Product owner kemudian menunjuk product manager atau merangkap jabatan tersebut untuk
membangun development team
1. Flowchart
2. Wireframe
3. LO-FI design
B : Melakukan serangkaian riset atau test agar flowchart yang dibuat tidak membingungkan dan bisa
memberikan experience yang bagus bagi user.
C : Membuat desain interface yang tidak cuma estetis, tapi juga intuitif. Artinya, user diharapkan dapat
memahami kegunaan masing – masing fitur tanpa harus ribet menjelaskan.
HI-FI Design.
Berlanjut ke fase Implementasi. Seluruh perencanaan yang sudah dibuat di fase design akan dieksekusi
di fase ini.
Deployment Environment
Staging Environment
Fase ini akan dicapai setelah siklus riset – development-validasi atau yang disebut sebagai
iterasi yang berulang pada fase sebelumnya menghasilkan aplikasi yang layak untuk dirilis.
1. Development Environment
2. Staging Environment
3. Production Environment
4. Internal Release
5. Staggered Release
6. Full Release dan Live! Jadilah sebuah aplikasi. Tapi belum selesai sampai disitu. Setelah
aplikasi dirilis, development akan masuk ke fase maintenance.
f. Fase maintenance (maintenance) :
Memastikan aplikasi berjalan sebagaimana metinya.
Scrum master akan dipilih sebagai leader yang memimpin team untuk membantu
anggota team dan memastikan semua masalah yang ada dapat diatasi dengan baik.
Team member memastikan product dibuat sesuai arahan.
Dalam sepak bola, product owner adalah manager. Scrum master adalah kapten team. Seluruh fase
untuk membuat aplikasi sebagaimana yang sudah dijelaskan disebut sebagai SDLC atau System
Development Life Cycle atau Siklus Hidup Pengembangan Sistem dan karena terus diulang. Di Scrum ada
satuan waktu konstan yang disebut sebagai Sprint. Satu Sprint biasanya berdurasi 1 minggu sampai
maksimal 1 bulan. SDLC (System Development Life Cycle) adalah sebuah lingkaran yang berisi task –
task, sprint planning, sprint review, sprint retrospective dan sprint itu sendiri untuk menghasilkan
aplikasi yang diinginkan. Meeting harian ini tujuannya untuk melaporkan task apa saja yang sudah
dikerjakan, obstacle yang ditemui, target task hari ini, dan lain sebagainya. Biasanya, setelah satu sprint
diselesaikan, ada sesi khusus untuk membahas pencapaian tim yang disebut sebagai sprint review. Selain
membahas pencapaian, ada juga pembahasan non-teknis seperti : tingkat kebahagiaan, kekurangan dan
lain sebagainya yang dirangkum dalam sesi yang bernama sprint retrospective. Jadi begitulah sebuah
aplikasi dibuat. Sekarang mari kita rekap kembali, untuk membuat aplikasi dengan SDLC atau System
Development Life Cycle. Kita akan melewati tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. System Specification
2. Analysis Requirement
3. Architectural Design
4. Detailed Design
5. Coding & Debugging
6. Unit Testing
7. System Testing
8. Maintenance
Sistem bisa dikatakan sebagai kumpulan kumpulan yang kompleks dan saling berinteraksi dan tidak
selalu terdapat perangkat lunak didalamnya.
Karakteristik sistem contoh sederhananya adalah system penglihatan .
Karakteristik sistem:
What is Software ?
Computer programs and associated documentation such as requirements, design models and
users manuals.
Software products may be developed for a practicular customers or may be developed for a
general market.
Software products may be :
Generic – developed to be sold to a range of different customers e.g. PC software such
as Excel or Word.
Bespoke (custom) – developed for a single customer according to their specification.
New software can be created by developing new programs, configuring generic software
systems or reusing existing software.
Untuk proses dan pengolahan kerja tim. Di dalam pengembangan perangkat lunak sering dikenal
SDLC. Di fase yang berbeda memiliki keahlian yang berbeda – beda butuh lebih dari satu orang
pemilihan SDLC sesuai dengan karakteristik dari projek dan itu akan menentukan keberhasilan dari
suatu perangkat lunak yang dikembangkan. Waterfall model SDLC secara sequential :
1. Analysis : Stakefolder, Modelling dan Freezing,
2. Design
3. Implementation
4. Testing
5. Deployment
6. Maintenance
Kelemahan Waterfall model itu membutuhkan waktu yang lebih lama dan perannya terbatas. Biasanya
Waterfall model ini diterapkan pada projek perangkat lunak yang cukup dikenal. Komunikasi Analysist
dan stakefolder nyambung. Kebutuhan harus dipastikan diawal, requirements sulit untuk dibuat jadi
terciptalah prototyping bersifat iterative: (revisi 1 – revisi 2 – revisi 3) sampai programming.
1. Design
2. Prototyping
3. Customer Evaluation Customer approval
4. Review and Refine
Incremental Model :
1. System / information engineering : analysis – design – code – test
2. Delivery of 1st increment : analysis – design – code – test
3. Delivery of 2nd increment : analysis – design – code – test
4. Delivery of 3rd increment : analysis – design – code – test
5. Delivery of 4th increment : analysis – design – code – test
SDLC tidak bisa menyelesaikan satu projek saja membutuhkan beberapa projek, ketika
stakefolder itu dianalisis dan butuh kebutuhan yang diperlukan oleh kostumer. Semakin
lama membuat projek maka akan semakin mahal.
Ionic installation :
1. Install node.js
2. Run the command prompt
Check the version :
- Node –v
- Npm –v
3. Npm install –g @ionic/cli , ini untuk instalasi ionic
4. Npm install –g cordova , ini semacam notepad++
5. Check versi cordova
Cordova –v
6. Install template yang sudah ada :
Ionic start –list
Ionic start tabs –type=angularss, ditanya buat akun ketik ‘y’ berarti iya.
7. Ionic serve untuk menjalanka aplikasi ionic
8. Ionic serve –ls, untuk instalasi desain dengan berbagai kostumasasi dengan ionic labs
Kesimpulannya ionic dan cordova memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
menjalankan sebuah sistem tentu diperlukan skill yang ahli dalam membuat aplikasi itu
berjalan sesuai keinginan kita !.
Ionic merupakan aplikasi projek gratis untuk membuat aplikasi berbasis android, IOS,
dan Windows. ProSDK untuk ProDocs untuk membuat akun yang akan didaftarkan pada
Ionic
Project structure
Unique cli and project
What kind of name project and template did you want ?