Anda di halaman 1dari 5

Pangeran Pande Gelang dan Putri Arum

Tokoh
1. Ratu
2. Pangeran Sae Bagus Lana (Pande Gelang)
3. Narator, rakyat, dan tetua Desa
4. Putri Arum
5. Pangeran Cunihin
6. Pengawal, Guru
;u
7. Narator dan rakyat desa

Disuatu desa di daerah Banten, hiduplah seorang putri raja bernama Putri Arum. Wajahnya cantik nan rupawan, kulit dan
hatinya lembut selembut sutra. Tak mengherankan jika banyak pangeran yang ingin menjadikannya sebagai permaisuri.
Suatu hari Pangeran Bagus dan Pangeran Cunihin pergi meninggalkan istana.
Pangeran Cunihin : “Wahai sahabatku, sudah sekian tahun kita berguru ditempat ini dan
kurasa kini aku sudah bosan dengan kehidupanku.”
Pangeran Bagus : “Benarkah sahabatku? Tapi mengapa engkau merasa bosan?”
Pangeran Cunihin : “Karena aku telah menguasai semua ilmu. Hahaha.”
Pangeran Bagus : “Ada ada saja kau ini.”
Pangeran Cunihin : “Aku ingin berkata pada dunia bahwa akulah orang yang paling
sakti.”
Pangeran Bagus : “Apakah engkau melupakan sang Ratu?”
Pangeran Cunihin : “Ah, bahkan aku sudah melupakan tahtanya sebagai Ratu.”
Pangeran Bagus :“Ingat pangeran, kesaktianmu akan termakan oleh
kesombonganmu.”
Pangeran Cunihin : “Aku tak peduli. Lihat pangeran, ada wanita cantik disana. Mari kita
kesana.” (menghampiri Putri Arum)
Pangeran Cunihin : “Halo gadis cantik, apa yang sedang engkau pikirkan dipagi yang
cerah ini?”
Putri Arum : (melihat kedua pangeran tanpa berkomentar apapun)
Pangeran Cunihin : “Ayolah cantik, katakan saja padaku apa yang sedang kau pikirkan?”
Putri Arum : “Mau kamu apa datang kemari?”
Pangeran Cunihin : ”Aku hanya ingin menemuimu dengan segala kesaktianku.”
Putri Arum : “Apa yang akan kau banggakan?”
Pangeran Cunihin : “Kan ku kirimkan setangkai bunga untukmu pagi ini.” (mengeluarkan
bunga dari tangan saktinya)
Putri Arum : “Terima kasih, tapi aku tak butuh rayuanmu.”
Pangeran Bagus : “Hahaha, pangeran pangeran sungguh malang dirimu. Mari kita
kembali ke Istana.”

Sesampainya di Istana, sang Ratu memerintahkan kepada pengawal kerajaan untuk mencari Pangeran Bagus dan
Pangeran Cunihin agar segera menghadapnya.
Pengawal : “Selamat pagi pangeran, Ratu memerintahkan kepada hamba untuk
mencari pangeran.”
Pangeran Cunihin : “Untuk apa Ratu memanggil kami?”
Pengawal : “Saya kurang tahu pangeran.”
Pangeran Bagus : “Sudahlah pangeran mari kita temui ratu.”
Pangeran Bagus : “Kami datang ratu, ada apakah gerangan sehingga ratu memanggil
kami?”
Ratu : ”Ada yang ingin ku bicarakan dengan kalian.”
Pangeran Cunihin : “Apakah engkau akan memberikan tahta kepadaku, Ratu?”
Ratu : (melirik sadis dengan pangeran Cunihin) ”Seberapa pantas kau akan
ku jadikan penerus kerajaanku jika setiap ada gadis cantik kau selalu
menggodanya?”
Pangeran Cunihin : “Apa maksud Ratu bekata demikian?”
Ratu : ”Pengawal kerajaan mendapat kabar bahwa salah satu pangeran
kerajaan kita selalu mencari gadis untuk digodanya.”
Pangeran Cunihin : “Lalu Ratu menuduh kami sebagai pelakunya?”
Ratu : ”Bukan kalian, tapi kau Cunihin. Pengembaraanmu ke desa bukan
untuk memberi bantuan kepada rakyat tapi malah membuat malu
kerajaan kita.”
Pangeran Bagus : “Maaf Ratu, saya lancang. Namun pengembaraan kami bukan
bermaksud seperti itu karena di desa tak ada masalah yang harus
kami hadapi. Kami hanya ingin jala-jalan.”
Ratu : ”Akan ku hapuskan semua kesaktianmu jika kau masih seperti itu
Cunihin.”
Pangeran Cunihin : “Maafkan hamba Ratu. Hamba mengaku salah.”
Ratu : ”Baiklah. Silakan pergi.”

Di pagi nan cerah, pengawal mendapati sebuah surat yang diletakkan di kotak surat kerajaan. Dan isinya adalah …
Pengawal : “Ada sebuah surat untuk pangeran, Ratu.”
Ratu : ”Panggil mereka kesini pengawal!”
Pengawal : “Baik, Ratu.”
Dan merekapun datang,
Ratu : ”Ada sebuah surat untuk kau pangeran Bagus.”
Pangeran Bagus : “Dari siapakah, Ratu?”
Ratu : ”Sebuah surat cinta dari kerajaan sebrang.”
Pangeran Cunihin : “Apakah dari Putri Arum Ratu?”
Ratu : ”Ya. Dia berkata bahwa menyukaimu dan mengundangmu makan
malam setelah maghrib nanti.”
Pangeran Bagus : “Apakah itu benar, Ratu?”
Ratu : ”Ya. Pergilah bersama pengawalmu nanti malam.”
Pangeran Cunihin : “Saya, Ratu?”
Ratu : ”Masih banyak tugas yang belum kau selesaikan malam ini.”
Pangeran Cunihin : (hanya menunduk kecewa)

Rupanya pangeran Cunihin tidak rela menerima kenyataan tersebut. Ternyata pangeran iri hati kepada Pangeran Bagus
Lana sehingga timbullah niatnya untuk mencuri ilmu dan kesaktian Pangeran Sae Bagus Lana agar dapat merebut Putri Arum.

Pangeran Cunihin : “Wahai sahabatku, sudilah kiranya engkau memberikan Putri Arum
untukku.”
Pangeran Bagus : “Apa maksud kamu pangeran? Bukankah dia tak menyukaimu?”
Pangeran Cunihin : “Dia akan menyukaiku jika engkau musnah pangeran. Terima ini..!”
(dengan geram, pangeran Cunihin berlari ke belakang Pangeran
Bagus dan menyerap semua ilmunya, tanpa sadar ia pun dapat
dikalahkan oleh Pangeran Cunihin dan kini menjadi seorang kakek
yang berkulit hitam legam)
Sementara itu, Pangeran Sae Bagus Lana yang sudah tidak berdaya datang menghadap kepada gurunya untuk meminta
petunjuk.
Pangeran Bagus : “Apa yang dapat saya lakukan guru, kesaktian saya telah hilang
diserap oleh Pangeran Cunihin.”
Guru : ”Tak usah engkau khawatir. Buatlah sebuah gelang besar yang bisa
dilewati oleh manusia. Gelang itulah yang dapat mengalahkan
pangeran Cunihin. Jika dia melewati gelang tersebut maka seluruh
kesaktiannya akan lenyap dan kembali padamu.
Pangeran Bagus : “Baik guru.”

Setelah mendengar nasihat sang guru, Pangeran Sae Bagus Lana pergi ke sebuah kampung untuk menjadi seorang
pembuat gelang atau “Pande Gelang” tanpa sepengetahuan Putri Arum dan sejak itulah ia dipanggil dengan nama Pande Gelang.

Suatu hari ketika ia melintas di Bukit Manggis, ia bertemu dengan seorang gadis cantik duduk termenung seorang diri.
Ternyata gadis itu adalah Putri Arum, lalu Pangeran mendekatinya.
Pangeran Bagus : “Sampurasun!”
Putri Arum : “Ra… rampes,” (sedih)
Pangeran Bagus : “Maaf jika hamba mengagetkan Tuan Putri.” (memberi hormat)
Putri Arum : (terpaku mengamati lelaki tua itu)
Putri Arum : “Maaf, Aki siapa dan berasal darimana?”
Pangeran Bagus : “Nama hamba Pande Gelang. Orang orang memanggil hamba ki
Pande.”
Pangeran Bagus : “Maaf Tuan Putri sekiranya hamba boleh tahu mengapa Tuan Putri
tampak gundah?”
Putri Arum : (diam dan meneteskan air mata)
Pangeran Bagus : “Oh maaf jika pertanyaan hamba telah menyinggung Tuan Putri.”
(Pangeran Bagus meninggalkan putri Arum. Namun putri
mengikutinya karena sebenarnya ia ingin bercerita)
Pangeran Bagus : “Kenapa tuan putri mengikuti saya?”
Putri Arum : “Saya ingin bercerita Ki, tetapi hanya untuk menghilangkan rasa
penasaran ki pande. Selama ini saya tidak penah menceritakan
masalah kepada orang lain karena tiada yang bisa membantunya.”
Pangeran Bagus : “Mengapa tuan putri berkata demikian?”
Putri Arum : “Masalah yang saya hadapi saat ini sangat berat, Ki.”
Putri Arum : “Saya sangat sedih, karena Pangeran Cunihin memaksa saya untuk
menjadi istrinya. Meskipun ia tampan, tetapi saya tidak suka
wataknya yang bengis dan kejam. Namun saya tidak berdaya untuk
menghadapinya karena ia sangat sakti mandraguna.
Pangeran Bagus : “Hamba turut bersedih, tuan putri”
Putri Arum : “Terima kasih ki atas keprihatinannya. Tadinya saya mengira wangsit
yang saya terima benar adanya.”
Pangeran Bagus : “Maaf Tuan Putri, wangsit apa yang Tuan Putri maksud?”
Putri Arum : “Menurut wangsit yang saya terima melalui mimpi bahwa saya harus
menenangkan diri dibukit ini. Kelak ada seorang pangeran yang
berbaik hati membantu saya. Namun harapan itu hampir sirna,
pangeran tak kunjung datang. Tiga hari lagi Pangeran Cunihin akan
datang memaksa untuk menikahi saya.
Pangeran Bagus : “Maaf tuan Putri, kalau boleh hamba menyarankan, sebaiknya tuan
putri menerima Pangeran Cunihin itu.”
Putri Arum : “Tidak bisa begitu, saya tak mencintainya.”
Pangeran Bagus : “Putri tidak akan menerimanya begitu saja, tetapi dengan syarat
yang berat.”
Putri Arum : “Apa itu?”
Pangeran Bagus : “ Pangeran Cunihin harus melubangi batu keramat hingga bisa dilalui
manusia. Selain itu, batu keramat harus diletakkan disekitar pantai
sebelum dilubangi dan beri waktu tiga hari”
Putri Arum : “Lalu bagaimana selanjutnya ki?”
Pangeran Bagus : “Putri tidak usah khawatir. Urusan selanjutnya serahkan kepada
hamba.”

Mendengar penjelasan dari Pande Gelang, sang Putri semakin yakin untuk menerima saran tersebut. Setelah itu ia
mengajak Putri Arum untuk singgah dirumahnya guna mengatur siasat. Perjalanan menuju rumah Pande Gelang sangat jauh
sehingga membuat sang putri lelah dan kemudian jatuh pingsan.

Akhirnya penduduk desa datang untuk merawat sang putri.


Tetua Kampung : “Sang Putri akan segera pulih jika ia meminum air gunning yang
memancar dari batu cadas.”
Pangeran Bagus : “Akan saya carikan.”
Setelah meminum air dari batu cadas, Putri Arum kembali sehat. Dan setelah itu ia segera mengatur strategi bersama
Pande Gelang. Keesokan harinya, Putri Arum kembali ke istana dengan diantar beberapa penduduk kampong. Sementara itu,
pande Gelang sibuk membuat sebuah gelang besar untuk dikalungkan di batu keramat itu.

Pada hari yang telah ditentukan, datanglah Pangeran Cunihin mengajak Putri Arum untuk menikah dengannya. Putri
Arum pun mengajukan syarat sebagaimana yang disarankan oleh Pande Gelang.
Putri Arum : “Kamu boleh menikahiku, tapi dengan satu syarat kamu harus
membawa batu cadas ke pantai lalu melubanginya.”
Pangeran Cunihin : “Ha, sungguh mudah syaratmu itu Tuan Putri. Tapi apa maksud dari
syaratmu itu?”
Putri Arum : “Batu cadas itu untuk bulan madu kita Pangeran. Kita bisa duduk
diatas batu itu sambil menikmati indahnya pemandangan laut.
Bukankah itu sangat menyenangkan Pangeran?”
Pangeran Cunihin : “Oh, sungguh bulan madu yang menyenangkan. Tuan Putri memang
seorang putri yang romantis.”

Tanpa perasaan curiga lagi, Pangeran Cunihin segera melaksanakan syarat itu. Dalam waktu tiga hari, ia berhasil
menemukan batu cadas yang disyaratkan dan kemudian membawanya ke sebuah pantai yang indah.

Setelah berhasil menemukan sang batu keramat, Pangeran Cunihin lalu menjemput Putri Arum ke istana. Sementara itu,
Pande Gelang yang selalu memperhatikan gerak gerik Pangeran Cunihin langsung meletakkan gelang besar pada batu keramat
itu. Tiba tiba …
Pangeran Cunihin : “Hai, tua Bangka! Apa yang kamu lakukan disini?”
Pangeran Bagus : “Saya datang kemari untuk merebut kembali kesaktian dan Putri
Arum yang kamu rampas dariku.”
Pangeran Cunihin : “Ha! Bukankah aku pernah bilang bahwa kamu tidak pantas menjadi
pemenang. Lihatlah sang putri telah menjadi milikku selamanya,
hahaha !!!” (tertawa)
Putri Arum : (heran)
Pangeran Cunihin : (sambil menarik tangan Putri Arum) “Lihatlah, wahai Tuan Putri!
Keinginanmu telah terwujud. Sungguh sebuah tempat yang indah dan
romantis untuk bulan madu kita.”

Sementara itu di kerajaan …


Pengawal : “Ratu, apakah Ratu berkenan untuk pergi ke pantai?”
Ratu : ”Untuk apa aku pergi kesana pengawal?”
Pengawal : “Pangeran Cunihin akan menikah dengan Putri kerajaan sebrang.”
Ratu : ”Apa? Nekat sekali anak itu. Mari kita kesana.”(berjalan menuju
pantai)
Putri Arum : “Ehm, maaf pangeran. Barangkali saya terlalu gembira sehingga tidak
bisa melihat lubang pada batu keramat ini. Sudikah Pangeran
membuktikan bahwa batu ini berlubang?”
Ratu : ”Ada apakah ini?”
Semuanya : ”Hormat kami, Ratu.”
Pangeran Cunihin : “Ratu, izinkanlah hamba untuk menikah dengan Putri Arum. Maka
hamba akan melewati lubang batu ini.”
Baru beberapa langkah ia berjalan dalam lubang batu itu, tiba-tiba seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia
pun berteriak keras karena tidak kuat menahan sakit. Begitu ia selesai melewati lubang itu, seluruh kekuatannya hilang dan ia
pun berubah menjadi seorang tua renta.
Akhirnya pada saat yang bersamaan, Pande Gelang merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir masuk ke dalam
tubuhnya. Semua ilmu dan kesaktiannya kini kembali. Wajahnya pun kembali seperti sedia kala.
Putri Arum : (heran dan kaget)“Akang, bagaimana ini semua bisa terjadi?”
Ratu : ”Ceritanya panjang gadis cantik, mari kita ke istana. Pengawal, bawa
Pangeran Cunihin kembali ke istana.”
Pengawal : “Baik, Ratu.”
Pangeran Pande Gelang pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya selama ini. Mendengar cerita itu, Putri Arum
membenarkan wangsit yang telah diterimanya itu.
Beberapa hari kemudian, Putri Arum menikah dengan Pangeran Sae bagus Lana dan merekahidup bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai