Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN NY. T DENGAN DIAGNOSA PEB POST SC(SECTIO CAESAREA)


DAN IUD
DI RUANG ICU SENTRAL

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN GADAR/KRITIS

Disusun Oleh:
IDA DWIYANTI (183210019)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
A. Konsep Dasar Pre Eklamsi
1. Pengertian
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh,
2014).
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia
kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan
adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset
hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).
Preeklamsi berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan penyakit ini umumnya terjadi pada
trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa (Maryunani, 2016).
Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem
lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien
tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai
sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan
kehamilan normal (POGI, 2016).
2. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam
kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih
dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang.
Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti
kenaikan berat badan > 1 Kg/per minggu.
2) Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.
Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kurang dari 500 cc

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan
serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
3. Etiologi
Penyebab preeklampsia ialah bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang
semakin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan
koma. Kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Teoriteori tersebut
ialah peran Prostaksiklin dan Tromboksan (Sukarni & Wahyu, 2013).
Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya adalah (Nuraini, 2017):
1) Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat
diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan
meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsia, serta peran Renin-AngiotensinAldosteron-System (RAAS) dimana
enzim renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk
meningkatkan tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan angiotensin
lalu membentuk sistem.
2) Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
3) Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat,
aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan
plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta
Riwayat Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko
preeklamsia antara lain adalah :
a) Malnutrisi Berat.
b) Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan Penyakit
Ginjal.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


c) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
d) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
e) Obesitas.
f) Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
4. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan
retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga
nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai
kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya
vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga
terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan mikro tempat
endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai
antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui
ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang
dilewati termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas
lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan
serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti,
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2017).

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022
5. WOC

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


6. Tanda dan Gejala
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau
sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang
terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4) Edema Paru.
5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6) Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara
kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin
masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia
(preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia
ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan
dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan
dalam waktu singkat (POGI, 2016).

7. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah
sebagai berikut (Marianti, 2017) :
1) Bagi Ibu

a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan
fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat
preeklamsia.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan
karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein
tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran
dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang
mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena
adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan
pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
2) Bagi Janin

a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
8. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia
adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45
u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l).
f) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
9. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai
berikut :
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan
infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada
usia kehamilan diatas 37 minggu.
B. Konsep Dasar Sectio Caesaria

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


1. Pengertian

Sectio caesarian adalah suatu tindakan pembedahan guna melahirkan anak


melalui insisi dinding perut abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2010). Sedangkan
menurut Sarwono, (2011) Sectio Caesarian adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
2. Anatomi dan Fisiologi

1) Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum (Bobak, 2010).

a. Struktur Eksterna

Gambar. 2.1 Sumber (Wijayanti, 2009)

a) Vulva adalah penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,


berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
b) Mons Pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
di atas simfisis pubis.
c) Labia Mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
d) Labia Minora terletak diantara dua labia mayora merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, tidak berambut yang memanjang ke arah dari
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchett.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


e) Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan.
f) Vestibulum suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
g) Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
b. Struktur Interna

Gambar. 2.2 Sumber (Wijayanti, 2009)

a) Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba


falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus.
b) Tuba Falopii , sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
c) Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus terdiri dari tiga bagian,
fundus, korpus dan istmus. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang
dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.
2) Anatomi Fisiologi Kulit & Abdomen

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


a. Lapisan Epidermis : Epidermis atau lapisan luar, terutama terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk,
Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
b. Lapisan Dermis : Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan
fibrosa dan elastin. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan
subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe dan saraf.
c. Lapisan Subkutan : Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi
banyak pembuluh darah dan ujung syaraf. Dalam hubungannya dengan
tindakan Sectio Caesarian, lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada
di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh
selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan Sectio Caesarian,
sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding
uterus.
d. Fasia : Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang
dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Para fasia
transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan
lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama
meliputi struktur tubuh.
e. Otot dinding perut anterior dan lateral : Rectus abdominis meluas dari
bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu
disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba
adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss
xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus
abdominis.
f. Otot dinding perut posterior : Quadrates lumbolus adalah otot pendek
persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke
crista iliaca
3. Tipe -tipe Sectio Caesaria
Menurut Oxorn & Forte, (2010) tipe – tipe Sectio Caesarian yaitu :
1) Segmen bawah : insisi melintang
Tipe Sectio Caesaria ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang,

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih di
dorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapang pandang. Keunungan
tipe ini adalah otot tidak dipotong tetatpi dipisah kesamping sehingga dapat
mengurangi perdarahan, kepala janin biasanya dibawah insisi sehingga mudah
di ektraksi. Kerugiannya adalah apabila segmen bawah belum terbentuk dengan
baik, pembedahan melintang sukar dilakukan.
2) Segmen bawah : insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel den dilebarkan dengan gunting tumpul
untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu dapat
memperlebar insisi keatas apabila bayinya besar, pembentukan segmen bawah
jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau adanya anomali janin seperti
kehamilan kembar yang menyatu. Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi
sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot.
3) Sectio Caesaria secara klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung
tumpul. Indikasi pada tindakan ini bila bayi tercekam pada letak lintang, kasus
placenta previa anterior serta malformasi uterus tertentu. Kerugiannya
perdarahan lebih banyak karena myometrium harus dipotong, bayi sering
diekstraksi bokong dahulu sehingga kemungkinan aspirasi cairan ketuban lebih
besar serta insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi.
4) Sectio Caesaria Extraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada
kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisata yang sering bersifat fatal. Tehnik pada prosedur ini relatif sulit,
sering tanpa sengaja masuk kedalam cavum peritoneal dan insidensi cedera
vesica urinaria meningkat.
5) Histerectomi Caesaria
Pembedahan ini merupakan Sectio Caesaria yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus. Indikasinya adalah perdarahan akibat atonia uteri setelah
terapi konservatif gagal, perdarahan akibat placenta previa dan abruption
placenta, ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki serta kasus kanker servik dan
ovarium.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


4. Indikasi Sectio Caesaria
Tindakan Sectio Caesaria dilakukan apabila tidak memungkinkan dilakukan
persalinan pervaginam disebabkan adanya resiko terhadap ibu atau janin dengan
pertimbangan proses persalinan normal yang lama atau keagagalan dalam proses
persalinan normal. Menurut Hartati & Maryunani, (2015) indikasi persalinan Sectio
Caesaria dibagi menjadi :
1) Persalinan atas indikasi gawat ibu :
a. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan dalam proses persalinan.
b. Kondisi panggul sempit.
c. Plasenta menutupi jalan lahir.
d. Komplikasi preeklampsia.
e. Ketuban Pecah Dini.
f. Bayi besar.
g. Kelainan letak
2) Persalinan atas indikasi gawat janin :
a. Tali pusat menumbung.
b. Infeksi intra partum.
c. Kehamilan kembar.
d. Kehamilan dengan kelainan kongenital.
e. Anomaly janin mislanya hidrosefalus.
5. Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesaria menurut Oxorn & Forte, (2010) yaitu
sebagai berikut :
1) Perdarahan yang terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran insisi uterus,
kesulitan mengeluarkan plasenta dan hematoma ligamentum latum.
2) Infeksi Sectio Caesaria bukan hanya terjadi di daerah insisi saja, tetapi dapat
terjadi di daerah lain seperti traktus genitalia, traktus urinaria, paru-paru dan
traktus respiratori atas.
3) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat
menyebabkan rupture uterus.
4) Ileus dan peritonitis.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan untuk Sectio Caesaria
yaitu:

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


1) Laboratorium
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
2) Pemeriksaan ECG.
3) Pemeriksaan USG
4) Amniosentetis terhadap maturitas pari janin sesuai indikasi
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis post Sectio Caesaria antara lain sebagai berikut:
1) Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama pasca operasi pasien masih puasa, maka pemberian
cairan melalui intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Diet
Pemberian cairan melalui infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar.
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5) Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Pemberian antibiotik dapat menurunkan resiko infeksipada luka post Secto
Caesaria, cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
b. Analgetik
Untuk meredakan rasa nyeri post operasi, pemberian obat ini umumnya
dibarengi dengan pemberian obat umtuk memperlancar kerja saluran cerna.
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian dan vitamin C.
6) Perawatan luka
Pada luka post operasi dilakukan perawatan untuk melihat kondisi balutan luka
apakah ada rembesan darah atau cairan lainnya serta kondisi luka post operasi
itu sendiri.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Identifikasi perubahan kondisi ibu pasca operasi untuk melihat adanya tanda-
tanda infeksi, perdarahan serta kondisi lainnya.
8) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari I post operasi jika memungkinkan dan
kondisi ibu sudah dapat mobilisasi penuh, maka dapat dilakukan management
laktasi.
C. Konsep Dasar IUD
1. Pengertian IUD
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus
(Hidayati, 2009).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormone
dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani,
2010).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik
(polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang
dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya
berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan,
sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau
menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma (Wiknjosastro, 2003).
2. Profil
Menurut Saifudin (2010), Profil pemakaian IUD adalah:
a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-
380A)
b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS).
3. Jenis – Jenis IUD
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen
dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup
baik. Menurut ILUNI FKUI ( 2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga)

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai
rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati (2009).
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan
lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke
ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran
30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plasti.
4. Cara Kerja
Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
a.Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
5. Efektivitas

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100
perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan Arum, 2009).
6. Keuntungan
Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1
kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak perlu
diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat – obat
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
7. Kerugian
Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:
a. Efek samping yang mungkin terjadi:
1) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi Lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2) Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
3) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
4) Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal
8. Mekanisme Kerja
a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.
Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga
menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang
mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi
sperma (Prawirohardjo, 2005).
b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami
perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista
tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-
penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian
AKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita (Wiknjoastro,
2005).
c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR
mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel elur dan sperma
sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah
hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme
yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau
penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
d. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
9. Kontra Indikasi
Menurut Kusumaningrum (2009), Kontra indikasi dari IUD:
a. Hamil atau diduga hamil
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
c. Pernah menderita radang rongga panggul
d. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Penderita kanker alat kelamin.
10. Efeksamping
Menurut Sujiantini dan arum (2009), Efeksamping IUD:
a. Perdarahan ( menoragia atau spotting menoragia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama
pemakaian)
d. Disminore
e. Gangguan pada suami ( sensasi keberadaan benang iud darasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
f. Inveksi pelvis dan endometrium
Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD meliputi,pada minggu
pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral
yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama, bahkan lebih
menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya
sesudah 3 bulan.
11. Peralatan Pemasangan IUD
Menurut Sujiantini dan arum (2009), Peralatan Pemasangan IUD:
a.Bivalue speculum ( speculum cocor bebek )
b. Tampontang
c.Tenakulum
d. Gunting

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


e.Mangkuk untuk larutan antiseptic
f. Sarung tangan dan barakscort
g. Duk steril
h. Kapas cebok
i. Cairan antiseptic ( betadin )
12. Perlengkapan Pemasangan IU
Menurut Sujiantini dan arum (2009), Perlengkapan Pemasangan IUD:
a. Meja ginekologi
b. Lampu sorot / lampu senter
c. Kursi duduk
d. Tempat klorin 0,5 %
e. Tempat sampah basah
13. Pemasangan IUD
Menurut Prawirohardjo (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan:
a.Sewaktu haid sedang berlangsung
Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu
agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang
timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinana
pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
b. Sewaktu post partum
Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:
1) Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan sebelum dipulangkan
dari rumah sakit
2) Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan setelah partus atau
abortus
3) Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga bulan setelah
partus atau abortus
c. Sewaktu abortus
d. Beberapa hari setelah haid terakhir
14. Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur
Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan
15. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang
Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD dipasang seorang
klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari
konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang
memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu
IUD dapat terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang
pertamanya dalam waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan
setelah masa menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan
pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang
tepat. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan
IUD secara mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.
Kunjungan ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan member
semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa
peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh
pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan
mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada
kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat
penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur klamedia
dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD
seperti dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan
harus menghubungi bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian sebelum
kunjungan tahunnya dapat ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang
ini.

D. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan, terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut
berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving dalam mendefinisikan suatu
asuhan keperawatan (Nur Salam, 2013). Berikut lima tahap konsep asuhan keperawatan
pada klien dengan preeklampsi:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan (Purba, 2019)
Pada tahap pengkajian peneliti memakai pendekatan dengan model
keperawatan Adaptasi Roy. Proses pengumpulan data dimulai dengan mengkaji data
demografi, dilanjutkan dengan pengkajian data stimuli umum, lalu pengkajian tahap
pertama atau First Level Assesment yang meliputi fisiologi, konsep diri, fungsi peran
dan ketergantungan atau interdependensi, kemudian pengkajian tahap kedua atau
Second Level Assesment yang meliputi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Pengkajian stimulus menitiberatkan pada faktor penyebab dan faktor pendukung
munculnya perilaku respon yang tidak efektif (Hidayati, 2014).

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


1) Data Demografi
Mengkaji identitas klien dan pasangan klien yang meliputi : Nama, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawina, Pernikahan, Lama Pernikahan,
Agama, Suku, No. Rekam Medis, Sumber Informasi dan tanggal dilakukan
pengkajian.
2) Stimuli Umum
Pada tahap ini selain Alasan masuk rumah sakit, Riwayat penyakit ibu sekarang
dan Riwayat penyakit yang lalu perlu dikaji, apakah ibu ada menderita penyakit
akut dan kronis. Pada riwayat penyakit keluarga hal yang perlu dikaji adalah
jenis penyakit keturunan serta penyakit penyakit menular lainnya yang pernah
diderita keluarga. Selanjutnya Riwayat Obsterti dan Gynecologi ibu yang perlu
dikaji adalah segala hal yang berhubungan dengan riwayat menstruasi ibu
termasuk menarche. Dilanjutkan dengan pengkajian terhadap Riwayat ANC,
Status obstetric ibu, Riwayat persalinan yang lalu, Riwayat perkawinan serta
Riwayat pemakaian alat kontrasepsi.

3) First Level Assessment


a. Pengkajian fungsi fisiologis
Pengkajian berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh, mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, terdisir dari 5 kebutuhan fisiologis dasar dan 4
kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis tersebut
adalah : Oksigenasi, Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas dan istirahat, Keamanan,
Sensori, Cairan dan elektrolit, Fungsi neurologis, Fungsi endokrin.
b. Pengkajian konsep diri
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi konsep diri pasien adalah dampak
penyakit, perubahan akan memberi dampak pada gambaran diri, ideal diri,
moral, etik dan spiritual pasien. Pengkajian difokuskan pada bagaiman
penerimaan pasien terhadap penyakit, terapi yang dijalani, harapan pasien
dan penatalaksanaan selanjutnya serta nilai yang diyakini terkait dengan
penyakit dan terapinya.
c. Pengkajian fungsi peran
Fungsi peran berkaitan dengan pola-pola interaksi seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, bagaimana peran klien dalam keluarga,

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


adakah energy dan waktu pasien melakukan aktifitas dirumah, apakah
pasien mempunyai pekerjaan tetap, bagaimanan dampak penyakit saat ini
terhadap peran klien, termasuk peran klien dalam masyarakat.
d. Pengkajian interdependensi
Pengkajian menggambarkan tentang ketergantungan atau hubungan klien
dengan orang terdekat, siapakah orang yang paling bermakna dalam
kehidupannya, sikap memberi dan menerima terhadap kebutuhan dan
aktifitas kemasyarakatan. Kepuasan dan kasih sayang untuk mencapai
integritas suatu hubungan serta keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Perlu juga dikaji
bagaimana pasien memenuhi kebutuhan interdependensi dalam keterbatasan
dan perubahan status kesehatan yang dialami.
4) Second Level Assesment
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan
perilaku seseorang.

Pengkajian :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama : kaji TTV dan adanya perdarahan
c. Riwatan kesehatan yang terdiri atas :
1)  riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat pergi ke RS / pada saat
pengkajian
2) riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan : kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien
dan jenis pembedahan
e. Riwayat penyakit dahulu : kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung. hipertensi, dll
f. Riwayat kesehatan keluarga : kaji adanya penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapt dalam keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi : kaji tentang menarche, siklus haid, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna, dan adanya dismenorea
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : kaji bagaimana keadaan anak, klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


i. Riwayat seksual : kaji mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahan
yang menyertainya.
j. Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan, elektrolit, eliminasi,
istirahat tidur, hygine, ketergantungan baik sebelum dan saat sakit 
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi perkusi dan auskultasi mulai dari ujung
kepala sampai ujung kaki
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan atau Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan cardiac out put
(COP).
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik,
perubahan permeabilitas pembuluh darah.
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler otak.
7. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NIC NOC
Keperawatan

1 Pola nafas tidak setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi frekuensi pernafasan


efektif keperawatan selama … x… dan kedalaman nafas
berhubungan pasien menunjukan keefektifan 2. Auskultasi bunyi nafas
dengan penurunan pola nafas. 3. Atur posisi pasien semi fowler
ekspansi paru. Kriteria hasil: pola nafas efektif 4. Kolaborasi pemberian O2 sesuai
dan frekuensi nafas menjadi indikasi 

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


normal (16-24 kali/menit)

2 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital


jaringan serebral keperawatan selama …x… 2. Pantau AGD (Analisa Gas
berhubungan diharapkan tidak terjadi Darah)
dengan penurunan gangguan perfusi jaringan 3. Monitor adanya diplopia,
cardiac out put serebral. pandangan kabur, nyeri kepala
(COP). Kriteria hasil: tekanan sistole 4. Kolaborasi pemberian cairan
dan diastole dalam batas elektrolit melalui parenteral (IV)
normal, dan tidak mengalami
nyeri kepala.

3 Kelebihan volume Tujuan:  setelah dilakukan 1. Pantau dan catat intake dan
cairan tindakan keperawatan …x… output setiap hari.
berhubungan volume cairan kembali 2. Pemantauan tanda-tanda vital,
dengan penurunan seimbang catat waktu pengisian kapiler
tekanan osmotik, Kriteria hasil: terbebas dari (CRT).
perubahan edema, tekanan kapiler paru 3. Memantau dan menimbang berat
permeabilitas dan tanda-tanda vital dalam badan ibu.
pembuluh darah. batas normal. 4. Observasi keadaan edema.
5. Berikan diet rendah garam sesuai
hasil kolaborasi dengan ahli gizi.

6. Kaji distensi vena jugularis dan


perifer
7. Kolaborasi dengan tim medis
lainnya dalam pemberian
diuretik.

4 Ketidak Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji asupan makanan yang


seimbangan nutrisi tindakan keperawatan selama dikonsumsi pasien terhadap
kurang dari …x… kebutuhan nutrisi yang kebutuhan pasien
kebutuhan tubuh kurang dapat teratasi. 2. Monitor mual dan muntah
berhubungan Kriteria hasil: kadar 3. Anjurkan pasien mengkonsumsi

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


dengan mual dan hemoglobin dan hematokrit makanan tinggi kalori tinggi
muntah dalam batas normal, berat protein.
badan terkontrol 4. Hindari makanan yang
merangsang seperti lemak.
5. Ciptakan suasana yang
menyenangkan waktu makan.
6. Berikan makanan hangat sedikit
tapi sering.
7. Berikan makanan yang bervariasi
sesuai dengan program diitnya 

5 Intoleransi Tujuan: setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda vital


aktivitas tindakan keperawatan selama sebelum dan sesudah aktivitas
berhubungan …x… aktivitas pasien dapat 2. Kaji adanya faktor yang
dengan kelemahan terpenuhi menyebabkan kelelahan
fisik Kriteria hasil: pasien 3. Instruksikan pasien tentang
berpartisipasi dalam aktivitas tehnik penghematan energy
yang akan dilaksanakan 4. Bantu untuk memilih aktivitas
maupun dibutuhkan pasien konsisten sesuai dengan
kemampuan fisik.
5. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan

6 Nyeri akut Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri


berhubungan tindakan keperawatan selama 2. Pertahankan tirah baring
dengan …x… nyeri 3. Minimalkan aktivitas
peningkatan berkurang/menghilang. vasokontriksi yang dapat
vaskuler otak. Kriteria hasil: wajah tidak meningkatkan sakit kepala
menyeringai, tidak pusing misalnya mengejan, batuk
panjang.
4. Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


7 Resiko cedera Tujuan: setelah dilakukan 1. Istirahatkan ibu
pada janin tindakan keperawatan …x… 2. Ajarkan ibu agar tidur  miring
berhubungan tidak terjadi cedera pada janin. kekiri.
dengan tidak Kriteria hasil: tidak ada tanda- 3. Pantau tekanan darah ibu
adekuatnya perfusi tanda gawat janin, DJJ janin 4. Kolaborasi pemberian obat
darah ke plasenta. dalam batas normal (120-160 antihipertensi
kali/menit).

4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi penguimpulan data berkelanjutan,
mengobservasirespon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
yang baru. Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi
yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan
dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu kandung kemih, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda
vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk
mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai
program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tgl, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Merupakan tahap
akhir dalam proses dalam keperawatan,dimana perawat mampu menilai apakah tujuan
dapat tercapai atau tidak mencakup SOAP. SOAP adalah yang bersifat sederhana,
jelas,logis,dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SAOP ini dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dalam cacatan kemajuan.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


• S (subjectif) : Data subjectif berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
• O (objectif) : Data objectif data yang tampak dari obsevasi melalui pemeriksaan
fisik.
• A (assesment) : Analisis dan interprestasi berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis tau
masalah pontesial, serta tidakna dilakukan tindakn segera.
• P (plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling
untuk tidak lanjut.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


Daftar Pustaka

Agustina, L. (2018). Asuhan Keperawatan Ny.M Post SC Indikasi PEB Di RSUD Bangil
Pasuruan. Retrieved from https://repository.kertacendekia.ac.id/media/298882-
asuhan-keperawatanpada-ny-m-dengan-diag-9eacec69.pdf. (Diakses pada tanggal 17
Januari 2022 pukul 20.57 WIB)
Anggraeni, D. (2011). Asuha Pada Bayi Baru Lahir. 7–33.
Bobak. (2010). Konsep Post Partum. Post Partum, 3(2), 9–16. Retrieved from
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-62812-
babii.pdf (Diakses pada tanggal 17 Januari 2022 pukul 21.08 WIB)
Faiqoh, E. (2014). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil
dengan terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Hartati & Maryunani. (2015). Konsep Asuhan Persalinan Sectio Caesarian.
Retrieved from http://eprints.stikes-aisyiyah.ac.id/891/7/BAB 15 KU.pdf (Diakses pada
tangga 17 Januari 2022 pukul 21.22 WIB)
Hidayati, R. (2014). Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Asuhan Keperawatan. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20391269-SPRahma Hidayati.pdf
(Diakses pada tanggal 17 Januari 2022 pukul 21.52 WIB)
Indah, R. (2010). Konsep dasar asuhan Neonatus, bayi & balita.
Kumalasari, I. (2014). Modul Bahan Ajar Asuhan Bayi Baru Lahir. (November), 1–116.
Lisa Margareta. (2017). Konsep Dasar Post Partum.
Marliana & Hani, T. (2018). WOC Preeklampsi. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/381045484/130854856-PathwayPreeklamsi-doc
(Diakses pada tanggal 17 Januari 2022 pukul 21.54 WIB)
Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan. Jakarta.
Nuraini,A.(2017). Pre Eclampsia. Retrieved from
http://repository.ump.ac.id/846/3/Affifah Nur Ariani BAB II.pdf (Diakses pada
tanggal 17 Januari 2022 pukul 21.55 WIB)
POGI.(2016).PNPK Pre Eklamsi. Retrieved from
https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/ (Diakses pada tanggal 17 Januari
2022 pukul 22.02 WIB)
Rusniati, H. (2017). Tindakan Keperawatan Post Partum Normal dan Adaptasi Fisiologi
Pada Ibu Postpartum Di Rumah Sakit Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan.

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022


Sukarni, I. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko

Dep. Keperawatan Gadar/KritisProdi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ICME Jombang 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai