Diceritakan kembali pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan di daerah Jawa
bagian barat hiduplah seorang putri raja bernama Putri Arum. Parasnya yang cantik jelita,
serta kulit dan hatinya yang selembut sutra. Tidak hanya itu, bahkan sang putri juga
memiliki perangai yang baik. Maka dari itu, tidak mengherankan jika banyak sekali
pangeran yang ingin meminangnya sebagai permaisuri. Putri Arum tidak menyangka
bahwa kecantikan yang ia miliki, justru malah membuat ia menjadi seseorang yang
paling sedih di muka bumi ini. meski begitu, walau bagaimanapun kecantikannya adalah
suatu anugerah yang patut ia terima, karena tidak dapat dipungkiri bahwa banyak yang
Hingga pada suatu hari, ada dua orang pangeran yang benar-benar memantapkan niat
untuk mempersunting Putri Arum. Kedua pangeran tersebut adalah Pangeran Sae Bagus
Lana dan Pangeran Cunihin, bahkan ternyata mereka berasal dari perguruan yang sama.
Namun sayangnya, mereka memiliki sifat yang begitu bertolak belakang. Sesuai dengan
namanya, Pangeran Sae Bagus Lana merupakan seorang laki-laki yang baik hati.
Sementara itu, Pangeran Cunihin adalah pria yang suka menggoda wanita dan
berperangai buruk.
Melihat fakta tersebut, tidak sulit bagi Putri Arum untuk menjatuhkan pilihan. Ia tentu
saja memilih Pangeran Sae Bagus Lana untuk menjadi pendamping hidupnya.
Nampaknya, penolakan dari Putri Arum tidak diterima baik oleh Pangeran Cunihin. Ia
sangat tidak rela melihat sang putri lebih memilih teman seperguruannya dibandingkan
Tak berapa lama kemudian, ia menjalankan rencananya itu. Ia tidak hanya mencuri
kesaktian Pangeran Sae Bagus Lana, tetapi juga mengubahnya menjadi seorang kakek tua
dan berkulit hitam legam. Melihat hal tersebut, tentu saja Pangeran Cunihin merasa
sangat puas. Ia tidak hanya berhasil menyingkirkan saingannya, tapi juga bisa
mendapatkan sang pujaan hati. Sementara itu, Pangeran Sae Bagus Lana merasa sangat
sedih dan tidak berdaya. Ia lalu memutuskan untuk pergi menemui gurunya guna
mendapatkan petunjuk.
menyampaikan apa yang terjadi padanya, gurunya berkata kalau ia bisa mendapatkan
mengalahkannya, ia disuruh untuk membuat sebuah gelang besar yang bisa dilewati oleh
manusia. Apabila berhasil membuat Pangeran Cunihin melewati gelang itu, maka
kampung. Di sana, ia menyamar menjadi seorang pembuat gelang atau yang sering
disebut pande gelang. Sejak saat itu, ia kemudian dipanggil Ki Pande Gelang. Kemudian
pada suatu hari, Ki Pande Gelang sedang berjalan melewati Bukit Manggis. Di sana, ia
melihat seorang wanita cantik yang sedang duduk termenung sendirian. Ternyata, wanita
itu adalah kekasihnya, Putri Arum. Ia tentu merasa bahagia bisa melihat kekasih hati
yang begitu dirindukannya. Namun, ia tidak bisa membongkar jati dirinya begitu saja
apa gerangan Tuan Putri berada di sini seorang diri?” tanyanya sopan. “Ra..rampes, Ki,”
jawab Putri Arum terbata. Ia tidak menjawab pertanyaan Ki Pande karena masih terkejut
ada seseorang yang menghampirinya. Laki-laki itu kemudian minta maaf karena telah
menganggetkan sang putri. Kemudian perempuan itu bertanya balik, “Maaf… Tapi Aki
ini siapa dan berasal dari mana?” Jawabnya, “Nama hamba Pande Gelang. Namun,
orang-orang memanggil hamba Ki Pande Gelang.” “Maaf kalau hamba lancang, tapi
Pada awalnya, Putri Arum tidak mau berkeluh kesah dengan orang asing. Ia merasa
ragu dan diam saja. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, Ki Pande Gelang minta
undur diri untuk pergi. Namun karena merasa Ki Pande adalah orang yang baik, akhirnya
ia pun menceritakan semuanya. “Masalah yang saya hadapi sekarang begitu berat, Ki.
Saya sangat sedih kerena Pangeran Cunihin memaksa saya untuk menjadi istrinya.”
Lanjutnya, “Ia memang tampan, tapi wataknya sangatlah kejam. Saya ingin menolak, tapi
Mendengar hal tersebut, Ki Pande tentu saja tertegun. Hatinya sangat sedih melihat
pujaan hatinya begitu menderita. Ia juga begitu marah pada Pangeran Cunihin yang
perilakunya semakin menjadi-jadi. Untuk saat ini, Pangeran Bagus Sae Lana atau Ki
Pande Gelang memang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa membantu
Ternyata, sang putri datang ke Bukit Manggis setelah mendapatkan sebuah wangsit
lewat mimpinya. Dalam mimpinya, Putri Arum diminta untuk memenangkan diri di bukit
tersebut. Di sana nanti, ia akan bertemu dengan seorang pangeran sakti dan baik hati yang
bisa menolongnya. “Tadinya, saya mengira kalau wangsit yang saya terima benar.
Namun, saya sudah berhari-hari menanti di sini, orang yang menolong saya tidak juga
tiba. Padahal, tiga hari lagi Pangeran Cunihin akan datang dan memaksa menikah
dengannya,” kata sang putri sedih. Sejenak, Ki Pande pun terdiam. Ia sepertinya sadar
kalau penolong yang dimaksudkan dalam mimpi tersebut adalah dirinya. Ia kemudian
Sebuah rencana bagus kemudian terlintas di otaknya. Namun, ia tidak yakin kalau
sang putri akan menerimanya begitu saja, tetapi ia akan tetap mencoba untuk
mengutarakannya. “Tuan Putri, maaf sebelumnya kalau hamba lancang. Kalau boleh
menyarankan, sebaiknya Tuan Putri menerima pinangan dari Pangeran Cunihin,” kata Ki
Pande membuka suara setelah hening beberapa waktu. Mendengar hal tersebut, Putri
Arum tentu saja menolak. Ia benar-benar tidak mau menikah dengan Pangeran Cunihin.
dengan mengajukan syarat yang harus dipenuhi oleh Pangeran Cunihin. Syaratnya adalah
pangeran itu harus melubangi sebuah batu keramat yang bisa dilalui oleh manusia. Nah,
sebelum dilubangi, batu tersebut harus diletakkan di sekitar pantai. Perlu diketahui,
melubangi batu keramat bukanlah hal yang mudah. Separuh kesaktian orang yang
“Rencana ini terdengar bagus. Namun, bukankah ini terlalu mudah untuk dilakukan
Pangeran Cunihin, Ki?” tanya sang putri yang masih merasa ragu dengan rencana tersebut.
“Ya memang mudah, tapi tidak semua orang mau melakukannya. Nah, nanti jika Pangeran
Cunihin berhasil melubangi batunya, Tuan Putri harus bisa membuatnya untuk melewati batu
tanyanya lagi. “Untuk selanjutnya, Tuan Putri tidak usah khawatir. Serahkan saja pada
hamba,” jawabnya. Setelah itu, pria tersebut membawa Putri Arum ke tempat tinggalnya
untuk mengatur rencana. Perjalanan dari Bukti Manggis ke tempatnya ternyata cukup jauh.
Sang putri pun pingsan di atas sebuah batu cadas tepat sebelum tiba di kampung Ki Pande.
Mengetahui Putri Arum yang pingsan, beberapa warga kemudian membantu untuk
membawanya ke salah satu rumah warga. Tetua di kampung tersebut berkata kalau sang putri
akan segera pulih setelah meminum air yang memancar dari batu cadas tempatnya jatuh jadi.
Benar saja, tak lama setelah minum airnya, Putri Arum langsung sehat. Karena hal itu pula,
para warga kemudian memanggilnya dengan sebutan Putri Cadasari. Setelah itu, mereka pun
membahas lebih rinci perihal rencana untuk menggagalkan usaha Pangeran Cunihin. Dengan
diantar oleh beberapa warga, Putri Arum kemudian kembali ke istana keesokan harinya. Di
Akhirnya tanpa basa-basi lagi, wanita tersebut mengatakan kalau dirinya mau diperistri
oleh sang pangeran. Asalkan, syarat yang diajukannya dapat dipenuhi. Katanya, “Saya
bersedia menikah dengan pangeran. Namun, sebagai syaratnya, pangeran harus membawa
batu cadas ke pantai lalu melubanginya.” “Syaratmu itu mudah kupenuhi. Namun, apa
maksud dari itu semua?” tanya Pangeran Cunihin heran. “Batu itu nanti untuk kita
menghabiskan waktu bersama, Pangeran. Kita bisa duduk di atasnya sambil menikmati
“Ternyata, Putri Arum menyukai hal yang romantis. Baiklah, aku akan segera
memenuhi syarat yang kamu ajukan,” ucapnya dengan tersenyum. Tanpa buang-buang waktu
lagi, ia kemudian pergi untuk melakukan syarat tersebut. Dalam tiga hari, Pangeran Cunihin
sudah berhasil untuk memenuhi semua syarat yang diajukan oleh Putri Arum. Ia kemudian
menjemput sang putri di istana dan membawanya ke pantai. Ki Pande yang selama ini diam-
Sayangnya, ketika ingin kembali ke persembunyian, Pangeran Cunihin dan Putri Arum
tiba di sana. “Apa yang kamu lakukan di sini?” gertak Pangeran Cunihin. Ia tentu saja
mengenali siapa laki-laki tua yang ada di hadapannya ini. “Aku datang ke sini tentu saja
untuk merebut kembali kesaktianku dan juga mendapatkan kekasihku kembali,” jawabnya.
“Omong kosong! Aku sudah berkali-kali mengatakan kepadamu kalau kamu tidak pantas
bersanding dengan sang putri. Lihatlah, kamu akan menangis karena ia akan menjadi milikku
Sementara itu, Putri Arum yang mendengarkan percakapan kedua orang itu hanya bisa
menatap bingung. Pasalnya, mereka terlihat begitu mengenal satu sama lain. Saat ingin
menanyakan hal itu, tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh Pangeran Cunihin untuk melihat
batu keramat yang telah selesai dikerjakannya. “Putri Arum, lihatlah keinginanmu sudah aku
wujudkan. Tempat ini menjadi begitu romantis seperti apa yang kamu inginkan. Apakah
Sang putri pun pura-pura bahagia supaya tidak mengacaukan rencana yang sudah
disusun bersama Ki Pande. “Tentu saja, Pangeran. Namun sepertinya saya terlalu gembira
karena tidak bisa melihat lubang pada batu tersebut. Apakah Pangeran mau untuk
membuktikannya?” Tanpa banyak cakap, Pangeran Cunihin segera berjalan melewati lubang
batu tersebut. Baru mengambil beberapa langkah, ia merasakan tubuhnya sangatlah sakit.
Namun karena tidak mau menurunkan wibawanya, ia pun menahan kesakitan itu.
Begitu selesai melewatinya, Pangeran Cunihin berteriak begitu keras karena sudah
tidak bisa menahan rasa sakit tersebut. Ia hanya bisa terduduk lemas. Kekuatannya lenyap
dan ia berubah menjadi seorang kakek tua. Di saat yang bersamaan, Ki Pande Gelang
mendapatkan kekuatannya kembali. Ia juga berubah menjadi tampan seperti sedia kala. Putri
Arum begitu terkejut melihat hal tersebut. Dirinya benar-benar tidak menyangka kalau Ki
Pande Gelang sebenarnya adalah kekasih hatinya, yaitu Pangeran Bagus Sae Lana.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak wanita itu, sang pangeran kemudian
menjelaskan padanya. Setelah mendengar semuanya, barulah ia sadar kalau wangsit yang
diterimanya kala itu bukanlah sebuah kebohongan. Karena penolongnya memang benar-benar
datang. Setelah itu, Pangeran Bagus Sae Lana dan Putri Arum pergi meninggalkan pantai
tersebut. Beberapa bulan kemudian, dua insan yang dilanda asmara itu menikah dan menjalani
kehidupan dengan bahagia. Demikianlah, cerita lengkap dari legenda asal-usul Kota Pandeglang.