Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS MEDAN AREA

hat++
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PSIKOLOGI

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL T.A. 2021/2022

MATA KULIAH : FILSAFAT UMUM


KELAS : B
SEMESTER : I (SATU)
HARI /TANGGAL : SENIN / 24JANUARI 2022
WAKTU : 17.00 - 18.40 WIB
DOSEN : Hasanuddin, Ph.D
SIFAT UJIAN : OPEN BOOK

SOAL:

Filsafat adalah ilmu yang berusaha menemukan penyebab terdalam untuk segala sesuatu
berdasarkan pemikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang yang merupakan konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan
sebagai sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dalam hal yang luas dan komprehensif dengan semua hubungan.
Anda diminta untuk menganalisis pemikiran dalam filsafat, sebagai berikut:

1. Konsep Ilmu yang dikaitkan dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi.


2. Perkembangan Ilmu menakup Zaman Ranaisans (Modern), Zaman Kontemporer,
dan Perkembangan Ilmu pada Postmodernisme.
3. Hakikat Pengetahuan yaitu Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan, serta Aspek-aspek yang
melandasi Ilmu dan Pengetahuan.
4. Moralitas dan Tantangan Ilmu Pengetahuan yang dikaitkan dengan Agama, Masa Depan
Manusia dan Krisis Kemanusiaan.
5. Kajian Ilmu Psikologi berdasarkan : a. Ontologi, b. Epistemologi, c. Aksiologi

SELAMAT UJIAN

VALIDASI
Ka. Prodi Magister Psikologi
Dr. Risydah Fadilah, M.Psi, Psikolog
LEMBAR JAWABAN
NAMA : DHEDEK RAMADHANI PERMATA SARI
KELAS/NPM : B/211804001
SEMESTER :1
PRODI : MAGISTER PSIKOLOGI
MATA KULIAH : FILSAFAT UMUM

1. Konsep ilmu yang dikaitkan dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi


Keberadaan landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi tidak bisa dilepaskan
dari ilmu. Ontologi itu sendiri membahas tentang apa yang ingin diketahui mengenai
teori tentang keberadaan. Kemudian epistemologi membahas mengenai bagaimana proses
memperoleh pengetahuan. Dan aksiologi membahas mengenai nilai yang berkaitan
dengan kegunaan atau manfaat dari pengetahuan yang diperoleh.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata: ontos yang
memiliki arti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau ilmu tentang. Jadi
secara sederhana, ontologi berarti ilmu atau studi tentang keberadaan atau ada. Di dalam
ilmu ontologi terdapat beberapa aliran, beberapa aliran ontologi terkenal yang berupaya
menjelaskan hakikat realitas antara lain: monisme, dualisme, pluralisme, materialisme,
idealisme, nihilisme, dan agnotisisme. Ontologi juga berbicara tentang realitas
supranatural, yaitu aliran mistisisme.
Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu
yang sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu
pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan. Epistemologi adalah suatu
disiplin ilmu yang bersifat evaluative, normative, dan kritis. Evaluatif berguna untuk
menilai, normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur bagi kebenaran suatu
pengetahuan, dan kritis berarti banyak mempertanyakan dan melakukan penalaran hasil
kegiatan manusia.
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti
layak atau pantas dan logos yang memiliki arti ilmu. Secara sederhana, aksiologi
mempelajari tentang manfaat atau nilai-nilai yang kita peroleh dari sebuah ilmu
pengetahuan.
Dari pengertian beberapa kajian filsafat di atas, kita dapat mengetahui bahwa
ketiga cabang ilmu ini dapat saling melengkapi. Jika ontologi mempelajari hakikat
keberadaan sesuatu yang ingin diketahui, maka epistemologi mempelajari bagaimana
cara mendapatkan pengetahuan tentang hal yang ingin diketahui tersebut. Dan kemudian,
aksiologi akan menjelaskan tentang manfaat dari pengetahuan yang diperoleh tersebut.

Contoh Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh ontologi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya yaitu ontologi rumah.
Pada zaman sekarang, banyak sekali model dan bentuk dari rumah semisal rumah susun
dan apartemen yang dimana bentuk rumah tersebut tidak ada pada zaman dahulu.
Menurut Plato, realitasnya adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu mengenali
tentang rumah. Meskipun kini banyak model dan bentuk rumah, namun ide tentang
rumah ini yang membuat kita tetap mengenali bahwa yang kita lihat adalah rumah.

2. Perkembangan Ilmu menakup Zaman Ranaisans (Modern), Zaman Kontemporer,


dan Perkembangan Ilmu pada Postmodernisme.
Zaman Ranaisans (Modern)
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia
sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara
abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap
bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau
sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah
yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan
ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme,
dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara
Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad
ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di
Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol
dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di
Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan
(aufklarung) pada abad ke-18 M.

Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman
ini ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang
semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan
paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan
teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini,
ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi
titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad
ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada
tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika.
Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan
mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk
penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”.
Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang
paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun1905 bernama “On the
Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended
in a Stationary Liquid“, mencakup penelitian tentanggerakan Brownian. Menggunakan
teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena,
yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia
pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen)
kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang
pada saat itu juga kontroversial.
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut
dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul The
Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian,
karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun
ini juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur
dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya.
Hal ini memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh
manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai
berpotensi memiliki manfaat medis yang besar.
Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat
pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan yang dilansir oleh
QXVDQWDUDQHZVZRUGSUHVVFRP sebagai penemuan yang merubah warna
dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin
pertanian), TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet,
Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan,
Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan
(laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera, video). Kini, penemuan terbaru di
bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain telah memberitakan penemuan
“Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua, profesor teknik elektro dan ilmu
komputer di University of California Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali
mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang
jauh lebih tinggi daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa mempertahankan
informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk
komputer untuk boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini
digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga seperti
itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).

Perkembangan Ilmu pada Postmodernisme.


Istilah postmodern secara harfiah berarti “setelah modern”. Istilah “modern”,
yang berarti zaman baru, berasal dari bahasa Latin modernus, yang telah digunakan sejak
abad ke-5 M untuk menunjuk batas antara era kekuasaan agama Kristen dan era
Paganisme Romawi (Smart, 1990). Istilah ini kemudian berkembang menjadi beberapa
istilah turunan yang kesemuanya menunjuk pada suatu kurun sejarah setelah era Abad
Pertengahan. Beberapa istilah tersebut adalah modernitas, modernisasi dan modernisme.
Dalam penggunaannya, seringkali terjadi tumpang tindih dan simplifikasi pengertian di
antara berbagai istilah ini. Meskipun demikian, diterima suatu kenyataan bahwa yang
diacu oleh istilah-istilah ini adalah suatu era kebudayaan baru yang ditegakkan oleh rasio,
subjek dan wacana antropomorfisme.
Sementara itu istilah modernitas (modernity) diartikan sebagai kondisi sosial
budaya masyarakat modern. Istilah ini sekaligus menggambarkan hubungan antara masa
kini dan masa silam, serta sebagai kurun sejarah yang berbeda dimana moderrnitas lebih
superior dibanding masa sebelumnya. Modernitas inilah, merujuk Calinescu, yang
merupakan era yang lebih dewasa, lebih utuh dan mendasar dalam aspek-aspek rasio,
religi dan estetika dibanding era sebelumnya (Smart, 1990). Modernitas sekaligus juga
menjadi titik awal baru lantaran ia menawarkan hal-hal baru seperti: pengetahuan, moral,
ilmu, kebudayaan, politik dan seni.
Postmodernisme awalnya memang merupakan reaksi terhadap modernisme.
Postmodernisme merujuk pada bentuk-bentuk kebudayaan, intelektual, dan seni yang
telah kehilangan hirarki atau prinsip kesatuan serta disarati kompleksitas ekstrim,
kontradiksi, ambiguitas, perbedaan, dan kesalingtautan sehingga sulit dibedakan dengan
parodi. Sementara itu, terma postmodernitas adalah istilah turunan postmodernisme yang
merujuk pada aspek-aspek non-seni sejarah yang dipengaruhi oleh berbagai gerakan baru,
terutama perkembangan dalam dunia sosial, ekonomi dan kebudayaan sejak tahun 1960-
an. Ketika pemikiran tentang penolakan terhadap modernisme diadopsi oleh ranah teori
yang lain, dalam beberapa hal ia menjadi sama dengan postmodernitas. Istilah
postmodernitas sendiri juga sering dikaitkan dengan poststrukturalisme (ala Michel
Foucault) dan dengan modernisme, dalam pengertian penolakan terhadap budaya borjuis
elit.
Istilah postmodern pertama kali dipergunakan sekitar tahun 1870-an dalam
berbagai bidang. Sebagai contoh, John Watkins Chapman menyuarakan "lukisan gaya
postmodern" yang berbeda dengan Impressionisme Perancis. Selanjutnya J.M.
Thompson, dalam sebuah artikelnya di tahun 1914 di jurnal The Hibbert Journal,
menggunakannya untuk menggambarkan perubahan sikap dan kepercayaan dalam
wilayah kritik agama (Smart, 1990).
Munculnya teori sosial postmodern selanjutnya telah mendorong perkembangan
ilmu-ilmu sosial kontemporer dewasa ini. Di satu sisi, munculnya teori sosial postmodern
patut diapresiasi. Merujuk Pauline M. Rosenau (1992), kemunculan teori-teori sosial
postmodern ini telah mendorong lahirnya kesadaran kritis dan reflektif terhadap
paradigma modernisme yang dianggap banyak melahirkan patologi modernitas.
Setidaknya terdapat enam patologi modernitas yang digugat oleh para pemikir
postmodern.
Pertama, lantaran pandangan dualistiknya yang membagi seluruh kenyataan
menjadi subjekobjek, spiritual-material, manusia-dunia, dan lain-lain, paham
modernisme telah melakukan tindakan objektivasi alam secara berlebihan dan
eksploitasi alam secara semena-mena.
Kedua, pandangan modern yang cenderung objektivistik dan instrumentalis-
positivistik akhirnya jatuh pada pembendaan (reifikasi) manusia dan masyarakat.
Sebagai akibatnya modernisme yang dahulu emansipatif kini justru bersifat
dehuman.
Ketiga, dominasi ilmu-ilmu empiris-positivistik terhadap nilai moral dan religi
menyebabkan meningkatnya tindak kriminalitas, kekerasan fisik maupun
kesadaran keterasingan dan pelbagai bentuk depresi mental.
Keempat, merebaknya pandangan materialisme, yakni prinsip hidup yang
memandang materi dan segala strategi pemuasannya sebagai satu-satunya tujuan.
Kelima, berkembangnya militerisme karena moral dan agama tidak lagi memiliki
kekuatan disiplin dan regulasi.
Keenam, bangkitnya kembali tribalisme, semangat rasisme dan diskriminasi, yang
merupakan konsekuensi logis hukum survival of the fittest ala Charles Darwin

Di sisi lain, kesemarakan yang menyertai perkembangan teori sosial postmodern


telah pula melahirkan euforia berlebihan yang menganggap paham postmodernisme akan
mengubur paham modernisme dan menjadi satu-satunya pandangan dunia yang benar.
Sikap demikian tentu saja bertolak belakang dengan keyakinan postmodernisme yang
justru menolak segala bentuk narasi besar (grand narratives) dan absolutisme kebenaran.

3. Hakikat Pengetahuan yaitu Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan, serta Aspek-aspek yang
melandasi Ilmu dan Pengetahuan.
Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Dari pengertian, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya dan disusun secara sistematis berdasarkan dengan metode ilmiah.
Sedangkan pengetahuan adalah informasi akan suatu kejadian yang belum teruji
kebenarannya.
Dari jangkauan, Pengetahuan memiliki jangkauan yang sempit. Karena dalam
pengetahuan kita hanya tahu saja tanpa mengerti bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi.
Misalnya pengetahuan bahwa atom tersusun dari bagian lain yang lebih kecil. Disini kita
tidak tahu apa itu bagian terkecil dan bagaimana susunan atom tersebut. Namun ilmu
memiliki jangkauan yang lebih luas. Karena ilmu menguji dan juga meneliti segala
sesuatu. Misalnya dalam ilmu fisika inti kita dalam mengetahui bahwa atom terdiri dari
proton, neutron, dan elektron. Ilmu juga mengetahui bahwa elektron memiliki tingkan
energi yang berdampak pada sifat fisik atom tersebut.
Dari Metode Pembuktian, Pengetahuan bersifat subjektif atau bergantung pada
siapa yang mengetahui hal tersebut. Pengetahuan membuktikan sesuatu bergantung pada
siapa yang membuktikannya. Jika ia seorang pemuka agama, pengetahuan akan
dibuktikan menurut agama yang dipercayainya. Jika ia seorang politikus, maka
pengetahuan akan dibuktikan menurut pemikiran politik dan kepentingannya.
Berbeda dengan ilmu yang selalu dibuktikan dengan metode ilmiah yang
sistematis. Dalam ilmu terdapat percobaan yang tersusun secara jelas dengan langkah-
langkah dan rambu-rambu yang sudah jelas. Hal ini membuat ilmu bersifat objektif.
Tidak peduli siapa yang membuktikan ilmu tersebut, yang akan dilihat hanyalah objek
penelitiannya saja.
Dari Kebenaran, Karena bersifat subjektif dan tidak terbukti secara ilmiah,
pengatahuan memiliki kebenaran yang tidak pasti. Beberapa pengetahuan bersifat
pendapat yang tidak terbukti apakah benar atau salah, melainkan hanya mengisi
kekosongan dari suatu pertanyaan saja. Namun ilmu merupakan sesuatu yang pasti
kebenarannya karena terbukti secara ilmiah dan bersifat objektif. Misalnya di negara
manapun, ilmuwan apapun, semuanya akan setuju bahwa kecepatan cahaya adalah
3x10^8 meter per sekon. Para ilmuwan di seluruh dunia sepakat tentang kebenaran dari
ilmu.

Aspek-aspek yang melandasi Ilmu dan Pengetahuan.


- Ontologi
- Epistemologi
- Aksiologi

4. Moralitas dan Tantangan Ilmu Pengetahuan yang dikaitkan dengan Agama, Masa Depan
Manusia dan Krisis Kemanusiaan.
Moralitas dan Tantangan Ilmu Pengetahuan yang dikaitkan dengan Agama
Agama merupakan seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan dunia ghoib, khususnya dengan Tuhan,  mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam
agama ada suatu keyakinan yang dianut oleh manusia untuk bertindak sesuai dengan apa
yang telah diyakininya sebagai respons dari manusia dalam menginterprestasikan tentang
apa yang dirasakan kepada Tuhan. Ajaran agama bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist,
yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk dan ajaran-ajaran tentang apa yang akan
kita lakukan dalam bertindak. 
Kita sebagai umat muslimin kita harus menjalankan apa yang telah diperintahkan-
Nya kepada kita agar kita selamat dari api neraka. Agama sebagai sistem keyakinan yang
akan mendorong atau penggerak serta pengontrol bagi kita untuk bertindak agar berjalan
sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari
kita tidak pernah lepas dari perilaku moral. Moral merupakan tata cara dalam kehidupan,
adat istiadat maupun kebiasaan yang didalamnya terdapat nilai perilaku yang harus
dilakukan dan dipatuhi dan dalam bertindak manusia harus bisa membedakan mana
tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, tindakan yang baik yang akan
dilakukan dalam setiap harinya dan menjadi kebiasaan.
W. Poespoprodjo mengatakan bahwa moralitas merupakan kualitas dalam
perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah,
baik atau buruk dengan kata lain moralitas ini mencakup tentang baik buruknya
perbuatan manusia. 
Franz Magnis Suseno juga mengatakan bahwa moralitas merupakan sikap hati
yang terungkap dalam perbuatan lahiriah, apabila orang mengambil sikap yang baik
karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari
keuntungan.
Agama berkaitan erat dengan moral, dalam kita bertindak dan menyikapi suatu
kejadian kita harus bisa berpegang teguh terhadap keyakinan yang kita miliki. Sebagai
umat muslim kita percaya akan adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan
kuasa dan kehendaknya. Untuk itu dalam menyikapi suatu kejadian kita harus bisa
mengkombinasikan sikap moral kita. Yaitu apakah perbuatan yang kita lakukan itu benar
ataukah salah. Tantangan utama ilmu-ilmu keislaman ditengah-tengah perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan modern, di antaranya adalah:
a. Di kalangan muslim dalam mengembangkan ilmu pengetahuan umumnya masih
banyak menggunakan logika deduktif.
b. Lebih menekankan pada studi pustaka dari pada studi atas realitas sosio-kultural
masyarakat.
c. Akibat point kedua diatas menyebabkan kurangnya literature tentang ilmu-ilmu yang
bernuansa empiris, seperti : Sosiologi Islam, Antropologi Islam, Psikologi Islam,
Ekonomi Islam dan sebagainya.
d. Belum adanya paradigm yang jelas tentang posisi nilai normatik Islam, eksistensi dan
struktur kelimuan yang ada di dalamnya.
Moralitas dan Tantangan Ilmu Pengetahuan yang dikaitkan dengan Masa Depan
Manusia
Agama dan ilmu memiliki beberapa perbedaan, yakni agama lebih
mengedepankan moralitas dan cenderung eklslusif, dan subjektif. Sementara itu, ilmu
selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif,
dan objektif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan
setelah mati, sedangkan ilmu member ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan
di dunia. Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang
bersebrangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam
membantu kehidupan manusia yang lebih layak.
Manusia merupakan makhluk yang “future-oriented”, tindakan dan pertimbangan
pada saat ini penting untuk meprediksikan persoalan–persoalan masa depan. Bahkan
sejarah penuh dengan contoh-contoh, baik tentang kekejaman manusia maupun tentang
pengorbanan yang telah dilakukannya dengan maksud untuk menjamin terjadinya suatu
hari depan yang lebih baik. Dalam pandangan agama, ilmu dan teknologi bukan
merupakan aspek kehidupan manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak
kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan
hidup (perfection of existence). Ilmu pengetahuan dan teknologi memakai “rasio” (akal)
yang tajam.
Kerohanian, kejiwaan agama memakai “intuisi” (wahyu) sebagai saranamasing-
masing untuk membuktikan kebenarannya dan menghayati hakikatnya. Ilmu pengetahuan
hingga kini dianggap sebagai pengawal kemajuan umat manusia yang secara umum
banyak diserang sebagai pembawa berbagai macam ketimpangan dan pencemaran fisik,
biologi, dan budaya. Maka asas keseimbangan harus diterapkan karena memang dalam
pembangunan senantiasa kita dihadapkan kepada krisis nilai-nilai insane dan masalah
untuk memanusiakan manusia itu sendiri; problema manusia tersebut tidak menjadi alat
atau korban dari ciptaannya sendiri.

Moralitas dan Tantangan Ilmu Pengetahuan yang dikaitkan dengan Krisis


Kemanusiaan
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan
ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang begitu hebat, ternyata
tanpa disadari teknologi itupun memenjarakan manusia. Artinya, penjara manusia tidak
berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapisemakin bertambah. Pada konteks inilah
manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama teknologi. Contohnya,
perkembangan rekayasa genetika ternyata membuat khawatir para pemerhati hak-hak
asasi manusia. Kerena dengan rekayasa genetika tersebut, manusia tidak memiliki hak
yang bebas lagi. Sementara itu, ketidakpastian juga merebak dari segi moral dan
kemanusiaan jika rekayasa genetika diterapkan pada manusia. Penyadaran terhadap
bahaya yang begitu besar bagi kemanusiaan perlu untuk dilakukan, terutama pada
penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan. Etika global perlu untuk
dirumuskan bersama, karena krisi akibat teknologi tidak hanya berdampak untuk negara
tertentu, tetapi mencakup semua negara.

5. Kajian Ilmu Psikologi berdasarkan : a. Ontologi, b. Epistemologi, c. Aksiologi


a. Ontologi
Kata ontologi, epistemologi dan aksiologi berasal dari bahasa yunani. Kata ontologi
berasal dari kata “ontos” yang berarti “berada ( yang ada) kata tersebut terdiri dari
dua suku kata logia artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetauan.
Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemlogi
merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. dan kata aksiologi berasal dari kata ‘’
logos’’ berarti ilmu pengetahuan.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
sesuatu objek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu, sikap jenis pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologiI) bagaimana
(epistemologi) dan untuk apa(aksiologi). Pada sejarahnya dulu masayarakat tidak
mengetahui gejala alam yang tidak bisa diramalkan oleh manusia, mereka
memberikan penalaran bahwa dewa hujan marah karena mereka tidak memberikan
sajen pada dewa sehingga datang nya sebuah gejala alam.
Ontologi membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang’’ ada’’
dengan perkataan lain bagaimana hakikat objek yang di telaah sehingga membuahkan
pengetahuan kemudian epistemologi membahas tentang bagaimana proses
memperoleh pengetahuan, sedangkan aksiologi adalah membahas tentang nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Ontologi mengarah pada hal yang sifat nya universal, metafisika yang
dimaksudkan pada pernyataan tersebut adalah segala sesuatu yang di anggap ada,
mempersoalkan hakekat (Bahrum 2013:35) Kita ketahui sang maha pencipta
meniupkan ruh yang luar biasa pada manusia yang di di fitrahkan “ suci” secara lebih
komperhensif fitrah dapat dimaknai sebagai kondisi yang penuh kebenaran dan
keluhuran.
Pada bahan materi psikologi bk di jelaskan didalamnya bahwa ontologi psikologi
adalah perilaku, khususnya perilaku manusia. “Perilaku adalah gerak dinamik psiko-
fisik serta lingkungan dalam kondisi tertentu melalui kegiatan BMB3 (Berpikir,
merasa, bersikap, bertindak, bertanggung jawab)”.
Pemahaman saya mengarah pada makna kajian dalam ontologi yaitu yang di
anggap ada, yang mana jika manusia tidak memiliki ruh dalam dirinya maka prilaku
tidak akan muncul pada manusia tersebut sesuai dengan defenisi yang sudah di
jelaskan sebelumnya mengenai prilaku. Perilaku ada dikarenakan adanya psiko-psik
manusia tersebut contohnya : manusia yang berpikir maka psikonya adalah berpikir
dan psiknya adalah otak, gelisah adalah psiko dan hati adalah psik . jika yang ada
hanya pisik saja maka manusia tidak dapat dikatakan berperilaku.
Jika ada yang menyatakan bahwa manusia dapat berperilaku hanya menggunakan
psiknya saja maka berrti dia menyamakan manusia dengan benda mati. Yang mana
benda mati tidak memiliki psiko di dalamnya. Kemudian kandungan ontologi dalam
psikologi konseling juga mengarah pada pelayanan profesional yaitu (pedagogik,
kepribadian, sosial, profesional)
Ontologi (pedagogik) ; konseling yang dilakukan konselor dengan mengupayakan
perkembangan dan penanganan kehidupan efektif sehari hari terganggu dengan fokus
pribadi mandiri yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai
jenis layanan dan kegiatan dalam pendukung dalam proses pembelajaran.
Pasal 1 ayat (1) UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan
bahwa: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potenssi dirinya untuk memilih kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam upaya pendidikan pada umumnya dalam proes
pelayanan konseling sesungguhnya klien yang terlibat didalammnya sedang berada
dalam suasana belajar.
Ontologi ( kepribadian ) : salah satu nya adalah beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa. Allah memberikan faslitas beserta petunjuk kepada manusia
untuk manusia dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Segala perlakukan yang
diberikan oleh konselor kepada kliennya dan tidakan yang diberikan menyesuaikan
dengan norma yang berlaku.
Ontologi (sosial) : jelas sekali adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh
konselor dengan klien, dimana konselor menerima klien dengan kondisi apapun tanpa
membeda bedakannya dengan yang lain, adanya kasih sayang dan kelembutan yang
diberikan konselor.
b. Epistemologi
Persoalan yang terkait pada epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang benar dengan mempertimbangan
aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Kajian epistemologi membahas tentang
bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus
diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran
dan apa kriterianya. Yang dapat di jadikan sebuah landasan pada epistemologi ini
adalah peroses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika,
estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral
dan keindahan seni.
Kemudian didalam materi yang diberikan oleh prof prayitno dalam mata kuliah
psikologi bk mengenai epistemologi “ penelitian, kondisi dan peranan unsur-unsur
jasmani, psikisi, lingkungan, kesadaran serta unsur BMB3, yang semua unsur itu
saling terkait dan bahkan terintergrasikan. Terbentuknya perilaku nyata yang
merupakan wujud integrasi unsur-unsur tersebut dengan dua arah yaitu KES dan
KES-T.
Maka dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kandungan epistemologi
dalam psikologi bk adalah adanya membahas mengenai bagaimana terjadinya
perilaku tersebut apa yang menyebabkan timbulnya perilaku yang di perlihatkan klien
sesuai dengan kondisi yang dirinya alami. Maka dengan itu beberapa penelitian
dilakukan untuk mengetahui dampak-dampak terjadinya permasalahan pada individu
dan apa yang dapat dilakukan sehingga individu dapat kembali memiliki kehidupan
yang efektif sehari hari. Semua unsur psikologi, pedagogi, kepribadian, dan unsur-
unsur konseling (seperti kondisi konselor dan klien, KES dan KES-T yang perlu
ditangani/ dikembangkan, serta jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling.
c. Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata yunani axio (nilai) dan logos ( teori), yang berarti teori
tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimilki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi merupakan
cabang ilmu filsafat yang mempertanyaakan bagaimana menggunakan ilmunya.
Aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh.
Aspek aksiologi yang pertama adalah etika etika tersendiri terbagi menjadi dua
yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif adalah yang merupakan
melukiskan tingkah laku moral sedangkan etika normatif adalah mendasarkan
pendiriannya atas norma. Aspek yang ke dua adalah estetika , estetika adalah salah
satu cabang ilmu filsafat yang mempersoalkan seni serta keindahan.
Secara ilmiah estetika didefenisikan sebagai ilmu yang mengarah pada nilai nilai
yang di hasilkan dari emosi-emosi sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan
sentimentalis atau cita-cita rasa ( selera). Aksiologi pada psikologi bk ditekankan
pada apa yang perlu dilakukan klien dan konselor, yaitu kegiatan belajar.
Belajar “ adalah upaya menguasai sesuatu yang baru melalui dinamika BMB3
yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang
tidak mau menjadi mau, dari yang tidak biasa menjadi terbiasa, dan dari yang tidak
bersyukur dan ikhlas manjadi bersyukur dan ikhlas.
Maka yang perlu dilakukan oleh konselor kepada klien adalah menjadikan klien
ber BMB 3 yaitu (berpikir, merasa bersikap, bertindak dan bertanggung jawab)
Kemudian BMB3 -5AS Diiringi prinsip TJS ( ilmiah, amaliah, imaniah). Semua yang
dilakukan konselor tersusun dalam prosedur perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
tindak lanjut, dan pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai