 324,9 30 6 0,68
8 4 300,6 35 3 0,82
9 4 280,7 40 2 0,7
10 4 269,3 45 2 0,66
11 4 258,1 50 1,4 0,62
12 4 240,3 55 0,8 0,6
13 4 210,5 60 0,8 0,54

Setelah dilakukan percobaan pengujian Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH)


sudu airfoil NACA 4410 pada kecepatan angin 4 m/s, dilakukan percobaan
lainnya pada kecepatan angin 6 m/s - 10 m/s yang hasil data percobaan bisa dilihat
pada lampiran 4. Selanjutnya dilakukan percoban pengujian Turbin Angin Poros
Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA 4415 pada berbagai kecepatan angin (4
m/s - 10 m/s) yang hasil data percobaan bisa dilihat pada lampiran 5.

38
3

Setelah pengujian dan pengambilan data TAPH sudu airfoil NACA 4410 dan
NACA 4415 selesai dilakukan. Kemudian mengukur massa (kg) pada masing-
masing sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415. Adapun didapatkan data yang
dapat dilihat pada Tabel 4.2, dari bukti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 yang
merupakan massa sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415.

Tabel 4. 2 Massa Sudu Airfoil NACA 4410 dan NACA 4415

NACA 4410 NACA 4415


Sudu Airfoil
(Kg) (Kg)
Sudu 1 0,555 0,65
Sudu 2 0,555 0,65
Sudu 3 0,556 0,655
Sudu 4 0,556 0,665
Sudu 5 0,556 0,675
Total 2,778 3,295
Rata - Rata 0,5556 0,659

Gambar 4. 1 Massa Sudu Airfoil Gambar 4. 2 Massa Sudu Airfoil


NACA 4410 NACA 4415

4.2 Pengolahan Data Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal


Dalam pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil data pengujian sebelumnya
seperti pada Tabel 4.1 menggunakan program Microsoft Excel guna memudahkan
tabulasi data dan pembuatan grafik kinerja Turbin Angin Poros Horizontal
(TAPH). Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui parameter nilai yang kita
inginkan salah satunya mendapatkan nilai kinerja turbin (efisiensi) sistem dengan
memasukkan rumus teoritis yang sesuai dengan ketentuan.
4

Data pengujian sudu airfoil NACA 4410 kecepatan angin 4 m/s pada Tabel 4.1
dihitung dengan menggunakan rumus yang sesuai dengan persamaan dan
hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 4 m/s

No
v n Beban V I Pout Pinp 𝜂 TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 4 549 0 31 0 0 36,78 0,00 6,40
2 4 499,4 5 20 0,34 6,8 36,78 18,49 6,12
3 4 425 10 15 0,58 8,7 36,78 23,65 5,79
4 4 394,7 15 14 0,7 9,8 36,78 26,64 5,68
5 4 370,5 20 9 0,78 7,02 36,78 19,08 5,33
6 4 340,6 25 6 0,74 4,44 36,78 12,07 4,90
7 4 324,9 30 6 0,68 4,08 36,78 11,09 4,68
8 4 300,6 35 3 0,82 2,46 36,78 6,69 4,33
9 4 280,7 40 2 0,7 1,4 36,78 3,81 4,04
10 4 269,3 45 2 0,66 1,32 36,78 3,59 3,88
11 4 258,1 50 1,4 0,62 0,868 36,78 2,36 3,71
12 4 240,3 55 0,8 0,6 0,48 36,78 1,31 3,46
13 4 210,5 60 0,8 0,54 0,432 36,78 1,17 3,03

Contoh perhitungan data pengujian untuk Tabel 4.3 di atas pada data ke-4 dengan
beban 15 Watt dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :
• Data Pengujian

1. Kecepatan Angin (v) = 4 m/s


2. Putaran (n) = 394,7 rpm
3. Kelembaban Relatif (RH) = 86%
4. Tegangan (V) = 14 Volt
5. Arus (I) = 0,7 Ampere
6. ρudara = 1,21 kg/m3
7. Beban Nominal Lampu = 10 Watt
8. Luas Sapuan Turbin Angin (A) =41 πD2
= 0,95 m2
9. Viskositas Dinamik (µ) = 1,818 x 10-5 kg/ms


Perhitungan Massa Jenis Udara (ρudara)
Perhitungan massa jenis udara (ρudara) dilihat pada lampiran 1. massa jenis
udara yang dihasilkan pada pengujian turbin angin adalah 1,21 kg/m3.
4


Perhitungan Reynolds Number (Re)
Reynold number (Re) adalah suatu bilangan tanpa dimensi yang menganalisa gaya
inersia fluida dapat dihitung sesuai persamaan (2.4) yaitu :

1. Kecepatan angin (v1) = 4 m/s 3. Kecepatan angin (v3) = 8 m/s


(𝜌)(𝑣)(A) (𝜌)(𝑣)(A)
Re = µ Re = µ

(1.21)(4)(0,95) (1.21)(8)(0,95)
Re = 1,818 x 10−5 Re = 1,818 x 10−5
Re = 252915,291 Re = 505830,583
2. Kecepatan angin (v2) = 6 m/s 4. Kecepatan angin (v4) = 10 m/s
(𝜌)(𝑣)(A) (𝜌)(𝑣)(A)
Re = µ
Re = µ

(1.21)(6)(0,95) (1.21)(10)(0,95)
Re = 1,818 x 10−5 Re = 1,818 x 10−5
Re = 379372,937 Re = 632288,228


Perhitungan Daya Input
Daya input (daya angin) dihitung dengan menggunakan persamaan (2.5), yaitu :
Pinput = (0,5)(ρ)(A)(v 3)
= (0,5)(1,21)(0,95)(43)
= 36,78 Watt


Perhitungan Daya Output
Perhitungan daya output (daya generator) sesuai dengan persamaan (2.6), yaitu :
Poutput = (V)(I)
= (14)(0,7)
= 9,8 Watt


Perhitungan Efisiensi Sistem
Daya angin dan daya listrik yang telah diperoleh dari persamaan di atas dapat
digunakan untuk menentukan Efisiensi Sistem sesuai persamaan (2.7), yaitu:
P𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝜂 sistem = x 100%
P𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
9,8
= x 100%
36,78

= 26,64
4


Perhitungan Tip Speed Ratio (TSR)
Tip Speed Ratio merupakan perbandingan antara kecepatan diujung sudu turbin
dengan kecepatan angin sesuai persamaan (2.8), yaitu :
(2)(𝜋)(𝑟)(𝑛) (2)(𝜋)(5,5)(394,7)
TSR (λ) = (60)(𝑣) = (60)(4) = 5,68

Dengan cara perhitungan pengolahan data yang sama seperti pada Tabel 4.3,
didapatkan data hasil perhitungan sudu NACA 4410 pada kecepatan angin 6 m/s,
8 m/s, 10 m/s dan data hasil perhitungan sudu NACA 4415 pada kecepatan angin
4 m/s sampai 10 m/s yang hasilnya bisa dilihat pada Tabel 4.4 sampai Tabel 4.10.

Tabel 4. 4 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 6 m/s

No
v n Beban V I Pout Pinp 𝜂 TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 6 625 0 33 0 0 124,15 0,00 6,00
2 6 567 5 30 0,42 12,6 124,15 10,15 5,44
3 6 543 10 28 0,7 19,6 124,15 15,79 5,21
4 6 530 15 26 0,82 21,32 124,15 17,17 5,09
5 6 527 20 15 0,86 12,9 124,15 10,39 5,06
6 6 490 25 12 0,9 10,8 124,15 8,70 4,70
7 6 464 30 9 0,94 8,46 124,15 6,82 4,45
8 6 442 35 6 0,96 5,76 124,15 4,64 4,24
9 6 412 40 5 0,98 4,9 124,15 3,95 3,95
10 6 354,7 45 4 0,96 3,84 124,15 3,09 3,40
11 6 320,7 50 3,6 0,96 3,456 124,15 2,78 3,08
12 6 308,2 55 3,4 0,94 3,196 124,15 2,57 2,96
13 6 300,1 60 2,6 0,94 2,444 124,15 1,97 2,88

Tabel 4. 5 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 8 m/s


v n Beban V I Pout Pinp 𝜂
No TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 8 688 0 34 0 0 294,27 0,00 4,95
2 8 623 5 23 0,51 11,73 294,27 3,99 4,48
3 8 608 10 18 0,69 12,42 294,27 4,22 4,38
4 8 599,1 15 14 0,82 11,48 294,27 3,90 4,31
5 8 590,3 20 10 1,06 10,6 294,27 3,60 4,25
6 8 575 25 8 1,12 8,96 294,27 3,04 4,14
7 8 540,5 30 7 1,2 8,4 294,27 2,85 3,89
8 8 503,4 35 6 1,24 7,44 294,27 2,53 3,62
9 8 485,4 40 5 1,24 6,2 294,27 2,11 3,49
10 8 447,2 45 4 1,24 4,96 294,27 1,69 3,22
11 8 420,6 50 3,7 1,28 4,736 294,27 1,61 3,03
12 8 365,1 55 3,5 1,28 4,48 294,27 1,52 2,63
4

13 8 362,2 60 3 1,26 3,78 294,27 1,28 2,61


14 8 347,6 65 2,8 1,28 3,584 294,27 1,22 2,50
15 8 342,8 70 2,2 1,32 2,904 294,27 0,99 2,47
16 8 324 75 1,9 1,32 2,508 294,27 0,85 2,47
17 8 323,1 80 1,9 1,27 2,413 294,27 0,82 2,32

Tabel 4. 6 Data Perhitungan Sudu NACA 4410 Kecepatan Angin 10 m/s

No
v n Beban V I Poutput Pinput 𝜂 TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 10 925 0 40 0 0 0,00 0,00 5,32
2 10 858 5 32 0,49 15,68 574,75 2,73 4,94
3 10 841 10 22 0,82 18,04 574,75 3,14 4,84
4 10 817,2 15 16 1,06 16,96 574,75 2,95 4,70
5 10 791,3 20 13 1,24 16,12 574,75 2,80 4,56
6 10 756 25 11 1,34 14,74 574,75 2,56 4,35
7 10 670 30 8 1,4 11,2 574,75 1,95 3,86
8 10 631 35 7 1,46 10,22 574,75 1,78 3,63
9 10 620 40 6 1,48 8,88 574,75 1,55 3,57
10 10 587 45 5 1,52 7,6 574,75 1,32 3,38
11 10 543 50 4 1,54 6,16 574,75 1,07 3,13
12 10 505 55 3 1,56 4,68 574,75 0,81 2,91
13 10 443 60 3 1,54 4,62 574,75 0,80 2,55
14 10 420,7 65 3 1,53 4,59 574,75 0,80 2,42
15 10 411,3 70 3 1,53 4,59 574,75 0,80 2,37
16 10 392,5 75 3 1,51 4,53 574,75 0,79 2,37
17 10 387,9 80 3 1,5 4,5 574,75 0,78 2,23

Tabel 4. 7 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 4 m/s


v n Beban V I Poutput Pinput 𝜂
No TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 4 340 0 24 0 0,00 36,78 0,00 4,89
2 4 300,1 5 14,6 0,18 2,63 36,78 7,14 4,32
3 4 280,3 10 9 0,44 3,96 36,78 10,77 4,03
4 4 269,2 15 7 0,62 4,34 36,78 11,80 3,87
5 4 206 20 4,4 0,5 2,20 36,78 5,98 2,96
6 4 145,6 25 2,4 0,48 1,15 36,78 3,13 2,10
7 4 139,8 30 1,2 0,42 0,50 36,78 1,37 2,01
8 4 135,4 35 1 0,38 0,38 36,78 1,03 1,95
9 4 116,8 40 0,8 0,36 0,29 36,78 0,78 1,68
10 4 109,4 45 0,7 0,32 0,22 36,78 0,61 1,57
11 4 100,4 50 0,7 0,32 0,22 36,78 0,61 1,44

Tabel 4. 8 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 6 m/s

No
v n Beban V I Pout Pinp 𝜂 TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 6 430 0 29 0 0 124,15 0,00 4,13
4

2 6 368 5 24 0,57 13,68 124,15 11,02 3,53


3 6 343 10 14 0,6 8,4 124,15 6,77 3,29
4 6 317 15 11 0,63 6,93 124,15 5,58 3,04
5 6 301 20 6 0,65 3,9 124,15 3,14 2,89
6 6 298 25 5 0,54 2,7 124,15 2,17 2,86
7 6 270 30 2 0,46 0,92 124,15 0,74 2,59
8 6 250 35 1,2 0,48 0,576 124,15 0,46 2,40
9 6 221 40 0,6 0,46 0,276 124,15 0,22 2,12
10 6 201 45 0,6 0,41 0,246 124,15 0,20 1,93
11 6 180 50 0,6 0,4 0,24 124,15 0,19 1,73

Tabel 4. 9 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 8 m/s

No
v n Beban V I Poutput Pinput 𝜂 TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 8 552 0 32 0 0,00 0,00 0,00 3,97
2 8 478,2 5 18 0,4 7,20 294,27 2,45 3,44
3 8 438,4 10 13 0,84 10,92 294,27 3,71 3,15
4 8 404,1 15 9 0,74 6,66 294,27 2,26 2,91
5 8 336,8 20 4 0,61 2,44 294,27 0,83 2,42
6 8 330,2 25 3 0,58 1,74 294,27 0,59 2,38
7 8 317,2 30 2 0,5 1,00 294,27 0,34 2,28
8 8 308,8 35 1,8 0,46 0,83 294,27 0,28 2,22
9 8 289,5 40 1,6 0,42 0,67 294,27 0,23 2,08
10 8 281,6 45 1,2 0,41 0,49 294,27 0,17 2,03
11 8 277,8 50 1 0,36 0,36 294,27 0,12 2,00
12 8 269,3 55 0,8 0,32 0,26 294,27 0,09 1,94
13 8 250,4 60 0,6 0,28 0,17 294,27 0,06 1,80

Tabel 4. 10 Data Perhitungan Sudu NACA 4415 Kecepatan Angin 10 m/s


v n Beban V I Poutput Pinput 𝜂
No TSR
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere) (Watt) (Watt) (%)
1 10 751,4 0 42 0 0,00 0,00 0,00 4,33
2 10 711,4 5 27 0,52 14,04 574,75 2,44 4,10
3 10 671,6 10 22 0,84 17,60 574,75 3,22 3,87
4 10 554,6 15 16 1,1 16,32 574,75 3,06 3,19
5 10 540,6 20 14 1,2 16,80 574,75 2,92 3,11
6 10 490,6 25 11,2 1,3 14,56 574,75 2,53 2,82
7 10 477,8 30 8,6 1,36 11,70 574,75 2,03 2,75
8 10 451,4 35 6,4 1,38 8,83 574,75 1,54 2,60
9 10 442,3 40 6 1,39 8,34 574,75 1,45 2,55
10 10 438,2 45 4,8 1,46 7,01 574,75 1,22 2,52
11 10 434,6 50 4,2 1,48 6,22 574,75 1,08 2,50
12 10 425,8 55 3,6 1,48 5,33 574,75 0,93 2,45
13 10 413,5 60 3,2 1,42 4,54 574,75 0,79 2,38
14 10 382,3 65 3 1,44 4,32 574,75 0,75 2,20
15 10 380,8 70 2,8 1,48 4,14 574,75 0,72 2,19
16 10 377 75 2,4 1,46 3,50 574,75 0,61 2,19
4

4.3 Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Horizontal


Jenis turbin angin yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini yaitu
Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) dengan sudu airfoil NACA 4410 dan
NACA 4415 masing-masing berjumlah 5 sudu. Variabel uji dalam penelitian ini
berupa kecepatan angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s dengan bantuan blower.
Sedangkan untuk variabel penelitian berupa perbedaan tebal sudu (3,8 mm dan
5,7 mm) dengan basis NACA 4410 dan NACA 4415 dan panjang chord yang
sama yaitu 38 mm berbahan alumunium. Diameter rotor turbin angin yaitu 110
cm atau 1,1 m. Sudut serang atau angle of attack turbin angin ini 16º.

Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) airfoil NACA dapat berputar dikarenakan
adanya gaya yang memutar. Gaya tersebut adalah gaya tangensial yang
merupakan simultan dari gaya lift dan gaya drag. Gaya drag adalah gaya geseran
yang disebabkan oleh angin terhadap permukaan sudu. Arah dari gaya drag searah
dengan kecepatan relatif angin. Sedangkan gaya lift adalah gaya yang dihasilkan
karena perbedaan tekanan pada permukaan atas dan bawah sudu airfoil.
Perbedaan tekanan tersebut disebabkan oleh kecepatan relatif. Kecepatan angin
relatif bergantung pada panjang lintasan sudu airfoil. Apabila nilai kecepatan
angin relatif arah dari gaya lift adalah tegak lurus dengan kecepatan relatif angin.
Dalam kasus turbin angin poros horizontal, gaya tangensial yang dihasilkan
karena memanfaatkan dominasi gaya lift. Gaya lift dan gaya drag memiliki fungsi
hubungan terhadap luasan dan kecepatan angin. Semakin tebal sudu maka luasan
sudu akan meningkat namun juga diikuti peningkatan gaya drag. Jadi, dalam
Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) airfoil NACA mempunyai gaya lift
dominan tinggi. Namun tidak memungkiri juga memiliki gaya drag yang kecil.

Setelah dilakukan pengujian alat, pengambilan data dan perhitungan pengolahan


data, selanjutnya di analisis berdasarkan grafik yang dibutuhkan. Pada Gambar
4.3 sampai Gambar 4.6 merupakan grafik karakteristik hubungan antara efisiensi
dan putaran Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA pada
berbagai kecepatan angin (4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s).
4

30
26,64

25

20
Efisiensi

15
11,80 Sudu NACA 4410
Sudu NACA 4415
10

5
R² = 0,845 R² = 0,9027
0
0 100 200 300 400 500 600
Putaran (RPM)

Gambar 4. 3 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran


Turbin Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 4
m/s
Pada Gambar 4.3 merupakan grafik karakteristik efisiensi sistem terhadap putaran
(rpm) pada variabel uji kecepatan angin 4 m/s. Efisiensi sistem merupakan rasio
antara daya generator atau output dengan daya kinetik atau input. Efisiensi sistem
menunjukkan kinerja dari suatu turbin angin dalam mengkonversi energi kinetik
menjadi energi listrik. Hasil dari daya output berupa tegangan dan kuat arus
keluaran generator berpengaruh signifikan terhadap efisiensi sistem turbin angin.
Semakin besar tegangan dan arus nya maka makin tinggi efisiensi sistem yang
didapatkan. Putaran (rpm) merupakan hasil dari putaran sudu setelah
mendapatkan aliran fluida berupa angin. Terdapat 2 kurva dalam grafik tersebut
meliputi turbin angin poros horizontal sudu airfoil NACA 4410 dan sudu airfoil
NACA 4415.

Pengujian kinerja turbin diawali pada beban kosong (0 Watt). Pada pengujian
awal ini dihasilkan putaran paling tinggi dari masing-masing jenis sudu airfoil
NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 549 rpm dan 340 rpm, tegangan yang
dihasilkan masing-masing 31 volt dan 24 volt, untuk kuat arus 0 Ampere
dikarenakan beban kosong. Sedangkan untuk kecepatan ujung sudu atau Tip
Speed Ratio (TSR) maksimal yang dihasilkan dari kedua sudu airfoil NACA 4410
4

dan 4415 yaitu 6,4 dan 4,89 yang didapatkan pada beban kosong (0 Watt). Nilai
TSR berbanding lurus dengan kecepatan angin. Semakin besar kecepan angin
maka nilai TSR akan naik dan akan turun seiring dengan penambahan beban.
Ketika beban dinaikkan 5 Watt sampai 15 Watt hasil output lamput DC
menghasilkan cahaya yang sangat terang, kemudian setelah beban 15 Watt
cenderung meredup sebanding dengan penambahan beban.

Jika beban ditambah maka putaran akan menurun dan efisiensi akan meningkat
sampai mencapai titik puncak kemudian penambahan beban akan menyebabkan
efisiensi kembali menurun. Efisiensi sistem tertinggi diperoleh pada beban 15
watt pada sudu airfoil NACA 4410 sebear 26,64% dan pada sudu airfoil NACA
4410 sebesar 4415 yaitu 11,80%. Perbedaan siginfikan hasil efisiensi tertinggi
sebesar 2 kalinya dikarenakan oleh 2 faktor yaitu pengaruh berat sudu yang
sebanding dengan momen inersia dan hasil output tegangan. Jadi semakin besar
momen inersia, maka benda semakin sulit bergerak seperti pada NACA 4415.
Sebaliknya momen inersia yang kecil menyebabkan sudu akan mudah bergerak
seperti pada NACA 4410.

Daya output sebanding dengan putaran (rpm) sudu turbin. Hasil output tegangan
pada beban 15 Watt, airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 menghasilkan 14 Volt
dan 7 Volt. Kedua hal tersebutlah yang membuat hasil jarak (gap) 2 kali lipatnya
hasil efisiensi sistem turbin angin. Perbedaan efisiensi dari NACA 4410 dengan
NACA 4415 sangat besar. Hal tersebut dikarenakan pada kecepatan angin rendah
4 m/s, turbin angin yang lebih tebal dan peningkatan berat massa sebesar 18,18%
mempunyai kelemahan pada starting awal meskipun gaya lift yang dihasilkan
oleh sudu NACA 4415 lebih besar dibandingkan NACA 4410. Oleh karena itu
NACA 4410 dapat berputar dengan lebih cepat dikarenakan massa yang lebih
ringan dan momen inersia yang lebih kecil berpengaruh terhadap hasil efisiensi.

Setelah mencapai puncak efisiensi sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415,
trend kurva efisiensi turun. Kedua kurva menghasilkan trend yang sama.
Mengacu pada hasil ini, didapatkan bahwa Turbin Angin Poros Horizontal
(TAPH) sudu airfoil NACA 4410 mempunyai efisiensi lebih besar dibandingkan
dengan NACA 4415 pada kecepatan angin rendah 4 m/s.
4

20
17,17

16

12 11,02
Efisiensi

Sudu NACA 4410


8 Sudu NACA 4415

4
R² = 0,9008 R² = 0,6981

0
0 100 200300 400 500 600 700
Putaran (RPM)

Gambar 4. 4 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran


Turbin Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 6
m/s
Pada Gambar 4.4 merupakan grafik karakteristik efisiensi sistem terhadap putaran
(rpm) pada variabel uji kecepatan angin 6 m/s. Pada pengujian awal beban kosong
dihasilkan putaran paling tinggi dari masing-masing jenis sudu airfoil NACA
4410 dan NACA 4415 yaitu 621 rpm dan 430 rpm, tegangan yang dihasilkan
masing-masing 33 volt dan 29 volt, untuk kuat arusnya sama - sama 0. Pada
prinsipnya Jika beban (Watt) ditambah maka putaran (rpm) akan menurun.

Pada percobaan beban 5 watt, Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu
airfoil NACA 4415 menghasilkan efisiensi lebih tinggi dari pada sudu airfoil
NACA 4410 yaitu 11,01% dan 10,14%. Perbedaan hasil efisiensi tersebut
dipengaruhi oleh daya output, salah satunya berupa kuat arus. Pada sudu airfoil
NACA 4415 mampu menghasilkan 0,57 A, sedangkan pada NACA 4410
menghasilkan hanya 0,42 A. Namun pada percobaan beban 15 Watt, TAPH sudu
airfoil NACA 4410 mampu menghasilkan efisiensi tertinggi yaitu 17,17%
sedangkan pada sudu airfoil NACA 4415 hanya menghasilkan 5,58%. Perbedaan
hasil efisiensi tersebut dipengaruhi oleh hasil daya output, momen inersia, dan Tip
Speed Ratio (TSR). Daya output berupa tegangan generator yang dihasilkan oleh
TAPH sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 26 Volt dan 11 Volt. Bisa
4

dilihat jarak (gap) 2 kali lipat lebih. Semakin besar nilai momen inersia, membuat
benda tersebut sulit bergerak. Momen inersia berpengaruh terhadap kecepatan
ujung sudu / Tip speed ratio (TSR). Lalu hubungan antara momen inersia dan
TSR yaitu ketika momen inersia hasilnya besar, maka Tip Speed Ratio (TSR)
hasilnya akan kecil. Oleh karena itu, hasil TSR yang kecil berpengaruh langsung
terhadap daya output, salah satunya nilai tegangan (V).

Bila dilihat rentang kecepatan angin 6 m/s masuk dalam kategori kecepatan angin
rendah yang menunjukkan bahwa gaya lift yang didapatkan hampir sama seperti
pada kecepatan angin 4 m/s yang mana NACA 4410 dapat berputar dengan lebih
cepat dikarenakan massa yang lebih ringan dan momen inersia yang lebih kecil.
Peningkatan massa sebesar 18,18% tidak sebanding dengan peningkatan
kecepatan angin dari 4 m/s ke 6 m/s.

Kedua kurva menghasilkan trend yang sama. Trend kurva efisiensi akan turun
apabila sudah melewati puncaknya. Mengacu pada hasil ini, didapatkan bahwa
Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA 4410 menghasilkan
efisiensi lebih besar dibandingkan dengan NACA 4415 pada kecepatan angin
rendah 6 m/s.

4,22

4 3,71

3
Efisiensi

Sudu NACA 4410


2 Sudu NACA 4415

R² = 0,6406
1
R² = 0,9175

0
0 100200300400500600700800
Putaran (RPM)

Gambar 4. 5 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran Turbin


Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin 8 m/s
5

Pada Gambar 4.5 merupakan grafik karakteristik efisiensi sistem terhadap putaran
(rpm) pada variabel uji kecepatan angin 8 m/s. Pada pengujian awal beban kosong
dihasilkan putaran paling tinggi dari masing-masing jenis sudu airfoil NACA
4410 dan NACA 4415 yaitu 688 rpm dan 552 rpm, tegangan yang dihasilkan
masing-masing 34 volt dan 28 volt, untuk kuat arusnya sama - sama 0. Sedangkan
untuk kecepatan ujung sudu atau Tip Speed Ratio (TSR) maksimal yang
dihasilkan dari kedua sudu airfoil NACA 4410 dan 4415 yaitu 4,95 dan 3,97.
Prinsipnya Jika beban (Watt) ditambah maka putaran (rpm) akan menurun, TSR
juga akan turun, tegangan akan menurun dan kuat arus cenderung akan naik.

Efisiensi sistem tertinggi diperoleh pada percobaan beban 10 Watt, TAPH pada
sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 4,22% dan 3,71%. Perbedaan
hasil efisiensi sitem yang tidak terlalu besar menjadikan keduanya (NACA 4410
dan NACA 4415) berpotensi untuk dapat diterapkan teknologi turbin angin poros
horizontal pada kecepatan angin 8 m/s.

Secara teori gaya lift yang didapatkan pada Turbin Angin Poros Horizontal
(TAPH) airfoil NACA 4415 lebih besar dibandingkan NACA 4410 dimana yang
menunukkan pada kecepatan angin 8 m/s yang tergolong menuju pada kategori
kecepatan angin tinggi, keduanya menghasilkan peforma hampir sama, baik
NACA 4410 dan NACA 4415 mampu menghasilkan kinerja turbin yang sama-
sama baik yang membuat hasil efisiensi keduanya tidak terpaut jauh.

TAPH sudu airfoil NACA 4410 menghasilkan trend kurva landai penurunan
efisiensi apabila sudah mencapai puncaknya, sebanding dengan faktor
penambahan beban, diikuti oleh penuruan tegangan dan kenaikan arus yang sudah
sesuai kaidah efisiensi turbin angin. Hal ini menunjukkan bahwa TAPH sudu
airfoil NACA 4410 menghasilkan daya lebih stabil pada variasi pembebanan
daripada turbin angin poros horizontal sudu airfoil NACA 4415. Mengacu pada
hasil ini, didapatkan bahwa Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil
NACA 4410 menghasilkan efisiensi lebih besar dibandingkan dengan NACA
4415 pada kecepatan angin rendah 8 m/s.
5

3,22 3,14
3

R² = 0,6017
Efisiensi

2
Sudu NACA 4410
Sudu NACA 4415

1 R² = 0,8739

0,00 0,00
0
0 200 400 600 800 1000
Putaran (RPM)

Gambar 4. 6 Grafik Karakteristik Hubungan Antara Efisiensi dan Putaran


Turbin Angin Poros Horizontal Sudu Airfoil NACA pada Kecepatan Angin
10 m/s
Pada Gambar 4.6 merupakan grafik karakteristik efisiensi sistem terhadap putaran
(rpm) pada variabel uji kecepatan angin 10 m/s. Terdapat 2 kurva dalam grafik
tersebut meliputi turbin angin poros horizontal dengan sudu airfoil NACA 4410
dan airfoil NACA 4415. Pengujian kinerja turbin diawali pada beban kosong (0
Watt). Pada pengujian awal ini dihasilkan putaran paling tinggi dari masing-
masing jenis sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 925 rpm dan 751,4
rpm, tegangan yang dihasilkan masing-masing 40 volt dan 42 volt, untuk kuat
arus masing-masing 0 Ampere dikarenakan beban kosong. Sedangkan untuk
kecepatan ujung sudu atau Tip Speed Ratio (TSR) maksimal yang dihasilkan dari
kedua sudu airfoil NACA 4410 dan 4415 yaitu 5,32 dan 4,33. Jika beban
ditambah maka putaran akan menurun dan efisiensi akan meningkat sampai
mencapai titik puncak kemudian penambahan beban akan menyebabkan efisiensi
kembali menurun. Kedua kurva menghasilkan trend yang hampir sama.
Dalam grafik karakteristik pada Gambar 4.6 diatas, didapatkan efisiensi sistem
tertinggi pada sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 3,14 % dan 3,22 %
pada saat percobaan beban 10 Watt. Perbedaan hasil puncak efisiensi sistem yang
tidak terlalu signifikan, dimana peforma kinerja TAPH sudu airfoil NACA 4415
lebih tinggi dibanding dengan airfoil NACA 4410 dipengaruhi oleh kecepatan
5

angin, hasil kuat arus, momen inersia dan aerodinamika turbin angin berupa gaya
lift. Kuat arus yang besar berpotensi menghasilkan efisiensi tinggi, walaupun
pengaruh besarnya adanya faktor tegangan juga. Kuat arus yang lebih tinggi (0,84
A dengan 0,82 A). Sedangkan momen inersia memberikan efek kepada putaran
turbin angin.

Walaupun massa pada sudu airfoil NACA 4415 lebih besar dibanding NACA
4410. Namun secara hasil, TAPH sudu airfoil NACA 4415 menghasilkan putaran
yang stabil dibandingkan dengan NACA 4410 karena kecepatan angin 10 m/s
yang sudah masuk dalam kategori kecepatan angin tinggi dan sudu airfoil bagus
dan cocok untuk diterapkan dalam kecepatan angin tinggi. Semakin tebal sudu,
maka luasan sudu akan meningkat, perbedaan panjang lintasan sudu airfoil besar
yang menghasilkan kecepatan relatif besar pula dikarenakan perbedaan tekanan
yang besar antara tekanan permukaan bagian bawa dan atas. Karena tekanan yang
lebih tinggi pada permukaan bagian bawah airfoil mengakibatkan gaya angkat
(lift) tinggi dan hal tersebut terjadi pada sudu airfoil NACA 4415 dengan
ketebalan 5,7 mm dibandingkan NACA 4410 yang hanya 3,8 mm.

Secara teori menunjukkan bahwa NACA 4415 menghasilkan gaya lift dan drag
yang lebih besar, karena luasan sudu lebih besar dibanding dengan NACA 4410.
Akan tetapi pada NACA 4415 memiliki massa yang lebih berat. Semakin berat
massa sudu, maka gesekan mekanis yang dihasilkan poros dan bearing menjadi
lebih besar, sehingga perbedaan gaya yang dihasilkan tidak begitu signifikan
terhadap gaya gesekan yang disebabkan oleh penambahan massa sebesar 18,18%
dengan rata-rata per massa sudu airfoil NACA 4410 dan 4415 yaitu 0,55 kg dan
0,65 kg. Dalam Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) kecepatan angin rendah,
gaya lift dan drag yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.

Berdasarkan Gambar 4.3 sampai Gambar 4.6 hasil efisiensi sistem tertinggi pada
berbagai kecepatan angin 4 m/s sampai 10 m/s didapatkan yaitu pada Turbin
Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 pada
kecepatan angin 4 m/s yaitu 26,64% dan 11,8%. Terdapat gap yang lumayan jauh
yaitu 2 kali lipat lebih. Namun, ketika kecepatan angin dinaikkan dari 4 m/s
menuju 6 m/s, gap efisiensi sistem yang dihasilkan semakin kecil. Pada TAPH
5

sudu airfoil NACA 4410 dan 4415 yaitu 17,17% dan 11,02%. Hal yang sama juga
terjadi pada kecepatan angin 8 m/s menunjukkan hasil efisiensi sistem antara
TAPH sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415 yaitu 4,22% dan 3,71%. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan peningkatan kecepatan kuadrat berbanding
lurus terhadap gaya yang dihasilkan oleh turbin angin poros horizontal tersebut.
Sehingga meningkatnya kecepatan tersebut mampu memberikan gaya lift dan
drag yang signifikan. Semakin naik kecepatan angin yang diperoleh turbin angin
poros horizontal, maka gaya lift dan drag yang signifikan. Justru sebaliknya pada
kecepatan angin 10 m/s, TAPH sudu airfoil NACA 4415 menghasilkan efisiensi
sitem lebih tinggi daripada NACA 4410 sebesar 3,22% dan 3,14%. Secara umum
airfoil NACA cocok untuk digunakan dalam teknologi turbin angin pada
kecepatan angin tinggi.

Jadi berdasarkan hasil analisis grafik pada gambar pada Gambar 4.3 sampai
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu
airfoil NACA 4410 cocok untuk diterapkan pada kecepatan angin rendah, berkisar
pada kecepatan angin sampai 6 m/s. Sedangkan pada kecepatan angin tinggi
sebesar 10 m/s keatas, Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) sudu airfoil
NACA 4415 lebih cocok untuk diterapkan dibanding NACA 4410.
BAB V KESIMPULAN

Setelah melakukan pengujian pada “Turbin Angin Poros Horizontal Airfoil Sudu
NACA 4410 dan Sudu NACA 4415 dengan Jumlah Sudu 5” yang terbuat dari
bahan alumunium, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Turbin Angin Poros Horizontal sudu airfoil NACA 4410 dan NACA 4415
memiliki dimensi yang sama yaitu diameter turbin 1,1 m. Panjang sudu turbin
53,5 cm dan panjang chord 38 mm. Namun memiliki ketebalan yang berbeda
yaitu 10% dari panjang chord untuk NACA 4410 dan 15% dari panjang
chord untuk NACA 4415. Pengujian yang dilakukan menggunakan variasi
kecepatan angin 4 m/s, 6 m/s, 8 m/s dan 10 m/s. Pembebanan yang dilakukan
menggunakan lampu DC berkapasitas 5-80 Watt.
2. Efisiensi terbaik dari kedua sudu airfoil NACA ini terjadi pada kecepatan
angin 4m/s, nilai efisiensi berturut-turut dari tertinggi ke terendah yaitu
NACA 4410 menghasilkan efisiensi 26,64%, NACA 4415 menghasilkan
efisiensi 11,80%. Seiring bertambahnya kecepatan maka selisih nilai efisiensi
antar sudu airfoil NACA semakin kecil. Pada kecepatan angin 6 m/s dan
8m/s, kedudukan peringkat efisiensi masih sama. Namun, pada kecepatan
angin 8m/s selisih efisiensi sistem tidak lebih dari 1%. Meskipun efisiensi
puncaknya NACA 4415 masih dibawah NACA 4410. Posisi kurva trendline
dari NACA 4410 lebih tinggi dibanding 4415, hal ini menunjukkan bahwa
NACA 4410 menghasilkan daya lebih stabil pada variasi pembebanan
daripada NACA 4415. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara teori TAPH
sudu airfoil NACA 4415 lebih besar menghasilkan gaya lift daripada NACA
4410 pada kecepatan angin rendah ( 4 m/s dan 6 m/s). Namun karena
penambahan massa sudu sebesar 18,18% membuat perbedaan gaya yang
didapatkan tidak begitu signifikan yang membuat gap efisiensi keduanya
besar pada kecepatan angin rendah.
3. Pada kecepatan angin 10 m/s menghasilkan selisih efisiensi yang sangat kecil
atau bisa dikatakan memiliki nilai efisiensi puncak yang hampir sama sama,
namun dari grafik trendline menunjukkan efisiensi terbaik diperoleh pada
TAPH sudu airfoil NACA 4415 sebesar 3,22%. Sedangkan NACA 4410

5
55

menghasilkan efisiensi 3,14%. Hal tersebut dikarenakan bahwa airfoil


sebenarnya cocok digunakan pada kecepatan angin tinggi. Kecepatan angin
tinggi sebesar 10 m/s mampu mengatasi peningkatan massa sebesar 18,18%
dari NACA 4410 dan juga faktor perbedaan tekanan yang tinggi antara
permukaan atas dan bawah airfoil membuat sudu turbin angin poros
horizontal airfoil NACA lebih banyak menghasilkan gaya lift yang relatif
besar. semakin besar momen inersia sudu maka putaran turbin akan lebih
susah untuk turun saat terjadi pembebanan dan menunjukkan bahwa TAPH
sudu airfoil NACA 4415 lebih cocok diterapkan pada kecepatan angin diatas
10 m/s.
DAFTAR PUSTAKA

Adlie, T. A., Amir, F., dan Effendi, Z. 2015. “Analisa biaya pembuatan turbin
angin sumbu horizontal di wilayah pesisir kota langsa”. Jurutera. 2(02), 1-
7.

Aryanto, F., Mara, M., dan Nuarsa, M. 2013. “Pengaruh Kecepatan Angin dan
Variasi Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros
Horizontal”. Dinamika Teknik Mesin: Jurnal Keilmuan dan Terapan Teknik
Mesin, 3(1).

Desya, A. 2011. Perencangan, Pembuatan, dan Pengujian Turbin Angin Sumbu


Horizontal Enam Sudu Diameter Satu Setengah Meter. Skripsi. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

Hau, Erich. 2006. Wind Turbines Fundamental, Technologies, Application.


nd
Economics 2 edition: Springer Science & Business Media.

Madi, M., Tuswan, T., Arirohman, I.D., dan Ismail, A. 2021. “Comparative
Analysis of Taper and Taperless Sudu Dsign for Ocean Wind Turbines in
Ciheras Coastline, West Java”. Kapal : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kelautan. 18(1), 8-17.

Pristiandaru, D. L. 2016. Pengaruh Penambahan Lensa Nozzle dan Jumlah Sudu


Airfoil Tipe 4415 Terhadap hasil Daya Listrik Turbin Angin Sumbu
Horisontal. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rajakumar, S., Ravindran, D., Sivakumar, M., Venkatachalam, G., dan


Muthukumar, S. 2017. “Optimization of Power Coefficient of Wind Turbine
Using Genetic Algorithm”. Journal of The Institution of Engineers (India):
Series C. 98(2):111-118.

Sahid, Sunarwo, dan Hendrawati, D. 2017. “Kinerja Model Turbin Angin Poros
Horisontal Bersudu Tiga Flat Berlapis Tiga”. Prosiding Sentrinov. 3:2477 –
2097.

Saputra, M. 2016. “Kajian Literatur Sudu Turbin Angin Untuk Skala Kecepatan
Angin Rendah”. Jurnal Mekanova. 2(1):74-75.

Soeripno, M. S. dan Ibrochim, M. 2009. “Analisa Potensi Energi Angin dan


Estimasi Energi Output Turbin Angin Di Lebak Banten”. Jurnal Teknologi
Dirgantara. 7(1):51-59.

5
LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Massa Jenis Udara


Diketahui : Tdb=30oC
Twb=25oC
RH = 61%
Ditanya : 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎?
Jawab :
 Menentukan RH
Dari data yang telah diketahui menunjukkan bahwa perlu adanya nilai RH
untuk mendapatkan nilai massa jenis udara (𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎). Nilai kelembapan relatif
(RH) didapatkan dari alat ukur hygrometer digital yang langsung menunjukkan
nilai RH pada setiap kondisi udara sekitar sewaktu melakukan percobaan dan
pengambilan data Turbin Angin Poros Horizontal (TAPH) airfoil NACA 4410
dan NACA 4415. Nilai RH yang terukur menunjukkan nilai 61%.

 Menentukan Pg
Dari data yang telah diketahui menunjukkan bahwa perlu adanya nilai P g untuk
mendapatkan nilai massa jenis udara (𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎). Dari data yang telah diperoleh
menunjukkan bahwa nilai Tdb adalah 30 oC, sehingga dari nilai Tdb tersebut bisa
diperoleh nilai Pg yang bisa dicari pada lampiran 8
Pg = 4,2831 kPa (Tdb tabel kelembaban udara)

 Menentukan Pv
Pv = RH x Pg
= 0,61 x 4,2831
= 2,612691 kPa

 Menentukan Vg
Vg dicari dengan interpolasi menggunakan tabel saturated water pressure yang
dapat dilihat pada lampiran 9.
Vg = 52,33 m3/kg

5
5

 Menentukan 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 kering nilainya 1,2 kg/m3, sehingga untuk 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
1
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
+ 𝑉𝑔

1
= 1,2 +
52,33

= 1,21 kg /m3
5

Lampiran 2 Tabel Kelembapan Udara


6

Lampiran 3 Tabel Saturated Water


6

Lampiran 4 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu


Airfoil NACA 4410
Lampiran 4 merupakan data pengujian TAPH airfoil NACA 4410 pada
kecepatan angin 6 m/s - 10 m/s yang ditabelkan pada Tabel Lampiran 4.1 sampai
Tabel Lampiran 4.3.

Tabel Lampiran 4.1 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4410 Kecepatan Angin 6 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 6 625 0 33 0
2 6 567 5 30 0,42
3 6 543 10 28 0,7
4 6 530 15 26 0,82
5 6 527 20 15 0,86
6 6 490 25 12 0,9
7 6 464 30 9 0,94
8 6 442 35 6 0,96
9 6 412 40 5 0,98
10 6 354,7 45 4 0,96
11 6 320,7 50 3,6 0,96
12 6 308,2 55 3,4 0,94
13 6 300,1 60 2,6 0,94

Tabel Lampiran 4.2 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4410 Kecepatan Angin 8 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 8 688 0 34 0
2 8 623 5 23 0,51
3 8 608 10 18 0,69
4 8 599,1 15 14 0,82
5 8 590,3 20 10 1,06
6 8 575 25 8 1,12
7 8 540,5 30 7 1,2
8 8 503,4 35 6 1,24
9 8 485,4 40 5 1,24
10 8 447,2 45 4 1,24
11 8 420,6 50 3,7 1,28
12 8 365,1 55 3,5 1,28
13 8 362,2 60 3 1,26
14 8 347,6 65 2,8 1,28
15 8 342,8 70 2,2 1,32
6

16 8 324 75 1,9 1,32


17 8 323,1 80 1,9 1,27

Tabel Lampiran 4.3 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4410 Kecepatan Angin 10 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 10 925 0 40 0
2 10 858 5 32 0,49
3 10 841 10 22 0,82
4 10 817,2 15 16 1,06
5 10 791,3 20 13 1,24
6 10 756 25 11 1,34
7 10 670 30 8 1,4
8 10 631 35 7 1,46
9 10 620 40 6 1,48
10 10 587 45 5 1,52
11 10 543 50 4 1,54
12 10 505 55 3 1,56
13 10 443 60 3 1,54
14 10 420,7 65 3 1,53
15 10 411,3 70 3 1,53
16 10 392,5 75 3 1,51
17 10 387,9 80 3 1,5
6

Lampiran 5 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal Sudu


Airfoil NACA 4415
Lampiran 5 merupakan data pengujian TAPH airfoil NACA 4410 pada
kecepatan angin 4 m/s - 10 m/s yang ditabelkan pada Tabel Lampiran 5.1 sampai
Tabel Lampiran 5.4.

Tabel Lampiran 5.1 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4415 Kecepatan Angin 4 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 4 340 0 24 0
2 4 300,1 5 14,6 0,18
3 4 280,3 10 9 0,44
4 4 269,2 15 7 0,62
5 4 206 20 4,4 0,5
6 4 145,6 25 2,4 0,48
7 4 139,8 30 1,2 0,42
8 4 135,4 35 1 0,38
9 4 116,8 40 0,8 0,36
10 4 109,4 45 0,7 0,32
11 4 100,4 50 0,7 0,32

Tabel Lampiran 5.2 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4415 Kecepatan Angin 6 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 6 430 0 29 0
2 6 368 5 24 0,57
3 6 343 10 14 0,6
4 6 317 15 11 0,63
5 6 301 20 6 0,65
6 6 298 25 5 0,54
7 6 270 30 2 0,46
8 6 250 35 1,2 0,48
9 6 221 40 0,6 0,46
10 6 201 45 0,6 0,41
11 6 180 50 0,6 0,4
6

Tabel Lampiran 5.3 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4415 Kecepatan Angin 8 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 8 552 0 32 0
2 8 478,2 5 18 0,4
3 8 438,4 10 13 0,84
4 8 404,1 15 9 0,74
5 8 336,8 20 4 0,61
6 8 330,2 25 3 0,58
7 8 317,2 30 2 0,5
8 8 308,8 35 1,8 0,46
9 8 289,5 40 1,6 0,42
10 8 281,6 45 1,2 0,41
11 8 277,8 50 1 0,36
12 8 269,3 55 0,8 0,32
13 8 250,4 60 0,6 0,28

Tabel Lampiran 5.4 Data Percobaan Pengujian Turbin Angin Poros Horizontal
Sudu Airfoil NACA 4415 Kecepatan Angin 10 m/s

v n Beban V I
No
(m/s) (rpm) (Watt) (Volt) (Ampere)
1 10 751,4 0 42 0
2 10 711,4 5 27 0,52
3 10 671,6 10 22 0,84
4 10 554,6 15 16 1,1
5 10 540,6 20 14 1,2
6 10 490,6 25 11,2 1,3
7 10 477,8 30 8,6 1,36
8 10 451,4 35 6,4 1,38
9 10 442,3 40 6 1,39
10 10 438,2 45 4,8 1,46
11 10 434,6 50 4,2 1,48
12 10 425,8 55 3,6 1,48
13 10 413,5 60 3,2 1,42
14 10 382,3 65 3 1,44
15 10 380,8 70 2,8 1,48
16 10 377 75 2,4 1,46

Anda mungkin juga menyukai