Inventarisasi Dan Klasifikasi Naskah Lontar Unggulan Di Geria Timbul Banjar Intaran Sanur
Inventarisasi Dan Klasifikasi Naskah Lontar Unggulan Di Geria Timbul Banjar Intaran Sanur
OLEH:
I Ketut Jirnaya
Anak Agung Gede Bawa, I Wayan Sukersa
I Made Wijana, Ni Ketut Ratna Erawati
Menyetujui
Dekan Fakultas Sastra dan Budaya
Universitas Udayana
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa karena berkat
perkenan-Nya lah laporan penelitian yang berjudul “Inventarisasi dan Klasifikasi
Naskah Lontar Unggulan di Geria Timbul, Intaran, Sanur” dapat diselesaikan
dengan baik sesuai dengan perencanaan.
1. Bapak Rektor Universitas Udayana atas dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada kami.
3. Ibu Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana beserta jajarannya
yang telah membantu kegiatan ini.
4. Para pejabat teras di Kelurahan Sanur atas izin dan fasilitasnya serta pihak
Geria Timbul, Intaran.
5. Seluruh Tim Peneliti dan para mahasiswa yang telah bekerja keras sehingga
kegiatan ini dapat berjalan lancar.
Semoga budi baik, kerjasama, serta bantuan dari semua pihak dapat pahala
dari Tuhan Yang Mahaesa, dan dapat ditingkatkan di kesempatan yang lain.
Ketua Pelaksana,
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ i
RINGKASAN ..…………………………………………. …........... ii
KATA PENGANTAR ……………………………………….......... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………….............. iv
I. PENDAHULUAN ……………………………………….............. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………. 1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
kandungan teks menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok agama dan etik;
kelompok susastra; kelompok sejarah dan mitologi; kelompok ilmu pengetahuan,
seni, kemasyarakatan, hukum folklor, adat dan serba-serbi.
Tim peneliti memiliki keyakinan dengan mayoritas jenis naskah yang dikoleksi
di Geria Timbul, Intaran Sanur, kesenangan atau aktivitas panglingsir Geria
3
tersebut seputar itu. Hal ini berdasarkan pengalaman ketika tim peneliti ini beserta
dosen dan mahasiswa prodi Sastra Daerah mengadakan pengabdian pada
masyarakat di desa Kelating, Kerambitan, kabupaten Tabanan tahun 2003. Judul
kegiatannya Konservasi naskah Lontar di Desa Kelating. Pada saat itu ada satu
lokasi mengoleksi naskah lontar jumlahnya 70 –an naskah lontar. Dari jumlah itu
mayoritas atau kebanyakan naskah yang dikoleksinya adalah naskah lontar magis
(pengiwaan). Setelah dikonfirmasi dengan masyarakat sekitarnya, ternyata
memang leluhur dari kolektor naskah tersebut dahulu adalah dukun (balian) sakti.
Beranalogi dari kasus itu, maka timbul pertanyaan apa sesungguhnya aktivitas
leluhur Geria Timbul, Intaran Sanur dilihat dari mayoritas naskah lontar yang
dikoleksinya dan naskah mana yang menjadi naskah lontar unggulan. Itulah yang
dikaji dalam tulisan ini.
1.2 Masalah
Dari pmaparan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti biasa pekerjaan untuk mencari data dengan populasi yang cukup
luas, terkadang ada saja sampel data yang terlepas dari pengamatan. Demikian
pula dalam buku Skriptorium Naskah Tradisional Kota Denpasar. Masih ada
5
tempat penyimpanan naskah tradisional yang luput dari pengamatan, yaitu salah
satunya Geria Timbul, Intaran Sanur.
BAB III
Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti memiliki tujuan. Untuk itu
adapun tujuan penelitian ini ada dua.
3.1.1Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut menggali, mengkaji, dan
melestarikan naskah lontar sebagai warisan para leluhur. Hal ini dilakukan karena
naskah lontar buah karya para leluhur kita adalah karya sastra tradisional yang
memiliki berbagai pengetahuan yang bernilai tinggi. Pengetahuan-pengetahuan ini
nantinya dapat dipakai pedoman kehidupan agar hidup ini menjadi ringan dan
damai.
BAB IV
METODE PENELITIAN
BAB V
Geria Timbul Intaran desa Sanur saat ini mengoleksi 118 naskah lontar.
Naskah-naskah lontar itu akan dikelompokkan untuk memudahkan
penganalisisan.
Naskah lontar kelompok pertama di atas terdiri dari 29cakep. Nomor urut
3, yaitu naskah Wrespati Tattwa terdiri dari dua buah naskah, naskah nomor urut
8, yaitu naskah Silakrama Aguron-guron terdiri dari dua buah naskah, serta
naskah nomor urut 11, yaitu naskah Kadyatmikan terdiri dari dua buah naskah,
dan naskah nomor urut 21 juga terdiri dari dua buah naskah. Jadi keseluruhan
naskah lontar kelompok pertama terdiri dari 29 buah naskah lontar.
12
10. Pramananing Wong Gering; berisi tentang kondisi jiwa orang yang
sedang sakit dan penanganannya.
11. Usada Rare; pengobatan tradisional untuk penyakit yang biasa menimpa
anak-anak.
12. Tengering Pangipian; berisi tafsir mimpi.
13. Pangalihan Ekasungsang; berisi tentang tenung.
14. Mega Sumedang; berisi mantra-mantra magis.
15. Wariga Lalubangan (2 buah); berisi tentang ilmu astronomi.
16. Candrasari; berisi ilmu pangiwa dan ilmu kawisesan
17. Panulak Gring Marana; berisi penolak penyakit hama.
11. Puja Caru Pancasya; berisi puja mantra pada saat melaksanakan upacara
dengan sarana Caru Pancasya.
12. Bacakan Sarwacaru; berisi tentang tingkat-tingkatan sajen caru, jenis,
dan namanya.
13. Petawuran Agung (Puja); berisi puja mantra yang dipakai mengiringi
upacara Tawur Agung.
14. Pitrapuja (Ngaben) (2 naskah); berisi puja mantra yang dipakai
mengiringi upacara ngaben.
15. Pujut Kakipi (mantra, smarastawa); berisi mantra-mantra untuk memuja
dewa Asmara.
16. Surat Kajang Utama; berisi lukisan berwujud manusia dari uang kepeng
dan aksara sakti pada kain putih yang dipakai kerudung luar mayat yang
akan diaben.
17. Upakara Manak Kembar/Buncing; berisi upacara dan rentetannya untuk
anak kembar sejenis atau kembar beda jenis (buncing).
18. Smarastawa; pemujaan dewa Asmara dan mantra-mantranya.
19. Panca Mahabhuta; berisi tentang lima bhutakala yang bertempat di lima
penjuru (barat, timur, selatan, utara, dan tengah), serta implementasinya
pada upacara serta sarananya.
20. Kunadresta; berisi tentang sesajen dan pujamantra pada saat piodalan
Sanghyang Aji Saraswati.
21. Brahmantaka Wangsa; berisi tentang tatacara upacara kematian para
brahmana.
22. Parama Guyha Candramandala; berisi upacara kurban untuk
keselamatan bumi.
23. Prajapati Astawa; berisi puja mantra kepada dewa Prajapati.
24. Ekapratama Samapta; berisi tentang pemujaan kepada leluhur dan
mantra-mantranya.
25. Surya Sumedang; berisi tentang pemujaan terhadap dewa Surya beserta
mantra-mantranya.
26. Manusa Sumedang; berisi mantra untuk pemujaan yang harus diketahui.
15
5.10Kelompok Lain-Lain
Berdasarkan kajian di atas yang tersurat pula dalam tabel, koleksi lontar di
Geria Timbul Intaran desa Sanur, naskah lontar yang berhubungan dengan tutur
atau filsafat yang juga dikenal dengan naskah lontar kedyatmikan menduduki
angka paling tinggi. Tercatat 29 buah naskah lontar atau 34,22%. Naskah lontar
18
Dari sini dapat dikatakan aktivitas di Geria Timbul Intaran, Sanur dahulu
ada kecenderungan lebih banyak menjadi tempat pembelajaran tutur (tattwa), dan
kedyatmikan (spiritual). Kelompok koleksi naskah lontar yang kedua, Upacara
Yadnya dan Pujamantra prosentasenya juga tinggi, akan tetapi menjadi sah-sah
saja karena memang tugas dan fungsi pokok seorang pendeta. Artinya setiap
pendeta akan selalu berhubungan dengan naskah-naskah lontar tersebut sebagai
acuan dalam melaksanakan upacara.
1) Tatakrama Andadi Wong; berisi tentang nasehat yang harus dipatuhi oleh
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia
3) Ekapratama Samapta; berisi tentang filosofi angka satu yang berati tunggal
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Geria Timbul Intaran, desa Sanur merupakan tempat olah sastra. Sastra
yang diutamakan adalah tentang filsafat kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Demikian pula naskah lontar yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) koleksinya cukup banyak sebagai acuannya. Hal ini dapat dikatakan
demikian berdasarkan mayoritas koleksi naskah lontar yang ada di Geria.
6.2Saran
Penelitian yang baik dan dapat berdayaguna tidak cukup hanya dilakukan
sekali. Artinya, penelitian naskah lontar koleksi Geria Timbul, Intaran Sanur
harus dilanjutkan mengingat masih banyak naskah lontarnya belum dibedah dan
dikaji isinya.
Daftar Pustaka
Anom, I Gusti Ketut. dkk. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Bali dan Latin.
Denpasar: Badan Pembina Bahasa, Sastra, dan Aksara Bali
bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar.
Jelantik, IB. dkk. 200. Skriptorium Naskah Tradisional Kota Denpasar. Denpasar:
Pemeritah Kota Denpasar.
Jirnaya, I Ketut. dkk. 2003. “Laporan Pengabdian pada Masyarakat” Konservasi
Naskah Lontar di Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan,
Kabupaten Tabanan. Denpasar: Lembaga Pengabdian pada
Masyarakat Universitas Udayana.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pigeaud, TH. 1967. Literature of Java. Vol I. The Hague Martinus Nijhoff.
Soemantri, Emuch Herman. 1986. “Identifikasi Naskah”. Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Suastika, I Made. 1997. Calon Arang dalam Tradisi Bali. Yogyakarta: Pustaka
Larasan
22
LAMPIRAN 1
Personalia Peneliti
1. Ketua
1.1 Nama : Dr. Drs. I Ketut Jirnaya, M.S.
1.2 Pangkat/Gol./NIP : Pembina Utama Muda, IV/c 19590408198403 1 001
1.3 Jabatan sekarang : Dosen biasa
1.4 Bidang keahlian : Sastra
1.5 Tempat kegiatan : Denpasar
1.6 Waktu kegiatan : 24 jam per minggu
2. Anggota 1
2.1 Nama : Drs. A.A. Gede Bawa, M.Hum.
2.2 Pangkat/Gol./NIP : Pembina Tk. I, IVb/19571231 198503 1 010
2.3 Jabatan sekarang : Dosen biasa
2.4 Bidang keahlian : Sastra
2.5 Tempat kegiatan : Denpasar
2.6 Waktu kegiatan : 24 jam per minggu.
3. Anggota 2
3.1 Nama : Drs. I Wayan Sukersa, M.Hum.
3.2 Pangkat/Gol./NIP : Pembina, IV/a 19550721198203 1 009
3.3 Jabatan sekarang : Dosen biasa
3.4 Bidang keahlian : Sastra
3.5 Tempat kegiatan : Denpasar
3.6 Waktu kegiatan : 24 jam per minggu
4. Pembantu 1
4.1 Nama : Drs. I Made Wijana, M.Hum.
4.2 Pangkat/Gol./NIP : Pembina, IV/a 19571110198503 1 003
23
5.Pembantu 2
5.1 Nama : Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.
5.2 Pangkat/Gol./NIP : Pembina Tk. I, IV/b, 19650307 199303 2 001
5.3 Jabatan sekarang : Dosen biasa
5.4 Bidang keahlian : Linguistik
5.5 Tempat kegiatan : Denpasar
5.6 Waktu kegiatan : 24 jam per minggu
Pembantu Mahasiswa
1. I Ketut Eriadi Ariana
2. Ni Made Oka Wijayanti
3. Ida Bagus Tilem
4. Ida Bagus Anom
24
Oleh
I Ketut Jirnaya, Anak Agung Gede Bawa, I Wayan Sukersa,
I Made Wijana, Ni Ketut Ratna Erawati**
Abstrak
Geria adalah sebutan untuk rumah para brahmana atau rumah seorang pendeta
Hindu. Geria dari segi fungsi selain sebagai tempat pembelajaran bagi umat
Hindu, juga tempat olah sastra tradisional. Banyak karya sastra Bali tradisional
diciptakan, disalin, dan ditulis di Geria. Salah satu Geria di Sanur adalah Geria
Timbul yang mengoleksi 124 naskah lontar dengan berbagai jenis (genre).
Biasanya masing-masing Geria memiliki naskah lontar tidak sama baik jumlah
maupun jenisnya. Mengingat Geria sebagai salah satu tempat olah sastra
tradisional dan pusat pembelajaran Agama Hindu, belum dapat diprediksi apakah
di Geria tersebut aktivitasnya dahulu lebih banyak ke bidang spiritual,
perdukunan, atau ke sastra. Berdasarkan hasil analisis naskah koleksi di Geria
Timbul, Intaran Sanur, maka dapat diprediksi aktivitas Geria tersebut cenderung
ke spiritual. Naskah lontar koleksi Geria Timbul yang berhubungan dengan
spiritual (kedyatmikan) berjumlah 22 dari 124 naskah keseluruhan. Di samping
seperti juga Geria yang lain yang berfungsi sebagai pengayom umat Hindu (21
naskah yang terkait dengan upacara Yadnya dan Puja Mantra). Pelengkap
koleksinya ada juga naskah yang lain: Naskah Sejarah dan babad 8 buah,
Kepanditaan 14 buah, usada 16 buah, Cerita 7 buah, Cerita Tantri 4 buah, Bahasa
dan Aksara 3 buah, Kakawin 6 buah, dan lain-lain 4 buah.
Kata kunci: naskah lontar, koleksi, mayoritas, aktivitas, spiritual (kedyatmikan)
1. Pendahuluan
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana memiliki kerjasama
dengan desa Sanur dalam bidang pembinaan. Desa Sanur, Kecamatan Denpasar
Selatan, Pemerintahan Kota Denpasar, merupakan desa tradisinal yang kini
berubah menjadi desa modern akibat pengaruh pariwisata. Walaupun demikian
ketradisionalan desa Sanur masih terlihat dan tetap dipertahankan sampai
sekarang, seperti masih tersimpannya beratus-ratus naskah lontar.
Naskah-naskah lontar ini masih tersimpan dengan baik karena merupakan
benda pusaka warisan para leluhur dan dikeramatkan. Untuk membaca biasanya
------* Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya 27-28 Mei di FSB Universitas
Udayana.
____** Tim peneliti dari Prodi Sastra Jawa Kuno FSB Universitas Udayana.
25
harus ada sajen atau minimal canang sari dengan tujuan memohon keselamatan.
Pada hari raya Sanghyang Aji Saraswati, lontar-lontar ini dibuatkan upacara
khusus (bdk. Hermansoemantri, 1986: 10). Dari segi isi naskah lontar cukup
beragam. Dari sini Pigeaud (1967:54) membagi naskah tersebut berdasarkan isi
kandungan teks menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok agama dan etik;
kelompok susastra; kelompok sejarah dan mitologi; kelompok ilmu pengetahuan,
seni, kemasyarakatan, hukum folklor, adat dan serba-serbi.
Dari beratus-ratus naskah lontar di Banjar Intaran Sanur, kebanyakan
naskah lontar tersebut tersimpan di Geria. Geria adalah sebutan rumah untuk para
brahmana atau rumah para pendeta Hindu, seperti Ida Pedanda, Ida Resi, Ida
Bagawan, dan Ida Sri Empu (lihat Warna, dkk. 2008:244). Geria dahulu
merupakan tempat olah sastra tradisional (Jelantik, dkk. 2008: 23). Hal ini sesuai
dengan fungsi para brahmana sebagai pengemong dan pengembangan agama
Hindu. Masyarakat yang ingin belajar mengisi diri dengan berbagai pengetahuan
terutama tentang agama, sastra tradisional seperti kakawin, dapat belajar ke Geria
dan akan dibimbing oleh para brahmana atau Pendeta.
Banyaknya Geria di Banjar Intaran desa Sanur sebagai kolektor naskah
lontar dan mengingat waktu serta dana, maka penelitian naskah lontar ini
difokuskan di Geria Timbul, Intaran desa Sanur. Di Geria Timbul tersimpan 118
cakep naskah lontar dengan berbagai isi dan jenisnya. Menurut Ida Pedanda yang
tinggal di Geria Timbul, naskah-naskah lontar tersebut merupakan warisan dari
leluhur beliau. Masing-masing Geria sebagai tempat tersimpannya naskah-naskah
lontar tersebut, dari segi jumlah naskah lontar dan isinya tentu tidak sama. Hal ini
tergantung dari kesenangan para pemilik naskah lontar tersebut. Barangkali di
sebuah Geria ada yang mayoritas naskah lontar yang dikoleksinya dari jenis
naskah tutur, sastra kakawin, usada, dan sebagainya. Memang belum ada teori
yang teruji, yang mengatakan bahwa aktivitas sebuah Geria dahulu dapat dilacak
dari mayoritas naskah lontar yang dikoleksinya. Tetapi penelitian ini akan
mencoba mereka-reka aktivitas Geria Timbul dahulu melalui naskah lontar yang
dikoleksinya.
Tim peneliti memiliki keyakinan dengan mayoritas jenis naskah yang
dikoleksi di Geria Timbul, Intaran Sanur, kesenangan atau aktivitas panglingsir
Geria tersebut seputar itu. Hal ini berdasarkan pengalaman ketika tim peneliti ini
beserta dosen dan mahasiswa prodi Sastra Daerah mengadakan pengabdian pada
masyarakat di desa Kelating, Kerambitan, kabupaten Tabanan tahun 2003. Judul
kegiatannya Konservasi naskah Lontar di Desa Kelating. Pada saat itu ada satu
lokasi mengoleksi naskah lontar jumlahnya 70 –an naskah lontar. Dari jumlah itu
mayoritas atau kebanyakan naskah yang dikoleksinya adalah naskah lontar magis
(pengiwaan). Setelah dikonfirmasi dengan masyarakat sekitarnya, ternyata
memang leluhur dari kolektor naskah tersebut dahulu adalah dukun (balian) sakti.
Beranalogi dari kasus itu, maka timbul pertanyaan apa sesungguhnya aktivitas
26
leluhur Geria Timbul, Intaran Sanur dilihat dari mayoritas naskah lontar yang
dikoleksinya. Itulah yang dikaji dalam tulisan ini.
2. Pembahasan
Geria Timbul Intaran desa Sanur saat ini mengoleksi 118 naskah lontar.
Naskah-naskah lontar itu akan dikelompokkan untuk memudahkan
penganalisisan.
1) Kelompok Tutur, Tattwa (Filsapat)
27. Pramananing Wong Gering; berisi tentang kondisi jiwa orang yang
sedang sakit dan penanganannya.
28. Usada Rare; pengobatan tradisional untuk penyakit yang biasa menimpa
anak-anak.
29. Tengering Pangipian; berisi tafsir mimpi.
30. Pangalihan Ekasungsang; berisi tentang tenung.
31. Mega Sumedang; berisi mantra-mantra magis.
32. Wariga Lalubangan (2 buah); berisi tentang ilmu astronomi.
33. Candrasari; berisi ilmu pangiwa dan ilmu kawisesan
34. Panulak Gring Marana; berisi penolak penyakit hama.
45. Panca Mahabhuta; berisi tentang lima bhutakala yang bertempat di lima
penjuru (barat, timur, selatan, utara, dan tengah), serta implementasinya
pada upacara serta sarananya.
46. Kunadresta; berisi tentang sesajen dan pujamantra pada saat piodalan
Sanghyang Aji Saraswati.
47. Brahmantaka Wangsa; berisi tentang tatacara upacara kematian para
brahmana.
48. Parama Guyha Candramandala; berisi upacara kurban untuk
keselamatan bumi.
49. Prajapati Astawa; berisi puja mantra kepada dewa Prajapati.
50. Ekapratama Samapta; berisi tentang pemujaan kepada leluhur dan
mantra-mantranya.
51. Surya Sumedang; berisi tentang pemujaan terhadap dewa Surya beserta
mantra-mantranya.
52. Manusa Sumedang; berisi mantra untuk pemujaan yang harus diketahui.
5) Kelompok Kepanditaan
10. Wikutama; berisi tentang pedoman menjadi pendeta yang utama.
11. Sasana Pandita; beisi tentang tingkahlaku dan kewajiban sebagai
seorang pendeta Hindu.
12. Puja Seha Pemangku; berisi tentang puja seorang Pemangku
dengan bahasa Bali Alus yang dikaitkan dengan upacara yadnya yang
dilaksanakan.
13. Weda Parikrama; bersi tentang weda dan cara pelafalan yang
benar serta keterkaitannya dengan upacara yadnya.
14. Seha Balian Konteng; berisi puja seorang yang berprofesi sebagai
dukun konteng/sonteng.
15. Padiksan (2 naskah); berisi uraian tatanan upacara inisiasi
(padiksan) menjadi pendeta Hindu.
16. Dewapuja; berisi pemujaan dan puja mantra terhadap para dewa.
17. Mpulutuk (2 naskah); berisi uraian yang menjadi pedoman bagi
seorang Pemangku.
18. Prayoganing Sang Sadhaka (2 buah); berisi pemujaan dan doa-doa
para pendeta
6) Kelompok Cerita
4. Sanghyang Kumara; berisi cerita kehidupan Sanghyang Kumara sebagai
putra dari Dewa Siwa.
5. Anggastya Purana; berisi kisah seorang pendeta bernama Dang Guru
Agastya ketika membuat bangunan suci tempat pemujaan Tuhan di Bali.
6. Swargarohana Parwa; berisi cerita kembalinya Panca Pandawa dan
Dropadi ke Surga setelah usai perang Bharata.
30
Pujamantra
5 Kepanditaan 12 14,16
6 Cerita 3 3,54
7 Tantri 4 4,72
8 Bahasa dan Aksara 4 4,72
9 Susastra Kakawin dan Geguritan 5 5,9
10 Lain-lain 6 7,08
Berdasarkan kajian di atas yang tersurat pula dalam tabel, koleksi lontar di
Geria Timbul Intaran desa Sanur, naskah lontar yang berhubungan dengan tutur
atau filsafat yang juga dikenal dengan naskah lontar kedyatmikan menduduki
angka paling tinggi. Tercatat 29 buah naskah lontar atau 34,22%. Naskah lontar
yang berhubungan dengan upacara Yadnya dan Pujamantra berjumlah 27 buah
atau 31,86%. Selain kedua kelompok ini prosentasenya kecil.
Dari sini dapat dikatakan aktivitas di Geria Timbul Intaran, Sanur dahulu
ada kecenderungan lebih banyak menjadi tempat pembelajaran tutur (tattwa), dan
kedyatmikan (spiritual). Kelompok koleksi naskah lontar yang kedua, Upacara
Yadnya dan Pujamantra prosentasenya juga tinggi, akan tetapi menjadi sah-sah
saja karena memang tugas dan fungsi pokok seorang pendeta. Artinya setiap
pendeta akan selalu berhubungan dengan naskah-naskah lontar tersebut sebagai
acuan dalam melaksanakan upacara.
3.Simpulan
Geria Timbul Intaran, desa Sanur merupakan tempat olah sastra. Sastra
yang diutamakan adalah tentang filsafat kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Demikian pula naskah lontar yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) koleksinya cukup banyak sebagai acuannya. Hal ini dapat dikatakan
demikian berdasarkan mayoritas koleksi naskah lontar yang ada di Geria.
Daftar Pustaka
Jelantik, IB. dkk. 200. Skriptorium Naskah Tradisional Kota Denpasar. Denpasar:
Pemeritah Kota Denpasar.
32