Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

Eva Mareta, Totok Priyadi, Sesilia Seli


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak
Email:kaknienkza@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan


penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat pada
novel BBS karya Tere Liye. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif,
bentuk kualitatif dan pendekatan struktural. Berdasarkan analisis data, maka
disimpulkan hasil sebagai berikut:1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa, tokoh tambahan adalah
Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie
Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. 2) Alur yang meliputi situation Mamak
mengirim SMS kepada anak-anaknya tentang keadaan Laisa yang sakit parah,
generating circumstances yaitu Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta
beranjak dewasa, masa kecil terus membayangi mereka, climax yaitu Kak
Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh Dalimunte dan adik-adiknya,
Denouement yaitu Dalimunte akhirnya menikah setelah dipaksa Kak Laisa. 3)
Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat yang terbagi tiga puluh satu
latar, latar waktu yang terbagi dua puluh tujuh latar, dan latar sosial yaitu
sebuah aib di Lembah Lahambay jika seorang gadis yang belum menikah di
usia di atas dua puluh tahun. 4) Gaya Bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan,
pertentangan, dan penegasan. 5) Sudut Pandang orang ketiga “dia” mahatahu
dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema yaitu pengorbanan tulus
seorang kakak demi masa depan adik-adiknya. 7) Amanat yaitu hidup ini
harus dijalani dengan penuh keikhlasan dan dipenuhi rasa syukur atas semua
yang diberikan Tuhan.

Kata kunci: Struktur, Unsur Intrinsik, Novel

Abstract: The aim of this research to describe the character and


characterization, plot, setting, style of language, point of view, the theme and
the message of the novel Bidadari-Bidadari Surga works Tere Liye. Method
in this research is descriptive, qualitative form of and structural approaches.
Based on data analysis, it was concluded the following results: 1) The main
character in the novel BBS works Tere Liye is Laisa, additional character is
Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie
Hui, Wulan, Jasmine, and Goughsky. 2) The flow that includes the situation
Mamak send SMS to their children about the state Laisa terminally ill,
generating cırcumstances is Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, and Yashinta
growing up, childhood continues to haunt them, the climax Laisa unmarried

1
should in across by Dalimunte and her sisters, the denouement Dalimunte
finally married after a forced of Laisa. 3) Structure consists of three parts, that
is setting a background divided into thirty-one, setting the divided time
twenty-seven background, and social background are a disgrace in the Valley
Lahambay if an unmarried girl at the age of twenty years. 4) the language
style comparisons stylistic, conflict, and affirmation. 5) Viewpoint third
person "he" omniscient and point of view "I" additional figures. 6) Theme is a
genuine sacrifice for the sake of future brother-younger sister. 7) Mandate
that life should be lived with sincerity and full of gratitude for all God-given.

Keyword: Structure, Intrinsic Elements, Novel

N ovel merupakan satu di antara karya sastra yang dibentuk oleh dua unsur,
yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang
membangun sebuah karya sastra dari dalam secara intern. Unsur intrinsik ini
terdiri atas tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema
dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar teks
karya sastra yang berpengaruh terhadap teks itu sendiri. Unsur ekstrinsik ini
terdiri atas psikologi, sosiologi, filsafat, dan biografi pengarang.
Penelitian ini mengkhususkan pada unsur intrinsik. Alasan penulis meneliti
unsur intrinsik pada sebuah novel karena unsur intrinsik merupakan unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah
unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan
antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Sebaliknya,
jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur cerita inilah yang akan dijumpai jika
membaca sebuah novel. Unsur intrinsik yang dimaksud dalam sebuah karya sastra
adalah tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan
amanat.
Alasan penulis meneliti novel sebagai objek penelitian karena di dalam
sebuah novel selalu mengandung pengalaman yang berharga yang bisa
menginspirasi dan memotivasi pembaca. Novel merupakan bentuk karya sastra
yang paling populer di dunia. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar,
karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel merupakan bentuk
karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan
pendidikan.
Alasan penulis meneliti novel Bidadari-Bidadari Surga (BBS) karya Tere
Liye sebagai objek penelitian ini adalah pertama, novel ini termasuk novel yang
ada dalam jajaran best seller di Indonesia. Kedua, novel ini menceritakan tentang
semangat, kedisplinan, kasih sayang antar sesama, pengorbanan yang tulus, kerja
keras, serta pantang menyerah dalam meraih cita-cita. Dan ketiga, novel ini
memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat bagi para pembaca, terutama
penulis.
Penelitian ini merujuk pada tiga penelitian sebelumnya yaitu pertama
penelitian Sri Aprianti yang lulus pada tahun 2010 yang berjudul Tema, Plot/Alur
dan Latar/ Setting dalam Novel Maryamah Karpop karya Andrea Hirata.

2
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh
penulis yaitu sama-sama meneliti tentang sastra dan meneliti tentang unsur
intrinsik dalam sebuah novel. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif
dan menggunakan pendekatan struktural. Hasil dari penelitian tersebut yaitu 1)
tema yang berjudul perjuangan cinta Ikal yang mencari pujaan hatinya: A Ling. 2)
alur yang dibagi menjadi lima bagian, meliputi situation (tahap penyituasian)
yaitu ketika Ayah Ikal mendapat surat naik pangkat itu bukan ditujukan kepada
Ayah Ikal. Generating Circumstances (tahap pemunculan konflik) yaitu ketika ia
mendengar kabar burung di kampungnya yang menjadi petunjuk leberadaan A
Ling. Rising Action (tahap peningkatan konflik) yaitu ketika Ikal dan kawan-
kawan merapat di dermaga kayu Karimata untuk bertemu Tuk Bayan Tula dan
Dayang Kaw. Climax (tahap klimaks) yaitu ketika Ikal dan kawan-kawan bertemu
dengan Tambok dan melakukan transaksi agar dapat mencari A Ling di
Kepulauan Batuan. Denouement (tahap penyelesaian) yaitu ketika Ikal
menemukan A Ling dan membawanya pulang ke kampung halamannya. 3) latar
yang dibedakan menjadi tiga bagian yaitu latar tempat (Wasrai, Sungai Linggang,
Eropa, Poitiers di luar Paris, Bandara Soekarno Hatta, Tanjung Priok, Manggar,
Batuan, Bedeng, Pulau Kuburan). Latar waktu (tiga puluh satu tahun, belasan
tahun, empat generasi, sampai larut, melangkahi subuh, tahun lalu, lima belas
tahun, sepanjang pagi). Latar suasana (rasa senang, rasa terkejut, rasa sedih).
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis adalah penelitian tersebut hanya membahas tiga dari unsur intrinsik dalam
novel, sedangkan penulis akan membahas tujuh unsur intrinsik. Hal lain yang
membedakan penelitian penulis dengan penelitian tersebut adalah novel yang
akan digunakan oleh penulis.
Kedua penelitian Nindia Rini yang lulus pada tahun 2003 dengan judul Unsur
Intrinsik Naskah Drama Prita Istri Kita Karya Arifin C. Noer. Penelitian tersebut
memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu sama-
sama meneliti sastra. Metode dan pendekatan yang digunakan juga sama yaitu
metode deskriptif dan pendekatan struktural. Perbedaannya adalah judul dan objek
yang diteliti. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) Prita sebagai tokoh utama,
berperan sebagai isteri Broto, Prita memiliki watak suka mengomel, mudah
tersinggung, cepat emosi atau mudah marah, individualistis, mudah sedih dan
kecewa, kritis dan bertanggung jawab. Sedangkan tokoh Broto, Beni, tetangga dan
Juragan berperan sebagai tokoh pembantu. 2) Alur dalam naskah drama PIK karya
Arifin. C. Noer adalah alur maju karena alur bergerak dari eksposisi sampai ke
denouement (keputusan). 3) Latar dalam drama PIK ini antara lain: a) latar
tempat: rumah, b) latar waktu: siang hari: c) latar material: radio, d) latar suasana:
emosi, dan e) latar sosial budaya: masyarakat etnis Jawa. 4) Tema yang terdapat
dalam naskah drama PIK karya Arifin. C. Noer yaitu “kebahagiaan seseorang
tidak bisa diukur dari segi materi”. 5) Amanat dalam drama PIK ini yaitu, bahwa
hidup ini harus dijalani dengan menerima apa adanya, tidak perlu berlebihan,
segala usaha yang dilakukan sepenuhnya kita serahkan kepada sang pencipta.
Ketiga penelitian Farida yang lulus pada tahun 2002 yang berjudul Tokoh dan
Penokohan dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini. Penelitian tersebut memiliki
persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama

3
meneliti tentang struktur yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan
menggunakan metode dan pendekatan yang sama. Perbedaannya adalah pada
penelitian tersebut dikhususkan pada penokohan yang terdapat dalam sebuah
novel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan penulis adalah unsur
intrinsik yang terdapat dalam sebuah novel. Hasil dari penelitian tersebut ialah 1)
Peran tokoh dalam novel Sekayu karya Nh. Dini: Tokoh utama: Dini, Tokoh
tambahan: Bapak, Ibu, Heratih, Nugroho, Maryam, Teguh, Utono, Paman Sarosa,
Pak Samdu, Bu Dwijo, Pak Yanto, Pak Puspo, Mbah Lurah, Mas Nur, Pak Kusni,
Mbak Warti, Marso, Dirga, Pak Purnomo, Rusli, Pung, Susi, Pak Ramuno,
Asminah, Pak Marsudi, Yul, dan Anak haji. 2) Watak tokoh dalam novel Sekayu
karya Nh. Dini adalah Dini (mudah sedih dan kecewa, selalu ingin tahu, menyukai
alam, suka termenung atau melamun, belajar dari pengalaman), Bapak (perhatian),
Ibu (selalu khawatir), Heratih (suka membantu), Nugroho (gampang marah,
memikirkan diri sendiri), Maryam (suka membantu, selalu memberikan saran dan
pendapatnya), Teguh (suka meniru orang lain), Utono (baik dan mau membantu),
Paman Sarosa (perhatian dan penyayang), Pak Samdu (baik, terbuka, mau
mendengarkan pendapat orang lain), Bu Dwijo (perhatian), Pak Yanto (suka
menolong orang lain, suka memberikan nasihat), Pak Puspo (peduli terhadapa
orang lain), Mbah Lurah (penyayang, perhatian), Mas Nur(perhatian, suka
menolong), Pak Kusni (penyayang), Mbak Warti (baik), Marso (mudah percaya
kepada orang lain, mudah mengakui kekurangan dirinya), Dirga (baik dan
menghormati orang lain, mengakui kekurangan dirinya), Pak Purnomo (rajin dan
pandai), Rusli (baik), Pung (penuh semangat), Susi (baik dan perhatian,
menghormati orang lain), Pak Ramuno (teliti), Asminah (baik dan suka menolong,
gampang marah), Pak Marsudi (mampu meyakinkan orang lain), Yul (jahat), dan
Anak haji (baik dan sopan).
Pada saat ini kedudukan sastra semakin penting. Bukan saja sastra diapresiasi
masyarakat untuk memperhalus budi pekerti dan memerkaya spiritual serta
hiburan. Karya sastra juga dapat dipelajari di sekolah yaitu pada kelas XII
semester I pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami
pembacaan novel, serta kompetensi dasarnya menjelaskan unsur-unsur intrinsik
dari pembacaan penggalan novel.
Menurut Wellek dan Warren (1995:3), sastra adalah kegiatan kreatif sebuah
karya seni. Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni yang mengungkapkan
kepribadian manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
semangat, keyakinan dengan melukiskan keadaan dan kehidupan sosial
masyarakat, serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita
dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat
bahasa.
Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang
luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang
banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita
yang beragam pula (Sumardjo dan Saini, 1997:29).
Suatu karya fiksi terwujud karena disusun dengan meramukan berbagai
unsur, seperti unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari fiksi. Pengorganisasian
berbagai unsur sastra menjadi suatu kebulatan utuh dan mencerminkan

4
kepribadian karya sastra yang menarik dan bermakna disebut struktur fiksi
(Zulfahnur dkk, 1996:24).
Menurut Nurgiyantoro (2010:165), tokoh cerita adalah orang- (orang) yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki moral dan kecenderungan tertentu diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Aminuddin (2002:79), peristiwa dalam
karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu
digambarkan oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu.
Menurut Sumardjo dan Saini (1997:139), alur adalah rangkaian cerita dari
awal sampai akhir yang merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang
lain dihubungkan dengan hubungan kausalitas. Artinya, peristiwa pertama
menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa kedua mengakibatkan
terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya sehingga pada dasarnya
peristiwa terakhir oleh peristiwa pertama.
Menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2010:216), latar mengacu pada
pengertian tempat, hubugan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa yang diceritakan. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas
tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Setting dalam fiksi bukan
hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian
dan kapan terjadinya. Sebuah cerpen atau novel memang harus terjadi di suatu
tempat dan dalam satu waktu. Harus ada tempat dan ruang kejadian (Sumardjo
dan Saini, 1997:75).
Gaya bahasa adalah cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan
gagasan sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Menurut Aminuddin (2002:72),
dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan
harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intelektual dan emosi pembaca.
Sudut pandang adalah pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,
yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.
Sudut pandang dapat disamakan artinya dan bahkan dapat memperjelas dengan
istilah pusat pengisahan (Nurgiyantoro, 2010:248).
Menurut Nurgiyantoro (2010:68), tema merupakan dasar pengembangan
seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu, sedangkan
menurut Aminuddin (2002:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi
ciptaannya.
Amanat merupakan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita (Zulfahnur dkk,
1996:26). Amanat adalah pesan atau gagasan yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca yang dituangkan dalam karyanya (Kamus Istilah
Sastra dalam Supratman, 1996:541).
Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang
terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam
pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur

5
yang terkait satu sama lain (Endraswara, 2003:49). Sedangkan menurut Faruk
(2012:173), strukturalime adalah sebuah paham, sebuah keyakinan, bahwa segala
sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur, bekerja secara struktural.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yaitu 1) Pendeskripsian
tokoh dan penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2)
Pendeskripsian alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 3)
Pendeskripsian latar dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4)
Pendeskripsian gaya bahasa dalam novel BBS karya Tere Liye. 5) Pendeskripsian
sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 6)
Pendeskripsian tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 7)
Pendeskripsian amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai hasil analisis data. Dengan demikian laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif.
Menurut Moleong (2001:6) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis
statistik atau cara kuantifikasi lainnya”. Penelitian kualitatif akan menghasilkan
data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis tidak
menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan pemahaman, data
analisis, dan diuraikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Sehingga laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural. Pendekatan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai
karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang
berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya (Semi,
2012:84). Penelitian ini lebih ditekankan pada unsur intrinsik yaitu tokoh, latar,
alur, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari-Bidadari Surga yaitu
Tere Liye atau Darwis. Novel ini terbitkan oleh Republika pada tahun 2010
setebal 367 halaman. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, frasa,
klausa atau kalimat yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, yakni
kutipan-kutipan yang terdapat dalam Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye
yang merupakan unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya
bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter
tidak langsung karena penulis tidak langsung bertemu dengan pengarang. Teknik
ini digunakan oleh peneliti karena peneliti meneliti dokumen yaitu Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye.
Alat pengumpul data yang digunakan adalah manusia dan kartu pencatat data.
Manusia yang dimaksud adalah penulis sendiri sebagai instrumen kunci,

6
sedangkan kartu adalah lembaran kertas kosong yang akan diisi dengan catatan-
catatan hasil pengamatan. Dengan demikian, penulis sendiri disebut alat
pengumpul data utama atau sebagai instrumen kunci. Kartu pencatat data
merupakan instrumen pendukung yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
pengumpulan data. Sebelum melakukan analisis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengumpulan data untuk mempermudah analisis data. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data ialah 1)Membaca secara intensif, yaitu penulis membaca
dengan sungguh-sungguh supaya dapat memahami isi novel Bidadari-Bidadari
Surga karya Tere Liye. 2) Mengidentifikasi data, yaitu penulis mencari dan
menemukan data yang termasuk unsur intrinsik yaitu tokoh, alur, latar, gaya
bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye. 3) Mengklasifikasi data, yaitu penulis menyusun atau
menggolongkan data sesuai masalah yaitu unsur-unsur intrinsik yang terdapat
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4) Mencatat data tentang
seluruh unsur intrinsik yang sudah diklasifikasi ke kartu data.
Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik, yaitu 1)
Membaca secara intensif data yang telah diklasifikasikan dan siap dianalisis. 2)
Menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye, yakni a) menganalisis tokoh dan penokohan, yaitu dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang tokoh dan
penokohan yang sudah diklasifikasikan. b) menganalisis alur, yaitu dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang alur yang
sudah diklasifikasikan. c) menganalisis latar, yaitu dengan cara mendeskripsikan
dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang latar yang sudah
diklasifikasikan. d) menganalisis gaya bahasa, yaitu dengan cara mendeskripsikan
dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang gaya bahasa yang sudah
diklasifikasikan. e) menganalisis sudut pandang, yaitu dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang sudut
pandang yang sudah diklasifikasikan. f) menganalisis tema, yaitu dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang tema yang
sudah diklasifikasikan. g) menganalisis amanat, yaitu dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang amanat
yang sudah diklasifikasikan. 3) Mendiskusikan hasil analisis kepada teman
sejawat dan dosen pembimbing melalui triangulasi dan pemeriksaan teman
sejawat. 4) Menyimpulkan hasil analisis.
Teknik penguji keabsahan data dilakukan melalui pengecekan terhadap
keabsahan data perlu dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar objektif
sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini,
teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan menggunakan empat teknik
yaitu ketekunan peneliti, kecukupan referensi, triangulasi, pemeriksaan teman
sejawat melalui diskusi. 1) Ketekunan peneliti dilakukan dengan cara mengamati
dan membaca secara berulang-ulang terhadap fenomena yang berhubungan
dengan masalah penelitian, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci. Dalam hal ini yang diamati adalah tema, alur, latar, tokoh, gaya
bahasa, sudut pandang, dan amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya
Tere Liye. 2) Kecukupan referensi dilakukan dengan cara membaca dan menelaah

7
sumber-sumber data sebagai pusat yang relevan dengan masalah penelitian secara
berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi. 3)
Teknik triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya secara teoritik seperti dosen pembimbing (Dr. A. Totok
Priyadi, M.Pd. dan Dra. Sesilia Seli, M.Pd.). Hal ini dilakukan untuk pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. 4) Pemeriksaan teman sejawat dilakukan
dengan cara menampilkan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini memberikan keuntungan,
yaitu pertama, supaya penulis memiliki sikap terbuka dan tetap mempertahankan
kejujuran selama proses pengujian data tersebut; kedua, melalui hasil-hasil
pemikiran rekan sejawat dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penulis untuk
menguji kebenaran data, serta melalui diskusi ini memberikan suatu kesempatan
awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji analisis data yang muncul dari
pikiran penulis. Teknik pemeriksaan sejawat melalui diskusi akan dilakukan
dengan beberapa teman sejawat Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, yakni Anita
dan Dayang Atika.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data


Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 1) Pendeskripsian tokoh
dan penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2)
Pendeskripsian alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 3)
Pendeskripsian latar dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4)
Pendeskripsian gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere
Liye. 5) Pendeskripsian sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye. 6) Pendeskripsian tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye. 7) Pendeskripsian amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye. Hasil dari analisis data yaitu 1) Tokoh utama dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye: Laisa, Tokoh tambahan: Mamak,
Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan,
Jasmine, dan Goughsky. Penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya
Tere Liye: Laisa (menyimpan penderitaan sendiri, jarang tersenyum, pengalah,
selalu melakukan yang terbaik untuk adik-adiknya, galak, teladan yang baik, takut
kehilangan, khawatir, penyayang, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, suka
bekerja keras, tidak pernah mengeluh, tulus, tidak pernah menangis di depan adik-
adiknya, pantang menyerah, belajar dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah
tersinggung, selalu bersyukur, ikhlas dan rela berkorban), Mamak (tidak suka
marah, lebih banyak berdiam diri, dan selalu memikirkan pendidikan anak-
anaknya), Babak (baik dan sabar), Dalimunte (pintar, rajin membantu, mudah
sedih dan menangis, pengertian, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan,
tidak mudah menyerah, tidak mau menyinggung perasaan orang lain), Ikanuri
(nakal,suka menipu, jahil, suka mencuri, berani melawan kakaknya, sulit
menyembunyikan perasaan dan keras kepala), Wibisana (bijaksana, suka
bercanda, nakal, jahil, suka mencuri, perhatian dan keras kepala), Yashinta

8
(mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian,
pemarah, sangat mencintai alam, pintar, cerdas, mudah menangis, takut
kehilangan, penurut dan keras kepala), Wak Burhan (tegas, suka berbagi, dan
bijaksana), Cie Hui (baik, ramah, mudah akrab, sabar menunggu, sedih dan
kecewa) Wulan dan Jasmine (menyenangkan), dan Goughsky (menyenangkan,
ramah, suka bergurau, dan sabar). 2) Alur yang dibagi menjadi lima bagian,
meliputi situation yaitu ketika Mamak mengirim SMS kepada anak-anaknya yang
berisi tentang keadaan Laisa yang sakitnya semakin parah. Generating
circumstances, yaitu ketika Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta dalam
perjalan pulang ke Lembah Lahambay. Rising action yaitu ketika Laisa,
Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta beranjak dewasa, masa kecil juga
terus membayangi mereka, silih berganti. Climax (tahap klimaks) yaitu ketika Kak
Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh Dalimunte dan adik-adiknya.
Denouemen yaitu ketika Dalimunte akhirnya mau menikah dengan Cie Hui
(melintas Kak Laisa). 3) Latar yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu latar
tempat (Lembah, perkebunan strawberry, ruangan besar, Bandara Roma, Puncak
gunung Semeru, Tengah hutan, Lembah Lahambay, tepi sungai, kota Roma, kota
kecamatan, balai kampong, rumah panggung, Pegunungan Alpen, Swiss, Bandara
kota provinsi, di bawah pohon mangga, Hutan rimba, Gunung Kendeng,
Kampung atas, Paris International Airport,Tepi ladang, Gedung serba guna
universitas kota provinsi, Kebun strawberry, Amerika, Ruang wisuda, Eropa,
Bandara Internasional Singapore, Kuala Lumpur, Kepulauan Kaimana, Papua,
Rumah sakit, Kota kabupaten). Latar waktu (dua puluh lima tahun silam, sebulan
lalu, minggu lalu, delapan tahun silam, ratusan tahun silam, tujuh puluh tahun,
sepuluh tahun silam, enam tahun silam, minggu depan, delapan bulan berlalu,
tahun depan, empat bulan berlalu, satu tahun berlalu, dua puluh tahun silam, tiga
tahun berlalu, tujuh tahun berlalu, enam bulan berlalu, enam bulan kemudian,
delapan belas tahun silam, lima belas tahun, lima tahun silam, satu jam berlalu,
setahun, tiga hari kemudian, dua hari lalu, seminggu, lima menit kemudian). Latar
sosial yaitu kehidupan masyarakat di Lembah Lahambay yang rata-rata
bermatapencaharian sebagai petani dan pekerjaan sampingan mencari apa saja
yang ada di hutan untuk dijual, pendidikan yang sangat rendah (jarang sekali
mereka sekolah sampai kelas enam SD), merupakan sebuah aib jika seorang gadis
yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun, hal yang tabu di Lembah
Lahambay adalah seorang adik tidak boleh menikah sebelum saudaranya yang
lebih tua menikah. 4) Gaya Bahasa, yang terdiri dari gaya bahasa perbandingan:
metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia, pars pro toto;
gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasa: pleonasme.
5) Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga “dia”
mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema, yaitu pengorbanan
yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya. 7)
Amanat yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah a) Anak
lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak
menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang
baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua
bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang

9
untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk
hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari
pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama.
Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan
hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan
soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat
baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak
boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan
ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya.
f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh
dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik,
seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang
ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang
sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik,
hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum
menikah hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan
selalu bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan
menjadi bidadari-bidadari surga.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka diperlukan penjelasan tentang
bagaimana hasil tersebut dapat dihasilkan. Berikut ini pembahasan hasil analisis
data di atas.
Struktur yang dikhususkan pada unsur intrinsik yaitu tokoh dan
penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat yang
terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye .
Novel Bidadari-Bidadari Surga merupakan sebuah novel yang
mengisahkan tentang pengorbanan yang tulus dari seorang kakak kepada adik-
adiknya. Cerita ini diawali dengan sebaris SMS pendek. Hanya 203 karakter. SMS
ini hendak dikirimkan seorang Ibu yang sedang gelisah, karena anaknya sedang
mengidap penyakit parah. Setelah meminta persetujuan anaknya, sebaris pesan itu
dikirim menuju empat penerima, yang entah di mana berada.
Penerima pertama, seorang profesor muda dan pakar Fisika yang bernama
Dalimunte. Saat ia sedang mempresentasikan penemuan barunya tentang Bulan
Pernah Terbelah dan Badai Elektro Magnetik Antar Galaksi pada Hari Kiamat,
bunyi SMS dari handphone khusus untuk nomor keluarganya berdering. HP ini
khusus untuk 6 anggota keluarganya. Setelah membaca SMS tersebut, ia terkejut.
Tak peduli dengan presentasinya yang belum selesai, Dalimunte memutuskan
untuk pulang saat itu juga.
Penerima kedua, yang ternyata masih berada di pesawat. Ikanuri dan
Wibisana adalah kakak beradik yang bukan kembar, tapi serupa kembar. Mereka
sedang menuju Roma untuk menyelesaikan sebuah bisnis. Ketika turun dari
pesawat dan menyalakan HP, SMS masuk ke HP khusus keluarga milik mereka
masing-masing. Seketika mereka bingung, kemudian berbalik arah kembali ke
pesawat dan bertanya kepada pramugari. Mereka harus kembali ke Indonesia.

10
Penerima ketiga, satu-satunya perempuan dalam keluarga ini. Yashinta
sedang mengadakan penelitian burung Peregrin di Gunung Semeru. Saat
mengintai burung di balik celah dan berusaha memotret, SMS dari HP satelit
untuk keluarganya berbunyi. Setelah membaca SMS tersebut, Yashinta juga
terkejut, dan sejurus kemudian berbalik arah. Dia harus pulang. Semua ekspresi
keterkejutan itu tidak lepas dari seseorang. Laisa, seorang yang telah
mengorbankan hidupnya untuk semua adik-adiknya ini, walaupun dia bukan
kakak kandungnya.
Novel ini disajikan dengan alur campuran. Sangat menarik, apalagi ketika
terjadi konflik antara Ikanuri dan Wibisana, kecerdasan Dalimunte dan keras
kepalanya Yashinta. Tapi, Laisa sebagai kakak yang baik, sama sekali tidak
pernah mengecewakan mereka. Bahkan ketika harus melawan tiga ekor harimau
di hutan demi Ikanuri dan Wibisana, Laisa tak gentar sedikit pun. Ciri khas Tere
Liye, yaitu mengangkat tema sederhana tetapi memikat. Novel ini memberikan
banyak pelajaran, yaitu: pengorbanan yang tulus, kerja keras, sikap pantang
menyerah, keikhlasan menerima keterbatasan yang ada pada diri sendiri, kasih
sayang, dan menghargai satu sama lain.
1) Tokoh adalah orang yang menggambarkan suatu peristiwa dalam sebuah
cerita yang diperankan dan setiap tokoh memiliki watak-watak tertentu. Tokoh
dibagi menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan (pembantu).
Hasil analasis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah tokoh
utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa,
sedangkan tokoh tambahan yaitu Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana,
Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Laisa memiliki
watak suka menyimpan masalahnya sendirian, tidak mau menyusahkan orang
lain, jarang tersenyum, selalu mengalah demi adik-adiknya, sangat menyayangi
adik-adiknya, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, pekerja keras, tidak pernah
mengeluh, selalu ingin terlihat baik-baik saja meski sedang sakit, selalu belajar
dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, dan
ikhlas dengan keterbatasan dan takdir hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian
dan selalu memikirkan pendidikan anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang
lelaki yang baik, sabar dan penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik,
pintar, rajin membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, tidak mau
menyusahkan orang lain, menghargai orang lain, keras kepala, tidak mudah
mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mudah menyinggung
perasaan orang lain. Ikanuri memiliki watak nakal, suka menipu, suka mencuri,
suka melawan, sulit menyembunyikan perasaan sedihnya, menyesali
perbuatannya dan keras kepala. Wibisana memiliki watak bijaksana, suka
bergurau, jahil, nakal, suka mencuri, keras kepala, dan perhatian. Yashinta
memiliki watak penasaran, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar,
suka merajuk, perhatian, pemarah, mencintai alam, cerdas, mudah menangis,
penurut, dan keras kepala. Wak Burhan memiliki watak tegas, suka berbagi, dan
bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah, sabar dan kecewa. Wulan
memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki watak menyenangkan.
Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan penduduk di lokasi
basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh.

11
2) Alur merupakan jalan cerita yang dibentuk pengarang melalui tahapan-
tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu cerita. Alur terdiri dari alur maju, alur
mundur dan alur campuran. Hasil analisis alur dalam novel Bidadari-Bidadari
Surga karya Tere Liye adalah pengarang menggunakan alur campuran karena
pengarang memulai cerita dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan
penyelesaian. Alur dibagi menjadi lima tahapan, yaitu tahap penyituasian, tahap
pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap
penyelesaian.
3) Latar terbagi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat
merupakan tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Latar waktu
merupakan kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita, latar sosial merupakan
kehidupan sosial masyarakat yang ditimbulkan pengarang dalam sebuah cerita.
Hasil analisis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye a) latar
tempat yang meliputi 31 latar. b) latar waktu yang terdiri dari 27 latar. c) latar
sosial yaitu akan menjadi sebuah aib jika seorang gadis yang belum menikah di
usia di atas dua puluh tahun.
4) Gaya bahasa atau majas adalah cara khas pengungkapan seseorang
pengarang, sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda. Hasil
analisis gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri
dari gaya bahasa perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola,
antonomasia, metonimia, pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks,
antitesis; gaya bahas penegasan: pleonasme.
5) Sudut pandang adalah visi pengarang, dalam arti sudut pandang yang
dipilih dan digunakan oleh pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut
pandang terbagi atas sudut pandang orang pertama(aku), sudut pandang orang
ketiga (dia) dan sudut padang campuran. Hasil analisis dalam novel Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye sudut pandang yang digunakan pengarang dalam
novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah sudut pandang orang
ketiga ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan.
6) Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai
pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi ciptaannya. Hasil analisis tema
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengorbanan yang
tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya.
7) Amanat merupakan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Hasil analisis
amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah a) Anak
lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak
menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang
baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua
bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang
untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk
hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari
pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama.
Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan
hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan
soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat

12
baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak
boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan
ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya.
f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh
dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik,
seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang
ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang
sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik,
hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum
menikah hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan
selalu bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan
menjadi bidadari-bidadari surga.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik simpulan yaitu : 1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye adalah Laisa, sedangkan tokoh tambahan yaitu Mamak, Babak,
Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine,
dan Goughsky. Laisa memiliki watak suka menyimpan masalahnya sendirian,
tidak mau menyusahkan orang lain, jarang tersenyum, selalu mengalah demi adik-
adiknya, sangat menyayangi adik-adiknya, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin,
pekerja keras, tidak pernah mengeluh, selalu ingin terlihat baik-baik saja meski
sedang sakit, selalu belajar dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah
tersinggung, selalu bersyukur, dan ikhlas dengan keterbatasan dan takdir
hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian dan selalu memikirkan pendidikan
anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang lelaki yang baik, sabar dan
penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik, pintar, rajin membantu,
mudah sedih dan menangis, pengertian, tidak mau menyusahkan orang lain,
menghargai orang lain, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak
mudah menyerah, tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Ikanuri
memiliki watak nakal, suka menipu, suka mencuri, suka melawan, sulit
menyembunyikan perasaan sedihnya, menyesali perbuatannya dan keras kepala.
Wibisana memiliki watak bijaksana, suka bergurau, jahil, nakal, suka mencuri,
keras kepala, dan perhatian. Yashinta memiliki watak penasaran, mempunyai rasa
ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, mencintai
alam, cerdas, mudah menangis, penurut, dan keras kepala. Wak Burhan memiliki
watak tegas, suka berbagi, dan bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah,
sabar dan kecewa. Wulan memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki
watak menyenangkan. Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan
penduduk di lokasi basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh. 2) Alur dalam
novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah alur campuran karena
pengarang memulai cerita dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan
penyelesaian. 3) Latar yaitu latar tempat yang meliputi 31 latar, latar waktu yang
terdiri dari 27 latar dan latar sosial yaitu akan menjadi sebuah aib jika seorang

13
gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun. 4) Gaya bahasa dalam
novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari gaya bahasa
perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia,
pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas
penegasan: pleonasme. 5) Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga
ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema dalam
novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengorbanan yang tulus
seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya. 7) Amanat
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah a) Anak lelaki
harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan
seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik,
seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah
payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk
membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup
yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan
hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik
berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama
baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan
siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat baik dengan siapa
saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak boleh mengeluh
dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan ikhlas dan selalu
berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya. f) Shalat malam,
jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh dunia dan isinya.
g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik, seharusnya dengan
teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang ada di depan matanya
tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah
kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya kita menerima
dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah hingga usia tiga
puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat
baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari
surga.

Saran
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka saran-saran yang
dapat dikemukakan dalam penelitian struktur dalam novel Bidadari-Bidadari
Surga karya Tere Liye adalah 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh
guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan materi apresiasi sastra
karena di dalam KTSP Bahasa dan Sastra Indonesia pada kelas XII semester I
pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami pembacaan
novel, serta kompetensi dasarnya menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari
pembacaan penggalan novel. 2) Penelitian pada novel ini dapat dijadikan bahan
acuan untuk penelitian berikutnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda dan
dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.

14
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Aprianti, Sri. 2010. Tema, Plot/ Alur, dan Latar/Setting dalam Novel Maryamah
Karpop Karya Andrea Hirata. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Farida. 2002. Tokoh dan Penokohan dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini.
(Skripsi). Pontianak : FKIP Untan

Liye, Tere. 2010. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: University


Gajah Mada Press.

Rini, Nindia. 2003. Unsur Intrinsik Naskah Drama Prita Istri Kita Karya Arifin C.
Noer. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sumarjo, Jacob dan dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Zaidan dkk, 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Zulfahnur Z. F, dkk. 1996. Teori Sastra, Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

15

Anda mungkin juga menyukai