Disusun Oleh:
MUHAMMAD KHOIRUL AKBAR
4.22.19.0.15
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
seperti yang diharapkan. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini didasarkan pada
serangkaian kegiatan yang berlangsung selama proses penelitian. Laporan tugas
akhir ini dapat diselesaikan atas bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang selalu memberi Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan motivasi sehingga
penulis dapat melaksanakan kegiatan magang industri dengan baik.
3. Bapak Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Ir. Mulyono, M.T. selaku Ketua Program Studi D4 Teknologi
Rekayasa Pembangkit Energi Politeknik Negeri Semarang.
5. Bapak Anis Roihatin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap untuk pembaca agar
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penulisan yang lebih
baik lagi kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis pribadi dan pihak lain pada umumnya.
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Meshing ....................................................................................................... 16
LAMPIRAN ......................................................................................................... 33
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, energi angin telah membuat biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan energi listrik berkurang secara signifikan. Tetapi
diperlukan penurun biaya yang lebih agar energi angin dapat bersaing dengan
energi yang sudah ada seperti batubara dan gas alam. Untuk merubah gerakan udara
diperlukan suatu alat untuk merubah gerakan udara tersebut menjadi bentuk energi
yang diinginkan, serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Turbin angin
merupakan alat yang digunakan untuk mengekstrak energi dari angin untuk
menggerakkan generator yang akan menghasilkan listrik.
Di Indonesia dengan keadaan angin yang kecepatannya relatif rendah serta
arahnya yang berubah-ubah, turbin crossflow merupakan turbin angin yang cocok
untuk daerah yang memiliki kecepatan angin rendah. Daerah yang memiliki
kecepatan angin rendah seperti perkotaan memerlukan sistem konversi energi angin
yang sesuai dengan kecepatan angin yang rendah pula. Bila dibandingkan antara
turbin angin jenis Vertical Axis Wind Turbin (VAWT) dengan Horizontal Axis Wind
Turbin (HAWT), turbin angin yang cocok digunakan sebagai pembangkit listrik
di daerah perkotaan adalah turbin jenis VAWT. Hal itu disebabkan turbin HAWT
tidak mampu memberikan efisiensi yang baik pada kondisi kecepatan angin yang
rendah dan adanya aliran angin yang turbulen (M Mahmood,2012).
Untuk mengubah torsi yang dihasilkan oleh rotor pada turbin angin terdapat
2 cara. Cara pertama merubah geometri dari rotor dengan cara merubah sudut
serang dari sudu. Cara kedua dengan mengatur kecepatan putar rotor sehingga rotor
beroperasi pada Tip Speed Ratio (TSR) yang optimal. Pada awalnya sudu turbin
angin mengadaptasi airfoil pada teknologi pesawat terbang untuk di kembangkan
lebih lanjut sehingga dapat digunakan untuk sudu turbin angin. Hingga saat ini
pengembangan dari penggunaan airfoil untuk sudu turbin angin masih terus
dilakukan.
1
Penggunaan sudu airfoil NACA 6412 diharapkan dapat menambah nilai
performa dari turbin angin crossflow. Bentuk airfoil yang sedemikian rupa
diharapkan dapat meningkatkan koefisien lift dari sudu. Gaya lift yang terbentuk
akan menghasilkan momen torsi positif yang menambah performa turbin angin
crossflow. Gaya lift yang dihasilkan airfoil dipengaruhi oleh sudut serang dari
airfoil. Sehingga untuk menghasilkan nilai gaya lift yang besar diperlukan sudut
serang tertentu.
Koefisien daya merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan
performa turbin angin. Parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya adalah jumlah sudu. Penelitian Zhaoyong Mau juga menunjukan
bahwa jumlah sudu mempengaruhi performa pada turbin angin.
Pengujian performa turbin angin dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara
pertama menggunakan metode eksperimental yang membutuhkan biaya yang
cukup besar. Cara kedua menggunakan metode simulasi yang membutuhkan biaya
relatif rendah dan mempermudah penelitian. Penelitian akan dilakukan dengan
metode simulasi 2 dimensi menggunakan software ANSYS-Fluent.
2
1.4 Sistematika Pembahasan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
besar. Sehingga dengan sudut keluar 55º akan menghasilkan efisiensi lebih besar
daripada sudut keluar 90º.
angin sebesar 2 𝑚⁄𝑠, dengan variasi tip speed ratio (λ) 0 sampai 0,6 dengan interval
0,1. Geometri model yang digunakan adalah turbin angin crossflow dengan
diameter luar 1000 mm, diameter dalam 660 mm, dan jumlah sudu sebanyak 20
buah dengan radius kelengkungan 146,8 mm. Hasil penelitian menunjukkan pada
tip speed ratio rendah, turbin akan menghasilkan nilai koefisien torsi yang kecil.
Nilai koefisien torsi tertinggi didapat pada saat TSR 0 yaitu sebesar 3,6. Pada TSR
0,6 koefisien torsi bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa turbin angin tipe
rossflow hanya dapat digunakan pada TSR kurang dari 0,6. Koefisien dayatertinggi
dihasilkan pada TSR 0,3 yaitu sebesar 0,45 (Dragomirescu, 2011).
Energi angin adalah energi kinetik dari pergerakan sejumlah massa udara
diseluruh permukaan bumi. Sudu dari turbin angin akan menerima energi kinetik
tersebut dan merubahnya menjadi energi mekanik atau energi listrik tergantung dari
kebutuhan (S. Mathew,2007)
Energi kinetik pada aliran udara dengan massa m dan bergerak dengan
kecepatan V dapat ditulis sebgai berikut :
1
𝐸 = 2 𝑚𝑉 2 (2.1)
Energi kinetik yang tersedia dari aliran udara pada turbin dapat dirumuskan
1
𝐸 = 2 𝜌ₐ 𝑣𝑉 2 (2.2)
5
Dimana 𝜌a adalah densitas udara, dan 𝑣 adalah volume udara yang terdapat pada
rotor. Aliran udara yang bersentuhan dengan rotor per satuan waktu memilikiluas
penampang yang sama dengan luas penampang rotor tersebut (𝐴T) dan
ketebalannya sama dengan kecepatan angin (V), maka energi per satuan waktu.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Turbin Angin
6
2. Vertical Axis Wind Turbines (VAWT)
7
Berkurangnya kecepatan aliran udara disebabkan sebagian energi kinetik angin
diserap oleh rotor turbin angin. Pada kenyataannya, putaran rotor menghasilkan
perubahan kecepatan angin pada arah tangensial yang akibatnya mengurangi
jumlah total energi yang dapat diambil dari angin.
Dengan menganggap bahwa kecepatan udara yang melalui penampang A
adalah sebesar v, maka aliran volume udara yang melalui penampang rotor pada
setiap satuan waktu sebagai berikut:
𝑉 = 𝑣𝐴 (2.3)
dimana:
𝑚 = 𝜌𝑣A (2.4)
dimana:
Dalam sistem konversi energi angin, energi mekanik pada turbin hanya
dapat diperoleh dari energi kinetik yang terdapat pada angin, berarti jika aliran
massa udara tidak mengalami perubahan, kecepatan angin pada bagian belakang
turbin mengalami penurunan, dan luas penampang aliran udara pada bagian
belakang rotor menjadi lebih besar seperti pada gambar 2.3.
8
Gambar 2. 3 Profil Kecepatan Angin Melewati Rotor
dimana:
9
v = Kecepatan angin (m/s)
Gambar 2. 4 Nilai 𝑐p dan tip speed ratio untuk berbagai turbin angin.
𝑀
𝐶𝑝 = 1 (2.8)
𝜌𝑣 3 𝑆 ′
2
Nilai koefisien daya (𝐶p) dan koefisien torsi (𝐶m) memiliki hubungan linear.
Hubungan antara koefisien torsi (𝐶m) dan koefisien daya (𝐶p) adalah sebagai
berikut :
𝐶𝑝 = 𝐶𝑚𝜆 (2.9)
Dimana :
10
Cp = Koefisien daya
P = Daya yang dihasilkan turbin (Watt)
11
komputasi komputer (Review & June, 2015)
Secara umum proses perhitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama yaitu :
1. Pre-processing
Pre-processing adalah langkah awal dalam menganalisa sebuah modelCFD.
Sebelum sebuah model dianalisa, geometri model harus di definisikan terlebih
dahulu menjadi domain komputasi. Kemudian membuat meshing yang sesuai
dengan geometri dan analisa yang akan dilakukan. Terakhir mendefinisikan kondisi
batas dan sifat dari fluida yang akan digunakan.
2. Solving
Solving CFD merupakan proses pengolahan dan perhitungan dari kondisi
yang telah di tetapkan saat pre-processing. Pada tahapan ini dilakukan proses
komputasi numerik dengan menggunakan metode numerik berupa pendekatan
variabel yang diketahui menjadi fungsi yang lebih sederhana, diskritisasi dengan
substitusi pendekatan kedalam persamaan yang mengatur aliran, serta solusi dari
persamaan aljabar.
3. Post-processing
Post-processing merupakan tahap akhir dalam analisis CFD. Pada tahapan
ini hasil dari komputasi numerik yang telah dilakukan dibuat visualisasikan dan di
dokumentasikan dalam bentuk gambar, kurva, dan animasi.
2.3.5 Meshing
Proses meshing bertujuan untuk membagi solution domain menjadi bagian
bagian yang lebih kecil lagi. Jumlah pembagian ini nantinya akan menentukan
keakuratan dari hasil komputasi numerik yang dilakukan. Semakin halus hasil
meshing maka hasil komputasi numerik akan semakin akurat, namun waktu
komputasi numerik akan menjadi lebih lama. Kualitas meshing segitiga dapat
diukur menggunakan mesh metric. Skala kualitas meshing untuk mesh metric
skewness ditunjukkan pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1 Skala Kualitas Meshing
Value of skewness 0,95-
0-0,25 0,25-0,5 0,5-0,8 0,8-0,95 0,98-1,00
0,98
Quality Excellent Very good good acceptable bad Unacceptable
12
Pada dasarnya CFD merupakan pendekatan dari karakteristik fluida dengankondisi
real. CFD menggunakan persamaan dasar dinamika fluida yaitu persamaan
kekekalan massa dan momentum. Berikut persamaan dasar yang digunakan dalam
simulasi turbin crossflow
1. Contiunity
Berdasarkan pada hukum konservasi massa muncul persamaan kontinuitas
sebagai berikut:
𝜕𝜌 𝜕𝜌𝑢 𝜕𝜌𝑣
+ + =0 (2.10)
𝜕 𝜕𝑥 𝜕𝑦
(2.11)
3. Pemodelan turbulensi
Aliran turbulen adalah suatu karakteristik yang terjadi pada aliran dikarenakan
adanya peningkatan kecepatan aliran. Peningkatan ini mengakibatikan
perubahan momentum, energi dan massa. Pemilihan model turbulensi
didasarkan pada kondisi fisik aliran, waktu serta tingkat akurasi yang
dibutuhkan untuk simulasi. Jenis pemodelan turbulensi yang disediakan oleh
ANSYS Fluent
4. k-epsilon
Model k-epsilon menggunakan dua variabel, yaitu turbulent kinetic energy (k)
dan rate of dissipation of kinetic energy (ɛ). Model k-epsilon sering digunakan
pada industri, dikarenakan rasio konvergensi yang baik, serta tidak
membutuhkan memori yang besar. Model cukup baik untuk digunakan pada
aliran eksternal yang mengelilingi geometri yang kompleks, seperti aliran
angin pada bluff body. Hanya saja model k-epsilon tidak terlalu akurat jika
13
digunakan untuk menghitung aliran dengan perbahan tekanan yang drastis,
aliran dengan kelengkungan yang tajam, dan jet flow.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Peralatan yang digunakan pada simulasi dan pengambilan data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Laptop / PC
Pada penelitian ini, akan dianalisis performa dari turbin angin tipe crossflow
yang telah divariasikan ketebalan dan jumlah sudunya. Simulasi dilakukan dengan
pemodelan 2 dimensi transien dengan aliran fluida turbulen yang memiliki
densitas 1,2048 kg/m3 dan tekanan sebesar 1,7979 ×10-5 Pa. Jenis airfoil yang
15
digunakan adalah NACA 4415. Sudut serang airfoil di variasikan dengan sudut
10º, 15º, 20º. Parameter dari turbin angin tipe crossflow yang digunakan dapat
dilihat pada tabel3.2.
Tabel 3. 2 Parameter yang digunakan dalam simulasi turbin angin crossflow
Diameter luar D1 1000 mm
Diameter dalam D2 660 mm
Ketebalan runner 170 mm
Jenis Airfoil NACA 4415
3.4 Meshing
Jenis mesh yang digunakan pada pemodelan turbin angin crossflow adalah
jenis triangular. Tetapi pada bagian yang dekat dengan sudu, digunakan
16
rectangular mesh agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Detail meshing ditunjukan
pada gambar 3.2
Mulai
i
1. Studi Literatur
2. Studi Software ANSYS Fluent
r
Setting simulasi
Jika tidak
Jika iya
Validasi Program sesuai jurnal? A
17
A
Membuat Analisa
1. Koefisien Torsi
2. Koefisien Daya
Kesimpulan
Selesai
18
komputasi akan semakin lama. Sehingga diperlukan meshing yang tepat
agar hasil yang diperloeh baik dengan waktu yang tidak terlalu lama.
4. Pengaturan simulasi
Memasukan data data yang diperlukan ke dalam inputan simulasi, seperti
pengaturan dalam pemodelan turbulensi aliran, sifat dari fluida, kondisi
batas dan waktu iterasi yang diperlukan.
5. Validasi jurnal
Membandingkan hasil simulasi dengan hasil simulasi pada jurnal acuan.
Hasil yang dibandingkan berupa nilai koefisien torsi. Jika hasil dari simulasi
telah sesuai dengan jurnal acuan, maka hasil simulasi dianggap telah valid
dan dapat digunakan untuk variasi pada turbin angin crossflow. Namun jika
hasil simulasi belum sesuai dengan jurnal acuan, maka diperlukan perbaikan
meshing atau pengaturan ulang simulasi.
6. Variasi
a. Variasi sudut serang sudu
Sudut serang sudu yang dihitung merupakan besar sudut antara garis
normal dengan chord pada airfoil. Sudut serang yang digunakan 5º, 10º,
dan 15º.
b. Variasi jumlah sudu
Tebal sudu yang menghasilkan koefisien daya terbaik akan divariasikan
jumlah sudunya, untuk mencari koefisien daya yang lebih baik lagi.
Terdapat 3 variasi jumlah sudu yaitu 20, 22 dan 24 buah sudu. Geometri
variasi jumlah sudu dapat dilihat pada gambar 3.4.
19
7. Analisis Data
Hasil dari simulasi yang berupa data koefisien torsi setiap time steps diolah
dengan mencari nilai rata-rata koefisien torsi, kemudian dihitung koefisien
daya dan menganalisa data hasil simulasi dengan berpatokan pada jurnal
dan literatur terkait. Kemudian ditarik kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan.
20
BAB IV
21
Gambar 4. 2 Domain Pemodelan Turbin Crossflow
(a) ```(b)
Gambar 4. 3 Meshing (a) dragomirescue (b) Hasil Penelitian
22
Gambar 4. 4 Nilai Torsi terhadap TSR
Besar nilai Cm dapat diketahui dengan cara menghitung nilai rata-rata Cm
pada 30 detik terakhir. Berdasarkan gambar 4.4 nilai Cm hasil pemodelan dan
hasil Dragomirescu (2010) terdapat sedikit perbedaan. Dari perbedaan tersebut
dapat dicari nilai error dengan menggunkan rumus berikut
CmJurnal– CmPermodelan
Error =
CmJurnal
Nilai error dari hasil validasi antara jurnal dan hasil pemodelan dapatdilihat
pada Tabel 4.1
Tabel 4. 1 Nilai error Hasil Validasi dan Penelitian
TSR 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Error(%) 1,70250 1,53548 0,28615 2,84372 2,22786
Data hasil validasi antara jurnal dan hasil pemodelan menunjukkan nilai
error maksimal sebesar 2,84% yaitu pada TSR 0,4. Nilai error yang kecil
menunjukkanbahwa pemodelan turbin angin crossflow dengan Ansys Fluent
sudah dapat dilakukan.
23
camber. Setiap variasi diteliti pada TSR 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 dengan
kecepatan angina pada inlet sebesar 2 m/s, sehingga kecepatan sudut turbin angin
berturut-turut adalah 0,4 rad/s; 0,8 rad/s; 1,2 rad/s; 1,6 rad/s; dan 2,0 rad/s.
Geometri turbin yang digunakan pada simulasi ini ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Geometri turbin angin crossflow untuk variasi ketebalan sudu
Properties Nilai
Diameter luar, D1 1000 mm
Diameter dalam, D2 660 mm
Radius camber sudu 146,8 mm
Jumlah sudu, n 20 buah
Tabel 4. 3 Hasil pemodelan turbin angin dengan variasi kemiringan sudut sudu
0,1 2,983329063
0,2 2,230734573
Sudu setengah
0° 0,3 1,514320922
lingkaran
0,4 0,663091608
0,5 0,276695153
0,1 2,297009266
0,2 1,835403814
NACA 6412 25° 0,3 1,33032632
0,4 0,575255146
0,5 0,241416294
0,1 3,046586613
0,2 2,446847304
NACA 6412 30° 0,3 1,688481359
0,4 0,724638159
0,5 0,295854256
24
0,1 3,08509718
0,2 2,416686389
NACA 6412 35° 0,3 1,635309754
0,4 0,698491246
0,5 0,281448328
Gambar 4. 5 Hubungan nilai Cm dan TSR pada variasi kemiringan sudut sudu
Turbin angin crossflow dengan variasi sudut kemiringan sudu yang disimulasikan.
Nilaidari Cm pada turbin angin crossflow cenderung berkurang seiring
bertambahnyanilai TSR. Nilai Cm tertinggi diperoleh dari turbin dengan kemiringan
sudut sudu 30 deg. Pada TSR 0,3. Variasi kemiringan sudut sudu 30 deg juga
memiliki Cm lebih tinggi dibandingkan dengan variasi kemiringan sudut sudu
lainnya, tetapi pada TSR 0,4 dan TSR 0,5 nilai Cm dari semua turbin dengan
kemiringan sudut sudu yang disimulasikan cenderung memiliki nilai yang hampir
sama.
25
Gambar 4. 6 Hubungan Cp dengan TSR pada variasi kemiringan sudut sudu
Nilai Cp cenderung naik hingga mencapai puncak pada TSR tertentu
kemudian mengalami penurunan sampai TSR 0,5. Turbin dengan sudut
kelengkungan sudu 25 derajat, 30 derajat, dan 35 derajat mencapai nilai Cp
maksimum pada TSR 0,3. Nilai Cp tertinggi yaitu 0,506 terjadi pada turbin dengan
kemiringan sudu 30°. Sedangkannilai Cp terendah yaitu 0,399 terjadi pada turbin
dengan kemiringan sudu 25°. Gambar 4.6 menunjukan hubungan nilai Cp dengan
TSR.
B. Pemodelan Turbin Angin Crossflow variasi jumlah sudu
26
Gambar 4. 8 Hubungan Cp dan TSR pada variasi jumlah sudu
Tabel 4. 4 Hasil simulasi turbin cross flow dengan variasi jumlah sudu 20, 22, 24
buah
27
35 derajat 0,4 0,674728
0,5 0,2684
0,1 2,388987
0,2 1,948833
0,3 1,328502
25 derajat 0,4 0,554424
0,5 0,219362
0,1 3,22271
0,2 2,449017
0,3 1,62238
30 derajat 0,4 0,662957
0,5 0,252349
24 0,1 3,283631
buah 0,2 2,40068
35 derajat 0,3 1,56022
0,4 0,6423
0,5 0,254983
Pada Gambar 4.8 menunjukkan hubungan antara nilai Cp dan TSR. Nilai
Cp maksimum dari setiap jumlah sudu yang divariasikan terjadi pada TSR 0,3. Pada
jumlah sudu 20 buah nilai Cp memiliki hasil yang baik pada TSR 0,4 danTSR 0,5.
Sedangkan pada jumlah sudu 24 buah nilai Cp memiliki hasil yang baik pada TSR
0,1 dan TSR 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sudu yang lebih sedikit baik
untuk putaran yang lebih tinggi. Sementara, turbin dengan jumlah suduyang lebih
banyak akan lebih baik pada putaran yang lebih rendah. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil nilai Cp turbin angin crossflow dengan sudut kemiringan sudu 30°
dan jumlah sudu 20 memiliki peningkatan sebesar 11,5% pada TSR 0,3
dibandingkan dengan turbin angin crossflow Dragomirescu.
Gambar 4. 9 Vektor kecepatan pada TSR 0,3 pada jumlah sudu 20 buah
NACA 6412
28
Gambar 4. 10 Vektor kecepatan pada TSR 0,3 pada jumlah sudu 20 buah
sudu setengah lingkaran
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Z. Mao and W. Tian, “Effect of the blade arc angle on the performance of a
Savonius wind turbine,” Adv. Mech. Eng., vol. 7, no. 5, p.
168781401558424, 2015.
31
G. Doktoringenieur et al., “Design Optimization of Savonius and WellsTurbines,”
2011.
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, “Vertical-Axis Differential Drag Windmill,” J. Tek.
Mesin, vol. 6, no. 2, pp. 65–70, 2004.
E. Hau, “Wind Turbines,” Spectrum, 2005.
M. Zheng, Y. Li, Y. Tian, J. Hu, Y. Zhao, and L. Yu, “Effect of blade installation
angle on power efficiency of resistance type VAWT by CFD study,” Int. J.
Energy Environ. Eng., vol. 6, no. 1, pp. 1–7, 2015.
K. R. Ajao, “Comparison of Theoretical and Experimental Power output ofa Small
3-bladed Horizontal-axis Wind Turbine,” vol. 5, no. 4, pp. 79–90, 2009.
B. P. S. Review and W. E. June, “BP Statistical Review of World Energy,”no. June,
2015.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 3 Perangkat Laptop
34