Anda di halaman 1dari 35

Bab 4 - 1

Rencana struktur ruang wilayah merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan


kegiatan kota yang berhirarki dan satu sama lain dihubungkan secara fungsional oleh
sistem jaringan prasarana wilayah kota. Dengan demikian, rencana struktur ruang
wilayah berfungsi sebagai arahan peletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai
dengan fungsinya yang akan menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota
yang telah dibentuk yang selanjutnya akan tertuang dalam indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun ke depan.

Rencana struktur ruang wilayah kota diarahkan untuk menghasilkan tujuan berikut ini:

1. Keseimbangan, dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan di wilayah Kabupaten


Bombana secara optimal dengan mewujudkan intensitas penggunaan lahan yang
sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama fisik wilayah;
2. Kelestarian, dimaksudkan untuk menciptakan wilayah Kabupaten Bombana agar
mampu berkembang secara optimal dengan mewujudkan kegiatan di setiap
lingkungan sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan baik
fisik maupun non fisik;
3. Daya guna dan hasil guna, dimaksudkan untuk menciptakan sistem pelayanan yang
optimal dengan mewujudkan adanya jenjang fungsi pelayanan pada wilayah sesuai
dengan skala pelayanan.

Struktur tata ruang ini merupakan pedoman untuk :

1. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang


2. Perwujudan keseimbangan antar wilayah di Kabupaten Bombana
3. Perlindungan terhadap kawasan lindung di wilayah Kabupaten Bombana
4. Acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kota dan kecamatan di
Kabupaten Bombana.

4.1 HIERARKI PUSAT PELAYANAN WILAYAH


KABUPATEN BOMBANA
Rencana pengembangan sistem hierarki pusat pelayanan dimaksudkan untuk
menggambarkan peran dan fungsi setiap kawasan dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan dalam lingkup wilayah Kabupaten Bombana. Pengembangannya dilakukan
melalui pembentukan pusat-pusat pelayanan yang ditetapkan secara hirarki sesuai
potensi yang dimiliki di masing-masing kawasan atau didasarkan pada arah kebijakan
pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini
(eksisting), baik yang menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan, sedangkan arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan
yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana
pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan, yaitu 20 (dua puluh) tahun
mendatang. Rencana sistem dan hierarki pusat kegiatan pelayanan di wilayah Kabupaten

Bab 4 - 2
Bombana, adalah rencana susunan kawasan baik sebagai kelurahan maupun kecamatan
di dalam wilayah Kabupaten Bombana yang menunjukkan keterkaitan saat ini, maupun
rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi
tertentu dalam wilayah Kabupaten Bombana.

Bab 4 - 3
Gambar 4. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bombana

Bab 4 - 4
Mengacu kepada pedoman penyusunan RTRW Kota (Permen PU No. 17 Tahun 2009),
Pusat kegiatan di wilayah kota merupakan simpul pelayanan sosial, ekonomi, budaya,
dan atau administrasi masyarakat di wilayah kota, terdiri dari: 1) Sistem pusat-pusat
permukiman; 2) pola persebaran penduduk; dan 3) struktur pelayanan kegiatan kota.

Sistem pusat pelayanan di Kabupaten Bombana, berdasarkan kondisi perkembangan


pembangunan yang cenderung terjadi secara alamiah, mengikuti perkembangan
pembangunan jaringan jalan, pusat kegiatan pemerintahan dan jasa dan pemusatan
kegiatan sosial-ekonomi kota. Kecenderungan pola pemusatan kegiatan tersebut di
terjemahkan kedalam perencanaan tata ruang, yaitu sebagai berikut (lihat Tabel 3.1):

Tabel 4. 1 Pembagian Pusat-Pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Bombana

PUSAT PRIMER PUSAT SEKUNDER PUSAT TERSIER Nama Pusat


Pusat Pelayanan Sub Pusat Pelayanan Pusat Lingkungan Kota Kec
Kota (PPK) Kota SPPK (PL)
(pusat primer 1. Lantari Jaya Lantari
langsung melayani 2. Masaloka Raya Masaloka
pusat tersier karena 3. Mataoleo Lora
Kasipute skala pelayanan dan 4. Matausu Kolombi
(Kec Rumbia) tingkat aksesibilitas Matausu
memungkinkan 5. Rarowatu Taobonte
dilayani langsung 6. Rarowatu Anekamarga
tanpa melalui pusat Utara
sekunder)
7. Matausu Kolombimatausu

Waemputang 1. Poleang Boepinang


(Kec Poleang 2. Poleang Barat Rakadua
Selatan) 3. Poleang Mulaeno
Tengah
4. Poleang Larete
Tenggara
5. Poleang Timur Bambae
6. Poleang Utara Toburi
7.

Balira Kabaena Barat Balara


(Kec Kabaena Barat) Kabaena Selatan Batuawu
Kabaena Tengah Tedubara
Kabaena Timur Dongkala
Kabaena Utara Lengora
Sumber: Hasil Analisis 2011

Berikut ini penjelasan rinci tentang Wilayah Pengembangan, fungsi, dan peran, serta
arah pengembangan untuk setiap Pusat Kegiatan Lingkungan

Bab 4 - 5
Tabel 4. 2 Pembagian Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Dalam Wilayah

No WP PPK Kecamatan Fungsi dan Peran PPK


1 PUSAT PRIMER Kasipute fungsi sebagai pusat pelayanan
Pusat Pelayanan (Kec Rumbia) utama dan pusat pemerintahan
Kota (PPK) Kab. Bombana. Wilayah
pengembangan ini akan memiliki
orientasi ke Kota Kendari sebagai
pusat pemerintahan provinsi.
2 PUSAT SEKUNDER Waeputang fungsi sebagai pusat pelayanan
1 (Kec Poleang sekunder dan pusat
Sub Pusat Selatan) pengembangan ekonomi yang
Pelayanan Kota melayani wilayah kecamatan
(SPPK) lain/sekitarnya. Wilayah
pengembangan ini akan memiliki
orientasi ke Kota pusat primer
Kasipute (kec Rumbia) sebagai
pusat pemerintahan kabupaten.
3 PUSAT SEKUNDER Teomokole fungsi sebagai pusat pelayanan
2 (Kec Kabaena) sekunder dan pusat
Sub Pusat pengembangan ekonomi yang
Pelayanan Kota melayani wilayah kecamatan
(SPPK) lain/sekitarnya. Wilayah
pengembangan ini akan memiliki
orientasi ke Kota pusat primer
Kasipute (kec Rumbia) sebagai
pusat pemerintahan kabupaten.
4 PUSAT TERSIER (yang tidak
Pusat Lingkungan termasuk sebagai
(PL) pusat sekunder)
Sumber: Hasil Analisis 2011

4.2 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA SKALA


KABUPATEN
4.2.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
PRASARANA TRANSPORTASI
Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Bombana adalah ditujukan untuk:

1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktifitas


2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi.
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan cepat dengan
menata sistem transportasi angkutan umum.
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan
melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya.
5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan di wilayah perencanaan lalu lintas dengan
mengintegrasikan tiap elemen transportasi.

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat

Bab 4 - 6
a. Jaringan Jalan

Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan di Kabupaten Bombana dikelompokkan menjadi


Jalan Kolektor Primer dan Jalan Lokal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun
2006 Tentang Jalan, berikut ini penjelasan mengenai jenis jaringan jalan.

 Jalan Kolektor Primer berfungsi menghubungkan secara berdaya guna antara


pusat kegiatan nasional (PKN) dengan pusat kegiatan lokal (PKL), antarpusat
kegiatan wilayah (PKW), atau antara pusat kegiatan wilayah (PKW), dengan pusat
kegiatan lokal (PKL).
 Jalan Lokal berfungsi menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional (PKN) dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah (PKW)
dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal (PKL), atau pusat
kegiatan lokal (PKL) dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan.

Untuk mencapai tujuan pengembangan sistem jaringan jalan, jaringan transportasi yang
membentuk struktur ruang Kabupaten Bombana dapat lihat pada Tabel 3.3 dan Tabel
4.3 berikut ini.

Tabel 4. 3 Sistem Jaringan Jalan Kabupaten Bombana

NO NAMA RUAS KOLEKTOR1 (KM) KELEKTOR 2 (KM)


1 ruas jalan Lantari–Konawe 25,37
Selatan; dan
2 ruas jalan Rakadua–kolaka; 15,58
Total 40,95
1 ruas jalan Lantari – Aneka 3,50
Marga;
2 ruas jalan Aneka Marga – 18,68
Kasipute;
3 ruas jalan Kasipute – Lora; 16,74
4 ruas jalan Kasipute – 16,38
Taubonto;
5 ruas jalan Taubonto – Toburi; 17,93
6 ruas jalan Toburi – Bambaea; 14,70
7 ruas jalan Bambaea – 15,87
Waemputang;
8 ruas jalan Waemputang – 8,1
Mulaeno;
9 ruas jalan Mulaeno – 10,05
Boepinang; dan
10 ruas jalan Boepinang – 22,91
Rakadua
Total 144.86
Sumber:
- KEPMENPU No. 630/KPTS/2009
- Dinas pekerjaan umum Kabupaten Bombana 2011
- Bombana dalam angka
- Hasil Analisis, 2010

Bab 4 - 7
 Ruas Jalan K1 yang ada di Kabupaten Bombana meliputi ruas jalan Lantari – Konawe
Selatan dan Ruas Jalan Rakadua – Kolaka. Panjang total ruas jalan ini mencapai ±
40,95 km dengan kondisi jalan cukup memadai sehingga untuk jalan ini ditekankan
pada pemeliharaan jalan.
 Ruas Jalan K2 yang ada di Kabupaten Bombana meliputi ruas jalan ruas jalan Lantari
– Aneka Marga, ruas jalan Aneka Marga – Kasipute, ruas jalan Kasipute – Lora, ruas
jalan Kasipute – Taubonto, ruas jalan Taubonto – Toburi, ruas jalan Toburi –
Bambaea, ruas jalan Bambaea – Waemputang, ruas jalan Waemputang – Mulaeno,
ruas jalan Mulaeno – Boepinang, dan ruas jalan Boepinang – Rakadua. Panjang total
ruas jalan ini mencapai ± 144.86 km dengan kondisi jalan rata – rata rusak ringan
hingga berat sehingga untuk jalan ini ditekankan pada perbaikan jalan.

b. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Jalan Meliputi Terminal Penumpang dan


Barang

Terminal memainkan peran penting untuk pengaturan kendaraan umum. Luasan


terminal yang memadai untuk keperluan sirkulasi, parkir, kedatangan, dan fasilitas
operasional baik utama maupun pendukung menjadi hal yang sangat diperlukan. Secara
umum terminal berfungsi untuk mengendalikan arus kendaraan dan penumpang umum
sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk bergerak atau
berhubungan dengan berbagai kegiatannya. Kinerja terminal ditentukan dari kapasitas
yang tersedia dan kendaraan umum yang menggunakan terminal. Berdasarkan kondisi
eksisting, fungsi dan peran terminal di Kabupaten Bombana belum terfungsikan secara
optimal. Oleh karena itu, pengembangan terminal di Kabupaten Bombana ditujukan
untuk mengoptimalkan fungsi terminal-terminal yang telah ada sesuai dengan perannya,
dan memenuhi kebutuhan terminal baru untuk melayani pergerakan pusat kegiatan
secara merata.

Arah pengembangan terminal di Kabupaten Bombana adalah pengembangan terminal


tipe B dan tipe C. Pengembangan kedua terminal tipe ini mempertimbangakan
beberapa hal berikut:

 Ditetapkannya Kota Kasipute sebagai PPK dalam sistem perkotaan Kabupaten.


Artinya Kota Kasipute diharapkan mampu untuk melayani beberapa wilayah
disekitarnya, termasuk menjadi simpul pergerakan barang dan jasa.
 Kecamatan Poleang Selatan yang mempunyai potensi bangkitan dan tarikan
pelayanan, merupakan pusat pelayanan tersier dan diarahkan menjadi pusat
pelayanan sekunder, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Ibukota Kasipute.
 Mempunyai pola jaringan pelayanan dengan kecamatan Poleang, Pulau Kabaena dan
Waeputang.
 Kecamatan Kabaena Barat berpotensi sebagai pusat pelayanan tersier dengan
wilayah pelayanan Kabaena Timur, Kabaena Utara, dan Kabaena Selatan.

Bab 4 - 8
 Simpul terminal transportasi jalan Waeputang diarahkan sebagai asal tujuan pola
pelayanan angkutan persedaan dan angkutan perbatasan dengan Kota Metro dan
sebagai pusat simpul untuk pelayanan kecamatan Poleang, Poleang Selatan, Poleang
Barat dan wilayah terdekat lainnya.

Selanjutnya, untuk meningkatkan fungsi terminal Tipe B di Kasipute guna mendukung


status Kasipute yang direncanakan sebagai Pusat primer pelayanan (PPK), perlu
dilakukan pembenahan dalam hal infrastruktur pendukung terminal. Salah satunya
adalah jalan akses menuju terminal yang kurang menunjang. Jalan akses masuk terminal
kondisi perkerasan agak rusak, lebar kira-kira 4 m (tidak ada sempadan) sehingga hanya
dapat dilalui oleh kendaraan roda empat ukuran kecil. Rencananya, untuk mendukung
fungsi terminal Kasipute, jalan akses masuk terminal akan diperbaiki dan diperlebar.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengoptimalkan fungsi terminal di Kabupaten
Bombana yaitu.

1) Optimalisasi Terminal Tipe B

Optimalisasi terminal dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan lalu lintas yang
lancer, aman, nyaman, tertib, selamat dan berwawasan lingkungan. Optimalisasi ini
disesuaikan dengan pola perjalanan pergerakan orang maupun barang, jaringan jalan
dan pengembangan wilayah. Pengoptimalan terminal yang ada saat ini di Kasipute.

2) Normalisasi Terminal Kasipute

Normalisasi terminal dilakukan untuk meningkatkan fungsi terminal. Sedangkan


normalisasi kegiatan terminal dilakukan untuk meningkatkan kapasitas terminal.

3) Pengembangan Terminal Tipe C


Selain untuk kelancaran penyelenggaraan system angkutan penumpang,
pengembangan terminal tipe C dilakukan untuk mendukung perkembangan wilayah-
wilayah yang terisolir, sehingga pemerataan pembangunan di Kabupaten Bombana
dapat terwujud. Pembangunan terminal tipe C ini direncanakan pada beberapa
wilayah yaitu Bambaeya, Boepinang, Toari, Sikeli, dan Dongkala.

Dengan mempertimbangkan peran dan fungsi terminal yaitu untuk melayani naik-
turunnya penumpang dan perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi,
Kabupaten Bombana diharapkan mampu mengembangkan terminal dan sarana
pendukungnya, yang mampu melayani pergeranan intra dan antar kota sesuai dengan
kebutuhan angkutan dengan memperhatikan persyaratan pembangunan angkutan
dengan memperhatikan persyaratan pembangunan terminal seperti kondisi jaringan
trayek, lokasi berada di jalan arteri, kolektor atau lokal primer sesuai kelas jalan yang
dilalui dan jarak antara terminal sejenis serta kebutuhan lahan sesuai dengan dengan
penetapan simpul transportasi.

Tabel 4. 4 Rencana Pengembangan Terminal di Kabupaten Bombana

Bab 4 - 9
Jenis Terminal Nama Terminal Rencana Pengembangan
Terminal Tipe B Terminal Kasipute direncanakan sebagai Terminal Tipe B untuk
mendukung fungsi Kasipute yang direncanakan
sebagai PPK dan juga sebagai ibukota
Kabupaten Bombana. Rencana pengembangan
meliputi pembenahan sarana pendukung dan
infrastruktur terminal sehingga dapat
memenuhi kriteria terminal tipe B
Terminal Tipe C Terminal Bambaeya Pembangunan terminal baru
Terminal Boepinang Pembangunan terminal baru
Terminal Toari Pembangunan terminal baru
Terminal Sikeli Pembangunan terminal baru
Terminal Dongkala Pembangunan terminal baru
Sumber: Hasil Analisis, 2010

c. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan

dengan melihat peraturan yang ada bahwa dalam penyelenggaraan angkutan penumpang
telah ditetapkan mekanisme dan tata cara penyelenggaraan angkutan, untuk itu
diperlukan suatu penataan rute angkutan yang disesuaikan dengan pasokan dan
permintaan angkutan. Penataan rute tersebut dilakukan pada rute angkutan perkotaan,
angkutan pedesaan, dan angkutan sewa.

 Perencanaan Rute Angkutan

Pembukaan rute baru dilakukan dengan melihat potensi perjalanan dan prasarana
jalan yang memadai. Rute-rute yang kemudian dapat direncanakan dibuka antara
lain :

1) Rute Angkutan Pedesaan

Angkutan perdesaan adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat laian dalam satu
daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada di dalam
wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil
penumpang angkutan pedesaan yang direncanakan :

 Kasipute – Lora – Pamontoro/Liano


 Kasipute – Wumbubangka
 Kasipute – Pangkuri
 Bambaeya – Liano
 Bambaeya – Batuputih
 Boepinang – Toari Dalam
 Sikeli – Tedubara – Lengora
 Sikeli – Pongkalaero
 Sikeli – Lengora – Balo – Dongkala
 Sikeli – Tedubara – Pising.

2) Rute Angkutan Pedesaan

Bab 4 - 10
Rute angkutan khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan/atau tujuan tetap,
yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan,
permukiman, dan simpul yang bebeda. Kawasan khusus dalam hal ini adalah kawasan
andalan yang berpotensi untuk dilayani suatu angkutan. Kawasan khusus yang dapat
dilayani angkutan khusus meliputi Kawasan Agropolitan, Kawasan Wisata, dan
Kawasan Tambang.

2. Rencana Jaringan Transportasi Penyeberangan dan Laut


Rencana jaringan transportasi penyeberangan Kabupaten Bombana terdiri atas
penyeberangan Kasipute - Dongkala. Sedangkan pelabuhan penyebrangan Kabupaten
Bombana terdiri atas :

 Pelabuhan Kasipute di Kecamatan Rumbia; dan


 Pelabuhan Dongkala di Kecamatan Kabaena Timur

Rencana pengembangan pelabuhan laut dilakukan dengan pertimbangan untuk


meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan
dan dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi, kebijakan
pembangunan daerah, rencana zonasi kawasan pesisir, fungsi, skala pelayanan dan
keberadaan pelabuhan yang ada.

Rencana sistem jaringan transportasi laut Kabupaten Bombana meliputi pengaturan


tatanan kepelabuhanan, pengaturan alur pelayaran dan pengembangan sarana
pendukung pelayaran, untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan sistem
jaringan transportasi laut Kabupaten Bombana adalah sebagai berikut :

1. Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bombana terdiri atas :


a. pelabuhan utama, terdiri atas :
1. Pelabuhan Boepinang di Kecamatan Poleang
2. Pelabuhan Sikeli di Kecamatan Kabaena Barat; dan
3. Pelabuhan Kasipute di Kecamatan Rumbia
b. pelabuhan pengumpul, terdiri atas :
1. Pelabuhan Dongkala di Kabaena Timur; dan
c. pelabuhan pengumpan, terdiri atas :
1. Pelabuhan Toari di Kecamatan Poleang Barat; dan
2. Pelabuhan Masaloka di Kecamatan Masaloka Raya
d. pelabuhan khusus, terdiri atas :
1. Pelabuhan Pissing di Kecamatan Kabaena Utara; dan
2. Pelabuhan Lantari di Kecamatan Lantari Jaya
2. alur pelayaran Regional, terdiri atas :
a. Pelabuhan Sikeli-Kasipute ;
b. Pelabuhan Sikeli-Murhum
c. Pelabuhan Boepinang-Murhum

Bab 4 - 11
3. Rencana Pengembangan Bandar Udara
Sistem Jaringan Transportasi Udara saat ini masih belum tersedia, akan tetapi sebagai
upaya didalam menunjang keberlangsungan pengembangan wilayah dimasa yang akan
datang pembangunan bandar udara pengumpan yang melayani penerbangan PKN Kota
Kendari (Bandara Haluoleo) dan penerbangan ke PKN Kota Makasar (Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin) tersebut direkomendasi di Waemputang di Kecamatan
Poleang Selatan.

Gambar 4. 2 Peta Rencana Pengmabangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Bab 4 - 12
Bab 4 - 13
4.2.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
PRASARANA LISTRIK
Penyediaan listrik di Kabupaten Bombana dikelompokkan menurut rumah tangga,
perkantoran, perdagangan dan industri. Keterbatasan dalam kemampuan penyediaan
energi untuk masa kini diantisipasi dengan memprioritaskan pada kegiatan perkantoran
perdagangan dan industri kemudian prioritas berikutnya adalah rumah tangga. Untuk
sumber energi listrlk selain PLTD. dapat dipenuhi dengan pembangkit listrik tenaga Mini
Hidro dan pembangkit listrik tenaga Air.

Dikarenakan lokasi permukiman dan aktivitas masyarakat yang tersebar maka akan
sangat tidak efisien jika dalam usaha pemenuhan kebutuhan energi khususnya listrik
dilakukan secara konvensional yaitu disebarkan melalui transmisi kabel. Maka arahan
pengembangan pelayanan / pemenuhan kebutuhan listrik dilakukan dengan teknologi
mikrohidro, apalagi dengan topografi yang cukup curam ditambah dengan banyaknya
sungai maka pemenuhan kebutuhan listrik Kabupaten Bombana akan sangat lebih baik
jika menggunakan yang lebih dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.

Dengan teknologi ini maka pemenuhan kebutuhan listrik dapat dilakukan secara local.
Pengembangan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) akan sangat cocok
ditempatkan di lokasi-lokasi yang curam dimana sangat banyak terdapat di Kabupaten
Bombana.

Produksi listrik pada semua unit pelayanan di Kabupaten Bombana tahun 2009 sebanyak
7.935.442 KWH; jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2008) meningkat 136,48%
dan selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) meningkat dari 153.852 KWH (2005)
menjadi 7.935.442 KWH (2009). Keadaan dan perkembangan produksi listrik menurut
jenisnya keadaan tahun 2009 dan selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2005-2009).
Dengan kapasitas PLTMH rata sekitar 100-200 kWatt maka kira-kira akan diperlukan 20-
40 unit Pembangkit listrik Tenaga Mikrohidro. Adapun lokasi-lokasi yang sudah memiliki
PLTMH adalah di Lakambulo Pulau Kabaena, dan Pomontoro di Kecamatan Mataoleo.

Tabel 4. 5 Rencana Kebutuhan Listrik Kabupaten Bombana

Kebutuhan Kebutuhan/ tahun (KWH)


No. Keterangan
(KWH)/Unit 2022 2032
1 Perumahan K. Besar 2200 4,342,310 4,989,998
2 Perumahan K. Menengah 1300 9,018,643 10,363,841
3 Perumahan K. Kecil 900 9,018,643 10,363,841
Jumlah   22,379,595 25,717,680
Sumber : Hasil Rencana, 2010

Berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik dapat diketahui bahwa dalam waktu 5 tahun
kebutuhan listrik ini akan meningkat sebanyak 1 megaWatt atau setara dengan 5-10
PLTMH. Pemenuhan kebutuhan listrik ini untuk jangka panjang diharapkan tidak hanya
tergantung pada pembangkit-pembangkit listrik ukuran kecil saja, harus difikirkan

Bab 4 - 14
strategi pemenuhan kebutuhan listrik secara masal. Pembangunan pembangit listrik
skala besar ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan listrrik di Kabupaten Bombana dan
Pulau Buton secara umum nantinya. Sehubungan dengan program percepatan
pembangunan listrik 10.000 megawatt, dimana di Sulawesi Tenggara akan dibangun 2
PLTU dengan kapasitas masing-masing 12 MW. Diharapkan pembangunan PLTU ini akan
sedikit banyak membantu memperbaiki pelayanan kebutuhan listrik di Kabupaten
Bombana.

Maka berdasarkan kondisi tersebut dan melihat beberapa kebijakan lainnya, rencana
pengembangan pelayanan jaringan transmisi tenaga listrik dan gardu induk distribusi
tenaga listrik Bombana adalah sebagai berikut :

 Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), terdiri atas :


1. Pengembangan PLTMH Lakambulo Kecamatan Kabaena;
2. Pengembangan PLTMH Pomontoro di Kecamata Mataoleo;
 Mengembangkan sumber daya energi pembangkit listrik seperti pembangkit listrik
tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga mikrohidro, pembangkit listrik tenaga
surya dan pembangkit listrik tenaga biogas;
 Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik dan gardu induk distribusi tenaga
listrik, meliputi :
 mengembangkan dan menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku;
 memperluas jaringan (pemerataan) jaringan transmisi listrik ke seluruh wilayah;
dan
 mengembangkan gardu induk distribusi listrik untuk mendukung penyediaan tenaga
listrik ke seluruh wilayah.
 Pengembangan tenaga diesel di Kecamatan Rumbia dan di Kabaena Barat.
 Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik Bombana yang terdiri atas :
 Gardu induk tenaga listrik sebesar 20 KV yang terletak di Kecamatan Rumbia
 Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV yang melintasi
Kecamatan Rumbia, Lantari Jaya, dan Kecamatan Rarowatu Utara
 Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV, yang melintasi Kecamatan
Rumbia, Rarowatu, Poleang, Poleang Utara, Tontonunu, Mata Usu, Kabaena
Tengah, dan Kecamatan Kabaena Selatan.
 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), terdapat di Pulau Kabaena
 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), terdapat di Kasipute, Taubonto, Bambaea,
Boepinang, Sikeli dan Dongkala di Kabupaten Bombana

Bab 4 - 15
Gambar 4. 3 Peta Rencana Pengembangan Sistem Pengembangan Sistem Jaringan
Listrik

Bab 4 - 16
4.2.3 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
TELEKOMUNIKASI
Salah satu modal daerah untuk menarik investasi dan sekaligus meningkatkan
perekonomian wilayah adalah tersedianya infrastruktur telekomunikasi yang memadai.
Saat ini telekomunikasi nirkabel sudah bertumbuh kembang di Bombana. Mengingat
besarnya peran telekomunikasi memerlukan dukungan dari teknologi informasi seperti
telepon nirkabel dan internet, maka pengelolaan infrastruktur telekomunikasi yang
cenderung berteknologi tinggi ini perlu lebih baik lagi, seperti perlunya penggunaan
bersama BTS (join provider). Satu BTS dapat digunakan secara bersama dari 3-7
provider.

Efisiensi ini tidak saja akan mengurangi biaya masing-masing provider tapi juga akan
menciptakan estetika permukiman dan pengurangan dampak negatif dari sistem BTS
tersebut, seperti pengurangan sebaran (radius) radiasi dari pancaran elektromagnetik
BTS tersebut. Pengembangan jaringan internet ke seluruh kantor kecamatan dan
lembaga pelayanan publik lainnya. Pemanfaatan teknologi informasi juga akan
meningkatkan profesionalitas, efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas kerja
pemerintahan, baik secara internal maupun eksternal. Penentuan daerah pelayanan
dilakukan berdasarkan pertimbangan luas maksimum untuk komunikasi data. Daerah
pengembangan pelayanan jaringan telekomunikasi tersebut yakni diselutuh kecamatan.
Adapun pola permintaan sambungan telepon secara mikroskopik dibagi atas 4 kegiatan
utama yaitu : perumahan, jasa/pusat kota, industri dan fasilitas umum.

Rencana pengembangan sistem prasarana telekomunikasi dirumuskan untuk


meningkatkan kemudahan pelayanan telekomunikasi bagi dunia usaha maupun rumah
tangga, proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi terestrial di Kabupaten Bombana
untuk jaringan telepon umum yaitu ± 768 unit sedangkan untuk jaringan telepon
sambungan rumah ± 1.535 unit. Strategi pengembangan prasarana telekomunikasi di
Kabupaten Bombana, sebagai berikut:

a. Sistem jaringan kabel


1. Pembangunan jaringan prasarana telekomunikasi yang mengikuti jaringan jalan
utama dan berhirarki sesuai dengan klasifikasi jalan dengan cakupan pelayanan ke
seluruh pusat pelayanan dan wilayah pengembangannya.
2. Pengembangan dan peningkatan jaringan telepon umum pada kawasan pusat-pusat
pelayanan umum, seperti pasar serta jalan-jalan utama di tiap-tiap pusat pelayanan
dan wilayah pengembangannya.
3. Sistem jaringan telepon yang akan dikembangkan masih tetap memanfaatkan
sentral telepon otomat (STO) yang sudah ada di Kabupaten Bombana sehingga akan
menghemat dalam pembangunan jaringannya. Dari sentral telepon tersebut,
kemudian diteruskan ke Rumah-rumah Kabel (RK) dan diteruskan ke jaringan

Bab 4 - 17
transmisi yang selanjutnya ke drop wire dan akhirnya ke rumah-rumah atau ke
tempat kegiatan lainnya.
4. Sistem jaringan kabel primer dan sekunder saat ini sudah menggunakan kabel
bawah tanah, hanya dari kabel rumah box telepon pembagi menggunakan kabel
atas. Untuk waktu yang akan datang kurun waktu 2009 – 2031 sistem tersebut
diharapkan dapat ditingkatkan, untuk kawasan baru hendaknya sistem kabel atas
dari rumah box telepon pembagi ke rumah-bangunan sudah sistem bawah
tanah/sistem instalasi yang menyatu dengan rencana kawasan tersebut.

Untuk kabel primer dan sekunder di bawah tanah harus diatur pola jaringannya dengan
mengikiuti pola jaringan jalan yang ada di sisi jaringan jalan sebelah kanan, tidak satu
jalur dengan jaringan pipa air bersih dan dengan jaringan kabel listrik. Begitu juga
dengan jaringan kabel atas dari rumah box telepon pembagi ke rumah-rumah bangunan-
bangunan hendaknya mengikuti pola jaringan jalan atau gang/lorong yang ada disisi
sebelah kanan. Kabel primer-sekunder bawah tanah tersebut hendaknya ditempatkan
dalam satu box utilitas telepon khusus. Penempatan box utilitas telepon tersebut
hendaknya disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada dan atau rencana jalan yang ada.

Untuk rumah box pembagi telepon harus diatur peletakannya agar tercipta keindahan
dan kerapian kota. Rumah box pembagi telepon tersebut hendaknya diletakkan pada
luasan tertentu. Tidak terletak di bahu jalan atau trotoar dan untuk box telepon umum
direncanakan pada pusat-pusat kegiatan kota, mulai dari pusat utama kota, pusat sub
kota bagian wilayah kota, pusat kota kecamatan, pusat sub pembagian
kota/kelurahan/pusat lingkungan dan kawasan-kawasan fungsional kota dan ruas-ruas
jalan utama serta pertemuan 3 jalan utama atau lebih serta di komplek fasilitas
bangunan rumah. Sebagai acuan, standar pengadaan sarana telepon adalah 4 unit untuk
setiap 100 penduduk. Berdasar standar tersebut, maka pengembangan jaringan telepon
Kabupaten Bombana direncanakan dengan mengembangkan/meningkatkan STO serta
menambah Rumah Kabel (RK) guna meningkatkan kapasitas sambungan telepon
terpasangnya.

b. Sistem jaringan nirkabel

1. Mengembangkan sistem telekomunikasi nirkabel (selular) sebagai alternatif


pengganti telekomunikasi sistem kabel, melalui pembangunan BTS di seluruh wilayah
Kabupaten Bombana sehingga dapat menjangkau daerah yang jauh sekalipun.
2. Pada pembangunan BTS nantinya harus dapat memperhatikan kebutuhan lahan dan
lokasi penempatan BTS. Tower BTS harus tersebar merata agar dapat digunakan dan
dirasakan oleh semua masyarakat Kabupaten Bombana serta lokasinya tidak dekat
dengan permukiman atau tempat kegiatan/aktifitas penduduk.
3. Membatasi pembangunan tower BTS dan menerapkan sistem penggunaan tower
bersama.

Bab 4 - 18
untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 6 Rencana Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Bombana

Kebutuhan (Unit)
Jumlah
Tahun Pendudu
k (jiwa) Saluran Telepo
Rumah n Wartel
Tangga Umum
2012 141184 1412 706 141
2022 145165 1452 726 145
2032 149258 1493 746 149
Sumber : Hasil Rencana, 2011

Tabel 4. 7 Faktor Penetrasi Kebutuhan Telekomunikasi Untuk Beberapa Aktivitas


Umum Wilayah Kabupaten Bombana (2012 - 2032)

Jenis Pelanggan (Kegiatan) Faktor Penetrasi Satuan


Perumahan
-R1 0.8 – 2.0 Unit/bangunan
-R2 0.6 – 1.2 Unit/bangunan
-R3 0.4 – 0.8 Unit/bangunan
- Industri 1.0 – 2.0 Unit/Ha
- Jasa/Pertokoan 1.0 – 2.5 Unit/100 m 2
- Hotel 0.3 Unit/kamar
- Fasilitas Umum 1.0 Unit/bangunan
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2011

Bab 4 - 19
Gambar 4. 4 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Listrik

Bab 4 - 20
4.2.4 RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
Pemanfaatan sumber air untuk berbagai keperluan disatu pihak terus meningkat dari
tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pengembangan
aktivitasnya. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber air semakin terbatas malahan
cenderung semakin langka terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan
penurunan kualitas air akibat pencemaran dan aktivitas pertambangan yang ada di
Kabupaten Bombana.

Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan
ketegangan dan bahkan konflik akibat benturan kepentingan manakala permintaan
(demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber air untuk pemenuhannya
(supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara
pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber air baik dilihat dari aspek teknis
maupun aspek legal.

Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Bombana terdiri


atas : wilayah sungai (WS), jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, jaringan
air minum ke kelompok pengguna dan sistem pengendalian banjir. Wilayah Sungai (WS)
di Kabupaten Bombana terdiri atas :

a. Wilayah Sungai (WS) yang merupakan WS lintas kabupaten/kota yang merupakan


kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas :
 SWP DAS Kabaena meliputi 52 DAS dengan luas 88.534,10 ha yang terletak di
Kabupaten Bombana dan Buton;
 SWP DAS Poleang Roraya meliputi 147 DAS dengan luas 668.714,84 ha yang
terletak di Kabupaten Bombana, Kolaka, Konawe, Konawe Selatan, dan Kota
Kendari; dan
 SWP DAS Toari meliputi 60 DAS dengan luas 324.867,44 ha yang terletak di
Kabupaten Bombana, Kolaka, dan Kolaka Utara.
b. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada dalam wilayah Kabupaten Bombana,
terdiri atas :
 DAS Ampopala  DAS Molea
 DAS Babuuwa  DAS Napo
 DAS Bambaea  DAS Paku
 DAS Laea  DAS Paria
 DAS Lakampula  DAS Pekoya
 DAS Langkapa  DAS Poleang
 DAS Langkowala  DAS Rano
 DAS Lapulu  DAS Rolano
 DAS Lora  DAS Toari
 DAS Lora 1  DAS Wawodewa

Bab 4 - 21
1. Rencana pengembangan sistem jaringan irigasi di Kabupaten Bombana terdiri atas :
a. Interkoneksi antar jaringan irigasi yang merupakan wewenang tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten;
b. Melindungi DAS dan mengoptimalkan pemanfaatan jaringan irigasi untuk mengairi
lahan pertanian;
c. Melakukan pembangunan dan konservasi jaringan irigasi yang meliputi
pembangunan dan perbaikan pintu air diseluruh kecamatan dan normalisasi
jaringan irigasi diseluruh kecamatan guna mencegah pendangkalan; dan
d. Meningkatkan manajemen HIPPA/GHIPPA semua D.I (Daerah Irigasi) dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pengairan.
e. Daerah Irigasi (D.I) sebagaimana terdiri DI Batulasa dengan luas pelayanan 250
ha, DI Kasipute dengan luas pelayanan 673 ha, DI Langkowala dengan luas
pelayanan 639 ha, DI Taubonto dengan luas pelayanan 296 ha dan DI Toburi
dengan luas pelayanan 379 ha.

Arahan pengembangan sistem jaringan prasarana pengairan akan sangat tergantung


pada arahan rencana sektor pertanian. Persoalan yang dihadapi dalam pengembangan
prasarana irigasi di Kabupaten Bombana adalah surutnya debit aliran sumber-sumber air
sebagai akibat dari pendangkalan dan rusaknya kawasan tangkapan air (catchment
water area) akibat kegiatan perambahan hutan oleh masyarakat. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya sawah maka
sistem jaringan irigasi atau prasarana pengairan ini perlu untuk dikembangkan baik
berupa penambahan prasarana jaringan baru pada lahan-lahan sawah yang belum
terjangkau jaringan irigasi yang sebetulnya mempunyai potensi sebagai sentra produksi
padi maupun meningkatkan fungsi jaringan irigasi yang telah ada melalui usaha
intensifikasi.

Berdasarkan sistem mikro, irigasi dapat dibedakan menjadi irigasi teknis, setengah
teknis dan sederhana. Kriteria teknis irigasi diukur dari kualitas fisik irigasi (segi
bangunan fisik), sumber pembangunan irigasi tersebut, dapat/tidak diaturnya airnya,
luas areal yang dialiri, dan siapa pelaksana pembangunannya. Dalam hal ini jika yang
melakukan pembangunan dari pihak PU-Pengairan berarti irigasi teknis atau semi teknis,
sedangkan jika petani/masyarakat desa yang membangunnya berarti irigasi sederhana
atau non teknis. Selain itu ada juga irigasi desa, yang mana saluran irigasi ini dibangun
oleh pemerintah tapi perawatannya diserahkan pada masyarakat/desa yang
bersangkutan.

2. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air bersih di Kabupaten Bombana
terdiri atas :
a. meningkatkan dan mengembangkan sistem instalasi pengolahan air bersih (IPA) di
seluruh kecamatan yang mempunyai potensi air baku untuk sumber air;

Bab 4 - 22
b. pendayagunaan sumber daya air untuk air bersih tetap mengutamakan
pemanfaatan sumber air yang berasal dari air permukaan;
c. pemanfaatkan sumber air dengan debit dibawah 100 liter/detik meliputi sumber
mata air G. Jupa dan G. Kahar (di sekitar daerah Salosa) dan air terjun Sangkona
dengan kapasitas ± 30 liter/detik, sungai Poleang dengan kapasitas ± 50
liter/detik, Sungai Amotipa dengan kapasitas ± 20 liter/detik, pegunungan yang
terdapat di pulau Kabaena dengan kapasitas ± 20 Iiter/detik ditambah dengan
mata air panas yang berada di daerah Teomokole.
d. pemanfaatan air tanah dangkal di kawasan permukiman yang tersebar di seluruh
kecamatan dan dapat dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih domestik pada skala penggunaan individu (unit rumah tangga) yang relatif
kecil; dan
e. pemanfaatan potensi air tanah dalam di seluruh Kecamatan dengan perijinan dan
pengawasan oleh instansi yang berwenang.
f. Rencana pengadaan air bersih dan penampungan air hujan di Pulau Masaloka
yang tidak mempunyai sumber air bersih.

3. Rencana pengembangan jaringan air minum ke kelompok pengguna di kabupaten


Bombana terdiri atas :
a. pemanfaatan sumber air permukaan dan air tanah yang tersedia dengan
mengutamakan air permukaan;.
b. Jaringan air minum di Kecamatan Rumbia yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan.

4. Rencana pengembangan sistem pengendalian banjir di Kabupaten Bombana terdiri


atas:
a. Membentuk gugus tugas penanganan dan pengendalian banjir di seluruh
kecamatan;
b. Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada di seluruh
kecamatan;
c. Normalisasi sungai di seluruh kecamatan;
d. Membuat bangunan-bangunan pelindung tebing pada tempat yang rawan longsor;
e. Memasang pompa banjir pada kawasan terindikasi rawan banjir di semua
kecamatan; dan

Alternatif sistem penyediaan air minum secara garis besar ditunjukan pada tabel
berikut.

Bab 4 - 23
Tabel 4. 8 Rancangan Masing-Masing Komponen Sistem Sumber Air Baku Untuk Air Bersih

No Sumber Air Sistem Distribusi Bangunan Pengambilan Air Baku Pengolahan


1 Mata Air Mata Air  Bangunan Penangkap Air  Reservoir  Pengambilan mata air melalui Sumber air baku untuk
Konsumen bangunan penangkap air, bangunan mata air hanya
penangkap air ini dimaksudkan untuk memerlukan pengolahan
penyadapan air baku dengan kapasitas sederhana, dengan
yang diperlukan dan melakukan melakukan penyaringan
pengamanan dari potensi pencemaran. sederhana (saringan
Bagunan penangkap air ini harus pasir lambat).
mampu mempertahankan ketinggian
muka air mata air yang ada.
2 Air Tanah Air Tanah  Sumur bor/gali  Reservoir  Konsumen Bangunan pengambilan air tanah Pengolahan sumur dangkal
melalui sumur dangkal dan sumur dan sumur dalam tidak
dalam, adapun pemilihan lokasi sumur memerlukan pengolahan
khususnya untuk sumur dalam harus lebih lanjut, tetapi untuk
mempertimbangkan jarak dari sumber sumur dalam jika ada
pencemar potensial yang bisa indikasi dari sumur yang
menimbulkan pencemaran pada sumur sudah beroperasi yang
yang akan dibangun, dengan jarak lokasinya relative dekat
minimum sumur dari sumber pencemar mengandung zat besi maka
potensial, yaitu: diperlukan pengolahan
 100 meter dari tempat pembuangan aerasi dan filtrasi.
sampah, bengkel, pompa bengsin,
kegiatan industri yang menghasilkan
zat pencemar.

 50 meter dari sumur peresapan air


limbah

 30 meter dari WC cubluk, kandang


ternak, sawah atau tegal yang diberi
pupuk buatan maupun kompos dll.

 15 meter dari tangki septic, badan


air (sungai, rawa, danau atau
embung)

 7 meter dari saluran drainase,


selokan datau rumah.

Jika lokasi sumur berada pada daerah


tidak datar (miring) maka sumur tidak
boleh terletak bagian bawah dari
sumber pencemar.
3 Air Sungai Air Sungai dan Danau  Bangunan Sadap  Unit Pengolahan Pengambilan air baku dari air sungai Sumber air baku untuk air
dan Danau  Reservoir  Konsumen dan danau yaitu dengan sistem sungai dan danau
infiltrasi; pengambilan langsung dari pengolahannya
sungai; dan pengambilan langsung menggunakan instalasi
dengan intake terapung untuk danau. pengolahan sederha.
Kemudian sebelum
didistribusikan melakukan
pengambilan contoh air
untuk diuji kualitas air di
laboratorium yang disetujui
sesuai dengan parameter
pengujian, Melakukan
pengukuran untuk
kecukupan debit dengan
menggunakan alat ukur V-
Notch atau Cipoletti, untuk
debit besar menggunakan
Current meter,
Menentukan IPAS (Instalasi
Pengolahan Air Sederhana)
yang dapat berupa saringan
pasir lambat atau saringan
pasir cepat atau kombinasi
diantaranya
Gambar 4. 5 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasaran Sumber Daya
Air

Bab 4 - 26
4.2.5 RENCANA PRASARANA PERSAMPAHAN
Perencanaan pengembangan prasarana pengelolaan lingkungan meliputi perencanaan
jumlah serta lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA). Perencanaan ini bertujuan agar seluruh kecamatan dapat terlayani dengan
baik dalam hal pembuangan sampah. Penetapan lokasi TPS dan TPA didasarkan pada
kebutuhan tiap-tiap kecamatan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan.

Tabel 4. 9 Perkiraan Kebutuhan Prasarana Sampah Kabupaten Bombana

VOLUME TIMBULAN SAMPAH


JML PDDK KEBUTUHAN PRASARANA
(M3/HARI)
Tahun
DOMESTI NON- TONG/BI CONTAINE
(JIWA) TOTAL GEROBAK TRUK
K DOM N R
2012 143160 322,11 64,42 386,5 9663 193 64 21
3
2013 145165 328,44 65,69 394,12 9853 197 66 22
2014 147197 334,87 66,97 401,85 10046 201 67 22
2015 149258 341,43 68,29 409,71 10243 205 68 23
2016 151347 348,10 69,62 417,72 10443 209 70 23
2017 153466 354,89 70,98 425,8 10647 213 71 24
7
2018 155615 361,81 72,36 434,17 10854 217 72 24
2019 157793 368,84 73,77 442,61 11065 221 74 25
2020 160002 376,01 75,20 451,21 11280 226 75 25
2021 162242 383,30 76,66 459,96 11499 230 77 26
2022 164514 390,72 78,14 468,8 11722 234 78 26
7
2023 166817 398,28 79,66 477,93 11948 239 80 27
2024 169153 405,97 81,19 487,16 12179 244 81 27
2025 171521 413,79 82,76 496,55 12414 248 83 28
2026 173922 421,76 84,35 506,11 12653 253 84 28
2027 176357 429,87 85,97 515,8 12896 258 86 29
5
2028 178826 438,12 87,62 525,75 13144 263 88 29
2029 181329 446,53 89,31 535,83 13396 268 89 30
2030 183868 455,07 91,01 546,09 13652 273 91 30
2031 186442 463,78 92,76 556,53 13913 278 93 31
2032 189052 472,63 94,53 567,16 14179 284 95 32
Sumber : Hasil Analisis 2011

Keterangan:

Standar sampah/ orang = 2,5 liter/orang/hari


Gerobak pengangkutnya berkapasitas 1000 liter (1m3)

Dump Truck berkapasitas 10.000 liter (10 m3)

Bab 4 - 27
Berdasarkan analisis, pada tahun perencanaan 2022 Jumlah timbunan sampah di
Kabupaten Bombana sebesar 468,87 M3. Proyeksi timbunan sampah terbesar adalah
Kecamatan Poleang dan Rumbia, sedangkan timbunan sampah yang paling sedidit
berada di Kecamatan Mata Usu. Untuk proyeksi kebutuhan jaringan sampah, Kabupaten
Bombana membutuhkan 1 unit TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), 9 unit TPS (Tempat
Pembuangan Sementara), 26 unit Truck, 78 buah Kontainer, 238 Gerobak, dan 11722
Sampah.

Berdasarkan analisis, pada tahun perencanaan 2032 Jumlah timbunan sampah di


Kabupaten Bombana sebesar 567,16 M3. Proyeksi timbunan sampah terbesar adalah
Kecamatan Poleang dan Rumbia, sedangkan timbunan sampah yang paling sedidit
berada di Kecamatan Mata Usu. Untuk proyeksi kebutuhan jaringan sampah, Kabupaten
Bombana membutuhkan 2 unit TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), 22 unit TPS (Tempat
Pembuangan Sementara), 32 unit Truck, 95 buah Kontainer, 284 Gerobak, dan 14179
Sampah.

Rencananya, TPS akan diadakan untuk setiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Bombana. Sarana TPA sudah ada 2 unit yaitu di daerah Kecamatan Rumbia dan
Kecamatan Kabaena Barat.

Tabel 4. 10 Rencana Pengembangan TPA dan TPS

Jenis Lokasi Rencana Pengembangan


Tempat Pemrosesan Kecamatan Rumbia Pengembangan TPA
Akhir (TPA) Kecamatan Kabaena Barat Pengembangan TPA
Tempat Pembuangan 1. Kabaena Pengambangan TPS dilakukan di Setiap
Sementara (TPS) 2. Kabaena Utara Kecamatan Kabuaten Bombana
3. Kabaena Selatan
4. Kabaena Barat
5. Kabaena Timur
6. Kabaena Tengah
7. Rumbia
8. Mata Oleo
9. K, Masaloka Raya
10. Rumbia Tengah
11. Rarowatu
12. Rarowatu Utara
13. Lantari Jaya
14. Mata Usu
15. Poleang Timur
16. Poleang Utara
17. Poleang Selatan
18. Poleang Tenggara
19. Poleang
20. Poleang Barat
21. Tontonunu
22. Poleang Tengah
Sumber : Hasil Analisis, 2010

Bab 4 - 28
Sistem pengumpulan sampah dilakukan bersama dengan masyarakat. mayoritas
menggunakan sistem on site, sampah rumah tangga dikumpulkan dalam tempat sampah
lalu ditimbun atau dibakar. Penyimpangan yang terjadi adalah masih adanya masyarakat
yang membuang sampah secara langsung ke sungai atau saluran drainase yang ada.

Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan dinas terkait, melalui tahapan:

1. Pewadahan sampah (on storage), sistem penampungan sampah begitu sampah itu
diproduksi. Biasanya berupa tempat sampah.
2. Pengumpulan sampah (collection), sistem pengumpulan sampah dari wadah-wadah.
Dilakukan secara door to door dengan menggunakan gerobak sampah (maksimal 1
m3) dan dump truck.
3. Pemindahan sampah (transfer), yaitu penampungan sementara sebelum sampah
tersebut akan diangkut ke tempat pengolahan. Sarana pada sistem ini adalah
container atau transfer depo yang berfungsi sebagai TPS.
4. Pengangkutan sampah (transportation), sistem pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA.

Untuk mengetahui pengembangan rencana persampahan Kabupaten Bombana dapat di


lihat pada Gambar 4.6

Bab 4 - 29
Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Sistem Persampahan di Kabupaten
Bombana

Bab 4 - 30
4.2.6 RENCANA SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Rencana pengembangan prasarana air limbah di Kabupaten Bombana terdiri dari :
1. Rencana pengelolaan limbah rumah tangga meliputi:
a. pengelolaan limbah buangan rumah tangga secara terpadu dengan sistem riol
(saluran tertutup) pada kawasan padat penduduk sebagai antisipasi jika terjadi
lonjakan penduduk, sedangkan pada kawasan permukiman perdesaan yang
jumlah penduduknya relatif sedikit (kepadatan penduduk < 200 jiwa/Ha)
cukup dengan pengembangan pengalolaan limbah secara onsite system
(saluran terbuka);
b. mengarahkan program pemanfaatan septic tank di kawasan permukiman;
c. penyediaan sarana pendukung, yaitu penyediaan truk tinja untuk membantu
masyarakat mengatasi masalah limbah rumah tangga; dan
d. membangun Instalasi Pengolahan Limbah Tinja masyarakat di Kabupaten
Bombana.
2. Rencana pengelolaan limbah medis meliputi rumah sakit, puskesmas, klinik
bersalin, dan kegiatan lain yang menimbulkan dampak lingkungan.
3. Rencana pengelolaan limbah industry berupa pengembangan Instalasi Pengolaan
Air Limbah (IPAL) diseluruh kegiatan industry di Kabupaten Bombana.
4. Rencana pengelolaan limbah Kegiatan pertambangan emas berupa
pengembangan Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) diseluruh kegiatan
pertambangan emas di Kabupaten Bombana.
5. Mengembangkan, meningkatkan dan menangani sistem pengolahan limbah bahan
beracun dan berbahaya sehingga tidak mencemari kawasan pertanian maupun
permukiman.
6. Melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke
badan air melalui inventarisasi jenis limbah.

4.2.7 RENCANA SISTEM DRAINASE


Drainase merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan banjir agar air dapat
mengalir sehingga tidak menggenang, maka terdapat beberapa arahan pengembangan
prasarana drainase dan arahan sistem pengendali banjir untuk mengatasi jika debit air
sangat besar di Kabupaten Bombana, beberapa diantaranya yaitu :

a. Rencana pembangunan prasarana drainase dilakukan dengan menggunakan


sistem drainase terbuka.
b. Rencana pembangunan prasarana drainase mengikuti jaringan jalan yang ada.
c. Rencana pembangunan prasarana drainase ini lebih diutamakan pada kecamatan
yang mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan jasa
perkantoran, pusat permukiman kota, pusat pendidikan, dan pusat
pengembangan permukiman desa. Selain itu juga pada kawasan yang rawan

Bab 4 - 31
terjadi bencana banjir seperti pada Kecamatan Rumbia, Kecamatan Poleang,
Kecamatan Kabaena Barat, Kecamatan Poleang Selatan, dan Kecamatan
Rarowatu Utara.
d. Normalisasi dan pengerukkan secara berkala pada sungai yang terjadi
pendangkalan karena sungai merupakan drainase primer yang alami.

e. Menjaga kelestarian daerah tangkapan air hujan agar dapat maksimal


menampung air hujan dan mencegah terjadinya longsor yang mengakibatkan
terjadinya pendangkalan pada sungai-sungai.
f. Penghutanan sebanyak mungkin lahan-lahan kosong atau lahan-lahan hutan yang
dilaihfungsikan sebagai kawasan budidaya seperti bekas lahan pertambangan,
salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah kawasan Hutan Lindung yang
merupakan satu upaya yaitu membatasi dengan batas-batas yang tegas guna
menjaga fungsinya sebagai daerah tangkapan air.
g. Sistem pengelolaan sampah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
mengangkuti sampah dengan disiplin tinggi agar masyarakat tidak membuang
sampah ke sungai sehingga dapat menimbulkan banjir.
h. Sistem manajemen pemerintahan yang tanggap bencana banjir.
i. Arahan pengembangan sistem jaringan drainase Kabupaten Bombana meliputi :

 Penanganan drainase primer melalui program kali bersih, normalisasi dan


perawatan lainnya.
 Drainase sekunder dan drainase tersier dengan berbagai dimensi mengikuti
sistem jaringan jalan pada perkotaan di seluruh Kecamatan;
 Pembangunan sistem drainase yang terpadu dengan pembangunan sarana dan
prasarana perkotaan lainnya, yang mendukung rencana pengembangan
wilayah sehingga sistem drainase dapat berfungsi secara optimal.

4.2.8 RENCANA JALUR DAN RUANG EVAKUASI BENCANA


Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana untuk mengatasi bencana banjir, badai
pasang, abrasi, dan longsor meliputi:

a. jalur evakuasi bencana mengikuti pola jaringan jalan utama yang diberi rambu
untuk arah evakuasi; dan
b. ruang evakuasi bencana diarahkan di kantor desa dan bangunan sekolah pada
kawasan-kawasan rawan banjir meliputi Kecamatan Rumbia, Kecamatan
Rarowatu Utara, Kecamatan Kabaena Barat, dan Kabaena Timur.
c. ruang evakuasi bencana diarahkan di kantor desa dan bangunan sekolah pada
kawasan-kawasan rawan longsor Kecamatan Rumbia dan Kecamatan Rarowatu
Utara.
d. ruang evakuasi bencana diarahkan di kantor desa dan bangunan sekolah pada
kawasan-kawasan rawan abrasi Kecamatan Poleang dan Poleang Selatan.
Bab 4 - 32
Gambar 4. 7 Peta Rawan Bencana di Kabupaten Bombana

Bab 4 - 33
4.1 HIERARKI PUSAT PELAYANAN WILAYAH KABUPATEN BOMBANA........................2
4.2 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA SKALA KABUPATEN...........................6
4.2.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA TRANSPORTASI.....6
4.2.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LISTRIK............14
4.2.3 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI................17
4.2.4 RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR.....................................21
4.2.5 RENCANA PRASARANA PERSAMPAHAN................................................1
4.2.6 RENCANA SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH........................................5
4.2.7 RENCANA SISTEM DRAINASE............................................................5
4.2.8 RENCANA JALUR DAN RUANG EVAKUASI BENCANA..................................6

Gambar 4. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bombana..........................4


Gambar 4. 2 Peta Rencana Pengmabangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi.13
Gambar 4. 3 Peta Rencana Pengembangan Sistem Pengembangan Sistem Jaringan
Listrik..................................................................................................16
Gambar 4. 4 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Listrik.....................20
Gambar 4. 5 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasaran Sumber Daya
Air......................................................................................................26
Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Sistem Persampahan di Kabupaten
Bombana..............................................................................................30
Gambar 4. 7 Peta Rawan Bencana di Kabupaten Bombana................................33

Tabel 4. 1 Pembagian Pusat-Pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Bombana.........5


Tabel 4. 2 Pembagian Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Dalam Wilayah...................6
Tabel 4. 3 Sistem Jaringan Jalan Kabupaten Bombana..........................................7
Tabel 4. 4 Rencana Pengembangan Terminal di Kabupaten Bombana......................10
Tabel 4. 5 Rencana Kebutuhan Listrik Kabupaten Bombana..................................14
Tabel 4. 6 Rencana Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Bombana...........19
Tabel 4. 7 Faktor Penetrasi Kebutuhan Telekomunikasi Untuk Beberapa Aktivitas Umum
Wilayah Kabupaten Bombana (2012 - 2032).....................................................19
Tabel 4. 8 Rancangan Masing-Masing Komponen Sistem Sumber Air Baku Untuk Air Bersih
..........................................................................................................24
Tabel 4. 9 Perkiraan Kebutuhan Prasarana Sampah Kabupaten Bombana...................1
Tabel 4. 10 Rencana Pengembangan TPA dan TPS...............................................2

Bab 4 - 34

Anda mungkin juga menyukai