5 3 1 PB
5 3 1 PB
Abstract: Islam and Democracy: Comparative Study Between Islamic Political and Democratic Western Theory. The
relationship between democracy and Islam has been disputed materials among Muslim scholars. One of them
said that democracy has similar understanding with the concept of Islamic politic, but the other one argued that
both concepts about politics are different. The present article tries to describe the concept of Islamic politics
and the relation to the democracy. The main question should be answered in this paper is whether the concept
of democracy is equal to Islam or even in dispute. In one side, democracy as a governmental system is not in
line with Islam because it does not mention clearly certain formulation of state. Otherwise, having humanity
values, the democracy has similar concept to Islam because the values and the principles of politic gathered by
democracy are not contradiction to the principles of Islamic politics.
Keywords: Islamic politics, Western democracy, egalitarian, freedom, pluralism
Abstrak: Islam dan Demokrasi: Studi Kompratif antara Teori Politik Islam dan Demokrasi Barat. Hubungan
demokrasi dan Islam sudah lama menjadi bahan perdebatan di kalangan tokoh Islam. Sebagian ada yang
berpandangan bahwa demokrasi sejalan dengan konsep politik Islam, sementara sebagian lain memandang
bahwa demokrasi dan politik Islam adalah dua konsep yang berbeda. Tulisan ini mencoba memaparkan konsep
siyasah Islam dan relevansinya dengan konsep demokrasi. Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dalam
makalah ini adalah apakah konsep demokrasi sejalan dengan Islam atau sebaliknya malah bertentangan. Pada
satu sisi, demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan atau bentuk negara tidak sejalan dengan Islam, karena
Islam sendiri tidak menjelaskan bentuk dan sistem Negara tertentu. Namun di sisi lain, demokrasi sebagai nilai-
nilai kemanusian bisa berjalan “bergandeng tangan” dengan Islam, karena nilai dan prinsip politik yang dibawa
oleh demokrasi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip siyasah Islam.
Kata kunci: politik Islam, demokrasi Barat, persamaan, kebebasan, pluralisme
43 |
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
Khusus pada masa Dinasti Umayyah dan Memasuki era modern, umat Islam dihadap-
Abbasiyah yang menganut model pemerintahan kan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
monarki; majlis syûrâ tetap ada, tapi fungsinya tak teknologi. Persentuhan dan interaksi dengan
ubahnya sekadar lembaga konsultasi yang tidak kebudayaan dan peradaban dunia modern
memiliki wewenang dalam mengangkat pemimpin (Barat), tidak dapat dihindari, termasuk dalam
pemerintahan.4 Meskipun memakai “bungkus” bidang politik dan pemerintahan negara. Salah
nama khalifah, namun substansinya jauh berbeda satu konsep dan gagasan politik Barat adalah
dengan pemerintahan khulafaur rasyidin. Bila pada demokrasi. Demokrasi telah menjadi isu penting
masa khulafaur rasyidin pengangkatan khalifah kehidupan masyarakat modern saat ini. Hampir
ditentukan lewat pemilihan dan baiat, namun tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak
di masa Daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah merespons ide-ide ini, bahkan oleh pemerintah
ditentukan oleh khalifah sebelumnya atau di- paling korup dan tirani sekali pun.
wariskan secara turun temurun. Meskipun model pemerintahan demokrasi
Mujar Ibnu Syarif merinci ada tujuh macam juga telah banyak diadopsi dan dipraktikkan oleh
model pengangkatan Kepala Negara yang di- negara-negara muslim, termasuk Indonesia, pro
praktikkan di masa awal pertumbuhan Islam, dan kontra di kalangan ulama dan pemikir Islam
meliputi metode penunjukan langsung oleh tentang demokrasi tetap berlangsung. Secara
Allah, metode pemilihan oleh ahl al-halli wa umum, kontroversi itu dapat dikategorikan ke
al-`aqdi, metode penunjukan melalui wasiat, dalam tiga kelompok: pertama, kelompok yang
metode pemilhan oleh tim formatur atau dewan mendukung sistem demokrasi dan menerimanya
musyawarah, metode revolusi atau kudeta, secara apa adanya; kedua, kelompok yang
metode pemilihan langsung oleh rakyat, dan mendukung sistem demokrasi dengan catatan
metode penunjukan berdasarka n keturunan.5 atau syarat tertentu, dan ketiga, kelompok yang
Pada bagian lain dari bukunya, Mujar menjelaskan sama sekali menolak demokrasi.8
bahwa sejak abad ke-7 Masehi umat Islam pernah Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini
mempraktikkan beberapa sistem pemerintahan mencoba memaparkan konsep pemerintahan Islam
yang meliputi: sistem pemerintahan khalifah, dan relevansinya dengan konsep pemerintahan
sistem pemerintahan imamah, sistem pemerintahan demokrasi. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam
monarki, dan sistem pemerintahan demokrasi.6 makalah ini antara lain: apa saja prinsip-prinsip
Dari berbagai sistem pengangkatan pemimpin Islam tentang politik? Apa saja perbedaan dan
politik pada periode klasik itu, sulit untuk persamaan antara konsep Islam tentang politik
menentukan cara mana sebenarnya menurut dan demokrasi? Apakah konsep demokrasi
syariat Islam. Berhubung tidak ada ketentuan sejalan dengan Islam atau sebaliknya malah
tegas dalam hal ini, pada tataran praktis cara dan bertentangan? Bagaimana pandangan ulama
modelnya bisa bermacam-macam. Al-Mawardi atau tokoh Islam tentang demokrasi? Apa saja
sendiri, demi kehati-hatian, tidak berani me- alasan atau argumen yang dikemukakan, baik
netapkan mana yang islami, sehingga ia lebih bagi kelompok yang menerima maupun yang
cenderung membenarkan semua cara di atas.7 menolak demokrasi?
tempat) dan cratein atau cratos (kekuasaan atau oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan
kedaulatan). Jadi, demos-cratein/demos-cratos rakyat, karena kedaulatan berada ditangan
adalah kekuasaan/kedaulatan rakyat, kekuasaan rakyat.
tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat 6. Henry B. Mayo
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan
Merupakan sistem politik yang menunjuk-
oleh rakyat.9
kan bahwa kebijakan umum ditentukan
Kemudian secara terminologis dapat di- atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
kemukakan beberapa pendapat para pakar yang diawasi secara efektif oleh rakyat
berikut: 10 dalam pemilihan-pemilihan berkala, yang
1. Josefh A. Schmeter didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
Merupakan suatu perencanaan institusional diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
untuk mencapai keputusan politik, dimana kebebasan politik
individu-individu memperoleh kekuasaan Demokrasi dijadikan pilihan oleh banyak
untuk memutuskan dengan cara perjuangan orang, didasari oleh tiga asumsi pemikiran, yaitu:
kompetitif atas suara rakyat.
1. Demokasi tidak saja merupakan bentuk
2. Sidney Hook final dan terbaik bagi sistem pemerintahan,
Adalah bentuk pemerintahan, dimana melainkan juga sebagai doktrin politik
keputusan-keputusan pemerintah yang luhur yang akan memberikan manfaat bagi
penting secara langsung atau tidak langsung kebanyakan negara.
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang 2. Demokrasi sebagai sistem politik dan
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. pemerintahan dianggap mempunyai akar
3. Phillipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl sejarah yang panjang (sejak Yunani kuno),
Merupakan suatu sistem pemerintahan, sehingga tahan banting dan dapat menjamin
dimana pemerintah dimintai tanggungjawab terselenggaranya suatu lingkungan politik
atas tindakan-tindakan mereka di wilayah yang stabil.
publik oleh warganegara, yang bertindak 3. Demokrasi dipandang sebagai sistem yang
secara tidak langsung melalui kompetisi dan paling alamiah dan manusiawi.
kerjasama dengan para wakil mereka yang Konsep demokrasi lahir dari pemikiran me-
telah terpilih. ngenai hubungan negara dan hukum di Yunani
4. Deliar Noer Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara antara abad 4 SM sampai dengan 6 M. Demokrasi
mengandung pengertian bahwa pada tingkat yang berlangsung masa tersebut adalah demokasi
terakhir, rakyat memberikan ketentuan dalam langsung (direct democracy), artinya rakyat dalam
masalah-masalah mengenai kehidupannya, menyampaikan haknya untuk membuat keputusan
termasuk dalam menilai kebijakan negara, politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
karena kebijakan tersebut menentukan warganegara, berdasarkan prosedur mayoritas.
kehidupan rakyat. Sifat langsung tersebut berjalan secara efektif,
karena negara kota (city state) Yunani Kuno
5. Moh. Mahfud. MD
berlangsung dalam kondisi sederhana dengan
Dari sudut organisasi, demokrasi berarti
wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah
pengorganisasian negara yang dilakukan
kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar
300.000 orang. 11
9
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Menjelang akhir abad pertengahan, spirit
Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep
Demokrasi 1966-1993, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), h. 71.
10
Kurniawan, Civic Education: Pendidikan Kewarganegaraan, 11
Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Kenegaraan
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
dan keinginan untuk menjalankan demokrasi dan lembaga-lembaga dari masa renaisance
tumbuh kembali, yang ditandai dengan lahirnya yang dimulai pada abad ke-16. Ide-ide yang
Magna Charta (piagam besar) sebagai suatu dimaksud adalah gagasan sekularisme yang
piagam yang memuat perjanjian antara kaum diprakarsai Niccolo Macheavelli (1469-1527),
bangsawan dan raja John (Inggris) dengan gagasan Negara Kontrak oleh Thomas Hobbes
bawahannya. Kelahiran Magna Charta, disebut (1588-1679), gagasan tentang konstitusi negara
sebagai tonggak baru kemunculan Demokrasi. dan liberalisme serta pemisahan antara kekuasaan
Dalam Magna Charta ditegaskan bahwa raja legislatif, eksekutif dan yudikatif lembaga fideral
mengakui dan menjamin beberapa hak dan oleh John Locke (1632-1704) yang kemudian
preveleges bawahannya termasuk rakyat jelata disempurnakan Baron de Montesquieu (1689-
sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi 1755), serta ide tentang kedaulatan rakyat dan
keperluan perang dan lain-lain. Selain itu, di social contract yang diperkenalkan Jean-Jacques
dalamnya memuat dua prinsip yang sangat Rousseau (1712-1878).14
mendasar; pertama, adanya pembatasan ke- Secara umum, dalam sejarah perkembang-
kuasaan raja, kedua, hak asasi manusia lebih annnya ada dua model demokrasi: demokrasi
penting daripada kedaulatan raja. 12 langsung (direct demokrasi) dan demokrasi
Selanjutnya perkembangan demokrasi di- perwakilan (representative democracy). Dalam
ilhami oleh gerakan-gerakan kultural yang demokrasi langsung, keputusan politik di-
muncul di Eropa Barat, yaitu renaissance dan tentukan oleh warga negara dalam suatu
gerakan reformasi. Renaisans di Eropa yang pertemuan bersama. Ini hanya dimungkinkan
berintikan akal pikiran bertujuan untuk mencipta bila penduduknya kecil. Demokrasi model ini
dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sebagaimana yang pernah diterapkan dalam
mengilhaminya. Pada masa renaissance semua negara kota Yunani Kuno sedikit pengaruhnya
ikatan yang ada digantikan dengan kebebasan terhadap demokrasi modern. Demokrasi per-
bertindak seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan wakilan mulai berkembang abad ke-18 dan 19 M
yang dipikirkan. Gerakan reformasi merupakan di Eropa dan Amerika di mana keputusan diambil
suatu gerakan revolusi agama (pada abad ke-16), berdasarkan suara terbanyak. Pemilihan umum
yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan dalam secara teratur, hak pilih bagi orang dewasa,
gereja Katolik, saat kekuasaan gereja dominan kebebasan mendirikan organisasi/partai politik,
dalam menentukan tindakan warganegara. oposisi, kebebasan berbicara, supermasi hukum,
Revolusi agama yang dimotori Martin Luther hak-hak sipil dan minoritas mutlak merupakan
menyulut api pemberontakan terhadap dominasi bagian dari demokrasi perwakilan.15
gereja yang telah mengungkung kebebasan Ada beberapa macam prinsip dan asas
berpikir dan bertindak. Gerakan reformasi demokrasi yang dikemukakan oleh para ahli.
intinya memberikan penegasan pemisahan antara Menurut Abdillah, prinsip-prinsip demokrasi
kekuasaan gereja dengan negara. Kekuasaan terdiri dari:
gereja mengatur hal yang terkait dengan
1. Persamaan.
masalah agama, sedangkan negara mengatur
Memberi penegasan bahwa setiap warga
hal yang terkait dengan masalah kenegaraan.
negara (rakyat biasa atau pejabat), mem-
Dari sinilah ilham gerakan demokrasi Barat di
punyai persamaan kesempatan dan ke-
abad pertengahan mencuat.13
samaan kedudukan di muka hukum dan
Demokrasi modern yang berjalan ini tidak
pemerintahan.
lagi didasarkan atas pemikiran demokrasi Yunani
tersebut, melainkan dikembangkan dari ide-ide
14
The New Encyclopedia Britannica, (Chicago: University
of Chicago Press, 1988), vol. 4, h. 5.
12
Kurniawan, Civic Education..., h. 175. 15
Hasan Sadiliy dkk., Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Pt.
Ihsan Nul Hakim: Islam dan Demokrasi
menegaskan bahwa Allah menyempurnakan yang memuat sistem politik tertentu. Al-Nabhani
kewajiban-kewajiban, hukum-hukum, perintah dan misalnya mengatakan bahwa Islam memiliki sistem
larangan, yang halal dan yang haram, berbagai pemerintahan yang sama sekali berbeda dengan
ibadah yang berhubungan dengan urusan agama sistem-sistem pemerintahan yang ada di dunia,
bagi manusia serta wahyu yang diturunkan kepada baik dari segi asas berdirinya, pemikiran, standar
Rasul-Nya.20 dan aspek hukum-hukum yang dipergunakan
Begitu pula ayat yang kedua (al-An`âm [6]: untuk melayani kepentingan masyarakat maupun
38) dan yang ketiga (al-Nahl [16]: 89), juga tidak dari aspek undang-undang dasarnya, ataupun
menyebutkan bahwa Alquran mengandung sistem dari aspek bentuk yang menggambarkan wujud
politik, sistem ekonomi, sistem pendidikan, negara Islam.23 Bentuk pemerintahan Islam bukan
sistem pertahanan dan sebagainya. Tapi yang pemerintahan monarki, bukan pemerintahan
dimaksud dengan ungkapan “tidak Kami alpakan republik, bukan pemerintahan dinasti/kekaisaran,
sesuatu di dalam Alquran” dan “Alquran juga bukan pemerintahan federasi, bentuk
(untuk) penjelasan bagi segala sesuatu” adalah pemerintahan Islam adalah pemerintahan
berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan khilafah,24 yang ditegakkan di atas empat pilar
dan pokok-pokok kebahagian dunia dan akhirat. berikut ini: (1) kedaulatan di tangan rakyat, (2)
Menyangkut “penjelasan bagi segala sesuatu”, kekuasaan milik umat, (3) baiat yang wajib bagi
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa surat al-An`âm seluruh kaum muslimin, (4) hanya khalifah yang
ayat 38 tersebut mengandung penjelasan berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap
tentang pengetahuan Allah tentang segala hukum-hukum syara`.25
makhluk yang ada di muka bumi (dâbbah). Di sisi lain, terdapat sekelompok orang yang
Segala hal dijelaskan di dalam kitab-Nya, yaitu berpendapat bahwa Islam tidak menentukan
menyangkut nama, jumlah, perkiraan, gerak dan sistem dan bentuk pemerintahan yang harus
diamnya. Dia tidak luput memberikan rezeki dan diikuti umat. Pendukung kelompok ini antara
mengatur jenis makhluk apa pun.21 Menyangkut lain M. Abduh, Ibnu Taimiyah dan Husein Haikal.
surat al-Nahl ayat 89, menurut Quraish Shihab, Islam dalam pemahaman Abduh tidak menetapkan
ungkapan “segala sesuatu” bila berkaitan dengan suatu sistem atau bentuk pemerintahan, pilihan
Alquran penafsirannya haruslah dikaitkan dengan diserahkan kepada perkembangan berpikir umat.
fungsi dan tujuan kehadiran kitab suci tersebut. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa disesuaikan
Fungsinya adalah menjelaskan keesaan Allah, dengan kehendak umat melalui ijtihad dan tidak
tuntunan-tuntunan-Nya serta hukum-hukum berdasarkan kepada sistem syariat yang kaku
agama yang mengantarkan kepada kebahagian dan tegas. Sedangkan menurut Haikal, Islam
manusia di dunia dan akhirat. 22 sebenarnya tidak menetapkan sistem tertentu
Berdasarkan uraian singkat ini, dapat di- bagi pemerintahan, akan tetapi ia menetapkan
tegaskan bahwa Alquran merupakan penjelasan kaidah-kaidah atau prinsip muamalah dalam
menyangkut segala sesuatu dalam persoalan di kehidupan antar manusia yang menjadi dasar
atas. Jadi, ketiga ayat di atas sebenarnya tidak untuk menetapkan sistem pemerintahan yang
berbicara tentang politik, terutama sistem berkembang sepanjang sejarah.26
pemerintahan Islam. Hal yang sama juga ditegaskan oleh
Namun, tetap ada keyakinan dari kalangan Muhammad Izzat Darwazah. Menurutnya, tidak
muslim yang menganggap Islam sebagai agama ada ayat dalam Alquran yang menyebutkan bentuk
negara dalam Islam. Karena itu, bentuk negara
20
Muhammad ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi` al-Bayân fi Tafsîr
al-Qur’ân, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1984), jilid IV, h. 80. 23
Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam,
21
Muhammad Nasib al-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. ke-6, h. 25.
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jilid II, h. 1056. 24
Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, h. 26-30.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera 25
Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, h. 39-45.
Ihsan Nul Hakim: Islam dan Demokrasi
dalam Islam berkembang sesuai kondisi zaman 193, 216; al-Taubah [8]: 12)
dan tempat semenjak zaman Nabi Muhammad 9. Prinsip Administrasi (QS. al-Baqarah [2]: 282-
hingga zaman sekarang.27 283)
Bila diperhatikan sumber ajaran Islam, 10. Prinsip HAM: hak hidup (QS. al-Isrâ’[17]: 33),
memang tidak ada aturan yang jelas dalam hak milik pribadi (QS. al-Baqarah [2]: 188;
Alquran maupun hadis yang menyebutkan al-Nisâ’[4]: 29, 32), hak atas penghormatan
bentuk dan sistem negara yang harus dijalankan pribadi (QS. al-Nûr [24]: 27; al-Hujurât [49]:
masyarakat muslim, termasuk aturan bagaimana 11-12), Hak berpendapat dan berserikat (QS.
mekanisme kekuasaan yang ada, apakah mesti al-Nisâ [4]: 59; Ali Imran [3]: 103; al-Ashr
ada pemisahan (separation of power), pembagian [103]: 3), hak pembelaan diri dan persamaan
(distribution of power) atau penyatuan kekuasaan di depan hukum (QS. al-Nisâ’ [4]: 58; al-Syûrâ
(integration of power) antara kekuasaan legislatif, [42]: 41)
eksekutif dan yudikatif.
11. Prinsip amar makruf nahi munkar atau oposisi
Meskipun demikian, baik Alquran maupun (QS. Ali Imran [3]: 110.
hadis memberikan petunjuk berupa prinsip-
Di samping ayat-ayat Alquran, juga terdapat
prinsip dasar yang bersifat umum tentang sistem
sejumlah hadis yang dikategorikan sebagai dasar
pemerintahan. Dengan merujuk sejumlah ayat
dan prinsip syariat Islam tentang kehidupan
yang menjadi dasar pandangan syariat tentang
bermasyarakat dan bernegara. Merujuk kepada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dapat
sejumlah hadis nabi, dapat disarikan poin-poin
dikemukakan beberapa prinsip siyasah Islam
terkait ajaran politik Islam sebagaimana berikut:
sebagai berikut:
1. Prinsip kebutuhan akan pemimpin (HR. Abu
1. Prinsip kesatuan umat manusia (QS. al-
Daud, HR. Ahmad)
Baqarah [2]: 214; QS. al-Hujurat [49]: 13)
2. Prinsip tanggungjawab seorang pemimpin
2. Prinsip Penegakan Hukum dan Keadilan (QS.
(HR. Muttafaq `Alaih)
al-Nisâ’[4]: 58, 105 dan135; QS. al-Mâ’idah
[5]: 6) 3. Prinsip hubungan pemimpin dan yang
dipimpin (HR. Ahmad)
3. Prinsip Pengangkatan dan Ketaatan kepada
Pemimpin (QS. Ali Imran [3]: 118; QS. al- 4. Prinsip ketaatan kepada pemimpin (HR.
Nisa’ [4]: 59; QS. al-Syu`arâ’[26]: 150-152, Bukhari)
al-Qashash [28]: 26) 5. Prinsip tolong menolong (HR. Abu Daud)
4. Prinsip Musyawarah (QS. Ali Imran [3]: 159; 6. Prinsip kebebasan berpendapat (HR. Ahmad,
QS. al-Syûrâ [42]: 38) HR. Ahli Sunan, HR. Muslim)
5. Prinsip persamaan (QS. Nisâ’[4]: 1; QS. al- 7. Prinsip persamaan di depan hukum (HR.
Hujurât [49]: 13) Ahmad)
6. Prinsip hubungan antar tetangga (QS. 8. Prinsip dalam mengangkat pemimpin (HR.
Nisâ’[4]: 2) Ahmad)
7. Prinsip tolong-menolong (QS. al-Maidah [5]: 9. Prinsip musyawarah (HR. Muslim)
2; al-Taubah [9]: 11; al-Balad [90]: 12-16; al- 10. Prinsip persaudaraan (HR. Bukhari).
Mâ`ûn [107]: 1-3)
8. Prinsip perdamaian dan perperangan atau Perbandingan antara Konsep Islam dan
hubungan internasional (QS. al-Nisa/4: 89- Demokrasi
90; al-Anfal [8]: 61; al-Hujurat [49]: 9, al-
Pada uraian di atas, sudah banyak meng-
Mumtahanah [60]: 8; al-Baqarah [2]: 190,
gambarkan persamaan dan perbedaan antara
teori politik Islam dan demokrasi. Namun, untuk
27
Mudhofir Abdullah, Masail al-Fiqhiyyah: Isu-isu Fikih
memperlihat secara lebih jelas dan rinci hal
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
tersebut, berikut ini dibahas beberapa aspek Dalam Islam, prinsip ini merujuk pada QS.
yang sangat mendasar. al-Hujurat [49] ayat 13: “Kami ciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan, dan membuatmu
1. Titik Pertemuan antara Keduanya berbangsa dan bersuku-suku agar saling kenal.
Yang paling mulia di antara kamu adalah yang
Dari berbagai definisi demokrasi, ada satu
kesamaan yaitu bahwa istilah demokrasi berkaitan paling taqwa”. Ayat ini secara gamblang men-
deskripsikan proses kejadian manusia. Dalam
dengan kekuasaan mayoritas, suara rakyat,
ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah men-
pemilihan yang bebas dan bertanggung jawab.
Pengertian ini lebih bersifat pragmatis dibanding ciptakan manusia dari pasangan laki-laki dan
pemahaman yang ada pada masa kelahirannya, perempuan. Kemudian dari pasangan tersebut
lahir pasangan-pasangan lainnya. Dengan
masa renaissance, yaitu bahwa demokrasi adalah
demikian, pada hakikatnya, manusia itu adalah
ide kedaulatan rakyat sebagai lawan kedaulatan
Tuhan (teokrasi) dan sebagai lawan kedaulatan “satu keluarga”. Proses penciptaan yang
monarki. “seragam” itu merupakan bukti bahwa pada
dasarnya semua manusia adalah sama. Karena
Namun, dalam perjalanan selanjutnya
itu, manusia memiliki kedudukan yang sama.
istilah demokrasi tidak lagi dianggap hanya
Dalam Alquran ada sejumlah ayat yang juga
sebagai metode kekuasaan mayoritas melalui
partisipasi rakyat dan kompetisi bebas, tetapi juga menjelaskan persamaan antar manusia, seperti
mengimplikasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip QS. 4: 1, QS. 7: 189, QS. 39: 6, QS. 35: 11 dan
yang diperjuangkan untuk kebebasan dan jalan QS. 40: 67. Ayat-ayat itu pada pokoknya hendak
hidup yang lebih baik. menjelaskan bahwa dari segi hakikat penciptaan,
antara manusia yang satu dan manusia lainnya
Untuk melihat persesuaian antara Islam dan
tidak ada perbedaan. Mereka semua sama, dari
demokrasi, penulis mengacu kepada teori yang
asal kejadian yang sama, yaitu dari tanah, dari diri
kemukakan Masykuri Abdillah tentang prinsip
yang satu, yakni Adam yang diciptakan dari tanah.
atau asas demokrasi. Demokrasi mengandung
Karena itu, tidak ada kelebihan seorang individu
nilai-nilai universal, yakni nilai-nilai persamaan
atas individu lainnya. Karena asal-usul kejadian
(al-musâwah, egaliter), kebebasan (al-hurriyah,
manusia seluruhnya adalah sama. Oleh sebab
liberalism) dan kemajemukan (al-musyârakat,
itu, tidak layak seseorang atau satu golongan
pluralism). 28
menyombongkan diri terhadap yang lain atau
menghina yang lain.
a. Kesetaraan (al-musâwah)
Prinsip persamaan antar manusia ini juga
Prinsip persamaan muncul untuk menentang dijelaskan dalam hadis Nabi, antara lain sabda
sistem dominasi kekuasaan yang dilakukan berikut: “Tidak ada kelebihan orang Arab atas non-
aristokrasi atau oligarki serta perlawanan arab, kulit putih atas kulit hitam, kecuali taqwanya”
terhadap hierarki dan diskriminasi sosial. Asas (HR. Bukhari). Islam mengakui bahwa manusia
ini adalah salah satu dari tiga nilai yang dituntut terdiri berbagai suku, ras, agama, bangsa, tetapi
oleh Revolusi Prancis di samping kemerdekaan pada dasarnya mempunyai kedudukan sama atau
dan persaudaraan. Dalam konsep modern, yang setara (egaliter). Ketidaksamaan hanya dilihat dari
dimaksud prinsip persamaan adalah kesamaan segi kualitas moralitas mereka, dan itu pun hanya
dalam kesempatan (equality of opportunity), yakni berlaku di hadapan Tuhan. Jadi, menurut Islam
kesamaan dengan cara menghapus hambatan yang seseorang tidak dapat memberlakukan orang
bisa menghalangi individu dalam mewujudkan lain secara diskriminatif.
potensinya, dengan menghapus hukum dan hak-
Disamping itu, dalam praktek pemerintahan
hak istimewa lain yang tidak dibenarkan, yang
Nabi saw di Madinah, egaliterianisme juga
hanya menyediakan posisi-posisi sosial, ekonomi
terefleksi dalam Piagam Madinah. Piagam yang
dan politik bagi kelas, ras atau seks tertentu.
dibuat Rasulullah ini memberikan pengakuan atas
Ihsan Nul Hakim: Islam dan Demokrasi
latar belakang sosial dan agama mereka Contoh lain tentang kebebasan dalam Islam
sebagaimana yang termaktub dalam Piagam adalah dalam konteks kebebasan berpikir, se-
Madinah, menyatakan bahwa ajaran Islam bagaimana dilihat dari banyaknya ayat antara
yang sentral, formal dan murni adalah egaliter. lain: “Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
Egalitarianisme Islam ini dalam pengertiannya dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”
yang luas berkaitan dengan masalah sosial, (QS. 2: 164), “Sesungguhnya pada yang demikian
ekonomi, hukum dan politik. itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir” (QS. 13: 4), “Demikianlah
b. Kebebasan (al-Hurriyah). Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami)
Kebebasan adalah salah satu syarat untuk kepada orang-orang berfikir.” (QS. 13: 3) dan
mewujudkan demokrasi tetapi tidak semua “Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan” (QS.
bentuk kebebasan menunjukkan makna demokrasi. 7: 184). Ayat-ayat ini menyuruh manusia untuk
Menurut Norman, kebebasan yang dimaksud berpikir yang berarti juga memberikan kebebasan
hanya menunjuk pada kebebasan politik yang berpikir. Namun, kebebasan ini mempunyai batas-
berkaitan dengan demokrasi, yakni yang mencakup batas tertentu, seperti kebebasan tersebut tidak
kebebasan bersuara, berpartisipasi dalam politik mengganggu ketertiban umum dan didasarkan
dan mempengaruhi pemerintahan. Sebuah sistem atas tanggung jawab. Dengan kata lain, kebebasan
yang demokratis harus memberikan pengakuan berpikir harus dipahami dalam pengertian yang
atas kebebasan masyarakat untuk berkumpul, positif. Kaidah usul fikih menyatakan: hurriyat
mengomunikasikan ide dan berbeda dengan al-mar`i mahdûdah bi hurriyat siwahu (kebebasan
pemerintah. Dalam Islam, kebebasan ini meliputi individu dibatasi oleh kebebasan orang lain).
kebebasan beragama dan kebebasan berpikir. Prinsip ini juga berlaku dalam soal berpendapat
Kebebasan beragama adalah kebebasan paling dan bertindak.
fundamental dalam urusan sosio-politik kehidupan
manusia. Ajaran agama yang merupakan ajaran c. Pluralisme
paling benar ternyata tidak dipaksakan. Rasul Pluralisme adalah toleransi keberagaman
saw sendiri selalu diingatkan bahwa tugasnya kelompok etnis dan budaya dalam suatu
hanya menyampaikan pesan Tuhan, tidak masyarakat atau negara, keberagaman agama
berhak memaksa seseorang untuk beriman dan atau sikap yang ada dalam sebuah badan atau
mengikutinya. institusi dan sebagainya. Pluralisme merujuk pada
Prinsip kebebasan dalam Islam disebut masyarakat plural yang penduduknya terdiri atas
berulang kali dalam Alquran dalam berbagai berbagai suku, etnis, ras dan agama, di mana
konteks. Misalnya dalam konteks kebebasan beberapa faktor ini terkadang menyatu dan
beragama, antara lain pada QS. al-Baqarah ayat cenderung mendorong terjadi konflik.
256: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Dalam Islam, pluralisme merupakan hukum
Islam”; pada QS. al-Kahfi ayat 29: “Kebenaran itu alam (sunnatullah) yang tidak akan berubah
dari Tuhanmu. Siapa yang ingin silakan beriman, dan tidak bisa ditolak. Secara jelas Alquran
siapa yang ingin silakan kafir.”; pada QS. al- menyatakan bahwa manusia memang diciptakan
Ghâsyiyah ayat 21-22: “Berilah peringatan, karena dalam berbagai bangsa dan suku (QS. al-Hujurât:
kamu hanya orang yang memberi peringatan. 13). Karena itu, pluralisme harus diterima sebagai
Kamu bukan orang yang berkuasa (memaksa) kenyataan yang mesti dihargai dan dipandang
atas mereka”. secara optimis dan positif sebagai salah satu tanda-
Dalam konteks kebebasan beragama ini, tanda kekuasaan Tuhan (QS. al-Rûm: 22). Bahkan,
ada persoalan tentang orang Islam yang pindah Alquran menyatakan bahwa perbedaan pandangan
agama (murtad). Menurut kajian fikih klasik, orang tidak harus ditakuti atau ditiadakan tetapi justru
murtad harus dihukum mati berdasarkan hadis: harus dijadikan titik tolak untuk berkompetisi
“Siapa yang pindah agama, bunuhlah ia” (HR. menuju kebaikan (QS. al-Mâ’idah: 48).
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
berdasarkan kekuatan dan kepentingan mayoritas sebagaimana yang diikuti dan diakui kaum Syi`ah.
tetapi semata demi kebaikan bersama, kebaikan Terlepas dari perdebatan itu, di sini tampak ada
rakyat Madinah, sehingga keputusan yang diambil kesepakatan tentang persyaratan superioritas
tidak merupakan kemenangan golongan tertentu tertentu dalam soal kepemimpinan umat Islam,
tetapi kemenangan bersama. yakni kepemimpinan umat harus mempunyai
Konsep syûrâ tersebut jelas berbeda dengan kualitas ruhaniyah yang baik.
prinsip demokrasi di mana keputusan dalam Ini jelas berbeda dengan prinsip demokrasi
demokrasi diambil berdasarkan suara mayoritas. dimana seorang pemimpin lebih didasarkan atas
Dalam demokrasi, persoalan mayoritas-monoritas suara terbanyak. Model ini bisa mendorong
adalah prinsip utama dan di sinilah diletakkan tampilnya pemimpin yang dipilih atas dasar
sebuah kebenaran. Keputusan dinilai benar jika popularitas dan bukan kualitas, apalagi kualitas
didukung suara mayoritas atau paling tidak lebih spiritual. Padahal, tidak ada jaminan bahwa orang
dari separoh. Akibatnya, muncul apa yang disebut yang populer adalah yang terbaik, bahkan bisa
diskriminasi minoritas dan dominasi mayoritas. sebaliknya.
Selain itu, dalam demokrasi dikenal juga
dengan istilah oposisi yang dilakukan kaum c. Perbedaan Gender
minoritas atau pihak yang kalah. Oposisi bertindak Persoalan pembedaan laki-laki dan perempuan
untuk mengontrol kekuasaan yang berada di dalam Islam jelas ada. Posisi wanita Islam secara
tangan mayoritas atau mengorek kesalahan hukum bukan tidak menguntungkan tetapi dalam
mayoritas, sehingga terjadi ketegangan dan beberapa hal memang berada di bawah laki-laki.
persaingan terus menerus antara mayoritas Mereka mempunyai sedikit hak dan kewajiban
dan minoritas, antara penguasa dan oposisi. menurut sudut pandang keagamaan, misalnya
Sebaliknya, dalam Islam tidak dikenal oposan tentang tebusan darah (diyat), persaksian dan
tetapi semua berjalan atas dasar persaudaraan warisan, hak wanita diperhitungkan setengah
dan kepentingan bersama, bukan kepentingan dari laki-laki. Begitu pula tentang perkawinan
golongan. dan perceraian, status wanita kurang beruntung
dibanding laki-laki.
b. Imamah (kepemimpinan) Sekedar memberikan beberapa bukti dan
Islam memberikan perhatian cukup atas contoh, QS. al-Baqarah ayat 282 tentang per-
persoalan imamah (kepemimpinan) ini. Sebuah saksian menyatakan: “Persaksikanlah dengan dua
hadis yang diriwayatkan Muslim menyatakan, “al- orang laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua
Aimmah min Quraisy” (Kepemimpinan adalah hak orang laki-laki, boleh seorang laki-laki ditambah
dari orang-orang Quraisy). Artinya, kepemimpinan dua orang perempuan dari saksi yang kamu pilih”.
umat tidak menjadi hak semua orang melainkan Sementara itu, QS. al-Nisâ’ ayat 11 menyatakan
hak orang-orang tertentu, yakni kalangan Quraisy, bahwa pembagian waris untuk wanita adalah
kalangan keluarga Rasul saw. Al-Nawawi yang separoh laki-laki: “Allah mensyariatkan bagimu
menulis Syarh Shahîh Muslim menyatakan bahwa tentang warisan untuk anak-anakmu, bahwa
hadis ini tidak merujuk pada golongan tertentu bagian seorang laki-laki sama dengan bagian
seperti yang ditunjukkan dalam teks tetapi lebih dua orang anak perempuan”. Sementara itu,
merupakan persyaratan kualitas. Yakni, seorang dalam soal poligami dikatakan: “maka kawinilah
pemimpin harus mempunyai kualitas tertentu, wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau
khususnya kualitas spiritual. empat” (QS. al-Nisâ’: 3). Dengan demikian,
Sementara itu, mazhab Syiah menyatakan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
bahwa kepemimpinan Rasul atas umat Islam dalam Islam adalah 1:2 dalam persaksian dan
tidak bisa diganti oleh siapa pun kecuali orang waris, dan 1:4 dalam hukum poligami. Karena itu,
tertentu yang mempunyai kualitas ruhaniyah perbedaan gender ini tidak sama dengan nilai-
(spiritual) dan ditunjuk dari langit. Orang- nilai egalitarian demokrasi yang tidak melihat
MADANIA Vol. XVIII, No. 1, Juni 2014
Kewarganegaraan, Bengkulu: LP2 STAN Curup, Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta:
2010, Cet. ke-1. Lentera Hati, 2007, jilid VII, Cet. ke-8.
Mahfud MD, Moh., Dasar dan Struktur Kenegaraan Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta:
Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta., 2001 UI-Press, 1993.
Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Alih Bahasa Soleh, A. Khudori, “Islam tidak Sama dengan
Muhammad al-Baqir, Bandung: Mizan, Cet. Demokrasi”, dalam Jurnal El-Jadid,
ke-2. Pascasarjana UIN Malang, Vol. 3, No. 1, 2005.
Pulungan, Suyuti, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Syafe’i, Inu Kencana, Ilmu Pemerintahan, Bandung:
Pemikiran, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Mandar Maju, 1999.
2002, Cet. ke-5. Syarif, Mujar Ibnu dan Khamami Zada, Fiqh
Quraish, Shihab, M., “Agama dalam Absolutisme Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
dan Relativisme”, dalam Nourruzzaman Jakarta: Erlangga, 2008.
Shiddiqi, Etika Pembangunan dalam Pemikiran Thabari, Muhammad ibn Jarîr al-, Jâmi` al-Bayân
Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1986. fi Tafsir al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-Fikr, 1984,
Sadiliy, Hasan dkk., Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: jilid IV.
Pt. Ichtiar van Hoeve, t.th., edisi khusus, The New Encyclopedia Britannica, Chicago:
jilid II. University of Chicago Press, 1988, vol. 4.
Saebani, Beni Ahmad, Fiqh Siyasah: Pengantar Ilmu Zallum, Abdul Qadim, Sistem Pemerintahan Islam,
Politik Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008. Bandung: Mizan: 2002, Cet. ke-6.