Anda di halaman 1dari 5

Cerita Rakyat Tentang Kisah Legenda Putri Tujuh

(Asal Mula Kota Dumai Riau)


NOVEMBER 27, 2014 OLEH 3ND4H

Kisah Putri Tujuh


Pada zaman dulu, di daerah Dumai ada sebuah kerajaan bernama Seri Bunga
Tanjung yang dipimpin oleh Ratu Cik Sima yang memiliki tujuh Putri yang sangat
cantik. Putri yang paling cantik yaitu putri paling bungsu bernama Mayang Sari,
kulitnya yang halus bagai sutra, tubuhnya mempesona, wajahnya berseri bagaikan
bulan purnama, alisnya bagaikan semut beringin, bibirnya merah bagai delima dan
rambutnya yang begitu panjang juga ikal. Karena rambutnya itu ia dipanggil dengan
sebutan Mayang Mengurai.
Suatu ketika, ketujuh putri itu mandi di lubuk Sarang Umai, karena mereka sedang
asyik mandi mereka tak sadar kalau ada yang sedang memperhatikan yaitu
Pangeran Empang Kuala dan pengawalnya yang kebetulan mereka lewat. Sang
Pangeran bersembunyi di balik semak-semak dan dia terpesona oleh salah satu
putri yaitu Putri Mayang Sari.
Sang Pangeran ternyata jatuh cinta kepada sang putri dan ia berniat untuk
meminangnya. Dan tak lama setelah itu, mengirim utusan ke keluarga Kerajaan Seri
Bunga Tanjung untuk meminang putri itu yang ternyata bernama Mayang Mengurai.
Lalu sang Pangeranpun mengantarkan tepak sirih sebagai pinangan adat kebesaran
raja. Pinangannya itupun disambut dengan adat yang ada di kerajaan itu, yaitu
mengisi pinang dn gambir pada combol plaing besar yang ada diantara ketujuh
combol itu yang terdapat di tepuk. Sedangkan enam buah combol llainnya dibiarkan
kosong. Lambang dari adat ini yaitu, putri tertualah yang berhak menerima pinangan
terlebih dahulu. Dengan begitu pinangan sang Pangeran di tolak. Utusannya pun
kembali kepada sang Pangeran.
Ampun Pangeran, tidak bermaksud hamba mengecewakan Tuan. Keluarga
Kerajaan Seri Bunga tanjung belum bersedia untuk menerima pinangan Tuan. Ucap
utusannya.
Sang Pangeranpun begitu murka dan dia tidak peduli lagi dengan adat karena
hatinya dipenuhi dengan rasa malu hingga akhirnya ia memerintahkan para
prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Peperanganpun tak dapat lagi dielakan, sehingga ratu Cik Sima melarikan ketujuh
Putrinya ke hutan dan disembunyikan di lubang yang terlindung dari pepohonan juga
beratapkan tanah. Sang Ratu memberikan makanan untuk selama 3 bulan kepada
putri-putrinya itu dan ia kembali untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.
Tiga bulanpun berlalu, namun peperangan itu belum usai, nmaun ketika memasuki
bulan keempat pasukan Ratu Cik Sima semakin tak berdaya hingga akhirnya Negeri
Seri Bunga Tanjungpun dihancurkan rakyatnyapun tak sedikit yang tewas. Melihat
negerinya hancur Ratu Cik Simapun pergi meminta bantuan kepada jin yang ada di
bukit Hulu Sungai Umai.
Ketika senja, pasukan Pangeran Empang Kuala beristirahat di bawah pohon bakau
di hilir Umai. Namun ketika malam tiba, secara tiba-tiba buah bakau menimpa
mereka dan menusuk pada badan mereka hingga pasukanpun dapat dilumpuhkan.
Ketika itu juga utusan Ratu Cik Sima datang menghampiri Pangeran Empang Kuala
yang sedang lemas. Sang pangeranpun bertanya.
Apa maksud kedatanganmu wahai orang Seri Bunga Tanjung?. Ucap Pangeran
Para utusan Ratu Cik Sima langsung menjawab.
hamba hanya ingin menyampaikan pesan dari Ratu Cik Sima supaya pangeran
tidak lagi meneruskan peperangan ini. Karena perbuatan ini merusak bumi sakti
rantau bertuah dan juga menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Jika ada yang datang
dengan niat yang buruk, maka dia akan ditimpa malapetaka, namun jika ia datang
dengan niat baik maka kesejahteraanlah yang akan dia dapatkan. Ujar Utusan itu.
Mendengar pesannya itu, Pangeranpun enyadari bahwa peperangan ini ia yang
memulai dan memerintahkan semua prajuritnya untuk kembali ke negeri Empang
kuala.
Lalu keesokan harinya, sang Ratu pergi ke hutan dimana putri-putrinya itu
disembunyikan, namun sang Ratu terkejut ketika melihat semua putrinya itu sudah
tidak tak bernyawa lagi. Mereka mati karena kelaparan juga kehausan. Karena sang
Ratu sedih melihat ketujuh putrinya itu iapun sakit-sakitan hingga akhirnya ia
meninggal dunia. Sampai saat ini pengorbanan ketujuh putri itu selalu di kenang
dengan sebuah lirik lagu yang berjudul Putri Tujuh.
Sejak saat itu, masyarakat meyakini bahwa kota Dumai diambil dari kata dumai
yang selalu di ucapkan oleh Pangeran Empang Kuala ketika sang Pangeran melihat
kecantikan Putri Mayang Sari
Sam Pek Eng Tay
Label: dongeng manca

sepasang kupu-kupu

Di propinsi Zhejiang, Cina jaman dulu, hidup keluarga Zhu yang kaya dan terpandang.
Mereka dianugerahi seorang putri cantik bernama Cuk Eng Tay. Sesuai tradisi, Eng Tay
dilarang keluar rumah.

Karena ingin bisa sekolah seperti kaum laki-laki, Eng Tay berusaha membujuk
ayahnya. Suatu
hari Eng Tay jatuh sakit dan mengurung diri di kamar.
Ketika Tuan Zhu mengutus pembantunya memanggil seorang
peramal, saat itulah rencana Eng Tay dijalankan.

"Tuan Zhu, saya sarankan anda mengirim putri eng Tay ke sekolah di
luar kota. Percayalah, hanya itu obat yang bisa menyembuhkannya."
"Tidak mungkin! Bukankah seorang gadis tidak perlu sekolah?!" kata
Tuan Zhu gusar.
Serta-merta peramal itu membuka jubah yang menutup badan dan kepalanya, dan ternyata
ia adalah Eng Tay.

"Kalau aku berpakaian seperti tadi, dengan pakaian laki-laki, bolehkah aku pergi sekolah?
Tidakkah ayah juga tidak mengenaliku tadi?" bujuk Eng Tay. Dengan bukti yang telah ada,
meskipun berat hati Tuan zhu mengijinkan Eng Tay bersekolah.

Ditemani pembantunya Lin Ce yang setia, Eng Tay pun berangkat ke sekolah Sung Yee
sebagai laki-laki. Dalam perjalanan itu Eng Tay bertemu seorang pemuda yang juga akan
pergi ke Sung Yee. Mereka pun berkenalan dan melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Pemuda bernama Liang Sam Pek itu berasal dari Guiji, teman yang akhirnya begitu akrab
dan berjanji saling menjaga, menganggap Eng Tay sebagai adik.

Eng Tay belajar dengan giat dan bersemangat, sementara itu keakrabannya dengan Sam
Pek kian bertambah. Dengan kecerdikannya Eng Tay berhasil menyamar tanpa
menimbulkan kecurigaan. Saat Sam Pek memperlakukan Eng Tay sebagai adik laki-laki,
ternyata Eng Tay mulai menaruh hati.

Waktu terus berjalan, tahun-tahun berlalu, tak sekali pun dia pulang menengok ayahnya.
Sementara Lin Ce pembantunya jadi duta yang pulang pergi membawa kabar dan bekal.
Ketika datang surat yang mengabarkan ayahnya sakit keras, Eng Tay pun bimbang. Dia
ingin pulang menengok ayahnya, namun dia takut tidak akan bisa kembali ke sekolah,
terutama sekali takut tak bisa bertemu agi dengan Sam Pek.

Akhirnya Eng Tay dan Lin Ce minta nasehat gurunya dan berterus terang bahwa dia adalah
gadis yang menyamar. Untunglah guru itu tidak marah, dan Eng Tay menitipkan sebuah
kipas kepada guru untuk diberikan kepada Sam Pek.

Sam Pek dengan berat hati mengantar kepergian Eng Tay. Dalam perpisahan itu Eng Tay
memberi isyarat bahwa dia seorang gadis, namun Sam Pek tak paham. Eng Tay pun
menempun cara yang berbeda, mengaku ingin menjodohkan Sam Pek dengan adiknya dan
meminta Sam Pek datang melamarnya.

Sepeninggal Eng Tay Sam Pek merasa kesepian. Dia pun pergi menjenguk Eng Tay, dan
guru Sun Yee memberikan kipas dari Eng Tay. Sam Pek terkejut mendengar cerita Guru
Sun Yee bahwa Eng Tay sebenarnya seorang gadis.

Di rumahnya, Tuan Zhu punya rencana menjodohkan Eng Tay dengan anak penguasa
bernama Ma Wencai. Eng Tay menolak rencana ini dan mengaku sudah memiliki kekasih
yang segera melamar. Tuan Zhu sangat marah dan memaksa Eng Tay menerima lamaran
Ma Wencai. Ternyata tak sampai seminggu Sam Pek sudah sampai di rumah Eng Tay.
Setelah memohon pada ayahnya Eng Tay berhasil menemui Sam Pek. Saat Sam Pek
mengutarakan niat mempersunting Eng Tay, gadis itu tak kuasa menahan air mata. "Kenapa
kau menangis?" tanya Sam Pek. "Aku bahagia, tapi... ayahku menjodohkanku dengan pria
lain. Aku tidak bisa menolaknya, maafkan aku!" tangis Eng Tay.

Sam Pek sangat marah karena menyangka Eng Tay sudah melupakannya. "Jadi kau lebih
memilih jadi istri orang kaya dan menghindariku?" kata Sam Pek. "Bukan begitu! Ini
keinginan ayah dan aku tidak kuasa menolak. Walau aku menikah dengan orang lain,
cintaku hanya untukmu," isak Eng Tay.

Sampek pulang, perkataan Eng Tay tidak didengarnya lagi. Seterusnya dia kehilangan
semangat hidup dan menghabiskan waktu dengan minum banyak arak. Ia lupa makan lupa
tidur, lama kelamaan jatuh sakit dan semakin parah. Sam Pek menolak diobati karena hidup
dianggapnya tidak berarti.

Ibu Sam Pek sangat sedih melihat putranya, dan memberanikan diri pergi ke rumah Eng
Tay. Ia mohon pada Eng Tay agar menemui Sam Pek untuk terakhir kalinya, namun Tuan
Zhu dengan tegas menolak. Eng Tay hanya bisa mengirimkan puisi-puisi cinta dan
segumpal rambut.

Kesedihan Sam Pek makin bertambah. Dalam kondisi sakit parah dia berpesan, jika
meninggal ingin dikuburkan di jalan yang akan dilalui iring-iringan pengantin Eng Tay. Sam
Pek pun benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya.

Eng Tay begitu berduka mendengar kematian kekasihnya, menangis sepanjang hari
meratapi nasib. Melihat keadaan ini Tuan Zhu sangat khawatir dan menyegerakan
pernikahan putrinya. Dalam perjalanan ke tempat pesta Eng Tay menyempatkan turun dari
tandu dan mengunjungi makam Sam Pek."Kakak Sam Pek percayalah, cintaku hanya
untukmu. Aku tidak bahagia menikahi orang lain, sungguh, dengarkan aku, bawalah aku
bersama kakak!"

Tiba-tiba angin bertiup kencang dan hujan turun dengan deras. Diiringi petir yang
menggelegar tiba-tiba makam Sam Pek terbelah, muncul lubang menganga dan tanpa
pikir panjang Eng Tay pun terjun ke dalamnya. Eng Tay pun menghilang.

Serta merta langit kembali cerah seperti tidak ada kejadian apapun. Para pengiring yang
terkejut tidak bisa berbuat apa-apa. Dari balik makam muncul sepasang kupu-kupu yang
cantik, terbang berputar-putar sebelum akhirnya terbang jauh dengan gembira.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Reaksi:

3 komentar:
1.

offside19 Oktober 2012 11.41

untuk filmnya bisa donlod disini..

http://offside-belajar.blogspot.com/2012/06/sampek-engtay-lovers-
leung-juk.html

Balas

2.

agen peninggi badan2 Januari 2013 01.22

lucu juga gan

Anda mungkin juga menyukai