Docrpijm 1483068664bab II Profil
Docrpijm 1483068664bab II Profil
BAB II
PROFIL KABUPATEN
HULU SUNGAI TENGAH
LAPORAN AKHIR II | 1
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dengan luas wilayah 1.770,80 Km2 atau 177.080 Ha, atau
4,57 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan kabupaten terkecil ke-4 dari 13
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Barabai. Jarak ibu
kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan ibu kota Provinsi Kalimantan Banjarmasin sejauh ± 165
kilometer. Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada pada 2°27’5.213” - 2°46’54.559”
Lintang Selatan dan 115°8’ 56.965” - 115°53’ 32.520” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Jumlah Jumlah
No Kecamatan Luas (Km2) %
Kelurahan Desa
Laporan Akhir II | 2
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah bila mengikuti pembagian satuan fisiografi
secara regional, maka termasuk dalam satuan dataran rendah Kalimantan Bagian Tengah (Central
Kalimantan Lowlands), dan Pegunungan Meratus (Meratus Mountain). Dataran rendah
Kalimantan bagian tengah ini, secara subregional terbagi menjadi Satuan Rawa Barito (Barito
Swamplands), Dataran dan Lereng Perbukitan Pegunungan Meratus (The Interior Plains and
Foothills).
Gambar 2.1
Peta Wilayah Administratif Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Laporan Akhir II | 3
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
kawasan strategis pembangunan yang terencana dan terpadu dalam rumusan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Tabel 2.2
Rencana Kawasan Strategis
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031
Kawasan Sudut Kepentingan Lokasi
Strategis
Provinsi Kepentingan fungsi dan Kawasan Pegunungan Kecamatan Hantakan;
daya dukung lingkungan Meratus Kecamatan Haruyan;
hidup Kecamatan Batang Alai Timur;
Kecamatan Limpasu; dan
Kecamatan Batu Benawa
Laporan Akhir II | 4
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Potensi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang merupakan kekuatan dalam
pengembangan wilayah dapat dilihat dari aspek fisik sebagai berikut. Secara morfologi dan
kondisi topografi, wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berpotensi dikembangkan
untuk kawasan budidaya adalah wilayah bagian tengah (dataran sedang) dan bagian hilir
(sebagian dataran rendah) Kab. Hulu Sungai Tengah. Begitu pula secara geologis dan jenis
tanahnya, kedua wilayah ini layak dikembangkan sebagai kawasan budidaya.
Laporan Akhir II | 5
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Berdasarkan hasil analisis jenis tanah, wilayah yang cocok dikembangkan untuk kawasan
pertanian lahan basah adalah di wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara, Labuan Amas
Selatan, Pandawan dan Batang Alai Selatan. Untuk kawasan tanaman pertanian lahan
kering sayuran, buah-buahan, dan tanaman tahunan atau perkebunan, cocok
dikembangkan di wilayah Kecamatan Pandawan, Haruyan, Hantakan, Batang Alai Utara,
Limpasu, Batu Benawa, Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur. Sedangkan wilayah
Kecamatan Barabai dan Pandawan cocok untuk kawasan perumahan dan permukiman.
Keadaan Curah Hujan di Kab. Hulu Sungai Tengah berpotensi untuk perkembangan
pertanian budidaya lahan basah. Wilayah yang memiliki tingkat ketersediaan air yang cukup
untuk kegiatan pengairan pertanian adalah Kecamatan Batang Alai Timur, Batang Alai
Utara, Labuan Amas Utara dan Labuan Amas Selatan. Sumber air utama adalah air
permukaan dari Sungai Batang Alai dan Sungai Barabai. Hal ini dikarenakan daerah ini
berdekatan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Berdasarkan pembobotan nilai kemampuan lahan, kecamatan yang memiliki nilai yang
besar dan mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah Kecamatan
Pandawan dan Barabai. Kecamatan yang cukup (sedang) mampu dikembangkan menjadi
kawasan perkotaan adalah Haruyan, Batu Benawa, Hantakan, Batang Alai Selatan, Labuan
Amas Selatan, Labuan Amas Utara, Batang Alai Utara dan Limpasu. Sedangkan kecamatan
yang kurang mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah kecamatan Batang
Alai Timur.
Sektor pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terus dikelola dengan baik dimana
capaian jumlah kunjungan wisatawan mulai meningkat meskipun sempat mengalami
fluktuatif. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah mencapai 52.209 wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Meskipun angka ini menurun dari tahun sebelumnya, tetapi secara umum peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung menjadikan program dan kegiatan yang telah ada perlu
dilanjutkan dan ditingkatkan kualitas maupun optimalisasi pelaksanaannya. Perkembangan
jumlah kunjungan wisatawan dapat terlihat pada gambar berikut.
Laporan Akhir II | 6
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 2.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014
Beberapa wilayah potensial dikembangan kegiatan wisata alam dan binaan, antara lain di
wilayah :
- Kecamatan Batang Alai Timur potensi wisata alam adalah Goa Sulingan, Sumber
Air Panas dan Air Terjun dan keindahan alam pegunungan Meratus.
- Kecamatan Hantakan potensi wisata alam adalah keindahan alamnya
(Pegunungan Meratus), Sumber Air Panas, Wanawisata dan Air Terjun.
- Kecamatan Limpasu potensi wilayah alam adalah keindahan Gunung Titi.
- Kecamatan Batu Benawa potensi wisata alam adalah keindahan alam, antara lain
Pagat, Goa Liang Hadangan dan wisata kuliner.
- Kecamatan Haruyan potensi wisata alam adalah keindahan alam Lok Laga Ria dan
Desa wisata Barikin.
- Kecamatan Labuan Amas Utara potensi wisata religius adalah Pesantren Ibnul
Amin Pemangkih.
- Kecamatan Pandawan potensi wisata religius adalah Masjid Keramat Pelajau,
Mesjid Al-A’la Jatuh.
- Kota Barabai potensi wisata religius adalah Masjid Agung Riadus Shalihin, festival
Hadrah, Habsyi dan wisata kuliner.
Laporan Akhir II | 7
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Salah satu aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan wilayah/kota
adalah sumber daya manusia (SDM). Kajian diarahkan ke identifikasi potensi dan permasalahan
sumber daya manusia di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Pada Kajian ini akan dijelaskan jumlah, kepadatan, penyebaran penduduk, laju pertumbuhan
penduduk di berbagai wilayah dan kemampuan atau kemudahan penduduk mengakses berbagai
fasilitas pelayanan sosial.
A. JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun, meskipun secara agregrat pertumbuhan penduduknya belum cukup tinggi. Berdasarkan
hasil proyeksi kependudukan, jumlah penduduk Hulu Sungai Tengah tahun 2014 mencapai 257.107
jiwa, dimana pada lima tahun sebelumnya sebanyak 240.460 jiwa. Dalam kurun waktu lima tahun,
Kabupaten Hulu Sungai tengah hanya mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 16.647 jiwa
atau meningkat sebanyak 6,92% saja. Fenomena ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah
daerah utamanya dalam rangka meningkatkan daya tarik wilayah agar semakin tinggi migrasi
masuk. Perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.3
Grafik Jumlah Penduduk
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2010-2014
Laporan Akhir II | 8
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Sebagian besar penduduk menghuni wilayah Kecamatan Barabai dimana jumlah penduduk
mencapai 56.740 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.040 jiwa per km2. Selain itu, jumlah
penduduk secara agregrat sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan (128.643 jiwa)
dengan nilai sex ratio sebesar 99,86 yang menunjukan diantara 100 penduduk laki-laki terdapat 99-
100 penduduk perempuan, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Tahun 2014
Kab/Kota Luas Penduduk Sex Kepadatan
No
(Km2) Laki-laki Perempuan Total ratio Penduduk
1 Haruyan 148,63 10.760 10.742 21.502 100,17 145
2 Batu Benawa 99,00 9.605 9.667 19.272 99,36 195
3 Hantakan 191,98 6.175 6.053 12.228 102,02 64
Batang Alai
4 189,80 11.250 11.561 22.811 97,31 120
Selatan
Batang Alai
5 247,94 3.807 3.807 7.614 100,00 31
Timur
6 Barabai 54,57 28.424 28.316 56.740 100,38 1.040
Labuan Amas
7 86,54 13.462 14.091 27.553 95,54 318
Selatan
Labuan Amas
8 162,40 14.656 14.161 28.817 103,50 177
Utara
9 Pandawan 144,24 15.842 15.902 31.744 99,62 220
Batang Alai
10 70,00 9.120 9.110 18.230 100,11 260
Utara
11 Limpasu 77,49 5.363 5.233 10.596 102,48 137
Jumlah 1.472,00 128.464 128.643 257.107 99,86 175
Sumber : BPS Kab. Hulu Selatan, 2014
Persebaran Penduduk
Secara kasat mata, sebenarnya persebaran penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup
merata. Namun jika dilihat kembali, terdapat gap yang cukup tinggi antara kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk paling banyak (Kecamatan Barabai sebanyak 56.740 jiwa atau 22,07%)
dengan kecamatan yang minim penduduk (Kecamatan Batang Alai Timur sebanyak 7.614 jiwa atau
2,96%). Sebagian besar penduduk tinggal di Kecamatan Barabai yang notabene merupakan ibukota
kabupaten sekaligus pusat perekonomian wilayah. Selain itu, penduduk juga banyak tinggal di
Kecamatan lain, seperti: Kecamatan Pandawan (12,35%), Kecamatan Labuan Amas Utara (11,21%)
dan Labuan Amas Selatan (10,72%) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Ketimpangan
distribusi penduduk ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai salah satu landasan
pemerataan capaian pembangunan agar setiap wilayah memiliki daya tarik hunian penduduk.
Laporan Akhir II | 9
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 2.4
Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014
Piramida penduduk merupakan sebuah gambaran awal mengenai struktur umur penduduk, baik
untuk dianalisis mengenai produktivitas umurnya maupun analisis keberhasilan program-program
kependudukan selama ini, utamanya Keluarga Berencana. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
terlihat bahwa struktur umur penduduk didominasi oleh kelompok umur muda dimana sebagian
besar penduduk berada pada kelompok umur 10-14 tahun yang mencapai 24.764 jiwa dan
kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 24.399 jiwa seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.5
Piramida Penduduk
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014
Laporan Akhir II | 10
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Dari piramida penduduk dapat terlihat beberapa kajian umum kependudukan mengingat
pola struktur penduduk yang didominasi kelompok umur muda, kemudian kelompok umur
dewasa (produktif) hingga akhirnya rendahnya penduduk kelompok umur tua. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa penduduk banyak melakukan migrasi ke luar daerah dimana
terlihat pada usia sekolah/kuliah yang mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa
kontribusi penduduk dalam migrasi keluar cukup tinggi baik migrasi karena ingin
mendapatkan pendidikan yang lebih baik maupun juga didorong oleh penduduk yang mencari
pekerjaan di luar Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Tabel 2.4
Perkembangan Penduduk Miskin
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2006 – 2014
Penduduk Miskin
Tahun % Penurunan (org)
(org)
2006 24.881 10,39 -
2007 19,275 8,14 5.606
2008 17.151 7,12 2.124
2009 13.924 5,73 3.227
2010 15.400 6,32 +1.476
2011 14.891 5,98 509
2012 14.195 5,68 696
2013 14.181 5,57 14
2014 14.557 5,65 +376
Sumber: BPS Hulu Sungai Tengah
Tingkat kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami penurunan dari tahun ke
tahun dimana pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin sebanyak 14.181 jiwa dengan tingkat
Laporan Akhir II | 11
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di
atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.
Proyeksi Jumlah Penduduk 20 Tahun Mendatang
Analisis proyeksi kependudukan terdiri dari analisis jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,
analisis kepadatan dan sebaran penduduk, analisis penduduk menurut kelompok umur.
Prediksi perkembangan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam
masa/kurun waktu perencanaan selama 20 tahun ke depan, didasarkan pada metode perhitungan
yaitu metode linier. Dalam perhitungan penduduk yang dilakukan berpedoman pada jumlah dan
perkembangan penduduk selama lima (5) tahun terakhir, yaitu data jumlah penduduk mulai tahun
2002 sampai dengan data penduduk tahun 2005. Pertumbuhan jumlah pada wilayah perencanaan
tersebut dihasilkan dari jumlah perubahan penduduk secara alamiah (kelahiran dan kematian) dan
perubahan penduduk akibat migrasi (penduduk yang datang dan penduduk yang pergi).
Metode yang digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun
perencanaan, terlebih dahulu harus diketahui tingkat pertumbuhan rata-rata jumlah penduduk
tahun akhir dengan jumlah penduduk tahun awal dibagi dengan selisih tahun. Sedangkan untuk
pertambahan penduduk dengan menggunakan metode regresi linier sebagaimana dibahas di Bab-1,
hasilnya adalah sebagai berikut. Jumlah penduduk pada lima (5) tahun pertama (tahun 2008)
adalah 273.179 jiwa dan lima (5) tahun terakhir (tahun 2028 atau akhir tahun perencanaan) adalah
273.528 jiwa, lihat Tabel 2.5 dan Gambar 2. 6 di bawah ini.
Tabel 2.5
Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah 20 Tahun Mendatang
Laporan Akhir II | 12
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
250000
Haruyan
Batu Benawa
200000
Batang Alai Selatan
Barabai
150000
Labuan Amas Selatan
Labuan Amas Utara
100000
Pandawan
Batang Alai Utara
50000 Limpasu
Hantakan
0 Batang Alai Timur
1 2 3 4 5 6
Gambar 2.6
Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Analisis Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 tahun terakhir rata-
rata adalah 20 Jiwa/Ha. Hasil analisis tingkat kepadatan penduduk pada tahun proyeksi (2009 s/d
2029) menunjukkan peningkatan. Variasi kepadatan penduduk adalah sebagai berikut: penduduk
paling tinggi pada tahun-tahun proyeksi adalah Kecamatan Haruyan dan Kecamatan Barabai
sebesar 141.130 Jiwa/Ha dan 87.364 jiwa/Ha pada tahun akhir rencana tahun 2028. Sedangkan
kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah pada tahun-tahun proyeksi adalah
Kecamatan Hantakan, sebesar 9.974 Jiwa/Ha.
Berdasarkan hasil proyeksi, dengan mengacu pada kriteria National Urban Development
Study (NUDS) dapat diidentifikasi bahwa pada akhir tahun perencanaan (2028), di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah terdapat kecamatan yang masuk ke dalam kategori perkotaan, yaitu Kecamatan
Barabai dengan kepadatan penduduk sebesar 899 jiwa/km2 Kriteria yang dikeluarkan oleh NUDS
tersebut adalah sebagai berikut:
- Kepadatan penduduk perkotaan 25 jiwa/Ha = 2.500 jiwa/Km2
- Kepadatan penduduk semi perkotaan 10-25 jiwa/Ha = 1.000 –2.500 jiwa/Km2
- Kepadatan penduduk perdesaan dibawah 10 jiwa/Ha = 1.000 jiwa/Km2
Laporan Akhir II | 13
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Analisis komposisi penduduk menurut kelompok umur dibagi ke dalam kelompok umur
produktif dan kelompok umur non-produktif. Kriteria penduduk pada kelompok produktif yaitu
berada diantara umur 15 s/d 54 tahun, sedangkan penduduk pada kelompok umur 0-14 tahun dan di
atas 55 tahun termasuk kelompok non-produktif. Perhitungan usia produktif dan non-produktif ini
didasarkan atas jumlah perkembangan penduduk pada tiap-tiap kelompok umur yang ada di
kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan. Hasilnya adalah 64,77 % penduduk usia non-produktif
bergantung kepada 35,23 % penduduk usia produktif.
2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan transformasi kegiatan
perekonomian dari primer ke sekunder dan tersier. Oleh karena itu, kajian terkait pembangunan
perekonomian wilayah dapat memberikan gambaran utuh tentang kesejahteraan masyarakat
sehingga perumusan kebijakan berbasis ekonomi makro maupun mikro dapat tepat sasaran dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu indikator kinerja pembangunan
perekonomian daerah yang menunjukkan suatu besaran atau nilai tambah bruto (kotor) dari
keseluruhan barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di suatu regional yang timbul akibat
berbagai aktivitas ekonomi. PDRB Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggambarkan kemampuan
atau potensi ekonomi dan kinerja perekonomian daerah, baik dalam pengelolaan sumberdaya
Laporan Akhir II | 14
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
manusia maupun sumberdaya alam. Kemampuan, potensi dan kinerja sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia dalam mengembangkan perekonomian daerah sangat penting untuk
dianalisis guna evaluasi, monitoring, hingga perencanaan pembangunan berbasis ekonomi.
Pada penghitungan periode ini, metode penghitungan PDRB mengalami perubahan terkait
tahun dasar dan metodologi penghitungannya. Rincian sektor lapangan usaha pada PDRB
meningkat menjadi 17 kategori dimana sebelumnya hanya 9 sektor lapangan usaha. Peningkatan
cakupan kategori ini juga menimbulkan efek berupa revisi dan penyempurnaan nilai PDRB pada
lima tahun terakhir sehingga analisis periodik juga terbatas pada penghitungan dengan metode
yang baru.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perkembangan nilai PDRB Kabupaten Hulu Sungai
Tengah cukup signifikan, dimana pada tahun 2014 nilai PDRB mencapai 4,58 trilyun rupiah.
Peningkatan nilai produk domestik daerah di seluruh sektor lapangan usaha menjadi pemicu utama
pencapaian nilai PDRB, terutama pada sektor-sektor dominan pada struktur perekonomian daerah
seperti kategori pertanian, kehutanan dan perikanan maupun kategori industri pengolahan.
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012 – 2014 (Juta Rupiah)
Laporan Akhir II | 15
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama dalam melihat pergerakan
perekonomian daerah dimana kajian dan analisisnya dapat memberikan masukan yang signifikan
bagi perumusan kebijakan perekonomian daerah. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan
indikator makro dalam melihat perkembangan perekonomian suatu daerah, sehingga keberhasilan
pembangunan daerah secara umum dapat terukur. Oleh karena itulah, indikator ini dapat
digunakan untuk perencanaan pembangunan ke depannya, baik dengan melihat pertumbuhan
ekonomi secara periodik maupun pertumbuhan ekonomi sektor lapangan usaha yang potensial.
Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam tiga tahun terakhir ini
cukup baik dan stabil dimana pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 5,57 %.
Pertumbuhan ekonomi wilayah berdasarkan tahun dasar 2010 ini didukung utamanya oleh
pertumbuhan ekonomi sektoral utamanya sektor dominan dimana sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan tumbuh sebesar 3,11 % dan industri pengolahan mencapai 5,24 %. Selain itu,
pertumbuhan tertinggi berada pada sektor pengadaan listrik dan gas dan pertumbuhan terendah
berada pada sektor pertanian (meskipun sebagai sektor dominan). Pertumbuhan positif pada
seluruh sektor lapangan usaha memberikan kontribusi dan harapan yang tinggi bagi peningkatan
perekonomian daerah utamanya sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Tengah terlihat pada gambar
berikut.
Laporan Akhir II | 16
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014
7,00
6,00 5,98 5,91
5,57
5,00 4,85
4,00 3,84
%
3,00
2,00
1,00
0,00
2010 2011 2012
Tahun 2013 2014
Tabel 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014
Laporan Akhir II | 17
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 18
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Tabel 2.8
Perkembangan Penduduk Miskin
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2006 – 2013
Penduduk Miskin
Tahun % Penurunan (org)
(org)
2006 24.881 10,39 -
2007 19,275 8,14 5.606
2008 17.151 7,12 2.124
2009 13.924 5,73 3.227
2010 15.400 6,32 +1.476
2011 14.891 5,98 509
2012 14.195 5,68 696
2013 14.181 5,57 14
2014 14.557 5,65 +376
Sumber: BPS Hulu Sungai Tengah
Tingkat kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami penurunan dari tahun ke
tahun dimana pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin sebanyak 14.181 jiwa dengan tingkat
kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di
atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.
Kondisi ketinggian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menurut kelas ketinggian dari permukaan
laut yaitu, 50 m dpl m dpl, 50 - 300 m dpl, > 300 m dpl. Kelas ketinggian < 50 m dpl merupakan
kelas ketinggian yang banyak terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.3 dan Tabel 2.11 mengenai luas kecamatan berdasarkan ketinggian di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Laporan Akhir II | 19
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Tabel 2.9
Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Ketinggian
Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Hulu Sungai Tengah di dominasi oleh jenis
lereng pedataran (< 50 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 300 m dpl).
B. Kemiringan Lahan
Secara morfologi/kecuraman lereng, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi tiga kelas
yaitu daerah berlereng 0-8%, 8-15%, dan 15 – 24%. Daerah yang dominan di wilayah Hulu Sungai
Tengah memiliki kelerengan 0-8% dengan luas 290.024,38 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai
kondisi kemiringan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Akhir II | 21
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
sebenarnya di dalam wilayah rencana ini berbatasan dengan Dataran Aluvial. Litologi terdiri dari
batuan sedimen yang terdiri dari perlapisan batuliat, lanau dan batupasir. Dalam Istilah yang lain
sering satuan seperti ini dikatakan sebagai Dataran Denudasional.
Kemiringan > 15 – 40% dengan luas 146,97 Ha tersebar di Kecamatan Batang Alai Timur. Kemiringan
ini termasuk Sistem Lahan Teweh (TWH) dan Sistem Lahan Tewai Baru (TWB).TWH
Merupakan daerah perbukitan lipatan yang terplanasi dengan relatif Berbukit Kecil (Hiiocky)
dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara 16 – 25%. Proses pembentukan satuan ini
mirip seperti sistem LWW, tetapi karena sebaran batupasir (sandstone) lebih banyak dari
pada di satuan LWW maka menyebabkan relatifnya lebih tinggi. Pola aliran sungai dendritik
dan berdrainase tergolong baik. Menurut sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes
(1997), satuan ini termasuk dalam kelompok Perbukitan. Sistem Lahan Tewai Baru (TWB) Menurut
sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes (1977), satuan ini termasuk dalam kelompok
Perbukitan. Merupakan daerah perbukitan lipatan dan patahan yang terplanasi dengan relatif
Berbukit Kecil (Hillocky) dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara 26 – 40%. Proses
pembentukan lahan ini mirip seperti sistem lahan TWH, tetapi pola aliran sungai trelis dan
berdrainase tergolong baik. Perbedaan pola aliran ini disebabkan dari segi struktur geomorfologi
yang berbeda dimana pada sistem lahan TWB ini cukup banyak dijumpai hasil proses patahan-
patahan dan pada bagian patahan/sesar inilah berkembang sungai pola trellis. Kondisi
kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Tabel 2.10
Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan
Laporan Akhir II | 22
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
C. Gambaran Geohidrologi
Berdasarkan sistem DAS, sebagian besar Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada dalam wilayah
sub-sub DAS Batang Alai yang merupakan sub-sub DAS dari sub DAS Negara dan DAS Barito sebagai
daerah tangkapan air sebelah barat Pegunungan Meratus dan DAS Sampanahan sebagai
daerah tangkapan air sebelah timur Pegunungan Meratus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.11
Tabel 2.11
Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan
Sistem DAS yang akan berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya
mempengaruhi sistem kegiatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Sub-Sub DAS Batang
Alai. Sungai yang mengalir pada Sub-Sub DAS Batang Alai ini adalah Sungai Batang Alai dan
Sungai Barabai. Kedua sungai ini merupakan sungai utama/terbesar yang berfungsi sebagai sumber
air untuk pengairan, air minum dan kebutuhan air lainnya bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
Air Sungai Batang Alai berasal dari arah Timur dan Utara ke arah Barat, yaitu dari kawasan
hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Balangan
kemudian mengalir ke sungai utama melalui wilayah Kecamatan Batang Alai Selatan
(Birayang), Batang Alai Utara (Ilung), Kecamatan Pandawan (Kambat Utara – Kayu Rabah) lalu
bermuara ke daerah rawa wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara (Sungai Buluh – Mantaas). Pada
musim kemarau debit air Sungai Batang Alai mencapai 10,6 m3/detik dan pada musim kemarau hanya
4,2 m3/detik.
Air Sungai Barabai mengalir dari Pegunungan Meratus di wilayah Kecamatan Hantakan
melalui Kecamatan Batu Benawa dan melalui pusat Kota Barabai lalu bermuara daerah rawa
Pahalatan - Danau Bangkau. Karena melalui Kota Barabai, maka aliran sungai ini sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat perkotaan Barabai, khususnya saat musim penghujan dimana
Laporan Akhir II | 24
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
aliran ini sering meluap dan penggenangi permukiman di Kota Barabai. Untuk mengurangi
lama genangan banjir di wilayah Kota Barabai dibuat saluran yang memecah aliran Sungai Barabai
di Pagat Kecamatan Batu Benawa menuju Sungai Pantai Hambawang Kecamatan Labuan Amas
Selatan. Pada musim kemarau debit air Sungai Barabai lebih kecil dari Sungai Batang Alai, yaitu 6,2
m3/detik dan pada musim kemarau hanya 2,4 m3/detik.
Selain kedua sungai tersebut, masih terdapat sungai yang tidak terlalu bersar tetapi sangat
berperan penting bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah terutama wilayah
Kecamata Labuan Amas Selatan dan Kecamatan Haruyan, yaitu Sungai Haruyan yang mengalir
dari Pegunungan Meratus melalui Ibu Kota Kecamatan Haruyan. Aliran sungai ini sering juga
meluap dan menggenangi pemukiman di Haruyan dan beberapa desa lainnya.
D. Gambaran Geologi
Geologi Tata Lingkungan daerah perencanaan ini sesuai dengan posisinya yang tidak berada
pada pertemuan lempeng tektonik (Tectonic Plate), maka kestabilan daerah secara geologi lebih
didasarkan kepada struktur geologi saja, karena kegiatan vulkanis lebih sering terjadi pada daerah
pertemuan lempeng tektonik. Berdasarkan peta Geologi diketahui bahwa pada daerah ini
terdapat struktur lipatan dan patahan (baik horizontal maupun vertikal). Struktur patahan yang
sangat menonjol keberadaannya saat ini terutama dijumpai pada daerah berbatuan batu gamping
seperti yang ada di daerah Kecamatan Batu Benawa, Kecamatan Haruyan, dan Kecamatan Batang
Alai Utara.
Struktur Geologi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri atas beberapa jenis batuan, yaitu:
- Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai endapan
sungai, rawa dan pantai.
- Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran lempung, lignit,
limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
- Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, bersisipan
serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung karbonan setempat
mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada lingkungan litoral hingga paralis dan
tebalnya 250-750m. Formasi Warukin mengandung fosil Miogypsina sp, Cycloclypeus sp, dan
Lepidocyclina cf. Sumatrensis Miosen Tengah-Akhir serta menindih selaras Formasi Berai.
Laporan Akhir II | 25
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Gambar 2.11 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Laporan Akhir II | 26
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 27
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan rijang radiolaria. Satuan ini
bersentuhan sesar dengan batuan Ultramafik dan Formasi Pitap serta tertindih
takselaras oleh Formasi tanjung.
Tabel 2.12
Luas dan Jenis Batuan / Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Total Luas
No Kecamatan Jenis Batuan
Batuan (Ha)
Formasi Warukin, Aluvium Tua, F. Berai, F.
Batununggal, F. Tanjung, F. Pitap, Ang Haruyan,
1 Haruyan 10.135,25
Granit dan Aluvium Muda
Terdapat hubungan yang erat antara tanah dan sifat-sifat serta penyebarannya dengan ”landform”
dan iklim. Hal ini karena berkaitan dengan sifat batuan atau litologi serta iklim dalam proses
pembentukan land form dan pelapukan batuan dan bahan induk Tanah (Desaunettism Tahun
1977). Jenis dan sifat tanah sangat tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah seperti suhu,
iklim, bahan induk, dan waktu. Jenis tanah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan hasil
analisa Peta Jenis Tanah tinjauan lapangan oleh konsultan (data primer) dan hasil studi
sebelumnya (data sekunder), jenis tanah di Kab. Hulu Sungai Tengah secara garis besar terdiri dari
3 jenis tanah yaitu tanah Alluvial, Gamping dan Granit.
Laporan Akhir II | 28
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 29
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 30
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Tabel 2.13
Luas dan Jenis Tanah Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Jenis Tanah Luas (Ha) Lokasi
Tanah Alluvial ini secara umum merupakan tanah subur untuk pengembangan
pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga hanya
berada pada kawasan yang datar dan cekungan sungai. Tanah ini di areal studi seluas
32.274,37 Ha.Tanah ini ini mempunyai sifat sifat secara umum terlihat adanya lapisan-lapisan tanah
yang berulang, tidak teratur yaitu tebal lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur,
struktur dan kandungan bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang
berbeda tapi sifat dan jenis yang sama.
F. Gambaran Klimatologi
Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki jumlah curah hujan tahunan rata-rata pada tahun
2014 adalah sebanyak 228,2 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 14 hari per bulan.
Intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan curah hujan rata-rata 362,0 mm
dengan jumlah hari hujan 23 hari, hal ini terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.14
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014
Jumlah Curah Hujan
No Bulan Jumlah Hari Hujan
(mm)
1 Januari 323,0 22
2 Februari 245,5 14
3 Maret 117,0 8
4 April 294,6 9
5 Mei 188,4 17
6 Juni 134,5 10
7 Juli 282,0 14
8 Agustus 204,5 12
9 September 154,0 12
10 Oktober 212,0 12
11 November 220,5 15
Laporan Akhir II | 31
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Intensitas suhu udara di Hulu Sungai Tengah antara 26,4ºC sampai dengan 27,7ºC, ini
menunjukkan bahwa daerah Hulu Sungai Tengah berhawa sejuk. Sedangkan rata-rata
kelembapan udara di Sulu Sungai Tengah adalah 86,40%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
rata-rata kelembapan udara dan rata-rata suhu udara selama setahun di Hulu Sungai Tengah
seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.15
Rata-Rata Kelembaban Udara dan Suhu Udara
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2014
Rata-rata
Rata-rata Suhu
No Bulan Kelembaban Udara
Udara (oC)
(%)
1 Januari 90,6 26,6
2 Februari 86,8 26,9
3 Maret 87,3 27,0
4 April 87,2 27,3
5 Mei 88 27,0
6 Juni 84,8 27,5
7 Juli 86,5 26,4
8 Agustus 85,6 26,5
9 September 84,6 26,9
10 Oktober 81,9 27,7
11 November 85,6 27,3
12 Desember 87,9 26,9
Jumlah 86,40 27,00
Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014
Laporan Akhir II | 32
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
tahun ini, bencana alam yang terjadi masih bersifat lokal, bukan berskala nasional. Bencana
yang sering terjadi yaitu: kebakaran hutan terjadi sebanyak 158 kali dengan korban 412 KK,
tanah longsor 4 kali dengan korban 4 KK dan angin puting beliung 5 kali dengan korban 7 KK.
Adapun Penjelasan dari faktor penyebab erosi/ tanah longsor yang sering terjadi didaerah dataran
tinggi adalah :
1. Faktor iklim
Didaerah beriklim basah faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Besarnya
curah hujan , intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap
tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi. Dengan melakukan analisa
curah hujan, dapat diprediksi curah hujan maksimum dan minimum yang merupakan sumber
terjadinya banjir.
2. Faktor topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh
terhadap aliran permukaan. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen.
Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih 10 meter membentuk lereng
10%. Makin miringnya lereng akan mempercepat aliran permukaan dengan demikian
memperbesar daya angkut air. Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan
sampai suatu titik dimana air masuk kedalam saluran atau sungai atau dimana kemiringan lereng
berkurang demikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah.
3. Faktor vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan
memperkecil pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran
permukaan dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian: (1) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman
berkurang, (2) Mengurangi aliran permukaan, (3) Pengaruh akar dan kegiatan biologi tanah
yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas
struktur dan porositas tanah, (4) Transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah
berkurang.
4. Faktor tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi tanah yang berbeda-beda.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi yaitu: tekstur, struktur, bahan organik, sifat lapisan
Laporan Akhir II | 33
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
tanah (permeabilitas) dan tingkat kesuburan tanah (pertumbuhan tanaman). Sifat- sifat tersebut
berkaitan erat terhadap laju infiltrasi yang berdampak terhadap aliran permukaan (run off).
5. Faktor manusia
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakan tanah yang diusahakan akan
rusak atau menjadi produktif secara lestari. Tekanan laju pertumbuhan penduduk umumnya
mengakibatkan daerah-daerah yang seharusnya konservasi di daerah aliran sungai digarap
menjadi lahan pertanian, bahkan sekaligus dibangun gubuk tempat tinggal, perubahan alih
fungsi lahan ini akan mengubah kondisi DAS dari daerah yang dapat meresapkan air menjadi
daerah kedap air (low Infiltration). Perubahan karakteristik lahan ini penyebabkan sistem
pengaliran di DAS akan mengalami perubahan atau gangguan, semakin kecil besaran infiltrasi
kedalam tanah mengakibatkan makin meningkatnya limpasan air permukaan (run off) ke
sungai.
Laporan Akhir II | 34
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, sanitasi, energi dan pertanian.
Dari total panjang jalan sepanjang 753,46 km yang melintas di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, 54,94 persen kondisi permukaan jalan baik; kondisi sedang sepanjang 21,47 persen;
kondisi rusak ringan sepanjang 20,05 persen; dan kondisi rusak berat sepanjang 1,16 persen.
Selain itu, masih rendahnya fasilitas dasar penunjang kehidupan menjadi kendala terutama
minimnya rumah tangga yang menggunakan air bersih. Meskipun secara umum mengalami
peningkatan, namun pada tahun 2014 hanya sebanyak 31,70 persen rumah tangga saja yang
dapat menggunakan fasilitas air bersih.
Permasalahan sanitasi di pemukiman juga merupakan kendala dalam melakukan kegiatan
atau aktivitas sehari-hari karena sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan terjangkit
penyakit. Pada tahun 2014, hanya sebanyak 52,73 persen rumah tangga yang memiliki sanitasi.
Meskipun secara umum masih terdapat permasalahan pada bidang perumahan, namun sebagian
besar penduduk (79,97%) cukup memiliki rumah layak huni.
Berikut analisis data dan informasi untuk mempertajam penelaahan atas permasalahan
“Belum terpenuhinya secara merata pembangunan infrastruktur dasar dan infrastruktur
pertanian” di Kabupaten Hulu Sungai Tengah agar perumusan kebijakan pembangunannya dapat
sesuai dengan yang diharapkan.
a. Belum maksimalnya pemerataan infrastruktur pedesaan
Ada beberapa hambatan yang menyebabkan pemerataan pembangunan sulit diwujudkan.
Minimnya dana pembangunan ekonomi, khususnya untuk pembangunan infrastruktur menjadi
salah satu penyebab utama. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana pembangunan terserap
pada belanja pegawai sehingga porsi untuk peningkatan infrastruktur dasar menjadi berkurang.
Adanya paradigma buruk terkait pembangunan ekonomi, paradigma pembangunan hanya
untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, bukan fundamental ekonomi yang menyebabkan
sentralisasi pembangunan tetap dipertahankan. Paradigma pembangunan yang mengejar
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka pendek menyebabkan realisasi pemerataan
pembangunan yang lambat, bahkan cenderung diam di tempat. Pemerataan pembangunan
ekonomi memang harus dimulai dari pemerataan pembangunan infrastruktur. Jika infrastruktur
memadai maka kegiatan ekonomi dapat meningkatkan akses masyarakat untuk berusaha dan
berupaya sehingga pemerataan pembangunan akan terealisasi.
b. Belum optimalnya penanganan kawasan permukiman dan perumahan
Laporan Akhir II | 35
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 36
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia harus dapat
mencapai target universal access 100-0-100. Artinya, tahun tersebut setiap masyarakat
Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses
100% terhadap sumber air minum aman, 0% kekumuhan dan fasilitas sanitasi yang layak 100%.
Tabel 2.16
Standar Pelayanan Minimal
Target
No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014
Tahun 2019
SPM Kabupaten/Kota
1 Penyediaan air persentase penduduk Sangat Buruk 40%
minum yang mendapatkan akses
air minum yang aman Buruk 50%
% Penduduk Sedang 70% 81,77%
Baik 80%
Sangat Baik 100%
2 Penyediaan persentase penduduk Sistem On Site 60%
sanitasi yang terlayani sistem air
limbah yang memadai Sistem Off Site
% Penduduk Skala 60%
5%
Komunitas/
Kawasan/ Kota
persentase pengurangan
sampah di perkotaan
% Penduduk 20% 20%
persentase pengangkutan
% Penduduk 70% 70%
sampah
persentase pengoperasian %
TPA pengoperasi - 70%
an TPA
persentase penduduk % penduduk 50%
yang terlayani sistem
jaringan drainase skala
kota sehingga tidak terjadi % 50%
genangan (lebih dari 30 penguranga 50%
cm, selama 2 jam) lebih n genangan
dari 2 kali setahun
3 Penataan persentase jumlah Izin IMB (Izin
Bangunan dan Mendirikan Bangunan Mendirikan 100%
Lingkungan (IMB) yang diterbitkan Bangunan)
IMB HSBGN (Harga 60%
Satuan
100%
Bangunan
Gedung Negara)
4 Penangan persentase berkurangnya
Pemukiman luasan permukiman
Ha 10% 10%
Kumuh kumuh di kawasan
Perkotaan perkotaan
Laporan Akhir II | 37
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Kondisi capaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah dan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1) Sektor persampahan,
a) pengurangan sampah baru mencapai 2.98% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83%
di tahun 2019 untuk TPS 3R, Sedangkan untuk pengangkutan sampah bank sampah
mencapai 9.56% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83% di tahun 2019
b) pengangkutan sampah baru mencapai 59.62% sedangkan target 100% di tahun 2019
terdapat gap 99.36%
c) pengoperasian TPA mencapai 100%
d) Peran KSM dalam pengelolaan TPS 3R masih kurang
e) Kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih kurang
f) Armada angkut masih kurang
g) Alat berat yang tersedia di TPA masih belum memadai
h) TPA sendiri masih sistem open dumping
2) Sektor air limbah
a) Jumlah penduduk yang mendapat akses air limbah mencapai 37.04% pada tahun 2015
sedangkan target 100% pada tahun 2019
b) Kondisi tangki septik belum sesuai standar
c) Saluran pembuangan air limbahnrumah tangga masih menyatu dengan saluran
drainase
d) Kesadaran masyarakat untuk PHBS masih rendah
e) Penolakan terhadap sistem IPAL komunal on site ataupun offsite
f) Koordinasi lintas SKPD dalam penanganan air limbah masih lemah
3) Sektor air minum
a) Penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman mencapai 82.25%
sedangkan target 91.44% ditahun 2019
b) Jangkauan layanan air minum masih kurang
c) Permintaan layanan air minum makin tinggi
d) Kemampuan APBD mensupport penyediaan jaringan distribusi terbatas
e) Kinerja PDAM masih perlu ditingkatkan (SDM, akurasi data dan informasi)
4) Sektor penanganan kumuh
Laporan Akhir II | 38
RPIJM
RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH
Laporan Akhir II | 39