TUGAS AKHIR
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Diploma Tiga Program Studi Teknik Konversi Energi di Jurusan Teknik
Konversi Energi
Disusun Oleh :
NIM : 201711063
2023
i
NIM : 201711063
ii
iii
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada perancangan, fabrikasi, dan pengujian turbin angin
Savonius sumbu vertikal berjumlah 4 sudu dengan tipe sudu berbentuk U . Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja dan efisiensi turbin pada berbagai kondisi
angin. Desain turbin melibatkan pemanfaatan konfigurasi sumbu vertikal, yang
memungkinkan kesederhanaan dalam konstruksi, kemudahan dalam perawatan, dan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan arah angin. Konfigurasi sudu turbin berbentuk
U meningkatkan pembangkitan torsi, yang mengarah ke keluaran daya yang lebih baik.
Untuk membuat turbin diperlukan bahan dan komponen yang tepat, dan proses
pembuatannya dilakukan dengan teliti agar turbin memiliki kinerja yang baik. Dimensi dan
ukuran turbin ditentukan dengan diameter 0,3 meter dan tinggi 0,5 meter. Serangkaian
percobaan dilakukan untuk mengevaluasi kinerja turbin di bawah kecepatan angin yang
berbeda. Output daya generator, putaran turbin, dan torsi yang dihasilkan oleh turbin diukur
dan dianalisis. Dari pengujian yang dilakukan pada kecepatan angin maksimal sebesar 10
m/s menghasilkan putaran turbin sebesar 296 rpm dan daya generator sebesar 20,3 Watt,
koefisien daya sebesar 0,0311 dengan nilai TSR 0,464, serta efisiensi sistem sebesar 7,25%.
Kata kunci : Turbin angin savonius, kecepatan angin, putaran turbin, daya generator
iv
ABSTRACT
This research focuses on the design, fabrication, and testing of a 4-blade vertical axis
Savonius wind turbine with U-shaped blade types. The purpose of this study is to evaluate
the performance and efficiency of turbines in various wind conditions. The turbine design
involves utilizing a vertical axis configuration, which allows simplicity in construction, ease
of maintenance, and adaptability to changes in wind direction. The U-shaped turbine blade
configuration improves torque generation, leading to better power output. To make a
turbine, the right materials and components are needed, and the manufacturing process is
carried out carefully so that the turbine has good performance. The dimensions and
dimensions of the turbine are determined by a diameter of 0.3 meters and a height of 0.5
meters. A series of experiments were carried out to evaluate the turbine performance under
different wind speeds. Generator power output, turbine rotation, and torque generated by
the turbine are measured and analyzed. From the tests carried out at a maximum wind speed
of 10 m/s it produced a turbine rotation of 296 rpm and a generator power of 20.3 Watt, a
power coefficient of 0.0311 with a TSR value of 0.464, and a system efficiency of 7.25%.
Keywords: Savonius wind turbine, wind speed, turbine rotation, generator power
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Pembuatan dan Pengujian Turbin Angin Savonius Tipe-U 4 Sudu Sumbu Vertikal” dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Program Studi Teknik
Konversi Energi, Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
masih banyak kekurangan yang menyebabkan laporan ini relatif masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menjadi acuan perbaikan penulis di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa pendidikan Diploma III Program Studi
Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung.
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Wahyu Budi Mursanto, M.Eng. dan Bapak Budi Suharto, S.T., M.T., selaku
pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr., Drs. Ign. Riyadi Mardiyanto, M.T. dan Bapak Apip Pudin, S.Si., M.Si.,
selaku penguji dalam sidang Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Wahyu Budi Mursanto, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung.
5. Ibu Sri Widarti, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.
6. Bapak Dr. Ir. Sapto Prajogo, M.Si., selaku Wali Dosen yang telah memberikan semangat
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Teknisi Laboratorium Teknik Konversi Energi yang telah membantu penulis selama
proses pengambilan data.
8. Semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu
penulis menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Akibat dari keterbatasan penulis, maka dari itu penulis sangat terbuka dalam menerima
saran dan kritik membangun untuk menjadi acuan perbaikan penulis di masa yang akan
datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................................................ v
BAB I..................................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 5
viii
II.6.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal ................................................................... 12
III.9 Anemometer.......................................................................................................... 38
ix
III.11 Multimeter ............................................................................................................ 39
BAB IV ................................................................................................................................ 51
x
BAB V ................................................................................................................................. 63
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 66
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Siklus Angin...................................................................................................... 7
Gambar II.2 Peta Potensi Energi Angin di Indonesia..............................................................8
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AC Alternating Current 11
DC Direct Current 11
xv
DAFTAR SIMBOL
H Tinggi Sudu m
D Diameter Sudu m
m Massa udara kg
A Luas Penampang m2
T Torsi Nm
CP Koefisien daya -
P Daya Watt
V Tegangan Volt
I Arus Ampere
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Akan tetapi, pasokan energi listrik yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil
ketersediaannya semakin berkurang sedangkan pertumbuhan manusia semakin banyak. Oleh
karena itu, mengingat bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui
dibutuhkan sumber energi alternatif lain untuk dapat tetap menghasilkan energi listrik.
Energi angin merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan energi listrik. Energi angin merupakan energi yang ramah lingkungan
dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan . Hal ini dikarenakan energi angin memiliki
energi kinetik dari alam yang dapat menggerakkan suatu alat untuk mengubahnya menjadi
energi mekanik.
1
berputar lebih cepat dari kecepatan angin. Jenis turbin drag memiliki tip speed ratio (TSR)
bernilai sama dengan atau kurang dari 1. Kelebihan dari turbin angin tipe savonius, yaitu:
Tipe savonius memiliki cut-in speed di kisaran kecepatan angin 2,5 m/s yang artinya
turbin ini dapat beroperasi pada kecepatan angin yang rendah.
Turbin ini mempunyai nilai starting torque yang tinggi, sehingga membuat turbin
tipe ini mampu menghasilkan daya pada kecepatan angin rendah.
Turbin ini memiliki kemampuan menerima angin dari segala arah.
Biaya untuk pembuatan turbin ini memiliki biaya yang relatif murah karena
komponen dan konstruksi yang relatif sederhana.
Komponen transmisi daya mekanik ke generator dapat diletakkan dekat dengan
permukaan sehingga dapat memudahkan maintenance.
Kelebihan dari turbin angin savonius ini tentunya sesuai untuk diaplikasikan pada
pembangkit listrik daya rendah seperti pada instalasi domestik. Selain itu, karena
kemampuannya dalam menerima angin dari segala arah membuat turbin dengan tipe ini
sesuai apabila dipasang pada lokasi dengan arah angin yang bervariasi. Kekurangan dari
turbin savonius adalah memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis
turbin horizontal ataupun turbin sumbu vertikal jenis lainnya.
Turbin angin savonius banyak ditemukan dengan jumlah sudu 2 atau 3 dikarenakan
ingin mengetahui apakah turbin angin ini dapat dimanfaatkan dengan variasi jumlah sudu 4
untuk pemanfaatan pada daerah yang memiliki kecepatan angin rendah, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian ini.
I.3 Tujuan
1. Membuat turbin angin savonius dengan 4 sudu tipe-U yang dapat memaksimalkan
putaran angin untuk mendapat energi listrik.
2
2. Melakukan Pengujian untuk mengetahui karakteristik turbin angin tipe savonius
dengan variasi 4 sudu tipe-U
3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembuatan dan pengujian yang telah dilakukan
untuk menjawab tujuan dari topik tugas akhir. Saran dibuat berdasarkan pengalaman
penulis yang ditujukan kepada pembaca yang ingin melanjutkan atau
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi data-data referensi yang digunakan dalam proses penulisan proposal
tugas akhir ini.
LAMPIRAN
Bagian ini berisi dokumen,data, dan/atau gambar yang berkaitan dalam proses
pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Studi literatur ini menggunakan beberapa jurnal penelitian yang berkaitan dengan
kecepatan angin, putaran turbin angin savonius, serta daya generator yang dihasilkan.
Beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya yang dipaparkan pada tabel
II.1 .
(Ruzita Sumiati)
5
II.2 Energi Angin
Angin merupakan udara yang bergerak linier dan terjadi karena adanya perbedaan
temperatur antara udara panas dengan udara dingin. Perbedaan temperatur udara ini
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara di permukaan bumi. Udara yang
bergerak dari daerah dengan tekanan udara yang tinggi menuju daerah dengan tekanan udara
yang rendah. Terjadinya angin disebabkan adanya perbedaan temperatur di suatu area, angin
dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal dengan kecepatan yang fluktuatif. Angin
yang bergerak menyebabkan terjadinya energi kinetik. Energi angin dapat dikonversikan
menjadi energi listrik melalui putaran turbin yang disebabkan oleh aliran energi kinetik
angin yang dapat memutar kemudian turbin dihubungkan dengan generator, dari putaran
turbin akan memutar generator dan dari putaran generator inilah dihasilkan tegangan listrik.
Angin yang bertiup di permukaan bumi dikarenakan adanya radiasi surya yang tidak
merata di permukaan bumi, sehingga mengakibatkan terjadinya perbedaan temperatur udara
(Habibie, Sasmito and Kurniawan, 2011). Daerah dengan penyinaran matahari yang lebih
banyak akan memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
Pada daerah dengan tingkat penyinaran matahari yang lebih tinggi , udara bergerak
memuai sehingga tekanan udaranya menjadi lebih rendah. Pada daerah dengan temperatur
udara yang lebih rendah, maka tekanan udaranya akan menjadi lebih tinggi. Perbedaan
tekanan udara ini akan mengakibatkan terjadinya gerakan udara dari daerah yang tekanan
udaranya lebih tinggi ke daerah dengan tekanan udara yang lebih rendah sehingga
menimbulkan gerakan udara. Perubahan tingkat temperatur antara siang dan malam
merupakan gerak utama dari sistem angin harian, hal ini dikarenakan perbedaan panas yang
kuat antara udara di darat dengan di laut atau antara udara di daerah pegunungan dan tanah
di daerah lembah.
Energi kinetik yang dihasilkan oleh angin disebabkan oleh rotasi bumi dan perbedaan
tekanan udara disekitarnya. Sinar matahari yang menyinari bumi menyebabkan perbedaan
massa jenis udara. ( Menurut Putranto, dkk (2011:19)) matahari memiliki radiasi sekitar 1,74
x 1014 kW energi ke bumi dalam setiap jamnya dan bumi menerima daya dari radiasi
matahari 1,74 x 1017 Watt. Energi yang berasal dari radiasi matahari tersebut diubah
menjadi bentuk energi angin dengan persentase kurang lebih 1-2%. Hal ini mengindikasikan
6
bahwa energi angin memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan energi yang
diubah menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di bumi.
Dilihat dari proses terbentuknya aliran angin, energi angin terjadi karena panas
matahari yang membuat udara memuai. Udara yang memuai memiliki massa jenis yang lebih
ringan sehingga udara akan naik ke atas. Ketika udara naik ke atas, maka sebenarnya udara
mengalami penuruan tekanan dan membuat udara di sekitarnya mengalir ke tempat yang
memiliki tekanan rendah. Pada akhirnya akan terjadi penyusutan udara sehingga udara
menjadi lebih berat dan mengakibatkan udara turun ke atas permukaan tanah. Di atas tanah
tersebut temperatur udara akan naik kembali dan fenomena di atas terjadi berulang-ulang.
Kenaikan aliran udara panas dan menurunnya udara dingin tersebut diakibatkan oleh
perpindahan panas secara konveksi (Putranto, dkk 2011:18). Pada prinsipnya adalah angin
terjadi karena adanya perbedaan suhu udara di beberapa tempat di muka bumi. Hal ini
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Indonesia memiliki potensi energi angin yang relatif menengah karena terletak di
daerah garis khatulistiwa. Namun ada beberapa daerah yang secara geografis merupakan
daerah dengan angin yang cukup tinggi karena merupakan wilayah nozzle effect, yaitu daerah
dengan penyempitan antara dua pulau atau daerah lereng gunung di antara dua gunung yang
saling berdekatan. Peta potensi energi angin di Indonesia berisi informasi mengenai potensi
7
energi angin yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan mengetahui potensi angin
di setiap daerah diharapkan dapat menentukan wilayah yang berpotensi untuk dibangun
pembangkit listrik tenaga angin. Peta potensi energi angin dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
1
𝐸𝑘 = 𝑚. 𝑣²................................................................................................. II.1
2
Dimana :
8
m : massa udara (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Angin dengan kecepatan 3 m/s dapat diaplikasikan pada turbin angin propeller
berukuran kecil, sedangkan untuk angin berkecepatan 5 m/s dapat diaplikasikan untuk jenis
turbin angin menengah dan untuk angin berkecepatan 6 m/s dapat diaplikasikan untuk turbin
angin berukuran besar. Dengan demikian angin dimanfaatkan melalui kincir angin untuk
menghasilkan listrik.
Proses pemanfaatan energi angin dibagi menjadi dua tahapan konversi yaitu :
Untuk mendapatkan massa udara dimisalkan dalam suatu blok udara mempunyai
penampang dengan luas A (m²), dan bergerak dengan kecepatan v (m/s), maka massa udara
adalah kecepatan angin yang melewati suatu penampang dengan kerapatan udara,
dinyatakan dalam persamaan II.2 :
𝑚 = 𝐴 . 𝑣 . 𝜌....................................................................................... II.2
Dimana :
Untuk menghitung luas penampang sudu turbin angin savonius, dapat diperoleh
dengan persamaan II.3 :
𝐴 = 𝐷 × 𝐻................................................................................ II.3
Dimana :
9
H = tinggi sudu (m)
Dari dua persamaan diatas besar daya sapuan yang dihasilkan dari energi angin dapat
dihitung dengan persamaan II.4 .
1
𝑃𝐴 = 2 𝐴 . 𝑣 3 . 𝜌...................................................................................... II.4
Dimana :
PA : daya (Watt)
A : luas penampang (m²)
v : kecepatan angin (m/s)
ρ : kerapatan udara (kg/m³)
Setiap rotor dari turbin angin memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Dengan
memasukkan koefisien daya (Cp), maka daya mekanik aktual (PM) yang diperoleh dari
energi kinetik angin dapat diketahui dengan persamaan II.5.
1
𝑃𝑀 = 2 𝐶𝑝. 𝐴. 𝑣 3 . 𝜌........................................................................................ II.5
Daya mekanik turbin juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan II.6.
𝑃𝑀 = 𝑇. 𝜔...................................................................................................... II.6
Dimana :
T : Torsi (Nm)
F : gaya (N)
10
II.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga angin yaitu aliran angin memutar turbin
angin. Kemudian angin akan memutar sudu turbin, lalu diteruskan untuk memutar poros
generator. Generator memanfaatkan energi gerak menjadi energi listrik dengan teori medan
elektromagnetik, poros pada generator dipasang menggunakan material ferromagnetik
permanen. Setelah itu, di sekeliling poros terdapat stator yang berbentuk kumparan kawat
yang membentuk loop. Pada saat poros generator mulai berputar maka akan terjadi
perubahan fluks pada stator yang mengakibatkan terjadinya perubahan fluks , dari perubahan
fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan akan ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh konsumen. Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan oleh generator ini berupa tegangan dan arus DC, jika dibutuhkan arus AC maka
perlu dipasang inverter untuk mengkonversikan arus DC menjadi arus AC. Arus AC yang
dihasilkan ini biasanya akan disimpan di dalam baterai sebelum dimanfaatkan oleh
konsumen.
11
belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dan lain-
lain). Turbin angin berfungsi untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
berupa putaran poros. Putaran poros tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai
dengan kebutuhan salah satunya generator untuk menghasilkan energi listrik. Salah satu
komponen utama dari turbin angin adalah poros. Poros ini berfungsi mengkonversikan gerak
linier arus angin menjadi gerak putar poros. Berdasarkan jenis porosnya, turbin angin dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu turbin angin sumbu horizontal atau Horizontal Axis Wind
Turbine (HAWT) dan turbin angin sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine
(VAWT).
Turbin angin sumbu horizontal adalah turbin angin dengan sumbu putar yang sejajar
dengan permukaan tanah dan sumbu putar rotor yang searah dengan arah aliran angin. Pada
turbin angin jenis ini, putaran rotor terjadi karena adanya gaya lift. Turbin angin sumbu
horizontal cocok digunakan pada angin dengan kecepatan sedang dan tinggi serta banyak
digunakan sebagai pembangkit listrik skala besar. Kelebihan dari turbin ini memiliki
efisiensi yang lebih tinggi dibandikan dengan sumbu vertikal karena sudu selalu bergerak
tegak lurus terhadap arah angin. Sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan konstruksi
menara yang besar dan tinggi, serta membutuhkan kontrol sebagai mekanisme pengarah
untuk mengarahkan blade ke arah angin.
12
Gambar II.4 Konstruksi Turbin Sumbu Horizontal
Turbin angin jenis ini memiliki sudu berbentuk airfoil yang memiliki kemiripan
bentuk seperti pada sayap pesawat. Pada turbin angin sumbu horizontal, putaran rotor terjadi
karena adanya gaya angkat (lift) pada sudu yang disebabkan oleh aliran angin. Prinsip kerja
HAWT memanfaatkan gaya lift sebagai gaya penggerak rotor. Oleh karena itu kecepatan
linier sudu dapat lebih besar daripada kecepatan angin. Turbin ini dapat diaplikasikan pada
potensi angin sedang dan tinggi, dan banyak digunakan sebagai pembangkit listrik skala
besar.
Turbin angin sumbu vertikal (TASV) adalah turbin angin yang memiliki axis tegak
lurus dengan arah aliran angin atau permukaan tanah. Kelebihan dari turbin jenis ini yaitu
memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah, dapat
dioperasikan pada daerah yang berkecepatan rendah-sedang. Dilihat dari prinsip
aerodinamik rotor yang digunakan, turbin angin sumbu vertikal dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
13
II.6.2.1 Turbin Savonius
(Sumber : jurnal.unsam.ac.id)
Turbin angin savonius diciptakan pertama kali di Finlandia oleh sarjana Finlandia
bernama Sigurd J. Savonius pada tahun 1922 dengan bentuk menyerupai huruf S apabila
dilihat dari atas. Turbin savonius secara umumnya bergerak lebih pelan dibandingkan jenis
turbin angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang lebih besar. Konstruksi dari
turbin ini sangat sederhana. Pada perkembangannya turbin savonius banyak mengalami
perubahan bentuk rotor, di bawah ini terdapat beberapa tipe dari turbin savonius apabila
dilihat dari atas yaitu:
a. Turbin savonius tipe U memiliki konstruksi yang sangat kuat karena terpusat di tengah
atau pusat batang, tetapi kurang efisien dibandingkan dengan tipe Savonius lainnya.
b. Turbin savonius tipe S ini juga memiliki konstruksi yang sederhana dan juga dapat
dibuat dengan mudah menggunakan drum bekas. Desain Savonius ini sedikit lebih
efisien daripada tipe Savonius di atas karena beberapa aliran udara dibelokkan oleh
kedua sudu lalu keluar pada salah satu sisinya.
c. Turbin savonius tipe L memiliki desain yang paling efisien dari turbin angin savonius
jenis lainnya. Turbin ini tidak hanya memiliki keunggulan dari udara yang mampu
dibelokkan menjadi dua kali tetapi juga sebagian vanes berfungsi seperti sebuah airfoil
ketika berada di tepi, sehingga membuat efek angkat kecil sehingga meningkatkan
efisiensi. Pada bentuk rotor savonius tipe S, aliran udara di kedua sisi sudu sama besar,
sementara pada turbin savonius tipe L aliran udara pada sisi sudu yang lurus lebih
besar dibandingkan pada sisi sudu lengkung seperempat lingkaran.
14
Keunggulan VAWT (Vertical Axis Wind Turbine) tipe drag dibandingkan dengan
HAWT ( Horizontal Axis Wind Turbine) yaitu, memiliki bentuk sudu yang sederhana,
memiliki noise yang rendah, pada aliran angin turbulen dapat bekerja lebih baik, memiliki
torsi yang tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah, generator dapat
ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga mempermudah perawatan pada generator,
tidak harus mengubah posisi jika arah angin berubah, memiliki cut-in speed yang lebih
rendah dibandingkan HAWT.
Kekurangan dari turbin savonius ini antara lain, memiliki kecepatan angin di bagian
bawah yang sangat rendah sehingga apabila tidak memakai tiang akan menghasilkan putaran
yang rendah, dan efisiensi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan turbin angin sumbu
horizontal. Turbin tipe ini banyak digunakan untuk kebutuhan listrik domestik skala kecil.
(Sumber : id.wikipedia.org)
Turbin Darrieus pertama diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun 1920- an.
Turbin angin sumbu vertikal ini mempunyai sudu tegak yang berputar ke dalam dan ke luar
dari arah angin.
15
II.7 Prinsip Kerja Turbin Angin Savonius
Turbin Savonius adalah salah satu turbin yang paling sederhana. Secara aerodinamis,
turbin ini bertipe drag. Konstruksi turbin ini terdiri dari dua atau tiga sudu. Apabila dilihat
dari atas, bentuk sudu akan terlihat seperti bentuk "S" pada penampang melintang. Karena
kelengkungan, sudu turbin mengalami lebih sedikit hambatan saat bergerak melawan angin
dibandingkan saat bergerak bersama angin. Hambatan diferensial menyebabkan turbin
savonius berputar dikarenakan turbin ini merupakan turbin bertipe drag, turbin savonius
mengekstraksi tenaga angin jauh lebih sedikit daripada turbin dengan tipe gaya lift dengan
ukuran yang sama. Sebagian besar area sapuan rotor savonius mungkin dekat dengan tanah,
jika instalasi turbin tanpa menggunakan tiang yang tinggi, membuat energi keseluruhan
ekstraksi kurang efektif karena kecepatan angin yang rendah ditemukan pada ketinggian
tanah yang lebih rendah.
Turbin savonius banyak digunakan karena biaya pembuatannya yang murah jauh lebih
dipertimbangkan dibandingkan dengan efisiensinya. Turbin savonius yang jauh lebih besar
biasanya digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik pada pelampung laut dalam, yang
membutuhkan sedikit tenaga listrik dan mendapatkan perawatan mesin yang mudah. Desain
disederhanakan karena, tidak seperti horizontal axis wind turbines (HAWT), tidak
diperlukan mekanisme pengubah arah untuk memungkinkan perpindahan arah angin dan
16
turbin dapat berputar sendiri. sumbu vertikal lainnya biasanya tidak terhubung ke jaringan
listrik. Mereka terkadang memiliki heliks yang panjang sendok, untuk memberikan torsi
halus.
Jumlah sudu pada turbin merupakan faktor yang sangat penting karena mempengaruhi
kecepatan dan efisiensi suatu turbin . Daya mekanik yang diekstraksi oleh turbin angin
berbanding lurus dengan luas sapuan sudu, tentu saja hal ini berakibat langsung pada
pembangkitan listrik. Semakin banyak sudu yang dimiliki turbin angin maka semakin besar
torsi yang dihasilkan dan semakin lambat kecepatan putarannya karena peningkatan
hambatan terjadi disebabkan oleh resistensi terhadap aliran angin). Biasanya, turbin yang
digunakan untuk menghasilkan listrik harus berjalan pada kecepatan tinggi. Oleh karena itu,
tidak memerlukan banyak torsi. Dengan demikian, daya yang lebih besar dihasilkan dari
jumlah sudu yang lebih sedikit.
Pada umumnya turbin angin sumbu vertikal memiliki tiga sudu. Keputusan untuk
merancang turbin tiga sudu adalah sebuah kompromi. Hal ini menyebabkan kecepatan turbin
berkurang, desain satu bilah adalah angka optimal untuk efisiensi maksimum. Namun,
desain satu sudu dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan tidak praktis. Jumlah sudu
yang lebih besar dari tiga menghasilkan hambatan angin yang lebih besar, pembangkitan
daya yang lebih rendah dan oleh karena itu, kurang efisien dibandingkan turbin tiga sudu.
Misalnya, turbin angin dua sudu memiliki momen puntir tidak seimbang yang bekerja di
tengah tiang penyangga sudu. Sentuhan yang tidak diinginkan ini dapat menimbulkan
getaran pada turbin. Jika kecepatan putar sama dengan getaran alami frekuensi sudu,
kerusakan mekanis turbin dapat terjadi.
Masalah mekanis turbin dua sudu dapat ini dapat diselesaikan dalam desain empat
sudu, tetapi di satu sisi memiliki bobot turbin yang besar dan secara ekonomis empat sudu
lebih mahal daripada tiga sudu. Jumlah sudu yang lebih sedikit akan meningkatkan
kecepatan putaran, sementara jumlah sudu yang lebih besar menghasilkan torsi yang lebih
tinggi.
17
II.9 Teori Momentum Betz
Energi kinetik dari massa udara sebesar m yang bergerak pada kecepatan v dinyatakan dalam
persamaan II.7 sebagai berikut :
1
𝐸= 𝑚𝑣 2 .......................................................................................................................(II.7)
2
Dengan menyatakan udara melewati luas penampang A pada waktu tertentu, maka laju aliran
udara tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan II.8 sebagai berikut :
𝑉 = 𝑣. 𝐴 ...........................................................................................................................(II.8)
Dan bila kerapatan udara adalah 𝜌, maka laju aliran massa udara dinyatakan dalam
persamaan II.9 sebagai berikut :
𝑚 = 𝜌. 𝑣. 𝐴 ......................................................................................................................(II.9)
18
Dari persamaan-persamaan di atas didapat rumus daya angin dinyatakan pada persamaan
II.10 sebagai berikut :
1
𝑃𝐴 = . 𝜌. 𝑣 3 . 𝐴..............................................................................................................(II.10)
2
Energi mekanik yang dapat diekstraksi oleh “konverter piringan” dari aliran udara
merupakan selisih daya aliran udara sebelum dan sesudah melewati konverter dinyatakan
dalam persamaan II.11 sebagai berikut :
1 1
𝑃= . 𝜌. 𝐴1 . 𝑣1 3 − 2 . 𝜌. 𝐴2 . 𝑣2 3 ................................................................................... (II.11)
2
𝜌. 𝐴1 . 𝑣1 3 = 𝜌. 𝐴2 . 𝑣2 3 ...................................................................................................(II.12)
sehingga, daya yang diekstraksi dinyatakan pada persamaan II.13 sebagai berikut :
1
𝑃= . 𝜌. 𝐴1 . 𝑣1 . (𝑣1 2 − 𝑣2 2 ).........................................................................................(II.13)
2
1
𝑃 = 4 𝜌. 𝐴. (𝑣1 − 𝑣2 )(𝑣1 + 𝑣2 )......................................................................................(II.14)
sedangkan daya angin sebelum mencapai rotor dinyatakan dalam persamaan II.15 berikut :
1
𝑃𝐴 = . 𝜌. 𝑣 3 . 𝐴..............................................................................................................(II.15)
2
Rasio antara daya mekanik yang dapat diekstraksi dan daya angin sebelum mencapai rotor
disebut koefisien daya (Cp), yaitu dinyatakan dalam persamaan II.16 berikut :
𝑃𝑀
𝐶𝑝 = .........................................................................................................................(II.16)
𝑃𝐴
𝑃 1 𝑣 2 𝑣 2
𝐶𝑝 = 𝑃 = 2 |1 − (𝑣2 ) | |1 + (𝑣2 ) |..............................................................................(II.17)
𝑜 1 1
19
Gambar II.9 Hubungan Koefisien daya dengan rasio v1/v2
Pemilihan diameter sudu berkaitan dengan besar output daya yang diperlukan. Diameter
sudu dipilih, berdasarkan daya yang dibutuhkan dengan pedoman nilai Cp = 0,3 -0,4 untuk
turbin modern yang mempunyai sudu sebanyak 3 buah. (Piggott Hugh, 2005). dinyatakan
dalam persamaan II.18 berikut :
𝑃
𝐷=√ 𝜌𝜋 ..........................................................................................................(II.18)
𝐶𝑝. . .𝑣 3
24
Dimana :
Cp = Coeficient Power
𝑘𝑔
𝜌 = massa jenis udara (𝑚3 )
20
lebih kecil. Sedangkan jumlah sudu yang lebih sedikit akan menghasilkan tip speed ratio
yang lebih besar.
Tip Speed Ratio (TSR) merupakan rasio antara kecepatan ujung rotor turbin terhadap
kecepatan angin bebas. Angin dengan kecepatan nominal tertentu akan berpengaruh pada
TSR akan mempengaruhi kecepatan putar rotor. Turbin angin tipe horizontal memiliki TSR
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin angin tipe vertikal.
𝜔.𝑟
λ=
𝑣
2𝜋𝑛.𝑟
λ=
60𝑣
𝜋𝐷𝑛
λ= ............................................................................................ (II.19)
60𝑣
Dimana :
Ketika turbin angin dilintasi oleh aliran udara, ia bisa mendapatkan energi aliran
massa dan mengubahnya menjadi energi mekanik putaran. Konversi ini menyajikan
beberapa batasan, karena hukum Betz. Hukum ini secara matematis menunjukkan bahwa
ada batas yang tidak dapat dilewati, selama terjadinya proses konversi energi ini.
Koefisien Cp menunjukkan jumlah energi yang dapat diserap oleh turbin tertentu dari
angin. Secara numerik Betz limit, untuk turbin angin sumbu horizontal adalah 16/27 atau
sama dengan 59,3%. Nilai tersebut merupakan efisiensi maksimum (disebut juga sebagai
koefisien daya) dari turbin angin. Artinya, ketika turbin angin dapat beroperasi dalam
kondisi terbaik, efisiensinya tidak akan melebihi 59,3%. Hubungan antara TSR dengan
koefisien daya pada berbagai tipe turbin angin ditunjukkan pada gambar III.10 :
21
Gambar II.10 Diagram Cp - TSR untuk berbagai jenis turbin angin
Dimensi sudu adalah fungsi dari tip speed ratio, diameter rotor dan jumlah sudu.
Aspek penting yang dipilih dalam merancang sudu adalah bentuk platform sudu, lebar sudu
(chord), jari-jari pangkal (root radius), tebal sudu dan sudut pitch. Lebar sudu dinyatakan
dalam persamaan II.20 .
𝑅
16×𝜋×𝑅×( )
𝑟
𝐶= ...........................................................................................(II.20)
9×𝜆2 ×𝐵
Dimana:
B = jumlah sudu
22
II.10.5 Penentuan Kecepatan Putaran
60
𝑛 = 𝑣 × 𝜆 × (𝜋.𝐷)..........................................................................................(II.21)
Dimana :
n = putaran (rpm)
Berdasarkan Gambar III.11 untuk menentukan besarnya torsi dapat dihitung menggunakan
persamaan II.23 sebagai berikut :
T = r . F .......................................................................................................................(II.23)
dimana :
F = gaya (N)
23
T = Torsi (Nm)
II.11 Generator DC
(Sumber : www.pengertianilmu.com)
Generator DC adalah alat konversi energi mekanis berupa putaran mekanis menjadi
energi listrik DC. Energi mekanik digunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar di
dalam medan magnet. Mengacu pada hukum faraday pada kawat penghantar akan timbul
ggl induksi yang besarnya sebanding dengan laju perubahan fluksi yang dilingkupi oleh
kawat penghantar. Kumparan kawat tersebut merupakan rangkaian tertutup yang akan
menimbulkan arus induksi, yang membedakan antara generator DC dengan generator lain
terletak pada komponen penyearah yang terdapat didalamnya yang disebut dengan
komutator dan sikat (Riri dkk, 2016). Generator DC memiliki konstruksi yang terdiri atas
dua bagian yaitu bagian yang berputar (rotor) dan bagian yang diam (stator). Bagian-bagian
stator terdiri dari rangka, komponen magnet dan komponen sikat. Sedangkan bagian-bagian
rotor adalah jangkar, kumparan jangkar dan komutator. Konstruksi generator DC dapat
dilihat pada Gambar II.12 .
Prinsip kerja generator berdasarkan pada hukum faraday yang membuktikan apabila
lilitan kawat yang mampu menghantarkan listrik berada pada medan magnet yang dapat
berubah-ubah, maka pada lilitan kawat tersebut akan terbentuk GGL induksi. Begitupun
sebaliknya, apabila lilitan kawat yang mampu menghantarkan listrik tersebut diubah
sedemikian rupa dalam medan magnet, maka lilitan kawat tersebut akan terbentuk GGL
induksi. Tegangan GGL induksi ini dapat dibentuk dan diperbesar dayanya, namun hal ini
24
tergantung pada jumlah lilitan kawat dalam kumparan, kekuatan medan magnet yang
dihasilkan dan kecepatan putaran generator. dinyatakan dengan persamaan II.24.
Dimana :
Untuk menghitung daya yang dihasilkan oleh generator, digunakan persamaan II.25 .
𝑃 = 𝑉. 𝐼.................................................................................................................(II.25)
Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
Hal-hal yang dilakukan oleh penulis adalah pembuatan dan pengujian turbin angin savonius
4 sudu, pengambilan data, dan analisis data yang diperoleh. Berikut adalah kegiatan yang
akan dilakukan dalam pembuatan yaitu :
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari informasi atau referensi mengenai topik
yang berhubungan dengan tugas akhir dengan cara mempelajari materi melalui
buku-buku, jurnal, situs internet, dan bertanya kepada orang yang pernah
melakukan penelitian dengan topik yang berhubungan dengan tugas akhir.
Turbin angin savonius yang telah selesai dibuat dilakukan pengujian untuk
mendapatkan data.
Data yang peroleh dari pengujian selanjutnya diolah supaya dapat dianalisis.
Hasil analisis yang telah dilakukan dapat menjadi landasan untuk diambil
kesimpulan serta saran untuk menyempurnakan alat tersebut.
27
III.2 Diagram Blok Alat
Pada Gambar III.2 dipaparkan mengenai cara kerja turbin angin savonius ini diawali
dengan angin yang bergerak linier dengan kecepatan tertentu. Energi kinetik angin akan
mendorong bagian sudu turbin sehingga poros turbin akan ikut berputar. Putaran poros turbin
akan memutar generator yang telah dikopel menggunakan transmisi daya mekanik, sehingga
generator akan mengkonversi energi mekanik putaran menjadi energi listrik. Putaran poros
akan mempengaruhi putaran generator yang tentunya akan
28
III.3 Flow Chart Kinerja Alat
Dalam pengujian turbin angin ini dilakukan dalam beberapa tahap yang ditunjukkan
pada Gambar III.3.
Seperti yang terlihat pada Gambar III.3 turbin angin bekerja dengan memanfaatkan
aliran energi kinetik angin untuk memutar turbin yang kemudian dari putaran turbin akan
memutar generator sehingga dihasilkan tegangan dan arus listrik.
29
III.4 Desain Turbin Angin Savonius
Gambar III.4 memperlihatkan penampang bagian atas dari sudu turbin. Pada gambar di
atas terdapat 4 sudu turbin dengan setiap sudunya berbentuk setengah lingkaran yang
memiliki diameter 148,63 mm dan memiliki radius sebesar 74 mm serta memiliki ukuran
poros sebesar 1 inch atau 25,44 mm. Tipe dari sudu turbin di atas merupakan tipe-U karena
bentuknya sendiri membentuk huruf U. Tujuan dari dipilihnya 4 sudu adalah agar
mendapatkan momen torsi yang besar.
30
Gambar III.5 merupakan bagian penampang depan dari sudu turbin yang
memperlihatkan tinggi dari turbin. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudu turbin memiliki
tinggi sebesar 50 cm.
Gambar III.6 memperlihatkan bagian penampang samping dari turbin, dapat dilihat pada
bagian alas memiliki diameter sebesar 30 cm dan tinggi 50 cm. Dari nilai tersebut dapat
dicari nilai luas penampang dengan mengalikan diameter dengan alas yang nantinya nilai
luas penampang ini digunakan untuk menghitung daya angin. Alasan mengapa dipilih
ukuran demikian dikarenakan melihat potensi angin di Indonesia yang rata-rata di kisaran 3
m/s - 6 m/s, dengan potensi angin demikian didapatkan daya angin sebesar 2,43 Watt
diharapkan turbin ini mampu berputar dan menghasilkan energi listrik dalam skala kecil dan
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik. Selain menimbang dari sisi potensi angin,
alasan lain dipilihnya ukuran demikian adalah dengan mempertimbangkan ukuran blower
pada saat pengujian yang memiliki ukuran diameter sebesar 79 cm, tentunya perlu dibuat
turbin yang mampu menerima aliran energi angin dengan ukuran blower tersebut, agar dari
aliran angin blower tersebut dapat memutar turbin dengan maksimal.
31
Gambar III.7 Isometric Sudu Turbin
Gambar III.7 memperlihatkan bentuk 3 dimensi dari turbin yang di telah desain Dari
gambar dapat dilihat keempat sudu dilingkupi oleh bagian atap dan alas turbin yang
berbentuk lingkaran dengan diameter 30 cm.
Gambar III.8 memperlihatkan bagian penampang atas dari turbin angin yang sudah di
assembly dari setiap part yang sudah dibuat. Dari gambar dapat dilihat sudu turbin
dihubungkan dengan rangka. Rangka sendiri berfungsi untuk menopang turbin sekaligus
sebagai tempat terhubungnya poros dengan generator. Atap dan alas turbin terbuat dari
triplek komposit, sedangkan bilah/sudu terbuat dari alumunium dengan tebal 0,8 mm.
32
Gambar III.9 Tampak Depan Turbin Angin Savonius
Gambar III.9 memperlihatkan bagian penampang depan dari turbin angin savonius. Dari
gambar di atas dapat dilihat rangka memiliki tinggi 935 mm dan panjang 500 mm. Alasan
mengapa dibuat dengan demikian agar pada saat pengujian dapat memaksimalkan besar
aliran angin yang dapat diterima oleh turbin karena mengingat angin memiliki persebaran
pada tempat yang tinggi.
33
Gambar III.10 Tampak Samping Turbin Angin Savonius
Gambar III.10 memperlihatkan bagian penampang samping dari turbin angin savonius.
Dari gambar di atas dapat dilihat tinggi total turbin angin adalah 160 cm yang merupakan
gabungan dari panjang poros, tinggi rangka dan tinggi sudu turbin.
34
Gambar III.11 Isometric Turbin Angin Savonius
Gambar III.11 memperlihatkan bentuk 3 dimensi dari turbin angin savonius yang sudah
dirancang. Dari gambar dapat dilihat bagian-bagian turbin angin savonius yang telah di
assembly menjadi satu instalasi yang terhubung sebagai pembangkit listrik tenaga bayu.Sudu
turbin dihubungkan dengan poros yang terhubung satu axis vertikal dengan transmisi
planetary gear yang sudah dikopel dengan poros generator. Dari putaran turbin akan
ditranmisikan menuju planetary gear untuk memutar poros generator sehingga dihasilkan
energi listrik.
35
III.5 Spesifikasi Turbin Angin Savonius
Rangka
Tinggi 93,5 cm
Lebar 50 cm
Sudu
Tinggi 50 cm
Lebar 30 cm
Poros
Panjang 120 cm
Diameter 1 inch
Bearing
Diameter 1 inch
Transmisi Mekanik
Rasio 1:8
Pada Tabel III.1 dipaparkan mengenai spesifikasi turbin angin savonius, meliputi :
ukuran dan dimensi dari rangka, sudu turbin dan poros turbin, serta jenis bearing dan
transmisi mekanik yang digunakan. Spesifikasi ini digunakan bertujuan agar turbin memiliki
konstruksi yang kokoh serta memiliki kinerja yang baik.
36
III.6 Blower
Blower merupakan alat yang menghasilkan energi angin untuk memutar turbin. Angin
pada blower dihasilkan dari putaran fan. Untuk mengatur putaran fan diperlukan autotrafo
yang mengatur tegangan masuk ke blower sehingga putaran fan dapat diatur. Contoh blower
dapat dilihat pada Gambar III.12 sebagai berikut.
(Sumber : eelic.com)
III.7 Autotrafo
Autotrafo berfungsi untuk mengatur tegangan yang masuk ke blower , sehingga putaran
fan dapat diatur, cara merubah putaran tersebut dengan cara memutar variabel, semakin
besar tegangan yang diberikan, maka semakin tinggi putaran dari fan blower. Autotrafo yang
dipakai pada saat pengujian nanti dapat dilihat pada Gambar III.13 sebagai berikut .
(Sumber : conpolec.com)
37
III.8 Spesifikasi Generator
Tegangan Output 12 - 38 V
Arus 2A
III.9 Anemometer
Anemometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Cara
kerja anemometer adalah dengan adanya hembusan angin yang mengenai baling - baling
pada perangkat tersebut, bentuk anemometer dapat dilihat pada Gambar III.14 sebagai
berikut.
(Sumber : weite.tech)
38
III.10 Tachometer
Tachometer adalah sebuah alat untuk mengukur putaran mesin, khususnya jumlah
putaran yang dilakukan oleh sebuah poros dalam satu satuan waktu, bentuk tachometer dapat
dilihat pada Gambar III.15 sebagai berikut.
(Sumber : fluke.com)
III.11 Multimeter
(Sumber : sanwa.com)
39
III.12 Neraca Pegas
Neraca pegas digunakan untuk menghitung besar beban yang bekerja pada poros turbin.
Pada pengujian kali ini digunakan 2 neraca pegas untuk mengetahui nilai F2 dan F1, selisih
dari nilai F2 dan F1 digunakan untuk menghitung besar torsi yang bekerja, contoh neraca
pegas dapat dilihat pada Gambar III.17 sebagai berikut.
(Sumber : WeiHeng)
(Sumber : istockphoto.com)
Terowongan angin digunakan untuk mengarahkan angin dari blower menuju turbin,
agar angin tidak menyebar sehingga sapuan angin ke turbin lebih maksimal, contoh dari
terowongan angin dapat dilihat pada Gambar III.18.
40
III.14 Alat dan Bahan
Dalam proses pembuatan turbin angin savonius, diperlukan beberapa alat dan bahan
diantaranya :
III.14.1 Alat
1. Gerinda
2. Bor
3. Meteran
4. Las
5. Ampelas
III.14.2 Bahan
6. Planetary Gear
7. Baut
8. Lem
9. Triplek Komposit
2. Berikan tanda pada plat alumunium sesuai ukuran yang telah ditentukan.
41
3. Potong plat alumunium yang sudah diberi tanda menjadi 4 bagian.
4. Tekuk plat yang telah dipotong menjadi bentuk setengah lingkaran menggunakan alat
roll .
6. Berikan tanda pada triplek komposit sesuai ukuran yang telah ditentukan.
9. Cat turbin menggunakan pylox berwarna putih, untuk hasilnya seperti yang terlihat
pada Gambar III.19.
4. Sambungkan besi hollow yang telah dipotong menggunakan las dapat dilihat sesuai
Gambar III.20 .
42
5. Cat seluruh rangka menggunakan pylox berwarna biru.
2. Potong plat besi menjadi 3 bagian sesuai ukuran yang telah ditentukan.
5. Bentuk dari tempat dudukan generator dapat dilihat pada Gambar III.21 .
43
III.16 Proses Perakitan Turbin
5. Pasangkan dudukan generator pada ruang poros bagian bawah dengan menggunakan
baut.
6. Pasangkan generator pada tempat dudukan generator yang telah dipasang pada
rangka.
8. Hasil turbin yang telah dirakit dapat dilihat pada Gambar III.22 sebagai berikut .
44
III.17 Pengujian Alat
Dapat dilihat pada Gambar III.23 dalam melakukan pengujian turbin angin savonius
dibutuhkan alat-alat serta sarana penunjang agar pengukuran dan pengambilan data
parameter dilakukan secara tepat supaya hasil kinerja dari turbin angin savonius dapat
diketahui secara aktual.
45
III.19 Prosedur Pengujian
1. Siapkan alat ukur berupa anemometer, tachometer, multimeter, serta neraca pegas.
2. Pasangkan terowongan angin pada blower dan hubungkan input autotrafo pada
sumber, kemudian hubungkan blower pada output autotrafo, seperti yang terlihat
pada Gambar III.24 a,b dan c berikut.
Gambar III.24 (a) Pemasangan terowongan angin pada blower, (b) Menghubungkan output autotrafo
pada blower, (c) Menghubungkan input autotrafo pada sumber
46
3. Kaitkan neraca pegas 2 (F2) yang telah diikat tali pada salah satu kaki rangka
kemudian lingkarkan pada poros turbin dan bagian tali lainnya ikatkan pada neraca
pegas 1 (F1) dan tarik. Dapat dilihat pada Gambar III.25 a dan b sebagai berikut.
(a) (b)
Gambar III.26 Pengambilan data nilai arus dan tegangan output generator
47
5. Putar variabel pada autotrafo secara perlahan hingga fan pada blower berputar. contoh
autotrafo yang digunakan pada saat pengujian seperti yang terlihat pada Gambar
III.27 sebagai berikut.
6. Ukur kecepatan angin menggunakan anemometer. seperti yang terlihat pada Gambar
III.28 sebagai berikut.
48
7. Ukur putaran turbin menggunakan tachometer. seperti yang terlihat pada Gambar
III.29 sebagai berikut.
8. Ukur tegangan dan arus keluaran generator menggunakan multimeter. seperti yang
terlihat pada Gambar III.30 sebagai berikut.
49
9. Ulangi langkah 5 hingga 8 untuk setiap pengambilan data pada kecepatan angin 1 -
10 m/s. seperti yang terlihat pada Gambar III.31 sebagai berikut.
50
BAB IV
Kecepatan Putaran
Putaran Turbin Tegangan Arus PG
Angin Generator
(rpm) (V) (A) (Watt)
(m/s) (rpm)
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 60 498 3,9 0,17 0,663
6 91 776 4 0,21 0,84
7 113 973 5,3 0,45 2,385
8 163 1236 8,79 0,87 7,6473
9 255 2137 13,8 1,1 15,18
10 296 2355 14,5 1,4 20,3
Dapat dilihat pada Tabel IV.1, pengujian kinerja turbin dilakukan dengan menggunakan
variasi kecepatan angin 1 - 10 m/s. Dari variasi kecepatan angin tersebut di dapatkan
parameter pengukuran berupa putaran turbin, putaran generator, tegangan keluaran
generator, dan arus keluaran generator,. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa setiap
kenaikan kecepatan angin mengakibatkan seluruh parameter pengukuran mengalami
kenaikan. Setiap kenaikan kecepatan angin maka akan mengakibatkan putaran turbin
semakin cepat, hal ini akan berakibat pada putaran generator yang semakin cepat pula, dari
51
putaran generator yang semakin cepat ini akan mengakibatkan arus dan tegangan output
yang dihasilkan generator semakin besar.
Kecepatan Putaran
No Angin Turbin
(m/s) (rpm)
1 1 0
2 2 0
3 3 36,7
4 4 70
5 5 110,2
6 6 192
7 7 228
8 8 257
9 9 286
10 10 373
Dapat dilihat pada Tabel IV.2, pengujian kinerja turbin angin tanpa generator
dilakukan dengan menggunakan variasi kecepatan angin 1 - 10 m/s. Dari variasi kecepatan
angin tersebut di dapatkan parameter pengukuran berupa putaran turbin. Dapat dilihat pada
tabel di atas bahwa setiap kenaikan kecepatan angin mengakibatkan parameter pengukuran
putaran turbin mengalami kenaikan. Setiap kenaikan kecepatan angin maka akan
mengakibatkan putaran turbin akan semakin cepat.
52
IV.2 Hasil Pengujian Putaran Turbin
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.1
dapat dilihat bahwa pada saat turbin dikopel dengan generator setiap kenaikan kecepatan
angin maka semakin tinggi putaran turbin yang dihasilkan, diperoleh putaran tertinggi
sebesar 296 rpm pada kecepatan angin 10 m/s. Pada saat turbin tidak dikopel dengan
transmisi mekanik dan generator juga diperlihatkan setiap kenaikan kecepatan angin, maka
putaran turbin yang dihasilkan semakin besar pula, diperoleh putaran tertinggi sebesar 373
rpm pada saat kecepatan angin 10 m/s. Turbin saat dikopel dengan generator tidak dapat
berputar pada kecepatan angin 1 - 4 m/s dikarenakan kecepatan aliran angin terlalu rendah
sehingga tidak adanya gaya drag. Selain itu, adanya bobot pada transmisi dan generator
mengakibatkan turbin tidak dapat menahan momen inersia dan gaya gesek yang ada pada
transmisi mekanik sehingga tidak dapat memutar sudu turbin, turbin yang dikopel dengan
transmisi dan generator baru dapat berputar pada kecepatan angin 5 - 10 m/s. Dari hasil
pengujian turbin diperlihatkan bahwa turbin tanpa generator memiliki putaran yang lebih
besar dibandingkan turbin yang dikopel dengan generator, selain itu nilai cut-in speed turbin
tanpa generator lebih rendah, yaitu 3 m/s dimana turbin sudah mulai berputar pada kecepatan
angin rendah sebesar 3 m/s. Hal ini dipengaruhi karena adanya berat pada transmisi dan
generator sehingga turbin tidak bisa menahan momen inersia dan gaya gesek yang bekerja
pada turbin.
53
IV.3 Hasil Pengujian Daya Generator
Dari Gambar IV.2 dapat dilihat bahwa hubungan antara kecepatan angin dengan daya
generator adalah berbanding lurus dengan setiap kenaikan kecepatan angin maka semakin
tinggi daya generator yang dihasilkan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan
nilai daya generator tebesar pada 20,3 Watt pada saat kecepatan angin sebesar 10 m/s.
Generator baru bisa menghasilkan daya listrik pada kecepatan angin 5 m/s, dikarenakan pada
saat kecepatan angin di bawah 5 m/s turbin tidak dapat berputar sehingga tidak bisa
menghasilkan arus dan tegangan.
54
Dari Tabel IV.3 pada setiap kenaikan kecepatan angin akan berakibat pada kenaikan
setiap parameter pengukuran, dari setiap parameter pengukuran ini akan mengakibatkan data
karakteristik turbin angin mengalami kenaikan namun ada pengecualian pada nilai efisiensi
yang mengalami penurunan dikarenakan selisih antara daya mekanik turbin dengan daya
generator memiliki selisih yang jauh atau dengan kata lain kemampuan konversi energi
mekanik turbin menjadi energi listrik memiliki persentase yang kecil, hal ini sejalan apabila
melihat daya angin yang seharusnya memiliki potensi sapuan angin yang besar, namun pada
saat pengujian daya mekanik yang dihasilkan bernilai kecil atau dengan kata lain
kemampuan turbin untuk menyerap energi kinetik angin memiliki persentase yang kecil.
Kecepatan Putaran
F2 F1 T PA w PM
Angin Turbin TSR CP
(N) (N) (Nm) (Watt) (rad/s) (Watt)
(m/s) (rpm)
1 0 0 0 0 0 0,09 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0,72 0 0 0
3 36,7 5,7 1,75 0,05135 0,19206 2,43 3,84127 0,19725 0,08117
4 70 6,62 2,02 0,0598 0,27475 5,76 7,32667 0,43813 0,07607
5 110,2 7,4 2,7 0,0611 0,34603 11,25 11,5343 0,70474 0,06264
6 192 8 3,25 0,06175 0,5024 19,44 20,096 1,24093 0,06383
7 228 9,12 4,3 0,06266 0,51137 30,87 23,864 1,49532 0,04844
8 257 9,5 4,59 0,06383 0,50436 46,08 26,8993 1,71698 0,03726
9 286 10,1 4,92 0,06734 0,49891 65,61 29,9347 2,0158 0,03072
10 373 11 5,4 0,0728 0,58561 90 39,0407 2,84216 0,03158
Dari Tabel IV.4 dapat dilihat pada setiap kenaikan kecepatan angin akan berakibat pada
kenaikan setiap parameter pengukuran, dari setiap parameter pengukuran ini akan
mengakibatkan data karakteristik turbin angin seperti TSR, kecepatan sudut, daya mekanik
dan koefisien daya mengalami kenaikan.
55
IV.5 Karakteristik Turbin Angin Savonius
25
20
15
10 y = 1,0997x2 - 20,05x + 98,874
R² = 0,9717
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Grafik Kecepatan Angin Terhadap Efisiensi Sistem
Kecepatan Angin (m/s)
Dari Gambar IV.3 dapat dilihat bahwa efisiensi turbin angin savonius mengalami
penurunan setiap kecepatan angin mengalami kenaikkan. Efisiensi tertinggi diperoleh
sebesar 27,071 % ketika turbin beroperasi pada kecepatan angin 5 m/s. Hal ini membuktikan
bahwa turbin angin savonius memiliki kondisi operasional terbaik pada kondisi kecepatan
angin rendah. Grafik mengalami penurunan karena perbandingan antara daya mekanik
dengan daya generator memiliki selisih yang jauh pada setiap kenaikan kecepatan angin,
dengan kata lain kemampuan daya mekanik untuk mengkonversikan energi listrik memiliki
persentase yang kecil, hal ini dapat dipengaruhi oleh generator yang digunakan.
0,15
y = -1,2285x2 + 0,9242x + 0,0119 Aktual
0,1 R² = 0,9506
Teoritis
Cp
56
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar IV.4 dapat dilihat pada kondisi aktual nilai
koefisien daya tertinngi diperoleh sebesar 0,0311 pada nilai TSR 0,464, sedangkan pada
teoritis dengan nilai TSR sebesar 0,5 didapatkan nilai koefisien daya mendekati 0,2 terdapat
perbedaan yang sangat jauh antara nilai Cp aktual dengan teoritis. Nilai koefisien daya
dipengaruhi oleh nilai daya mekanik pada turbin, serta daya angin. Daya mekanik sendiri
dipengaruhi oleh nilai torsi dimana setiap terjadi kenaikan kecepatan angin, maka nilai torsi
akan semakin besar sehingga mengakibatkan daya mekanik yang semakin besar pula. Nilai
TSR sendiri dipengaruhi oleh putaran turbin, pada pengujian kali ini setiap kenaikan
kecepatan angin sebesar 1 m/s diikuti dengan kenaikan putaran turbin rata-rata 47 rpm
sehingga mengakibatkan kenaikan nilai TSR.
Perbedaan antara kondisi aktual dan teoritis ini disebabkan oleh putaran turbin yang
tidak mampu menahan gaya gesek dan momen inersia sehingga daya mekanik yang
dihasilkan oleh turbin tidak maksimal. Hal ini disebabkan pada saat turbin berputar ada gaya
gesek yang bekerja pada poros sehingga ini menimbulkan hambatan pada putaran turbin
sehingga daya mekanik tidak terkonversi dengan maksimal. Selain itu, pengaruh dari kondisi
angin pada saat pengujian, dengan kondisi persebaran angin yang dihasilkan blower tidak
merata mengakibatkan kemampuan konversi energi angin menjadi energi mekanik pada
turbin tidak maksimal, sehingga antara daya angin dengan daya mekanik memiliki selisih
yang jauh atau dengan kata lain memiliki kemampuan konversi energi mekanik yang rendah
sedangkan apabila dilakukan pengujian pada kondisi angin alami dengan persebaran angin
yang lebih merata kemampuan konversi energi angin menjadi energi mekanik menjadi lebih
maksimal karena angin alami memiliki daya sapuan angin yang lebih baik dibandingkan
dengan blower.
Selain dari faktor di atas, faktor perbedaan jenis material antara sudu turbin dengan alas
turbin dapat mengakibatkan hambatan pada saat turbin berputar dikarenakan perbedaan jenis
material ini dapat mengakibatkan nilai massa pada turbin menjadi besar sehingga turbin
memiliki momen inersia yang besar, sehingga terdapat hambatan pada saat turbin berputar.
Selain dari faktor tersebut, jenis aliran angin yang dihasilkan oleh blower tidak dapat
ditentukan apakah alirannya laminar atau turbulen pada variasi kecepatan yang berbeda.
57
IV.5.2 Karakteristik Turbin Angin tanpa Generator
0,1
0,08 Teoritis
0,06 Poly. (Aktual)
0,04
0,02 y= -0,729x2 + 0,4571x + 0,0031 Poly. (Teoritis)
R² = 0,8277
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
TSR
Pada Gambar IV.5 memperlihatkan perbandingan antara kondisi Cp terhadap TSR pada
keadaan teoritis dibandingkan dengan kondisi aktual pengujian turbin tanpa generator. Dapat
dilihat pada kondisi aktual nilai koefisien daya tertinngi diperoleh sebesar 0,0811 pada nilai
TSR 0,1906 sedangkan pada teoritis dengan nilai TSR sebesar 0,5 didapatkan nilai koefisien
daya mendekati 0,2 terdapat perbedaan yang sangat jauh antara nilai Cp aktual dengan
teoritis. Nilai koefisien daya dipengaruhi oleh nilai daya mekanik pada turbin, serta daya
angin. Daya mekanik sendiri dipengaruhi oleh nilai torsi dimana setiap terjadi kenaikan
kecepatan angin, maka nilai torsi akan semakin besar sehingga mengakibatkan daya mekanik
yang semakin besar pula. Nilai TSR sendiri dipengaruhi oleh putaran turbin, pada pengujian
kali ini setiap kenaikan kecepatan angin sebesar 1 m/s diikuti dengan kenaikan putaran turbin
rata-rata 48 rpm sehingga mengakibatkan kenaikan nilai TSR. Perbedaan antara kondisi
aktual dan teoritis ini disebabkan oleh momen torsi yang dihasilkan turbin dengan jumlah 4
sudu mengakibatkan turbin memiliki momen torsi yang besar karena jumlah sudu akan
mempengaruhi momen torsi pada turbin sehingga mengakibatkan daya mekanik yang
dihasilkan turbin semakin besar pula sehingga turbin tidak mampu menahan gaya gesek dan
momen inersia yang bekerja, hal ini mengakibatkan daya mekanik turbin menjadi tidak
maksimal. Hal ini dapat terlihat dari nilai koefisien daya yang dihasilkan memiliki rasio
antara daya mekanik dan daya angin berada di bawah 10%, artinya kemampuan turbin dalam
mengkonversikan daya angin menjadi daya mekanik tidak mencapai 10%.
58
IV.6 Perhitungan Kinerja Turbin Angin Savonius
Besar kinerja yang dihasilkan oleh turbin angin savonius diperoleh dari perbandingan
daya output dan input turbin. Pada perhitungan ini diambil 1 data yaitu pada data ke-7 pada
Tabel IV.1. Perhitungan kinerja dilakukan dengan beberapa tahapan perhitungan sebagai
berikut :
Diketahui :
D = 0,3 m
H = 0,5 m
V = 7 m/s
𝜌 = 1,2 kg/m3
Penjelasan :
Dengan mengacu pada persamaan II.4, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
1
𝑃𝐴 = . (0,3 𝑚 . 0,5 𝑚). 73 𝑚/𝑠 . 1,2 𝑘𝑔/𝑚3
2
𝑃𝐴 = 30,87 𝑊
2. Perhitungan Torsi
Diketahui :
F1 = 2 N
F2 = 3,36 N
r = 0,013 m
Penjelasan :
Dengan mengacu pada persamaan II.22, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
59
𝑇 = (3,36 𝑁 − 2 𝑁) . 0,013 𝑚
𝑇 = 0,01768 𝑁𝑚
Diketahui :
T = 0,01768 Nm
w = 11,8273 rad/s
Penjelasan :
Dengan mengacu pada persamaan II.6, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
𝑃𝑀 = 0,20911 𝑊
Diketahui :
D = 0,3 m
n = 113 rpm
v = 7 m/s
Penjelasan :
Dengan mengacu pada persamaan II.19, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
𝜋 . 0,3 . 113
𝑇𝑆𝑅 =
60. 7
𝑇𝑆𝑅 = 0,25344
60
5. Perhitungan Koefisien Daya
Diketahui :
PM = 0,20911 W
PA = 30,87 W
Penjelasan :
0,20911
𝐶𝑝 =
30,87
𝐶𝑝 = 0,00677
Diketahui :
V = 5,3 V
I = 0,45 A
Penjelasan :
𝑃𝐺 = 5,3 𝑉 . 0,45 𝐴
𝑃𝐺 = 2,385 𝑊𝑎𝑡𝑡
61
7. Perhitungan Efisiensi Sistem
Diketahui :
PG = 2,385 W
PM = 30,87 W
Penjelasan :
𝑃𝐺
𝑆 = × 100%
𝑃𝑀
2,385 𝑊
𝑆 = × 100%
30,87 𝑊
𝑆 = 11,4056 %
62
BAB V
V.1 Kesimpulan
1. Telah berhasil dibuat turbin angin savonius sumbu vertikal dengan spesifikasi jumlah
sudu 4 buah dengan dimensi tinggi 0,5 meter dan diameter 0,3 meter, panjang poros
1,2 meter dengan diameter 0,0254 meter, dan kerangka turbin dengan tinggi 0,935
meter dan lebar 0,5 meter.
2. Turbin ini memiliki daya keluaran generator maksimal sebesar 20,3 Watt, efisiensi
sistem tertinggi diperoleh sebesar 27,07%, koefisien daya tertinggi diperoleh sebesar
0,0311 pada nilai TSR 0,467 ketika beroperasi pada kecepatan angin 10 m/s. Pada saat
percobaan tanpa menggunakan generator, turbin ini menghasilkan daya mekanik
maksimal sebesar 2,8422 Watt , putaran turbin sebesar 373 rpm, dan koefisien daya
sebesar 0,032 pada kecepatan angin 10 m/s.
V.2 Saran
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada turbin angin ini,
maka dari itu penulis menyarankan agar perancangan dapat lebih disempurnakan supaya
mendapatkan hasil kinerja yang lebih maksimal.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan dan Abdul Latief. 2019. Pengaruh Jumlah Sudu Pada Turbin Angin Sumbu Vertikal
Terhadap Distribusi Kecepatan dan Tekanan. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa, 24(2),
141-151.
Maulana, Eka dkk. 2021. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dengan Turbin
Angin Savonius Tipe-U untuk kapasitas 100W. Jurnal Asimetrik : Jurnal Ilmiah Rekayasa
Dan Inovasi, 3(2), 183-190.
Basuki, dkk. 2020. Analisis Performa Kinerja Turbin Angin Savonius 2 Sudu. Fakultas
Teknik : Universitas Hasyim Asy’ari.
Tuapetel, J.Victor, dkk. 2019. Analisis dan Pengujian Kinerja Turbin Angin Savonius 4
Sudu. Jurnal Teknik Mesin – ITI Vol. 3, No. 2, ISSN: 2548-3854.
Sumiati, Ruzita. 2012. Pengujian Turbin Angin Savonius Tipe U Tiga Sudu Di Lokasi
Pantai Air Tawar Padang. Jurnal Teknik Mesin - PNP Vol. 1, No. 1, ISSN: 1829-8958.
Stepanus, dkk. 2018. Energi Angin Sebagai Sumber Daya Listrik Data Recovery. Jurnal
Lektrokom Vol. 1 Magister Teknik Elektro. Universitas Kristen Indonesia.
Latif, Melda. 2013. Eisiensi Prototipe Turbin Savonius pada Kecepatan Angin Rendah.
Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10, No. 3. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Andalas Padang.
Habibie, M. Najib, Achmad Sasmito. dan Roni Kurniawan. 2011. Kajian Potensi Energi
Angin Di Wilayah Sulawesi Dan Maluku. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 12(2), 181-
187.
David, A.Spera. 2002. Wind Turbine Technology Fundamental Concepts of Wind Turbine
Engineering, Second Edition, ASME Press. New York.
Wei Tong. 2010. Wind Power Generation and Wind Turbine Design. Kollmorgen Corp.
USA.
Coyle, Franklin. 2016. Introduction to Wind Power. The English Press. New York.
Adeseye Adeyeye, Kehinde. 2020. The Effect of the Number of Blades on the Efficiency
of A Wind Turbine. IOP Publishing.
64
LAMPIRAN
65
LAMPIRAN A
DATA DIRI
Shahrul Nuno Gomes
Jl. Arjuna, No.686
Kel. Sukaharja, Kec. Telukjambe Timur,
Kabupaten Karawang
089638370168
shahrulgomes5@gmail.com
Data Diri
Tempat/Tanggal Lahir : Cilacap / 15 November 2001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Kawin : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan
2008-2014 SD Negeri Sukaluyu 4
2014-2017 SMP Negeri 5 Karawang
2017-2020 SMA Negeri 3 Karawang
2020-sekarang Program Studi D – III Teknik
Konversi Energi. Jurusan Teknik
Energi, Politeknik Negeri Bandung.
Pengalaman Organisasi
2021-2022 Staff Hubungan Luar Himpunan
Mahasiswa Teknik Energi
66
LAMPIRAN B
67
Lampiran B-3 Pengukuran Torsi dengan Neraca Pegas Digital
68
Lampiran B-5 Blower yang dipasang Terowongan Angin
69
\ Lampiran B-7 Pengukuran Tegangan dan Arus Generator
70
Lampiran B-9 Perakitan Turbin
71
LAMPIRAN C
72
Lampiran C-2 Data Perhitungan Turbin tanpa Generator
73