Anda di halaman 1dari 108

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

PENERAPAN NESTING PADA BAYI DENGAN DIAGNOSIS BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSU
AZ-ZAHRA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH PROFESI NERS

DIAJENG FIFIT
NPM: 200103080

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021

i
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

PENERAPAN NESTING PADA BAYI DENGAN DIAGNOSIS BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSU
AZ-ZAHRA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar NERS

DIAJENG FIFIT
NPM: 200103080

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama Mahasiswa : Diajeng Fifit


NPM : 200103080
Prodi studi : Profesi Ners
Judul : Penerapan Nesting Pada Bayi Dengan Diagnosis Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi Rsu
Az-Zahra Lampung Tengah Tahun 2021

Pringsewu, 26 Juli 2021


Penulis

Diajeng Fifit

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN NESTING PADA BAYI DENGAN DIAGNOSIS BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSU AZ-
ZAHRA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat


Untuk diujikan pada tanggal 26 Juli 2021

Pembimbing

Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0228018502

Mengetahui,
Ketua Program Profesi Ners

Feri Agustriyani, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0218028804

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners ini diajukan oleh:


Nama : Diajeng Fifit
NPM : 200103080
Program Studi : Profesi Ners
Judul Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners : Penerapan Nesting Pada Bayi Dengan
Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruang Perinatologi RSU Az-
Zahra Lampung Tengah Tahun 2021

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Profesi
Ners Universitas Aisyah Pringsewu.

Penguji I Penguji II

(Anggi Kusuma, S.Kep.,Ners.,M.Kep) (Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep)


NIDN. 0204098903 NIDN. 0228018502

Mengetahui
Ka. Prodi Profesi Ners

Feri Agustriyani, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0218028804

Menyetujui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu

Wiwi Febriani, S.Gz.,M.Si


NIDN.0221029001

Ditetapkan di : Pringsewu
Tanggal : 26 Juli 2021

v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sevitas akademik Universitas Aisyah Pringsewu, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :
Nama : Diajeng Fifit
NPM : 200103080
Peminatan : Keperawatan Anak
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners

Demi pengembangan ilmu pengembangan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Aisyah Pringsewu Lampung Hak Bebas Royalita Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners saya
yang berjudul :
PENERAPAN NESTING PADA BAYI DENGAN DIAGNOSIS BERAT
BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSU AZ-
ZAHRA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Aisyah Pringsewu berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : 26 Juli 2021
Yang Menyatakan

(Diajeng Fifit)

vi
BIODATA PENULIS

A. Identitas Penulis
1. Nama : Diajeng Fifit
2. NIM : 200103080
3. Temapt/tanggal Lahir : Gunung Sugih, 15 Agustus 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Banjar Sari RT/RW : 001/003
Kec. Gunung Sugih Kab. Lampung
Tengah.
7. Orang Tua : Ayah : Suwanto
Ibu : Sarinah
8. No. Hp : 0853 5780 9045
9. Email : diajengfifit@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. SD (2004-2010) : SDN 2 Gunung Sugih
2. SMP (2010-2013) : SMPN 2 Punggur
3. SMA (2013-1016) : SMAN 1 Kota Gajah
4. S1 Ilmu Keperawatan
(2016-2020) : Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
5. Profesi Ners (2020-2021) : Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

vii
MOTTO

‫سنُ فَِإ َذا ٱلَّ ِذى بَ ْينَكَ َوبَ ْينَهۥُ َع ٰ َد َوةٌ َكَأنَّ ۥهُ َولِ ٌّى َح ِمي ٌم‬
َ ‫سيَِّئةُ ۚ ٱ ْدفَ ْع بِٱلَّتِى ِه َى َأ ْح‬
َّ ‫سنَةُ َواَل ٱل‬
َ ‫ستَ ِوى ٱ ْل َح‬
ْ َ‫َواَل ت‬

Dan Tidaklah Sama Kebaikan Dan Kejahatan. Tolaklah (Kejahatan Itu)


Dengan Cara Yang Lebih Baik, Maka Tiba-Tiba Orang Yang Antaramu
Dan Antara Dia Ada Permusuhan Seolah-Olah Telah Menjadi Teman Yang
Sangat Setia.

(Q.S AL-Fushshilat : 34)

Selama Ada Keyakinan, Semua Akan Menjadi Mungkin 

Balas Dendam Terbaik Adalah Kesuksesan Yang Hakiki.

Don’t Try To Be The Same, But Be Better

( Jangan Mencoba Untuk Jadi Sama, Namun Jadilah Lebih Baik)

(Diajeng Fifit)

viii
PERSEMBAHAN

1. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan KTI ini.

2. Teruntuk orang tuaku tercinta Bapak Suwanto dan Ibu Sarinah yang telah

mendidikku dari kecil hingga sekarang, selalu memberikan doa, restu,

kesabaran dan perjuangan yang tidak ada banding nya dan semangat serta

dukungan yang tiada henti.

3. Untuk kakakku tercinta Fitriyana Sari yang selalu memberikan semangat

serta bantuan untuk adiknya, kakakku Heru Susanto yang selalu menjadi

tempat sharing, menjadi motivasi dan panutanku, tak lupa untuk keluarga

besar kakekku Tukijo tersayang yang selalu menyemangatiku dan

mendoakanku serta mengingatkanku untuk menyelesaikan KTI .

4. Terimakasih yang tak terhingga untuk dosen pembimbing saya ibu Feri

Kameliawati,S.Kep.,Ners.,M.Kep, yang selalu sabar membimbing saya

untuk meneyesaikan KTI ini.

5. Terimakasih juga untuk sahabat-sahabatku tersayang, serta teman-teman

Profesi Ners 2020 yang telah saling memberikan semangat dan membantu

dalam penyelesaian KTI ini.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, dan
Karunia-Nya, sehingga penyusun skripsi yang berjudul Penerapan Nesting Pada
Bayi Dengan Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang
Perinatologi Rsu Az-Zahra Lampung Tengah Tahun 2021, dapat saya
selesaikan. Penyelesaian penelitian ini juga berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghanturkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, SSIT.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep., Ners., MAN., selaku Rektor Universitas
Aisyah Pringsewu Lampung
3. Wiwi Febriani, S.Gz., M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Aisyah Pringsewu Lampung
4. Feri Agustriyani,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners Universitas Aisyah Pringsewu
5. Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Pembimbing KTI
6. Seluruh Staf, Dosen, dan Tata Usaha Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
7. Kepala Ruangan dan Perawat Ruangan Perinatologi RSU Az-Zahra
Kalirejo Lampung Tengah yang selalu mendukung dan membantu dalam
penyelesaian KTI ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan KTI ini.
Semoga Allah berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberiikan dan semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kesehatan. Penulis
menyadari dalam penelitian ini masih banyak kekurangan untuk itu, penulis
sangat mengharapkan masukan serta saran-saran yang membangun guna
perbaikan selanjutnya. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua, Amin.

Pringsewu, 26 Juli 2021


Penulis

Diajeng Fifit

x
Program Studi Profesi Ners
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners, Mei 2021
Diajeng Fifit 1) , Fery Kameliawati 2)
diajengfifit@gmail.com

ABSTRAK

PENERAPAN NESTING PADA BAYI DENGAN DIAGNOSIS BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSU
AZ-ZAHRA LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

Latar Belakang : Bayi berat lahir rendah di Indonesia masih tergolong tinggi
dan masih menjadi perhatian serius. BBLR mengakibatkan gangguan fungsi vital
organ yang berakhir pada penurunan kualitas proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penanganan BBLR yang dianjurkan adalah penggunaan
nesting.
Tujuan : Menerapkan Nesting Pada Bayi Dengan Diagnosis Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rsu Az-Zahra Lampung Tengah
2021.
Metode : Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
deskriptif dengan desain studi kasus, dilakukan tanggal 23 Mei 2021 sampai
dengan selesai, jumlah sampel 1 orang pasien.
Hasil : Intervensi yang dilakukan pada penelitian adalah pemasangan nesting,
Implementasi yang dilakukan adalah penerapan nesting pada bayi BBLR di ruang
peinatologi, evaluasi setelah penerapan nesting yaitu adanya perubahan suhu
tubuh bayi dan kenyamanan tidur pada bayi BBLR di ruang Prinatologi RSU Az-
Zahra Kalirejo Lampung Tengah.
Rekomendasi : Penerapan nesting sebaiknya diterapkan diruangan
Perinatologi pada kasus BBLR guna untuk meningkatkan suhu tubuh, berat badan
dan kenyamanan pada BBLR.

Kata Kunci : BBLR, Nesting, Asuhan Keperawatan


1)
Diajeng Fifit
2)
Feri Kameliawati, S.Kep., Ners., M.Kep

xi
Ners Profession Study Program,
Aisyah University of Pringsewu Lampung
Scientific Papers of Ners Profession, May 2021
Diajeng Fifit 1) , Fery Kameliawati 2)
diajengfifit@gmail.com
ABSTRACT

APPLICATION OF NESTING THEIN INFANTS WITH THE DIAGNOSIS


OF LOW BIRTH WEIGHT (LBW) IN PERINATOLOGY ROOM AT
AZ-ZAHRA HOSPITAL CENTRAL LAMPUNG IN 2021

Background: Low birth weight babies in Indonesia are still relatively high and
still a serious concern. Low Birth Weight (LBW) causes disruption of vital organ
functions that end in a decrease in the quality of the child's growth and
development process. The recommended treatment for Low Birth Weight (LBW)
is the using of nesting.
Objective: Applying Nesting to Babies with a Low Birth Weight (LBW)
diagnosis in the Perinatology Room at Az-Zahra Hospital Central Lampung in
2021.
Methodology: In this study, the researcher used descriptive research with a
case-study design which was carried out on May 23th 2021 until completion, the
number of samples was 1 patient.
Result: The intervention conducted in this study was the installation of
nesting, the implementation carried out was the application of nesting to Low
Birth Weight (LBW) infants in the peinatology room, evaluation after the
application of nesting was a change in the baby's body temperature and sleep
comfort for Low Birth Weight (LBW) infants in the Prinatology room at Az-
Zahra Hospital Central Lampung. .
Recommendation: The application of nesting should be applied in the
Perinatology room in LBW cases in order to increase body temperature, weight
and comfort for Low Birth Weight (LBW).

Keywords: Low Birth Weight (LBW), Nesting, Nursing Care

Diajeng Fifit
1)

Feri Kameliawati, S.Kep., Ners., M.Kep


2)

xii
DAFTAR ISI

COVER LUAR................................................................................................. i
COVER DALAM............................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISISNIL............................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI....................................................... vi
BIODATA PENULIS....................................................................................... vii
MOTTO............................................................................................................ viii
PERSEMBAHAN............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................ xi
ABSTRACT..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
1. Tujuan Umum................................................................................. 7
2. Tujuan Khusus................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 8
E. Pengumpulan Data................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Kerangka Konsep Medis....................................................................... 10
1. Pengertian BBLR............................................................................ 10
2. Etiologi........................................................................................... 11
3. Manifestasi Klinis........................................................................... 16
4. Patway............................................................................................. 18
5. Penatalaksanaan ............................................................................. 19
6. Pengertian Nesting.......................................................................... 21
B. Konsep Dasar Keperawatan.................................................................. 25
1. Pengkajian....................................................................................... 25
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 33
3. Intervensi........................................................................................ 34
4. Implementasi................................................................................... 36
5. Evaluasi........................................................................................... 36
C. Jurnal Penelitian Terkait....................................................................... 37

BAB III METODE PENULISAN


A. Desain Karya Tulis Ilmiah.................................................................... 40
B. Responden............................................................................................. 40

xiii
C. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 41
D. Tindakan Yang Dilakukan.................................................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data................................................................... 42
F. Etika Studi Kasus.................................................................................. 43

BAB IV TINJAUAN KASUS2


A. Pengkajian............................................................................................. 45
1. Riwayat Keperawatan.................................................................... 45
2. Biodata Klien ................................................................................ 45
3. Riwayat Kesehatan........................................................................ 46
4. Pemeriksaan Fisik.......................................................................... 49
5. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 51
6. Analisa Data Masalah.................................................................... 54
B. Perencanaan.......................................................................................... 56
C. Implementasi......................................................................................... 58
D. Evaluasi................................................................................................. 66

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil Lahan Praktik.............................................................................. 67
1. Visi dan Misi Visi Misi RSU Az-Zahra Lampung Tengah........... 67
2. Gambaran Ruangan Tempat Praktik ............................................. 67
3. Pelayanan dan Penanganan yang Dilakukan di Tempat Praktik.... 68
B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan............................................... 69
1. Ringkasan Proses Pengkajian ........................................................ 69
2. Diagnosis Keperawatan................................................................ 70
3. Perencanaan Keperawatan............................................................. 71
4. Implementasi.................................................................................. 76
5. Evaluasi ......................................................................................... 79
C. Hasil Penerapan Tindakan.................................................................... 81
D. Pembahasan........................................................................................... 82
1. Analisis Karakteristik Klien............................................................. 82
2. Analisis Masalah Keperawatan Utama............................................ 83
3. Analisis Tindakan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa................. 83
4. Analisis Tindakan Keperawatan Sesuai Hasil Penelitian................. 84
E. Keterbatasan ........................................................................................ 84

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 85
B. Saran .................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patway.............................................................................................18


Gambar 2.2 Cara-Cara Pembuatan Nesting .......................................................23
Gambar 2.3 Berbagai Posisi Bayi Dalam Nest ..................................................25
Gambar 4.1 Genogram .......................................................................................47

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Implementasi Pemberian Posisi Pada Bayi Prematur di NICU..........23


Tabel 2.2 Rencana Keperawatan.........................................................................33
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik...............................................................................41
Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang......................................................................52
Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang......................................................................52
Tabel 4.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................52
Tabel 4.5 Analisa Data........................................................................................54
Tabel 4.6 Rencana Keperawatan.........................................................................56
Tabel 4.7 Catatan Perkembangan I.....................................................................58
Tabel 4.8 Catatan Perkembangan II....................................................................61
Tabel 4.9 Catatan Perkembangan III...................................................................64

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017, BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah) salah satu penyebab kematian bayi baru lahir,

dimana AKB merupakan indicator dari SDGs (Suitable Development Goals)

yang akan mengakhiri kematian AKABA) 25 per 1.000 kelahiran hidup pada

tahun 2030 (WHO, 2017). Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI

(2016), Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015

menunjukkan angka kematian bayi yaitu 22.23 % per 1000 kelahiran hidup,

dimana komplikasi BBLR merupakan penyebab kematian terbanyak pada

neonatal. Angka kematian anak di Indonesia sebesar 27 per 1000 kelahiran

hidup (Kemenkes RI, 2017).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2018

Angka Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2017 dengan persentase 5,4% menjadi 6,2%

pada tahun 2018 ( Riskesdas, 2018). Data Badan Pusat Statistik Lampung

2016 menunjukan BBLR tertinggi yaitu di kabupaten Tulang Bawang Barat

dengan jumlah 743, dan terendah pada kabupaten Pesisir Barat dengan jumlah

29. Sedangkan di kabupaten Lampung Tengah sendiri yaitu sejumlah 448

(Badan Statistik Lampung, 2016).

Pada tahun 2015 BBLR menjadi salah satu penyebab kematian bayi yaitu

sebesar 206, asfiksia 224, tetanus neonatorum 1, gangguan pencernaan 1,

infeksi 11, kelainan kongenital 66 dan lain-lain 94. Kejadian BBLR sangat

1
2

dipengaruhi faktor ibu, faktor bayi dan faktor tali pusat (Profil Dinas

Kesehatan Provinsi Lampung, 2015). Berdasarkan hasil pre survey data dari

Rumah Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo Provinsi Lampung Tengah tahun 2021

dari bulan januari hingga maret terdapat data BBLR sejumlah 25 (RSU Az-

Zahra)

Bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian,

keterlambatan petumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak

dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal. Bayi BBLR memiliki

peluang lebih kecil untuk bertahan hidup, ketika mereka bertahan hidup,

mereka lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa (Noor, Murniati.

2016). Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32

minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka

mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim

akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paruparu, jantung,

ginjal, hati dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian perinatal

disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2009 ; Yeni & Nasararti, 2020)

Masalah yang paling sering dijumpai pada berat bayi lahir rendah

(BBLR) diakibatkan dari ketidakmatangan (imaturitas) sistem organ, Sehingga

akan berdampak pada perubahan fisiologis tubuh yang kompleks. Imaturitas

organ neonatus adalah struktur tonus otot yang sangat lemah, sehingga akan

berpengaruh terhadap kemampuan kontrol motorik ini akan cenderung dalam

posisi ekstensi, padalah posisi yang terbaik untuk bayi adalah fleksi karena

dapat membantu mengurangi metabolisme dalam tubuh (Sulistiarini &

Berliana, 2016).
3

Sehubungan dengan proses adaptasi pada sistem gastrointestinal dan

nutrisi, seperti reflek isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34

minggu, motilitas usus menurun, pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut

dalam lemak kurang, dan BBLR sangat rentan terhadap defisiensi dan

gangguan keseimbangan berbagai nutrisi, sehingga mudah mengalami

kerusakan permanen dalam pertumbuhan fisik dan mental (Damanik, 2012 ;

Eliyanti yeni 2020). Kekurangan asupan nutrisi pada bayi baru lahir (BBL)

beresiko terjadi masalah nutrisi dan tumbuh kembang bayi baru lahir (BBL)

terutama bayi-bayi dengan BBLR. Menurunnya pertahanan tubuh akan

menyebabkan bayi mudah terkena infeksi dan akan berdampak terjadinya

penykit kronis. Kekurangan nutrisi juga akan menyebabkan terganggunya

proses produksi tenaga, berkurangnya pembentukan struktur dan fungsi otak

sehingga bayi cenderung menunjukkan perilaku tidak nyaman, tidak tenang,

mudah menangis sehingga BBLR memerlukan stimulus yang adekuat dari

lingkungan untuk tumbuh dan kembang (Tinkew, 2014).

Selain dari faktor adaptasi ektra uterin BBLR, faktor lain yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi terutama BBLR yaitu kebisingan

ketika berada dalam ruangan perawatan bayi dengan BBLR yang memiliki

resiko terhadap kehilangan fungsi pendengaran. Pencahayaan yang berlebihan

manimbulkan stimulus yang berlebihan pada BBLR. Dan sentuhan yang

berlebihan dapat menimbulkan episode tidak menyenangkan pada BBLR

(Hunt, 2011 ; Yuyun & Inggrid, 2020).

Beberapa penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan

pada bayi sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan berat badan pada
4

bayi yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan bayi dalam menghisap ASI.

ASI merupakan komponen yang penting dalam proses pertumbuhan bayi.

Salah satu bentuk perawatan yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan

oleh Silvia (2015) adalah dengan metode kanguru, dimana metode kanguru

menggunakan prinsip bayi selalu berada dalam dekapan ibu sehingga

meningkatkan kenyamanan pada bayi kemudian akan meningkatkan

kemampuan bayi terhadap reflek menghisap bayi.

Salah satu bentuk intervensi keperawatan selain metode kanguru yang

dapat dilakukan pada BBLR adalah nesting. Pemberian terapi nesting

dibandingkan dengan terapi lain yaitu memiliki kelebihan bahwa terapi

tersebut memberikan kenyamanan dan meminimalisir gerakan bayi sehingga

energi tidak banyak dikeluarkan dan juga dalam pelaksanaannya dapat dengan

mudah dilakukan oleh perawat dibandingkan dengan intervensi lain karena

peralatan yang biasanya sudah tersedia di ruangan perawatan bayi (Noor,

2016).

Nesting digunakan untuk memberikan posisi yang tepat pada neonatus.

Intervensi keperawatan tersebut menggunakan alat berbentuk seperti kondisi

rahim ibu yang terbuat dari bahan yang halus phlanyl yang berisi potongan

kain seperti dacron. Panjang alat ini sekitar 121-132 cm dan dapat disesuaikan

dengan panjang tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai pelindung posisi bayi,

sehingga berada dalam posisi ekstensi dan menjaga perubahan posisi bayi

yang diakibatkan karena gravitasi. (Dini Nurbaiti, 2017). Pemberian nesting

atau sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan dan memberi bayi

tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi untuk mempertahan normalitas


5

batang tubuh dan mendukung regulasi dini. Posisi fleksi pada pemberian

nesting diharapkan bayi tidak mengeluarkan energi yang sebenarnya masih

sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan (Kenner & McGrath,

2009 ; Efendi, 2018).

Pemasangan nesting atau sarang harus mengelilingi bayi, dan posisi bayi

flexi, sesuai perilaku BBLR yang cenderung pasif, sikap fleksi pada BBLR

untuk mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan

sehingga posisi ini berfungsi sebagai pengaman untuk mencegah kehilangan

panas, BBLR memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuhnya

akibat dari kurangnya lemak sub kutan, rasio luas permukaan terhadap berat

badan yang besar, produksi panas berkurang akibat lemak yang tidak

memadai, dan ketidak mampuannya untuk menggigil. (Dini Nurbaiti, 2017).

Sehubungan dengan proses adaptasi ektra uterin yang dilakukan oleh

bayi dengan berat lahir rendah, akan berupaya keras untuk melakukan adaptasi

tersebut. BBLR karena adanya imaturias organ dan kurangnya jaringan lemak

tubuh dapat menimbulkan berbagai perubahan fisiologis diantaranya pada

sistem termoregulasi yang dapat menyebabkan hipotermi akan berakibat fatal

pada neonatus dikarenakan akibat dari hipoksemia. Hipotermi juga akan

berpengaruh pada perubahan parameter fisiologis terkaut dengan suhu aksila,

nadi dan respirasi, maka penulis mengambil inovasi tindakan keperawatan

nesting. Namun dalam nesting tersebut tidak ada pengaruh yang besar

terhadap peningkatan suhu dan untuk meningkatkan parameter fisiologis

diperlukan posisi yang nyaman pada bayi tersebut, yang harapannya dengan
6

pemberian kenyamanan akan meningkatkan parameter fisiologis terutama

suhu, maka tidak terjadi masalah hipotermi. (Andhini, 2017).

Ditinjau dari banyaknya kasus BBLR yang terjadi, maka perlu diterapkan

Asuhan Keperawatan untuk mempertahankan keadaan kesehatan klien yang

optimal. Melihat kenyataan yang ditemukan, penulis tertarik mengambil judul

proposal karya tulis ilmiah tentang “Penerapan Nesting Pada Bayi Dengan

Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rsu Az-

Zahra Lampung Tengah Tahun 2021”. Sehingga nanti nya mampu

melaksanakan asuhan keperawatan secara baik.

B. Rumusan Masalah

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016), Hasil Survei Penduduk

Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan angka kematian bayi yaitu

22.23 % per 1000 kelahiran hidup, dimana komplikasi BBLR merupakan

penyebab kematian terbanyak pada neonatal. Angka kematian anak di

Indonesia sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2018 Angka Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mengalami peningkatan yaitu pada

tahun 2017 dengan persentase 5,4% menjadi 6,2% pada tahun 2018. Data

Badan Pusat Statistik Lampung 2016 menunjukan BBLR tertinggi yaitu di

kabupaten Tulang Bawang Barat dengan jumlah 743, dan terendah pada

kabupaten Pesisir Barat dengan jumlah 29. Sedangkan di kabupaten Lampung

Tengah sendiri yaitu sejumlah 448 tertinggi ketiga dari provinsi di Lampung.

Salah satu bentuk intervensi keperawatan selain metode kanguru yang

dapat dilakukan pada BBLR adalah nesting. Pemberian terapi nesting


7

dibandingkan dengan terapi lain yaitu memiliki kelebihan bahwa terapi

tersebut memberikan kenyamanan dan meminimalisir gerakan bayi sehingga

energi tidak banyak dikeluarkan dan juga dalam pelaksanaannya dapat dengan

mudah dilakukan oleh perawat dibandingkan dengan intervensi lain karena

peralatan yang biasanya sudah tersedia di ruangan perawatan bayi (Noor,

2016).

Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang perinatologi terbuat

dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar 121cm–132cm, dapat disesuaikan

dengan panjang badan bayi yang diberikan pada bayi prematur/BBLR.

Nesting ditujukan untuk meminimalkan pergerakan neonatus sebagai salah

satu bentuk konversi energi yang merupakan salah satu bentuk intervensi

keperawatan. Pemasangan nesting atau sarang pada bayi juga merupakan

bentuk pengelolaan lingkungan dalam development care. Nesting dapat

menopang tubuh bayi dam memberi tempat yang nyaman (Andhini, 2017).

Berdasarkan, data uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Penerapan Nesting Pada Bayi Dengan Diagnosis

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rsu Az-Zahra

Lampung Tengah Tahun 2021”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Penerapan nesting pada kasus BBLR secara

baik. Dan benar dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode

pemecahan masalah.
8

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan Penerapan nesting pada kasus BBLR, maka penulis

mampu:

a. Melakukan pengkajian pada bayi dengan kasus BBLR.

b. Memaparkan hasil analisa data dengan kasus BBLR

c. Merumuskan intervensi keperawatan pada kasus BBLR

d. Memaparkan hasil implementasi pada kasus BBLR

e. Memaparkan hasil evaluasi pada kasus BBLR

f. Memaparkan hasil analisis penerapan pada kasus BBLR

D. Manfaat Penelitian

a. Ilmu Keperawatan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan ilmu keperawatan.

b. Pelayanan Keperawatan

Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Penulis

Memberikan manfaat melalui pengalaman nyata bagi peneliti, menambah

pengetahuan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari

pendidikan khususnya pada kasus BBLR.

d. Dinas Kesehatan

Memberikan masukan kepada instansi terkait bagaimana Keadaan dan

kejadian BBLR.
9

e. Rumah Sakit

Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dirumah sakit

umum Az-Zahra agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal.

E. Pengumpulan Data

Cara yang digunakan dalam mengumpulkan penyusunan penulisan, yaitu :

1. Pengumpulan data dengan Tanya jawab bersama responden (wawancara) :

Data yang diperoleh dari hasl tanya jawab dengan pasien ataupun dengan

keluarga untuk memperoleh informasi dari terwawancara ( Arikunto,

2006; Ratna, 2017) pada pengumpulan data penelitian KTI ini saya

mendapatkan data dari keluarga pasien mengenai data pasien seperti nama,

alamat, dll.

2. Studi Literature : Cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelususri

sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Sumber-sumber

yang digunakan tidak sembarangan, harus dari buku-buku karya

pengarang terpercaya, jurnal-jurnal terakreditasi, dan hasil-hasil penelitian

mahasiswa dalam berbagai bentuk misalnya skripsi, tesis, disertai laporan

praktikum.

3. Observasi/ pengamatan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan :

Suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung (Sukmadinata, 2011).

Observasi dan pemeriksaan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA).


10
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kerangka Konsep Medis

1. Pengertian BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan

lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah tidak hanya terjadi pada bayi cukup

bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan (IUGR)

namun juga dapat terjadi pada bayi kondisi prematur ( Aritonanga,

Rajagukguk & Nasution, 2015 ; Ayuda nia, 2018 ). Ada juga yang

mendefinisikan bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke

37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai

periode kehamilan memendek. (Nelson, 2000 ; Dini Nurbaeti, 2017).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mengalami kesulitan dalam

beradaptasi dan melakukan pertahanan yang kuat dengan ekstra uteri

setelah lahir. Hal ini disebabkan karena imaturnya sistem organ tubuh bayi

seperti paru-paru, ginjal, jantung, imun tubuh serta sistem pencernaan (

Deswita, 2010 ; Defi Efendi dkk, 2018 ).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat saat lahir adalah

berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam

pengukuran BBLR juga terdapat pada pedoman Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah

10
11

(BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram diukur

pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir. ( Putra, 2012 ;

Nanang Saprudin, 2018 ).

2. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm

(prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :

a. Faktor obstetrik

1) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup

maupun mati. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan

risiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami

kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dilalui

janin. Sebaiknya risiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah

melahirkan anak empat kali atau lebih rahim akan menjadi semakin

melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang

menyebabkan tidak kuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga

plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk

menyalurkan

nutrisi ke janin (Damelash, 2015).

2) Pre-eklamsia

Pre-ekalmsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai proteinuria. Ibu dengan pre-eklamsia

meningkatkan risiko BBLR hal ini disebabkan karena implantasi

plasenta yang abnormal yang merupakan predisposisi wanita


12

dengan pre-eklamsia mengalami keadaan intrauterine yang buruk

yang menyebabkan terjadinya perfusi plasenta sehingga

menyebabkan hipoksia yang berdampak pada pertumbuhan janin

dan berujung pada kejadian BBLR (Mitao, 2016).

3) Riwayat obstetrik buruk

Riwayat obstetrik buruk yaitu riwayat abortus, riwayat persalinan

prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan

dengan tindakan (ekstaksi vacuum dan ekstrasi forsep),pre-

eklamsia/eklamsia juga berpengaruh terhadap BBLR.(Manuaba,

2012 ; Isti Kumalasari, 2108).

b. Sosial Demografi

1) Usia ibu

Saat terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat usia 20 –

35 tahun, karena pada usia itu seorang wanita sudah mengalami

kematangan organorgan reproduksi dan secara psikologi sudah

dewasa. (Prawirohardjo, 2010). Usia dibagi menjadi berisiko (<20

tahun dan >35 tahun) dan tidak berisiko (20 – 35 tahun). Pada

usia<20 tahun organ reproduksi belum berfungsi sempurna

sehingga terjadi persaingan memperebutkan gizi untuk ibu yang

masih dalam tahap perkembangan dengan janin. Pada usia>35

tahun kematangan organ reproduksi mengalami penurunan. Hal ini

dapat mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada saat

persalinan dan berisiko terjadinya BBLR (Damelash, 2015).


13

Penyulit kehamilan pada usia remaja lebih tinggi dibandingkan

antara usia 20-35 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya

alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan

ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Keadaan

tersebut akan menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)

psikologis, sosial ekonomi, sehingga memudahkan persalinan

premature (preterm), berat badan lahir rendah dan kelainan

bawaan, kegururan, mudah menjadi infeksi, keracunan kehamilan.

(Manuaba, 2012). Umur ibu >35 tahun kurangnya fungsi

reproduksi dan masalah kesehatan seperti anemia dan penyakit

kronis sehingga memudahkan terjadinya persalinan premature.

(Manuaba, 2012 ; Yuyun Sariningsih, 2020).

2) Gizi hamil

Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting

dalam menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan

berdampak pada berat badan lahir, angka kematian perinatal,

keadaan kesehatan perinatal, dan pertumbuhan bayi setelah

kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering digambarkan melalui

prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu

hamil. Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin

dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin ini dibuat di dalam

sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi baik karena sel

darah merah mengandung terlalu sedikit hemoglobin maupun


14

karena jumlah sel darah yang tidak cukup. Hasil pemeriksaan kadar

Hb dapat digolongkan sebagai berikut: (Manuaba, 2012).

- Hb ≥ 11 gr/dL : Tidak anemia

- Hb 9 – 10 gr/dL: Anemia ringan

- Hb 7 - 8 gr/dL : Anemia sedang

- Hb ,7 gr/dL : Anemia berat

Anemia pada dua trisemester pertama akan meningkatkan

risiko persalinan prematur atau BBLR. Selain itu, anemia akan

meningkatan risiko pendarahan selama persalinan dan membuat

ibu lebih sulit melawan infeksi. Kurang Energi Kronis (KEK)

adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi

(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan

ditandai berat badan kuang dari 40 kg atau tampak kurus dan

dengan lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.

(Kemenkes RI, 2017).

3) Status sosial ekonomi

Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah dan tinggal di

pedesaan cenderung mengalami kejadian BBLR lebih tinggi

dibandingkan dengan keluarga status ekonomi tinggi dan tinggal di

perkotaan. Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah

mempunyai risiko BBLR sebesar 1,33 kali dibandingkan keluarga

dengan status ekonomi tinggi karena berhubungan dengan

kurangnya pemenuhan nutrisi ibu dan pemantauan kehamilan.

(Cunningham, 2012).
15

4) Status pernikahan

Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah

psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri

terhadap kehamilan sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan

dengan menggugurkan kandungannya atau tidak mengurusi

kehamilannya sehingga dapat kekurangan nutrisi dan menyebabkan

BBLR. Ibu dengan kehamilan di luar nikah berpeluang 1,8 kali

berisiko memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) (Damelash,

2015).

c. Kesehatan umum dan penyakit episodik

1) Gangguan metabolisme

Salah satu penyakit gangguan metabolisme yang sering dialami

oleh ibu hamil yaitu diabetes mellitus (DM). Pada ibu yang

mengalami diabetesmeliitus, cedera mikrovaskular ginjal akan

merusak membrane glomelurus sehingga protein akan bocor keluar

ke urin. Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, kebocoran

protein akan menimbulkan retensi cairan dan ginjal makin tidak

efisien dalam membuang sampah metabolism seperti keratinin.

Gangguan ini disebut nefropati diabetic dan akan mempersulit

kehamilan termasuk pre-eklamsia, hipertensi, BBLR, dan kelahiran

premature. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR) merupakan

faktor komplikasi yang sering terjadi jika ibu hamil sudah

mengalami fungsi ginjal yang buruk. (Bothamley, 2013)


16

2) Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥140/90

mmHg. Pada ibu penderita hipertensi di dalam uterus,

vasokonstriksi yang disebabkan oleh hipertensi akan

mengakibatkan aliran darah uterus dan lesi vascular terjadi di

dasar plasenta, mengakibatkan terjadinya abrupsio plasenta.

Penurunan aliran darah ke ruang koriodesidua akan mengurangi

jumlah oksigen yang berdifusi melalui sel sinsitiotrofolas dan

sitotrofoblas ke dalam sirkulasi janin ke dalam plasenta.

Akibatnya, jaringan plasenta di iskemik, terjadi thrombosis kapiler

vili korionik dan infark, yang mengakibakan retriksi pertumbuhan

janin. Aliran hormon juga terganggu dengan menurunnya fungsi

plasenta. Fungsi plasenta yang menurun menyebabkan sirkulasi

oksigen dan nutrisi ke janin menjadi tidak lancar, sehingga

menyebabkan BBLR. (Hidayatus, 2015).

3. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi pada

kurang bulan dan tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa kehamilan

(KMK).

a. Tanda-tanda bayi Kurang Bulan

Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi : kulit tipis dan mengkilap,

tulang rawan telinga sangat lunak karena belum terbentuk sempurna,

lanugo masih banyak ditemukan terutama pada bagian punggung,


17

jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik, pada bayi

perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki

skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak

kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai

dengan pernapasan tidak teratur, aktifitas dan tangisnya lemah, serta

reflek menghisapdan menelan tidak efektif/ lemah (berdasarkan data

dari Depkes RI, 2015).

b. Tanda-tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Umur bayi cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari

2.500 gram, gerakannya cukup aktif, tangisnya cukup kuat, kulit

keriput, lemak bawah kulit tipis, payudara dan putting sesuai masa

kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi

labia minora, bayi laki-laki testis mungkin telah turun, rajah telapak

kaki lebih dari 1/3 bagian, serta menghisap cukup kuat. (berdasarkan

data dari Depkes RI, 2015).


4. Patway Faktor uteri dan
faktor janin : cacat faktor
faktor ibu :
faktor kehamilan plasenta, 18
kelainan
bawaan, infeksi janin :Kelainan
Hipertensi, DM,
faktor ibu : riwayat preeklamsia, pembuluh darah,
dalam rahim, Kromosom, cacat
dll
prematur, umur perdarahan insensi tali pusat, dll
kehamilan ganda, dll bawaan, dll
<20th/>35th, gizi kurang, dll intepartum, dll

Terjadi fangguan perubahan zat antara ibu dan janin


Dinding otot rahim
lemah Retradasi pertumbuhan intra uterin
Rahim terbuka sebelum waktuknya
Bayi lahir
Prematur dismatur
dengan BBLR

Imatur organ organ


pada tubuh

Imaturitas organ Imaturitas hipotalamus Imaturitas Imaturitas Kelemahan otot


Imaturitas sistem imun
Paru jaringan pada neurologis
Tidak optimal pusat kulit Aktifitas lemah
ketidak adekuatan
Paru tidak optimal Imaturitas pusat reflek
pengaturan suhu Jaringan lemak
pertahanan sekunder
dalam pembentukan medula spinalis Aktivitas
pada subkutan
cairan surfaktan Ketidakefektifan terganganggu
tidak terbentuk Reflek sucking
Resiko
termoregulasi: secara sempurna
Defisiensi cairan surfaktan infeksi lemah
Gangguan rasa
Hipotermi Pola menghisap lemah
Kerusakan aman nyaman
Tekanan untuk
integritas
Asupan Asi kurang
membuka alveolus besar

Kelelahan otot pernapasan Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan
ketidakefektifan pola Nanang Saprudin dan Defi efendi (2018) Gambar 2.1

nafas
19

5. Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo (2010), penanganan bayi dengan berat badan

lahir rendah adalah sebagai berikut:

a. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar

perawatan yang diperlukan karena kemungkinan terjadi serangan

sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan di dalam

inkubator.

b. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam

mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara

memuaskan, asal suhu rektal dipertahankan antara 36,5oc – 37oc. Bayi

berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan di mana suhu

normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang

minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur

terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.

Suhu perawatan harus di atas 25oC, bagi bayi yang berat sekitar 2000

gram, dan sampai 30oC untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

c. Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam inkubator.

Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan

baju“. Sebelum memasukkan bayi ke dalam inkubator, inkubator

terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 oC, untuk bayi dengan

berat 1,7 kg dan 32,2oC untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat

dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang


20

adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi

terhadap pernafasan lebih mudah.

d. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm

BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang

diberikan sekitar 30% - 35% dengan menggunakan head box,

konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat

menimbulkan kebutaan

e. Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai sistem imunologi yang

kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki

ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus

menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat

bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asesoris dan

tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit

kulit.

f. Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah

terjadinya hipoglikemia dan hiper billirubin. ASI merupakan pilihan

pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi

yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah

secara relatif memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan

bayi preterm.

6. Nesting
21

a. Pengertian

Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang perinatologi

terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar 121cm–132cm,

dapat disesuaikan dengan panjang badan bayi yang diberikan pada

bayi prematur/BBLR. Nesting ditujukan untuk meminimalkan

pergerakan neonatus sebagai salah satu bentuk konversi energi

yang merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan.

Pemasangan nesting atau sarang serta posisi fleksi pada bayi juga

merupakan bentuk pengelolaan lingkungan dalam development

care. Nesting dapat menopang tubuh bayi dam memberi tempat

yang nyaman (Andhini, 2017).

Aplikasi penggunaan nest di Indonesia umum-nya

menggunakan modifikasi dari potongan beberapa kain yang

digulung. Modifikasi ini dapat digunakan selama memenuhi unsur-

unsur sebagai berikut :

a) kain yang digunakan merupakan kain yang lembut dan mampu

menyerap keringat dengan baik

b) kain tidak ber-serabut sehingga menimbulkan risiko terhadap

gangguan pernapasan bayi

c) nest yang dibuat cukup kokoh untuk mempertahankan posisi

bayi

d) nest dibuat minimal setinggi tebal tubuh bayi agar dapat

memberikan efek “contain-ment” pada bayi.

b. Jenis-Jenis Posisi Terapi Nesting


22

a) Supinasi

Supinasi adalah mengadakan atau membuka tangan

b) Pronasi

Pronasi adalah gerak menelungkup atau membalikan telapak

tangan

c) Quarterprone/ Semi prone

Quarterprone/ Semi prone adalah posisi bayi miring kanan atau

kiri dengan tangan posisi fleksi ke arah mulut bayi.

d) Lateral

Lateral adalah posisi bayi berbaring diatas salah satu sisi

bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

c. Langkah Langkah Pembuatan Nesting

a) Siapkan selembar kain bedong 4 buah (mi-nimal)

b) Letakkan kain bedong di meja dan di gulung

c) Ambil kain bedong dan lebarkan

d) Ambil kain yang sudah digulung dan letak-kan di atas kain

bedong yang sudah dile-barkan

e) Plester ujung lipatan nest

f) Nest kemudian dibentuk huruf “U”

g) Satukan kedua nest sehingga menjadi huruf “O”

h) Tutup nest dengan kain lembut (opsional)

i) Posisikan bayi dalam nest

( JKI, Vol 22, No 3, November 2019 )

d. Cara-cara Pembuatan Nesting


Gambar 2.2
23

(1) (2) (3)

(4) (5) (6)

(7) (8) (9)

( Resa Andriyani, 2019 )

e. Implementasi Pemberian Posisi pada Bayi Prematur di NICU

No. Nama posisi Petunjuk pelaksana Indikasi & kontraindikasi


1. Supinasi a. Pertahankan kepala bayi di garis tengah dan tidak a. Bayi prematur yang memiliki
menoleh ke satu sisi. Berikan bantalan halus di kontraindikasi posisi lateral,
leher untuk membantu menopang posisi kepala. pronasi, dan quarter prone.
b. Posisi kepala sedikit fleksi dengan dagu
mendekati dada.
c. Topang bahu dengan kain hingga posisi bahu
sedikit fleksi kearah dada
d. Abduksikan kedua tangan sehingga ujung tangan
berada didekat mulut bayi
e. Posisikan pinggul dan lutut fleksi.
f. Lutut berada di garis tengah sumbu tubuh dan
posisi lutut tidak terbuka keluar (posisi supine B)
g. Posisikan nest untuk dapat menjadi penopang
kaki membentuk posisi fleksi dan menyilang.
h. Rapatkan nest pada bagian terluar tubuh bayi
sehingga tampak bayi terkurung dalam sangkar.
i. Bentangkan kain halus untuk menutupi dada
hingga kaki bayi dengan posisi kain menyilang
sumbu tubuh.
2. Pronasi a. Posisikan bayi pronasi Indikasi
b. Saat membalik posisi dari supinasi ke pronasi, a. Bayi prematur dengan
tetap pertahankan posisi supinasi dengan cara Respiratory Distress Syndrome
memegang tangan dan kaki bayi selama proses (RDS)
peralihan posisi b. Memperbaiki serapan Air Susu
c. Hadapkan kepala pada salah satu sisi dan ubah Ibu (ASI) melalui OGT
posisi kepala secara rutin untuk mencegah Kontraindikasi
deformitas kepala a. Bayi post operasi thoraks dan
24

No. Nama posisi Petunjuk pelaksana Indikasi & kontraindikasi


d. Pinggul dan lutut di fleksikan sehingga atau abdomen
membentuk posisi kaki katak. b. Bayi dengan Intraventricular
e. Pastikan posisi pinggul lurus dengan sumbu hemorrhage (IVH)
tubuh dan tidak miring kesalah satu posisi.
f. Posisikan tangan dan kaki dibawah tubuh bayi
dengan posisi ujung tangan menuju kemuka
g. Berikan bantalan lembut dan tipis dibawah
sternum dan perut untuk mensuport dada bayi
bernafas dan mencegah retraksi bahu
h. Rapatkan nest sehingga dapat menopang dan
mempertahankan bentuk posisi yang dijelaskan di
atas
i. Pemberian posisi ini harus diiringi dengan
pemasangan monitor kardio-respiratori untuk
memantau status oksigenasi
3. Quarter a. Siapkan linen/ kain panel sebanyak 2 buah Indikasi
prone/semi-prone b. Gulung masing-masing kedua kain menjadi kecil a. Bayi prematur dengan
c. hangatkan kedua tangan sebelum menyentuh Respiratory Distress Syndrome
tubuh bayi (RDS)
d. letakan kain 1 yang sudah di gulung pada bagian b. Memperbaiki serapan ASI
satu sisi bayi melalui OGT
e. Posiskan bayi miring kanan atau kiri (sesuaikan Kontraindikasi
kebutuhan bayi) a. Bayi post operasi thoraks dan
f. Posisikan sisi Bagian kepala diatas gulungan atau abdomen
kain, secara berbarengan posisikan tangan dan kaki b. Bayi dengan Intraventricular
kanan atau kiri seperti memeluk guling namun hemorrhage (IVH)
posisi hampir seperti prone (tengkurap)
g. Perhatikan tangan bayi fleksi dan sedekat
mungkin dengan mulut dan kaki sedekat mungkin
dekat dengan perut
h. Berikan kain ke 2 yang sudah digulung
melingkari bagian kaki dengan membentuk “U”
4. Lateral a. Posisikan bayi lateral kanan ataupun kiri (sesuai a. Bayi dengan Gastroesofageal
indikasi) reflux (GER) (dianjurkan lateral
b. Pertahankan kepala agar tetap lurus dengan cara kanan)
memberikan bantalan disepanjang kepala, tulang b. Alternatif posisi dari posisi
belakang (mengikuti sumbu tubuh), hingga pronasi pada bayi prematur
melingkar kedepan dada Posisikan kedua tangan dengan oksigen-dependen (RDS)
memeluk bantalan tersebut
c. Fleksikan lutut
d. Pasang nest dengan rapat sehingga dapat
menopang dan mempertahankan bentuk posisi yang
dijelaskan di atas
Tabel 2.1 ( JKI, Vol,22 NO.3,November 2019 )

f. Berbagai Posisi Bayi Dalam Nest


25

( Supinasi) ( Pronasi )

( Lateral / Side Lying ) Gamabar 2.3 ( Resa Andriyani, 2019 )

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Kasus Medis

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan

dengan pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data, dan

identifikasi pola masalah mengumpulkan riwayat kesehatan, melakukan

pengkajian kesehatan, wawancara dengan klien, dan orang terdekat klien

yang akurat sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.

(Hidayat,2016).

a. Pengkajian

Data Subjektif

1) Identitas

Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada bayi

yang lahir dengan usia kehamilan <37 minggu dan pada bayi

dismaturitas, biasanya dilahirkan dari ibu yang hamil pada usia


26

<20 tahun dan >35 tahun, ibu dengan sosial ekonomi rendah dan

pekerja keras, kehamilan dengan komplikasi, ataupun terjadi

infeksi pada janin atau plasenta (Proverawati, 2010)

2) Keluhan utama:

Biasanya bayi dengan BBLR mengalami ketidakefektifan

termoregulasi : hipotermi (suhu axilla <36,5ºC) (Sukarni, 2014:

112).

a. Keluhan saat MRS Biasanya bayi lahir dengan berat badan <

2500 gram, panjang badan kurangdari 45 cm, lingkar kepala

kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 33 cm,dengan

masa gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan, lemak

subkutansedikit, kulit tipis, tangisan lemah, pernafasan belum

teratur, reflek premitifbelum sempurna, pergerakan kurang

dan lemah, lanugo banyak (Maryanti, 2011).

b. Keluhan Saat Pengkajian: Biasanya bayi BBLR mengalami

hipotermi dengan suhu axilla <36.5ºc akibat dari pusat

pengaturan suhu yang masih dalam perkembangan,

jaringanlemak subkutan tipis, kulit tipis, dan luas permukaan

tubuh relatif luassehingga kehilangan panas lebih besar

(Sukarni, 2014)

3) Anamnese ibu
27

a. Riwayat Kehamilan Sekarang

Biasanya riwayat prenatal pada bayi BBLR ibu tidak rutin

memeriksakan kehamilan, ibu mengalami komplikasi

kehamilan seperti penyakit anemia, perdarahan antepartum,

hipertensi, preeklamsi berat, eklamsi, penyakit infeksi, gizi ibu

saat kehamilan kurangbaik, riwayat terkena radiasi, ibu

memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, pecandu obat

narkotik dan riwayat penggunaan obat anti metabolisme

(Proverawati, 2010).

b. Riwayat Persalinan Sekarang

Bayi BBLR dapat dilahirkan dengan persalinan normal ataupun

caesarea, bayi BBLR bisa lahir dengan usia gestasi cukup bulan

ataupun kurang bulan, namun lebih sering BBLR lahir dengan

usia gestasi kurang dari 37 minggu/ kelahiran prematur

(Proverawati, 2010).

c. Post natal (neonatus) saat pengkajian Bayi BBLR lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari

45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang

dari 33 cm, dengan masa gestasi cukup bulan ataupun kurang

bulan, lemak subkutan sedikit, kulit tipis, tangisan lemah,

pernafasan belum teratur, reflek premitif belum sempurna,

pergerakan kurang dan lemah, lanugo banyak (Maryanti, 2011).

Data Obyektif
28

1) Pemeriksaan Umum Bayi

a. Pemeriksaan APGAR SCORE

Biasanya bayi dengan BBLR berpotensi mengalami asfiksia

akibat daripernafasan yang belum teratur (Maryunani, 2013:

317).

b. Vital Sign

Suhu Tubuh: Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi

dengan suhu axilla<36.5ºC akibat dari pusat pengaturan suhu

yang masih dalam perkembangan,jaringan lemak subkutan

tipis, kulit tipis, dan luas permukaan tubuh relatifluas (Sukarni,

2014).

c. Pernafasan

Pernafasan pada bayi dengan BBLR belum teratur dan

biasanyasering terjadi serangan apnea (Maryunani, 2013).

d. Nadi

Pada bayi dengan BBLR biasanya heat rate dapat normal (120-

160 kali/ menit) (Proverawati, 2010).

e. Keaktifan

Biasanya bayi dengan BBLR pergerakan kurang dan lemah hal

ini diakibatkan otot masih hipotonis (Maryunani, 2013).

2) Pemeriksaan Fisik bayi(Head To Toe)


29

a. Kepala

Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR kepala lebih besar dari

pada badan.

Palpasi : biasanya bayi BBLR rambut tipis dan halus, lingkar

kepala <33 cm (Sukarni, 2014)

b. Mata

Inspeksi : biasanya bayi BBLR didaerah mata pada pelipis

terdapat banyak lanugo

Palpasi : biasanya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan

palpasi mata(Sukarni, 2014).

c. Hidung

Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung akibat

dari gangguan pola nafas. Palpasi : biasanya pada bayi BBLR

tulang hidung masih lunak, dikarenakan tulang rawan belum

terbentuk sempurna (Sukarni, 2014).

d. Mulut

Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR reflek hisap, menelan dan

batuk belum sempurna (Sukarni, 2014).

Palpasi : bayi BBLR motilitas usus yang kurang mnyebabkan

waktu pengosongan lambung lama sehingga bayi mudah terjadi

regurgitasi isi lambung dan muntah (Proverawati, 2010).

e. Muka
30

Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR muka kemerahan akibat

dari hipotermi (Proverawati, 2010).

f. Telinga

Inspeksi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur, terdapat

banyak lanugopada telinga.

Palpasi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur dan masih

elastic(Maryanti, 2011).

g. Leher

Inspeksi : bayi BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan

akibat dariinadekuat jumlah surfactan, jika hal itu terjadi maka

biasanya didapatkanretraksi suprasternal (Proverawati, 2010).

h. Dada

Area Paru:

Inspeksi : biasanya bayi BBLR pernafasan tidak teratur,

frekuensi nafas 40 – 50 kali/ menit, terdapat penggunaan otot

bantu pernafasan (Proverawati, 2010).

Palpasi : pada bayi BBLR biasanya dinding dada teraba elastis

karena imatur pada tulang rawan, puting susu belum terbentuk

(Sukarni, 2014).

Perkusi : biasanya area paru sonor.

Auskultasi : jika bayi megalami gangguan pernafasan biasanya

bayi mendengkur, jika terjadi aspirasi mekonium maka terdapat

suara nafas tambahan ronchi (Proverawati, 2010).

Area Jantung:
31

Inspeksi : biasnaya ictus cordis nampak di ICS 4 mid klavikula

sinistra.

Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula

sinistra.

Perkusi : area jantung redub.

Auskultasi : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120– 160 kali/

menit (Proverawati, 2010).

i. Abdomen

Inspeksi : bayi BBLR biasanya abdomen terlihat distensi akibat

perpanjangan waktu pengosongan lambung, kulit abdomen

tipis, dan pembuluh darah nampak, bayi BBLR juga memilki

pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan yang

sinkron dari dada dan abdomen.

Auskultasi : pada bayi BBLR akibat dari imatur fungsi

pencernaan maka motilitas usus berkurang/ menurun.

Palpasi : Palpasi: biasanya abdomen teraba keras karena

distensi akibat dari pengosongan lambung yang lama dan daya

unuk mencerna makanan lemah.

Perkusi : bayi BBLR mudah terjadi kembung sehingga

pemeriksaan perkusi abdomen hipertimpani, jika hal ini terjadi

dapat dicurigai kelainan bedah pada bayi (Maryanti, 2011).

j. Punggung
32

Inspeksi : Pada bayi baru lahir perlu pemeriksaan punggung

melihat adanya kelainan seperti spina bifida.

k. Ekstremitas

Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR garis plantar sedikit,

kadang terjadi oedem, pergerakan terlihat lemah, terdapat

lanugo pada lengan, terjadi kekakuan/ sklerema pada kaki dan

tangan, jaringan lemak subkutan sedikit (Brown Fat) (Sukarni,

2014)

l. Genetalia

Inspeksi : Pada bayi BBLR biasanya testis belum turun pada

bayilaki(Sukarni, 2011).

m. Anus

Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR anus bisa berlubang atau

tidak.

3) Antoprometri (Maryanti, 2011)

BB : Kurang dari 2500 gram.

PB : Kurang dari 45 cm.

Lila : Kurang dari 33 cm.

Lida : kurang dari 33 cm.

4) Reflek

Biasanya pada bayi dengan BBLR Refek primitife yang terdiri dari

refleks morow, refleks tonick neek, refleks suching dan reflex

rooting lemah diakibatkan dari sistem syaraf yang masih belum

sempurna (Maryanti, 2011).


33

5) Eliminasi

Urine : Biasanya BBLR memiliki masalah pada perkemihan karena

ginjal bayi belum matang (Maryunani, 2009: 27). Meconium :

Dapat ditemui adanya atresia ani sehingga meconium tidak keluar

(Sukarni, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan pada respons klien

terhadap perubahan-perubahan pada status kesehatan, masalah- masalah

yang diidentifikasi, dan kemampuan perawat untuk membantu

menemukan penyelesaian masalah (Wilkinson,2016). Rumusan diagnosa

keperawatan mengandung tiga komponen utama yaitu :

P : Problem ada lah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah

aktual dan resiko kesehatan.

E : Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungk inan penyebab

resiko pada masalah aktual/masalah resiko pasien.

S : Sign/Symthom adalah pe rnyataan k husus te ntang perilaku reaksi

pasien sesuai dengan keadaan pasien terhadap masa lah tindakan

keperawatan dan managemennya.

Diagnosa keperawatan pada BBLR menurut buku SDKI (2017)

meliputi :

a. Hipotermia b.d berat badan kurang

b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi

c. Gangguan rasa nyaman b.d kenyamanan: fisik

3. Intervensi (SLKI, SIKI, SDKI)


34

Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis

identifikasi masalah, penentuantujuan dan pelaksanaanserta cara dan

strategi, perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah mengurangi mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2010 ).

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dasar

maslow meliputi kebutuhan fisik, biologis, rasa aman nyaman, dicintai

dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri serta sifat masalah yaitu :

a. Segera apabila perlu pelayanan keperawatan dengan segera karena

suatu keadaan yang mengancam baik keselamatan diri, maupun

lingk ungan secara aktif.

b. Urgen apabila perlu pelayanan keperawatan yang tepat terhadap suatu

keadaan yang mengancam baik keselamatan d iri sendiri maupun

lingk ungan secara aktif

c. Nonurgen apabila problem timbul secara perlahan- lahan dan dapat di

toliler oleh pasien sendiri.

Perencanaan juga disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dasar

manusia menurut Maslo w yang dalam menentukan tujuan yang akan

dicapai penulis menggunakan metode dasar SMART (Spesifik,

Measurable, Achivab le, realistic, time limited) dan untuk

intervensinya mencakup ONEC (Obse rvasi, Nursing treatment, Ed

ucation, Colaboratif).
35

Rencana Keperawatan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan (SLKI) Tindakan (SIKI)
Keperawatan
1. Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab hipotermia
berhubungan keperawatan 2. Monitor suhu tubuh
dengan berat selama 3x24 jam hipotermi 3. Monitor komplikasi akibat
badan kurang tubuh stabil, hipotermia
dengan kriteria hasil: 4. Teraupetik, atur suhu inkubator
1. Suhu tubuh normal sesuai indikasi
36oC-37,5°C 5. Hindarkan bayi kontak langsung
2. Akral hangat dengan sumber dingin/panas
3. Bayi tidak menggigil
4. Tidak ada perubahan
warna
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi, Monitor
berhubungan keperawatan BB klien,
dengan selama 3x24 kebutuhan 2. Identifikasi perlunya penggunaan
ketidakmampuan nutrisi terpenuhi, selang OGT
mengabsorbsikan dengan kriteria hasil: 3. Kaji kemampuan reflek hisap
makanan 1. BB seimbang 2500- 4. Monitor asupan intake dan output
3500 gram cairan
2. Reflek hisap kuat 5. Lakukan oral hygiene sebelum
3.Intake nutrisi adekuat makan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

3. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 1.Monitor suhu tubuh


nyaman b.d keperawatan selama 3x24 2. Status kenyamanan fisik
kenyamanan: fisik jam diharapkan masalah 3. Berikan posisi nyaman
36

Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Tindakan (SIKI)
gangguan rasa nyaman 4.Berikan posisi ( positionong ) dan
dapat teratasi, dengan kh : Nesting pada bayi
1. Lingkungan yang 5.Berikan pakaian yang nyaman
tenang dan mendukunng 6.Kolaborasi dengan dokter
2.Status kenyamanan
meningkat
3.Berat badan stabil
4.Suhu tubuh normal
Tabel 2.2

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dan masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan klien yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan Perry,

2005).

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang

sistemastis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang

telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatannya. (Wahyuni, 2016)

Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan

keperawatan yang telah ditetapkan. penetapan keberhasilan suatu

asuhan keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah

ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008)


37

C. Jurnal Penelitian Terkait

Penelitian ini adalah jurnal yang sudah dipublikasikan oleh Yeni Eliyanti,

et all, fakultas kesehatan masyarakat STIKES Bhakti Husada Bengkulu (2020)

dengan judul “Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Fisiologis Bayi

Prematur Di Ruang Perinatologi Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu”. Sampel pada

penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan teknik

pengambilan data menggunakan purposive sampling sebanyak 18 orang.

Hasil penelitian di dapatkan Rata-rata saturasi oksigen pada kelompok kontrol

adalah 96,22 sedangkan pada kelompok intervensi didapatkan rata-rata

saturasi oksigen adalah 98,17 di Ruang Perinatologi RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu. Rata-rata frekuensi nafas pada kelompok kontrol adalah 85,44

sedangkan pada kelompok intervensi didapatkan rata-rata frekuensi nafas

adalah 97,61 di Ruang Perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Rata-rata

frekuensi nadi pada kelompok kontrol adalah 97,44 sedangkan pada kelompok

intervensi didapatkan rata-rata frekuensi nadi adalah 110,50. Hasil Uji Paired

sampel t-test menunjukan ada pengaruh nesting terhadap saturasi oksigen pada

bayi prematur di Ruang Perinatologi RSUD DR. M. Yunus Bengkulu dengan

p value 0,007. Ada pengaruh nesting terhadap frekuensi nafas pada bayi

prematur di Ruang Perinatologi RSUD DR. M. Yunus Bengkulu dengan p

value 0,003 dan ada pengaruh nesting terhadap frekuensi nadi pada bayi

prematur di Ruang Perinatologi RSUD DR. M. Yunus Bengkulu dengan p

value 0,047.

Selanjutnya Penelitian jurnal yang sudah dipublikasikan oleh Nanang

Saprudin & Isti Kumala Sari, Program Studi S1 Keperawatan STIKes


38

Kuningan (2018) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap

Perubahan Suhu Tubuh Saturasi Oksigen Dan Frekuensi Nadi Pada Bayi

Berat Badan Lahir Rendah Di Kota Cirebon”. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif dengan quasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent

control group design dengan menggunakan one group pretest posttest. Subjek

penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik pengambilan sampel

dengan purposive sampling sebanyak 40 responden. Hasil penelitian

menunjukan terdapat peningkatan rerata suhu tubuh, saturasi oksigen dan

frekuensi nadi pada BBLR setelah penggunaan nesting dengan masing –

masing p value < 0,05. Hasil uji t dependen menunjukan bahwa terdapat

pengaruh nesting terhadap suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi

pada BBLR. Disarankan bagi perawat untuk melaksanakan penggunaan

nesting secara berkelanjutan pada BBLR diruangan agar pemulihan dan

kestabilan tanda vital bayi BBLR bisa dilaksanakan dengan tepat dan cepat.

Selanjutnyan penelitian jurnal yang sudah dipublikasikan oleh Liana

Oktariani, et all. Stikes Yatsi Tangerang, Banten, Indonesia (2020) dengan

judul “Pengaruh Posisi Pronasi Pada Bayi Prematur Yang Terpasang Cpap

Terhadap Status Hemodinamik Di Ruang Nicu Rs An-Nisa Tangerang Tahun

2020”. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan design one

group pretest-post test yang melibatkan satu kelompok subjek. Sampel

penelitian sebanyak 30 bayi premtur yang dirawat di Ruang NICU RS AN-

NISA Tangerang. Hasil penelitian dianalisis menggunakan Paired t- test yang

menunjukkan adanya pengaruh posisi pronasi terhadap bayi premature yang


39

terpasang CPAP di Ruang Nicu Rs An-Nisa Tangerang dengan nilai p value

(0,000) < p 0,05.


BAB III

METODE PENULISAN

A. Desain Karya Tulis Ilmiah

Jenis penelitian deskriptif menurut Nursalam (2016) terdiri atas rancangan

penelitian studi kasus dan rancangan penelitian survei. Penelitian studi kasus

merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif, misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas

atau institusi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan desain studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada bayi

BBLR dengan intervensi posisi nesting.

B. Responden

Responden atau subjek penelitian dapat meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Alimul Aziz, 2012).

Kriteria Inklusi :

1. Bayi prematur yang dirawat di ruang Perinatologi dengan berat badan lahir

rendah

2. Bayi prematur yang dirawat didalam inkubator

3. Ibu yang bersedia bayinya menjadi responden

4. Bayi prematur yang tidak dilakukan pembedahan dan tidak terdapat

penyakit penyerta lainnya.


41

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah 1 pasien dengan BBLR yang

dirawat di ruang perinatologi RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah

2. Waktu Penelitian

Pada 23 Mei 2021 sampai selesai.

D. Tindakan Yang Dilakukan

Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kepada Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) dengan pemberian posisi nesting untuk memberikan

kenyamanan yang tujuannya agar meningkatkan suhu tubuh yang dilakukan di

ruang perinatologi RSU Az-Zahra.

Tindakan Pengambilan data merupakan suatu proses pendekatan kepada

subjek atau proses pengumpulan data dan karakteristik subjek yang akan

diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2016). Pengumpulan data dalam studi

kasus ini sesuai dengan format nasional asuhan keperawatan :

1. Pengkajian

Suatu tahap dimana seorang perawat mendapatkan informasi secara terus-

menerus, terhadap klien dan keluarga yang dibina, serta untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalm,

2016).
42

2. Perencaaan

Suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan

awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, kapam dilakukan dari

semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

3. Implementasi

Implemetasi merupakan pelaksanaan dari intervensi yang diwujudkan

melalui tindakan yang akan diberikan pada pasien. Tujuan dari

implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2012). Dalam studi kasus ini menggunakan metode

pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang-dahulu-keluarga dll. Dalam mencari informasi wawancara

dilakukan dengan keluarga klien.


43

2. Observasi

Observasi ini menggunakan observasi partiipasi (participant observation)

adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

studi kasus melalui pengamatan. Pemeriksaan pada studi kasus ini dengan

pendekatan komunikasi terapeutik pada keluarga klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Tujuan dari pemeriksaan fisik untuk memperoleh data objektif dari klien

untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah

kesehatan, dan memperoleh data-data dasar guna menyusun rencana

asuhan kepereawatan. Pemeriksaan fisik dilaksanakan bersamaan dengan

dilakukannya wawancara. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Nursalam, 2012).

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari

sumber berupa catatan, transkip catatan dan dokumen antara lain dari

rekam medis serta register persalinan.Yang diamati dalam studi

dokumentasi adalah benda mati (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini

menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil dari pemeriksaan

diagnostik dan data lain yang relevan.

F. Etika Studi Kasus

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut (Nursalam, 2012) :


44

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti dengan

responden dengan cara memberikan lembar persetujuan berupa informed

consent diberikan sebelum penelitian. Tujuan informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukan

tindakan, jenis data yang butuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi dan lain lain.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan nama

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan dengan cara peneliti hanya memuat inisial nama pasien

tersebut.

3. Confidentiality ( kerahasian )

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberi jaminan

keberhasilan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya seperti data-data pribadi pasien tersebut dan penyakit yang diderita

pasien tersebut dan semua informasi yang telah diukumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh penelti.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang laporan Aplikasi Teori Keperawatan pada

An. A dengan Diagnosa BBLR Terhadap Pemberian Implementasi posisi

nesting di ruang perinatologi RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah,

dilaksanakan pada bualn Mei 2021 sampai selasai. Asuhan keperawatan

dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan

evaluasi.

A. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

Tanggal Masuk : 18 Mei 2021

Jam Masuk : 01.00 Wib

No. Register : 33971

Ruang/Kamar : Perinatalogi

Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2021

Diagnosa Medis : BBLR

2. Biodata Klien

Nama : An. A

Umur : 5 Hari

Agama : Islam

Status : Sukawaringin
46

Biodata Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 28th

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswata

Hub. Dengan Klien : Ayah Kandung

3. Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit Dahulu

DS : Ibu klien mengatakan, bayi baru lahir pada tanggal 18 mei 2020

pukul 00.55 dengan jenis kelamin laki laki diusia kehamilan G1 P0 A0

dengan usia kehamilan 32 minggu dengan BB 1200 gram, PB 40 cm, LK

31cm, LD 30 cm, RR : 58x/ menit, Nadi 112x/menit, SPo2 82%. Bayi

datang dengan keadaan menangis, merintih, gerakan lemah, reflek hisap

lemah, ibu bayi mengatakan selama kehamilan belum pernah

memeriksakan kehamilnnya dibidan / dokter.

Riwayat penyakit sekarang

DS : Ibu klien mengatakan saat melalahirkan usia kehamilannya masih 32

minggu, dan saat ini ibu klien mengatakan bahwa bayinya masih berada

diruangan bayi dalam proses perawatan dan masih didalam inkubator

untuk menstabilkan suhu bayinya. Ibu klien juga mengatakan ketika ibu

klien menyusui, bayi nya terlihat lemah saat menghisap puting susu nya,
47

dan ibu juga mengatakan bahwa ASI nya tidak banyak yang keluar, ASI

yang keluar kurang lebih 10-15 cc.

DO : Bayi lahir dengan BB 1200 gram, PB 40 cm, LK 31 cm, LD 30 cm,

RR 58x/mnt, S 35oC, Nadi 112x/mnt, SPo2 82%, akral bayi teraba dingin,

bayi menangis, merintih, gerakan lemah, reflek hisap lemah, muntah

3x/hari, terpasang OGT, terpasang infuse, pergerakan terganggu karena

terpasang OGT dan Infus dan BB saat pengkajian yaitu 1200 gram, karena

reflek hisap yang lemah, sehingga bayi dipasang alat bantu OGT untuk

kebutuhan nutrisi, pasien mengalami hipotermi dengan suhu 35oC, pasien

menggunakan pakaian seperti selimut, topi, sarung tangan, sarung kaki

dan diletakkan didalam incubator untuk menjaga suhu bayi.

Keluhan utama : Akral Dingin

Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit serius.

Genogram
48

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis keturunan

: Garis pernikahan

: Pasien (laki-laki)

: Tinggal bersama/ satu rumah

: Kembar

Gambar 4.1

Riwayat keperawatan untuk pola nutrsi metabolic

DS : Ibu klien mengatakan saat memompa ASI hanya sedikit yang keluar,

dan mengatakan bahwa jarang makan sayur dan buah.

Makan pagi : jam 07.00 ( 7-10 cc ASI dengan OGT )

Maakan siang : jam 13.00 ( 7-10 cc ASI dengan OGT )

Makan malam : jam 20.00 (7-10 cc ASI dengan OGT )

Minum : ASI

DO : TB 40 cm, BB 1200 gram, bayi susah untuk pola nutrisi, minum

susu hanya 10 cc, bayi reflek hisap lemah.

Riwayat keperawatan untuk pola eiminasi

Selama sakit :

BAK

Frekuensi : 5x/hari
49

Jumlah urine : 100 ml

Warna : kekuningan

Bau : menyengat

Riwayat keperawatan untuk pola istirahat tidur

Tidur siang : 7-8 jam

Tidur malam : 7-8 jam

DO : klien terganggu jika haus dan menggigil, klien terganggu

pergerakannya karena terpasang OGT dan infuse, tidak terdapat lingkar

gelap dibawah kelopak mata

Riwayat keperawatan untuk pola konsep diri

Postur tubuh : kepala tidak tegap, tubuh terlihat kecil, BB 1200 gram

Kantuk mata : normal, dapat bereaksi tehadap cahaya

Ekspresi wajah : terliat merintih

4. Pemeriksaan Fisik

Data objektif

Kesadaran : Composmentis

TD :-

Suhu : 35oC

Nadi : 112x/menit

RR : 58x/menit

SPO2 : 82%

TB : 40 cm

LD : 30 cm
50

LK : 31 cm

BB sakit : 1200 gram

Pemeriksaan head to toe

Data objektif

Kepala Kepala tidak mampu tegap,fungsi saraf yang


belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
Mata ( inspeksi ) Mata simetris, keadaan mata bereaksi terhadap
cahaya
1. Sclera Ikterik
2. Konjungtiva Anemis
3. Pupil Isokor
4. Penglihatan Normal
Hidung ( inspeksi ) Hidung masih lemah karna belum sempurna
1. cuping hidung 1. Terdapat cupping hidung
2. polip 2. Tidak terdapat polip
Telinga ( inspeksi) Tidak ada luka, tidak ada lesi
1. Serumen 1. Tiak terdapat serumen
2. Tes 2. Pendengaran normal
pendengaran

Mulut ( inspeksi ) Reflek hisap lemah terpasang selang OGT


1. mukosa 1. selaput mukosa kering
2. lidah 2. lidah bersih
3. nyeri telan 3. tidak nyeri telan
4. stomatitis 4. tidak teerdapat stomatitis / kandidiasis
Leher Posisi trakea simetris
1. inspeksi 1. tiak ada nyeri
2. palpasi 2. tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada ( inspeksi ) Gerakan dada tidak teratur LD 30 cm
1. auskultsi 1. tidak tterdapat suara tambahan
2. dinding dada elastic, tidak ada benjolan
51

2. palpasi dan tidak ada nyeri tekan


3. sonor
3. perkusi 4. timpani,ictus cordis teraba, bunyi
4. px jantung jantung 1 dan 2 reguler
Abdomen ( inspeksi) Bentuk simetris, tidak ada luka
1. auskultasi 1. bising usus
2. perkusi 2. terdengar suara mpani dkuadran kiri
3. palpassi bawah
3. Terdapat myeri tekan
Genetalia Tidak terdapat tanda tanda nyeri, tidak ada
1. inspeksi hemoroid
T1. estis belum turun kedalam scrotum
Ekstremitas Kuku bersih, tidak terdapat edema, CRT 9+ 2
detik
F. atas 1. paha abduksi, sendi lutut/ kaki
G. bawah fleksi, tumit
2. telapak kaki halus, kekuatan otot
Kulit Bersih, warna sawo matang, tidak ada edema,
kulit tipis.
Tabel 4.1

5. Pemeriksaan Penunjang
Data objektif
Labortorium
Nama : By. Ny. A Umur : 0
JK : laki laki RM : 43971
Tanggal : 18. 05. 2021

Nama tindakan Nilai normal Hasl Keterangan


Hemoglobin 10- 24 gr/dl 10,5 Ok
Hematokrit 29-54% 30,2 Ok
Trombosit 150- 450 rb/ul 134 *
Leukosit 9-30 rb/ul 4,3 *
52

Eritrosit 3,6-6,1 juta 2,56 *


sel/mmg
Tabel 4.2

Nama : By. Ny. A Umur : 2 hari


JK : laki laki RM : 43971
Tanggal : 19.05.2021

Nama tindakan Nilai normal Hasil Keterangan


GDS 40-80 mg/dl 100 Ok
Tabel 4.3

Nama : By. Ny. A RM : 43971


Tanggal : 20.05.2021

Nama tindakan Nilai normal Hasil Keterangan


Biokemia
Bilirubin direct 0-0,35 mg/dl 1,5 *
Billirubin 0-1,35 mg/dl 2,0 *
indirect
Billirubin total 0-1,35 mg/dl 3,5 *
Tabel 4.4

Radiologi

Telah dilakukan pemeriksaan radiografi torax proyeksi AP degan hasil sbb

 Jantung : ukuuran tidak membesar. CTR 42% ( N 45-65% )

 Aorta baik

 Media stinum superior tidak melebar

 Trakea ditengah
53

 Kedua hilus tidak menebal

 Paru : corakan broncofaskular kedua paru baik, tampak infiltrate di

suprahilar bilateral dan parakardial kanan.

 Kedua hemidia fragma baik. Kedua sinum kostofrenikus lancip.

 Distribusi usus mencapai pelvis minor

 Tampak udara diusus halus dn usus besar prominen.

 Tidak tampak dilatasi mauupun penebalan dinding usus

 Tulang tulang yang terfisualisasi ttidak tampak kelainan.

Kesan :

 Tidak tampak kardiomegali pada jantung

 Infiltrate disuprahilar bilateral dan parakardial kanan

Pneumonia

 Udara diusus halus dan usus bear prominen meteorismus

DD/Awal NEC.

 Tidak ttampak dilatasi maupun penebalan dinding usus

Terapi

Oral/parental :

Injeksi cevotamin 2x7,1 ml = 0,75 cc

Injeksi gentamixin 1x4 mg = 0,125 cc

Injeksi aminopiilin 2x0,5 = 0,5 cc

IVFD D10%.7tpm micro

Diit : -
54

6. Analisa Data

ANALISA DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah


1 DS: ketika saat pengkajian ibu Berat badan Hipotermi
pasien mengatakan saat kurang
melahirkan usia kehamilannya
yaitu 32 minggu, dan masih di
rawat di ruangan bayi dan
berada di dalam ikubator karena
suhu bayinya rendah
DO :
- Lemah
- Akrral dingin
- Lahir premature 32 minggu
- Perawatan dalam incubator
- Suhu : 35oC

2 DS :Saat dilakukan pengkajian Ketidakmampuan Defisit Nutrisi


ibu pasien mengatakan ketika mengabsorbsikan
ibu pasien menyusui bayinya makanan
terlihat lemah saat menghisap
puting susu nya, dan saat
dilakukanpemompaan ASI untuk
bayinya hanya sedikit yang
keluar
DO :
- Pasien terlihat reflek hisap
lemah
- Pasien rewel
- Pasien terpasan OGT
55

- Pasien muntah 3x/hari


- Bayi belum mampu reflek
hisap dengan ibunya
- Psien minum ASI melalui
OGT 7-10 cc
- BB : 1200 gram
- PB 40 cm, LK 31 cm, LD 30
cm
3 DS : - Kenyamanan : Gangguan rasa
DO : fisik nyaman
- N : 112x/menit
- Terpasang OGT
- Terpasang infuse
- Pasien terlihat sering
menangis
- Posisi tidur terlihat tidak
nyaman

Tabel 4.5

Diagnosa Keperawatan :

1. Hipotermi berhubungan dengan berat badan kurang

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsikan

makanan

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kenyamanan: fisik


56

B. Perencanaan

RENCANA KEPERAWATAN

Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan (SLKI) Tindakan (SIKI)
Keperawatan
1. Hipotermi Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab hipotermia
berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor suhu tubuh
dengan berat selama 3x24 jam 3. Perawatan bayi dalam inkubator
badan kurang hipotermi tubuh stabil, 4. Gunakan pakain hangat, selimut,
dengan kriteria hasil: topi, ganti popok bila basah
1. Suhu tubuh normal 5. Ajarkan orang tua tentang posisi
36oC-37,5°C nesting agar tidak terjadi hipotermi
2. Akral hangat pada bayi (Nanang & Isti Kumala,
3. Bayi tidak menggigil 2018)
4. Tidak ada perubahan 6. Kolaborasi dengan dokter
warna
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi, Monitor
berhubungan tindakan keperawatan BB klien,
dengan selama 3x24 kebutuhan 2. Identifikasi perlunya penggunaan
ketidakmampuan nutrisi terpenuhi, selang OGT
mengabsorbsika dengan kriteria hasil: 3. Kaji kemampuan reflek hisap
n 1. BB seimbang 2500- 4. Monitor asupan intake dan output
makanan 3500 gram cairan
2. Reflek hisap kuat 5. Lakukan oral hygiene sebelum
3.Intake nutrisi adekuat makan
6. Ajarkan orang tua tentang metode
kanguru dan posisi Nesting agar berat
badan seimbang (Yuyun Sareningsih,
2020)
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
57

Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Tindakan (SIKI)
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
nyaman b.d asuhan keperawatan 2. Status kenyamanan fisik
kenyamanan: selama 3x24 jam 3. Berikan posisi nyaman
fisik diharapkan masalah 4. Berikan posisi ( positionong ) dan
gangguan rasa nyaman Nesting pada bayi agar bayi merasa
dapat teratasi, dengan nyamanan ( Efendi Defi, Dian Sari,
kh : dkk, 2019)
1. Lingkungan yang 5. Berikan pakaian yang nyaman
tenang dan 6. Kolaborasi dengan dokter
mendukunng
2.Status kenyamanan
meningkat
3.Berat badan stabil
4.TTV normal

Tabel 4.6

C. Implementasi
58

CATATAN PERKEMBANGAN I

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

1 25/05/2021 Hipotermi b.d - 08.00 : S : ibu pasien mengatakan


berat badan Mengidentifikasi kehamilan 32 minggu, ibu
kurang penyebab hipotermia pasien mengtakan telah
- 08.05 : Memonitor memahami dan akan
suhu tubuh mempraktekan cara
- 08.15 : Perawatan bayi pemberian posisi nesting.
dalam inkubator O : suhu 35,5
- 08.20 : Menggunakan - Warna kulit kemerahan

pakain hangat, selimut, - Bayi berada di inkubator

topi, ganti popok bila - Menggunakan pakaian

basah topi dan selimut.

- 08.25 : Mengajarkan A : masalah belum teratasi


orang tua tentang posisi - Suhu 35,5
nesting agar tidak - Perawatan bayi

terjadi hipotermi pada diinkubator

bayi (Murniati Noor, P : lanjutkan intervensi


2016) - Monitor suhu

- 08.30 : Berkolaborasi - Gunakan pakaian yang

dengan dokter tentang hangat,selimut, topi.

keadaan bayi - Lakukan perawatan


dalam inkubator.
- Ajarkan ibu pasien
metode pemberian posisi
nesting agar tidak terjadi
hipotermi.
- Kolaborasi dengan
dokter

2225/05/2021 Defisit Nutrisi - 09.00 : Mengidentifikasi S : ibu pasien mengatakan


2 b.d status nutrisi, Monitor BB pengeluaran asi hanya
59

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

ketidakmampua klien, sedikit, ibu pasien


n mengabsorpsi - 09.05 : Mengidentifikasi mengatakan telah
makanan perlunya penggunaan memahami dan akan
selang OGT mempraktekan metode
- 09.10 : Mengkaji kanguru dan posisi nesting.
kemampuan reflek hisap O : reflek hisap lemah
- 09.15 : Memonitor asupan - Pasien terpasang OGT,
intake dan output cairan 7-10 cc
- 09.20 : Melakukan oral - Bb 1200 kg

hygiene sebelum makan - Bayi belum mampu

- 09.25 : Mengajarkan menghisap puting ibu.

orang tua tentang metode A : Masalah belum teratasi

kanguru dan posisi - Bb masih 1200 kg

Nesting agar berat badan - Reflek hisap masih

seimbang (Yuyun lemah

Sareningsih, 2020) - Pengeluaran asi ibu

- 09.30 : Berkolaborasi masih sedikit

dengan ahli gizi untuk P : Lanjutkan intervensi

pemberian nutrisi - Monitor asupan nutrisi


dan bb pasien
- lakukan oral hygiene
sebelum makan
- Berikan asi sesering
mungkin
- Anjurkan ibu latihan
metode kanguru dan
posisi nesting untuk
bayi.
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
nutrisi
3 25/05/2021 Gangguan rasa - 10.00 : Memonitor suhu S :-
60

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

nyaman b.d tubuh O:


kenyamanan: - 10.05 : Memonitor Status - Suhu 35oC
fisik kenyamanan fisik - N : 112x/menit
- 10.10 : Memberikan posisi - Terpasang OGT
nyaman - Terpasang Infus
- 10.15 : Memberikan posisi ( - Terlihat ekspresi bayi
positionong ) dan Nesting posisi tidak terasa
pada bayi agar bayi nyaman
merasa nyamanan ( Efendi - Bayi berada diinkubator
Defi, Dian Sari, dkk, A : masalah belum teratasi
2019) - Suhu 35oC
- 10.20 : Memberikan pakaian - Terpasang OGT
yang nyaman P : Lanjutkan intervensi

- 10.25 : Berkolaborasi - Monitor suhu tubuh

dengan dokter - Monitor kenyamanan


fisik
- Berikan posisi
( positionong ) dan
Nesting pada bayi agar
tetap merasa nyaman
- Berikan pakaian yang
nyaman
- Kolaborasi dengan
dokter
Tabel 4.7

CATATAN PERKEMBANGAN II
61

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

1 26/05/2021 Hipotermi b.d - 08.05 : Memonitor suhu S:


berat badan - 08.10 : Memberikan Ibu pasien mengatakan
kurang pakaian yang hangat, sudah makin faham dengan
selimut, topi. pembuatan nesting, dan
- 08.15 : Melakukan akan menggunakan posisi
perawatan dalam nesting untuk kestabilan
inkubator. tubuh bayi nya

- 08.20 : Mengajarkan ibu O:

pasien metode pemberian - Suhu : 35,8

posisi nesting agar tidak - Bayi berada di inkubator

terjadi hipotermi. - Menggunakan pakaian

- 08.25 : Berkolaborasi selimut dan topi

dengan dokter A:
Masalah belum teratasi
- Perawatan bayi di
inkubator
- Tetap pantau suhu
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu
- Lakukan perawatan di
inkubator
- Ajarkan ibu pemberian
posisi nesting pada bayi
agar suhu tubuh bayi
stabil
- Kolaborasi dengan
dokter

2 26/05/2021 Ketidakseimban - 09.00 : Memonitor asupan S : ibu mengatakan asi yang


gan nutrisi nutrisi dan bb pasien keluar sudah lumayan lebih
kurang dari - 09.05 : Melakukan oral banyak dari sebelumnya, ibu
62

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

kebutuha tubuh hygiene sebelum makan pasien mengatakan


b.d reflek hisap - 09.10 : Memberikan asi menerapkan metode
lemah sesering mungkin kanguru dan posisi nesting.
- 09.15 : Menganjurkan ibu O:
latihan metode kanguru dan - refleks hisap lemah
posisi nesting untuk bayi. - pasien sudah tidak
- 09.20 : Berkolaborasi terpasang OGT
dengan ahli gizi untuk - BB 1200 gram
pemberian nutrisi - bayi sesekali diajarkan
mengenali puting susu
ibu dengan metode
kanguru
- dan menggunakan dot
untuk minum asi 7-10 cc
A : Masalah belum teratasi
- BB pasien masih1200
gram
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB pasien
- Berikan asi sesering
mungkin metode
kanguru
- Kolaborasi dengan
dokter

3 26/05/2021 Gangguan rasa - 10.00 : Memonitor suhu S :-


nyaman b.d tubuh O:
kenyamanan: - 10.05 : Memonitor - Suhu 35, 5oC
fisik kenyamanan fisik - N : 118x/menit
- 10.10 : Memberikan posisi ( - Terpasang Infus
63

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi

positionong ) dan Nesting - Bayi berada diinkubator


pada bayi agar tetap - dan bayi mulai terlihat
merasa nyaman lebih nyaman karena
- 10.15 : Memberikan pakaian diberi posisi yang
yang nyaman nyaman dengan
- 10.20 : Berkolaborasi dibuatkan tempat
dengan dokter Nesting
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu
- Lakukan perawatan
diinkubator
- Gunakan pakaian yang
hangat
- berikan posisi
( positionong ) dan
Nesting pada bayi
Tabel 4.8
64

CATATAN PERKEMBANGAN III

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi


1. 27/05/2021 Hipotermi b.d - 08.00 : Memonitor S : ibu pasien
berat badan suhu mengatakan telah
kurang - 08.05 : Melakukan memahami dan sudah
perawatan di bisa membuat nesting
inkubator untuk bayinya agar
- 08.10 : Mengajarkan menstabilkan suhu tubuh,
ibu tentang pemberian dan ibu mengatakan akan
posisi nesting pada menerapkan nesting
bayi agar suhu tubuh ketika bayi sudah dibawa
bayi stabil kerumah
- 08.15 : Berkolaborasi O:
dengan dokter - suhu 36,8 o c
- menggunakan
pakaian
hangat,selimut,
topi
A : Masalah teratasi
- suhu 36,8oc
P : Lanjutkan intervensi
di rumah
- Tetap tmonitor suhu
tubuh
- Gunakan pakaian,
selimut topi
- Gunakan pemberian
posisi nesting untuk
menstabilkan suhu
pada bayi
- Kontrol dokter sesuai
65

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi


jadwal
2 27/05/2021 Ketidakseimbang - 09.00 : Memonitor BB S : ibu pasien mengatakan
an nutrisi kurang pasien reflek hisap bayi
dari kebutuha - 09.05 : Memberikan asi bertambah , dan ASI yang
tubuh b.d reflek sesering mungkin keluar sudah banyak.
hisap lemah dengan metode O :
kanguru dan posisi - reflek hisap mulai
nesting baik
- 09.10 : Berkolaborasi - BB 1300 kg
dengan dokter - bayi sudah mau
menghisap puting ibu
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
di rumah
- Tetap memantau
BB bayi
- Tetap latih anak
untuk mengenali
dan menyusui
lewat puting ibu
langsung dengan
menggunakan
metode kanguru
- kontrol dokter
sesuai jadwal
3 27/05/2021 Gangguan rasa - 10.00 : Memonitor S :-
nyaman b.d suhu O:
kenyamanan: fisik - 10.05 : Melakukan - Suhu 36, 8oC
perawatan - N : 122x/menit
diinkubator - Bayi berada
- 10.10 : Menggunakan
66

No Tanggal Dx.Kep Implementasi Evaluasi


pakaian yang hangat diinkubator
- 10.15 : Memberikan - bayi terlihat lebih
posisi nyaman karena diberi
( positionong ) dan posisi yang nyaman
Nesting pada bayi dengan dibuatkan
tempat Nesting
A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
dirumah
- Tetep monitor suhu
dirumah
- Tetap anjurkan
keluarga
menggunakan
pakaian yang hangat
- Menganjurkan
keluarga memberikan
posisi ( positionong )
dan Nesting pada
bayi ketika dirumah
- Kontrol dokter sesuai
jadwal
Tabel 4.9

D. Evaluasi : Hasil dari implementasi Nesting pada BBLR di ruang Perinatologi

didapatkan kenaikan suhu bayi menjadi 36, 8oC, dan berat badan bayi naik

menjadi 1300 gram, dan kenyamanan bayi meningkat.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktik

1. Visi dan Misi Visi Misi RSU Az-Zahra Lampung Tengah

a. Visi :

“Menjadi Rumah Sakit Bernuansa Islami Yang Dipercaya Masyarakat”

b. Misi :

1) Memberikan pelayanan yang bermutu, profesional, dan ramah.

2) Mewujudkan citra islami pada semua karyawan, baik tindakan

maupun penampilan.

3) Mengembangkan jiwa melayani secara amanah dan tanggung

jawab pada setiap karyawan

2. Gambaran Ruangan Tempat Praktik

Ruangan perinatologi berada di gedung lantai dua RSU Az-Zahra

Kalirejo Lampung Tengah, ruang perinatologi digabung dengan ruang

High Care Unit ( HCU ). Perawat di Ruangan Perinatologi RSU Az-

Zahra, 1 orang kepala ruangan dengan jenjang pendidikan S.Kep, Ners, 1

orang perawat primer dengan jenjang pendidikan D3 Keperawatan dan 3

orang perawat primer dengan jenjang S.Kep. Proses asuhan keperawatan

dan proses manajerial supaya terlaksana secara optimal maka ruangan

Perinatologi RSU Az-Zahra terdapat 3 inkubator. Ruang perinatogi

terdapat beberapa fasilitas di dalamnya yaitu : Terdapat 3 inkubator, 1


68

suction, meja resusitasi, terdapat ventilator bayi, terdapat monitor, troli

emergency, terdapat 3 tabung oxsigen, kulkas mini ( untuk penyimpanan

susu ).

Kepala ruangan perinatologi juga menggadakan pertemuan 1 sampai 3

kali dalam setahun.selama pandemi tetapi selama pandemi diskusi

dialihkan lewat media sosial berupa grup whatsap. Kepala ruangan juga

melakukan penilaian terhadap kinerja perawat dengan setiap sebulan

sekali, selain itu kepala ruangan juga memberikan teguran/punishment

langsung kepada staf yang kinerjanya tidak bagus, kepala ruangan juga

memberikan pujian/reward secara langsung dan menjadikan staf tersebut

sebagai role model terhadap staf yang lain.

3. Pelayanan dan Penanganan yang Dilakukan di Tempat Praktik

Standar pelayanan keperawatan di ruangan Perinatologi RSU Az-

Zahra adalah :

a. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis.

b. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan sub spesialis dan

dilaksanakan secara terpadu

Penangaan yang dilakukan di ruangan Perinatologi RSU Az-Zahra :

Penanganan yang dilakukan di ruangan perinatologi disesuaikan

dengan keadaan dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi, dan dengan

adanya panduan orientasi bagi pasien dan keluarga ruangan Perinatologi

RSU Az-Zahra memiliki ketetapan jam berkunjung untuk keluarga pasien

yaitu pagi jam 10.00-12.00 WIB, dan sore 17.00-21.00 WIB.

Berdasarkan observasi penetapan jam berkunjung sudah optimal, hal ini


69

terlihat dengan adanya keluarga pasien yang berkunjung datang pada jam

yang telah ditentukan.

B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan

1. Ringkasan Proses Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data dari klien yang akurat sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari

pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi pola masalah (Hidayat,

2016). Proses pengkajian yaitu melakukan pengumpulan riwayat

kesehatan, melakukan pengkajian kesehatan, wawancara dengan klien,

dan orang terdekat klien :

Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan

dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan, orang tua pasien sangat

kooperatif dan komunikatif dan hasil observasi dan data mendukung.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Mei 2021 jam 08.00 wib,

ditemukan data bayi Ny.N lahir di RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung

Tengah dengan umur kehamilan 32 minggu, bayi berjenis kelamin

laki-laki, berat badan lahir 1200 gram, panjang badan 40 cm,

lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm, nadi 112x/menit, suhu

35ºc, akral teraba dingin, respirasi rate 58x/menit, bayi menangis, bayi

muntah 3x/hari, terpasang Oral Gastric Tube (OGT), terpasang

infus D10% 7tpm micro, reflek hisap masih lemah, bayi tampak tidak

nyaman.
70

Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori yang ada salah

satunya menurut Ayuda Nia (2018), bahwa bayi yang lahir dengan berat

badan rendah memiliki tanda gejala berat badan kurang dari 2500 gram,

panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm,

lingkar kepala kurang dari 33cm, pergerakan kurang dan lemah, tangis

lemah, pernafasan belum teratur, lebih banyak tidur dari pada bangun,

reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini

berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur)

disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup

bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih

kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah

ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam

kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan

plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan

suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah sebuah label singkat menggambarkan

kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini berupa masalah-

malah actual atau potensial (Wilkinson,2016).

Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama

yaitu :

P : Problem ada lah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah

aktual dan resiko kesehatan.


71

E : Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungk inan penyebab

resiko pada masalah aktual/masalah resiko pasien.

S : Sign/Symthom adalah pe rnyataan k husus te ntang perilaku reaksi

pasien sesuai dengan keadaan pasien terhadap masa lah tindakan

keperawatan dan managemennya.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis sesuai dengan kasus

BBLR meliputi :

a. Hipotermia b.d berat badan kurang

b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi

c. Gangguan rasa nyaman b.d kenyamanan: fisik

Ketiga diagnosa tersebut penulis ambil berdasarkan data pengkajian

yang penulis dapatkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada An.

D, Dimana penulis mengambil diagnosa keperawatan Hipotermi sebagai

diagnosa prioritas.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah ketegori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut,

(Potter dan Perry, 2010).

Diagnosa 1 : Menurut SLKI(standar luaran keperawatan indonesia)

dalam buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis SDKI

(standar keperawatan nasional indonesia) hipotermi. SLKI Kriteria hasil :

Suhu tubuh normal 36oC-37,5°C, akral hangat, bayi tidak menggigil, tidak

ada perubahan warna.


72

Intervensi atau SIKI (standar intervensi keperawatan indonesia) yang

akan dilakukan yaitu secara ONEC (Observation, Nursing intervensi,

Education, Colaboration) yaitu:

1. Identifikasi penyebab hipotermia

2. Monitor suhu tubuh

3. Perawatan bayi dalam inkubator

4. Gunakan pakain hangat, selimut, topi, ganti popok bila basah

5. Ajarkan orang tua tentang posisi nesting agar tidak terjadi hipotermi pada

bayi (Murniati Noor, 2016)

6. Kolaborasi dengan dokter

Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa

BBLR peneliti menggunakan meode pemberian posisi nesting. Nesting

adalah penggunaan alat berbentuk seperti kondisi dalam rahim ibu yang

terbuat dari bahan phlanyl yang memiliki panjang sekitar 121-132 cm dan

dapat disesuaikan dengan panjang tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai

pelindung posisi bayi, menjaga perubahan posisi bayi yang diakibatkan

karena gravitasi. Nesting merupakan salah satu intervensi keperawatan

dalam memberikan posisi yang tepat pada neonatus. Nesting dapat

memfasilitasi perkembangan bayi prematur berupa kondisi fisiologis dan

neurologis (Goldsmith & Karotkin, 2003 ; Noor Murniati, dkk, 2018).

Nesting merupakan penyanggah pada posisi tidur pada bayi sehingga

tetap dalam posisi fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan

posisi yang drastis pada bayi yang dapat mengakibtkan hilangnya banyak

energi dari tubuh neonatus. Nesting merupakan salah satu tindakan


73

keperawatan yang menerapkan prisip konsep konservasi energy, bahwa

manusia akan senantiasa melakukan adaptasi terhadap perubahan yang

terjadi pada lingkungan sekitarnya (Bayuningsih, 2011).

Berdasarkan hasil yang di dapatkan oleh peneliti pada responden yang

menggunakan nesting dengan fiksasi maka di dapatkan bahwa suhu tubuh

responden adalah normal. Bayi memiliki lemak subkutan yang sangat tipis,

sehingga mudah terjadi hipotermi dan kebutuhan oksigen akan lebih besar

(Wong, et.al, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Noor Murniati (2018), terdapat perbedaan suhu tubuh bayi premature yang

dilakukan pemasangan nesting walaupun perbedaannya sangat kecil.

Diagnosa 2 : Menurut SLKI (standar luaran keperawatan indonesia)

dalam buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis SDKI

(standar keperawatan nasional indonesia) defisit nutrisi : SLKI kriteria hasil

BB seimbang 2500-3500 gram, reflek hisap kuat, intake nutrisi adekuat.

Intervensi atau SIKI (standar intervensi keperawatan indonesia) yang

akan dilakukan yaitu secara ONEC (Observation, Nursing intervensi,

Education, Colaboration) yaitu:

1. Identifikasi status nutrisi, Monitor BB klien,

2. Identifikasi perlunya penggunaan selang OGT

3. Kaji kemampuan reflek hisap

4. Monitor asupan intake dan output cairan

5. Lakukan oral hygiene sebelum makan

6. Ajarkan orang tua tentang Metode Kanguru dan posisi Nesting agar

berat badan seimbang (Yuyun Sareningsih, 2020)


74

7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi entifikasi penyebab

hipotermia.

Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dan mengatasi masalah

pada BBLR salah satunya dengan melakukan terapi komplementer dan

develompment care yaitu nesting dan perawatan metode kanguru (Davis,

2015). Perawatan metode kanguru bermanfaat dalam menstabilkan suhu

tubuh bayi, stabilitas denyut jantung dan pernafasan, perilaku bayi lebih

baik, kurang menangis dan sering menyusu, penggunaan kalori berkurang,

kenaikan berat badan bayi lebih baik, waktu tidur bayi lebih lama, hubungan

lekat bayi- ibu lebih baik dan akan mengurangi terjadinya infeksi pada bayi.

PMK dapat diberikan secara intermiten minimal 2 jam setiap hari dapat

menekan angka kematian bayi prematur dan meningkatkan berat badan pada

bayi BBLR (Kemenkes RI, 2014).

Beberapa penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan

pada bayi sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan berat badan

pada bayi yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan bayi dalam menghisap

ASI. ASI merupakan komponen yang penting dalam proses pertumbuhan

bayi. Salah satu bentuk perawatan yang dilakukan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Silvia (2015) adalah dengan metode kanguru, dimana

metode kanguru menggunakan prinsip bayi selalu berada dalam dekapan ibu

sehingga meningkatkan kenyamanan pada bayi kemudian akan

meningkatkan kemampuan bayi terhadap reflek menghisap bayi.

Salah satu bentuk intervensi keperawatan selain metode kanguru yang

dapat dilakukan pada BBLR adalah nesting. Pemberian terapi nesting


75

dibandingkan dengan terapi lain yaitu memiliki kelebihan bahwa terapi

tersebut memberikan kenyamanan dan meminimalisir gerakan bayi

sehingga energi tidak banyak dikeluarkan dan juga dalam pelaksanaannya

dapat dengan mudah dilakukan oleh perawat dibandingkan dengan

intervensi lain karena peralatan yang biasanya sudah tersedia di ruangan

perawatan bayi (Noor, 2016).

Diagnosa 3 : Menurut SLKI (standar luaran keperawatan indonesia)

dalam buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis SDKI (standar

keperawatan nasional indonesia) gangguan rasa nyaman : SLKI kriteria

hasil Lingkungan yang tenang dan mendukunng, status kenyamanan

meningkat, berat badan stabil, suhu tubuh normal.

Intervensi atau SIKI (standar intervensi keperawatan indonesia) yang

akan dilakukan yaitu secara ONEC (Observation, Nursing intervensi,

Education, Colaboration) yaitu:

1. Monitor TTV

2. Status kenyamanan fisik

3. Berikan posisi nyaman

4. Berikan posisi ( positionong ) dan Nesting pada bayi agar bayi merasa

nyamanan ( Efendi Defi, Dian Sari, dkk, 2019)

5. Berikan pakaian yang nyaman

6. Kolaborasi dengan dokter

Pengaturan posisi tidur pada bayi baru lahir merupakan peran perawat

neonatus dalam memberikan perawatan rutin sehari-hari. Pengaturan posisi

khususnya pada bayi prematur bukanlah hal yang mudah. Kesalahan


76

pemberian posisi dapat berakibat pada perubahan status fisiologis

(peningkatan laju pernapasan, frekuensi nadi, dan penurunan saturasi

oksigen), gangguan kenyamanan dan kualitas tidur, intoleransi minum,

deformitas sendi panggul, dan perdarahan pada otak (Peng, et al., 2014;

Werth, Atallah, Zwartkruis-pelgrim, & Aarts, 2016).

Sebaliknya, pemberian posisi yang tepat dapat meningkatkan

kenyamanan dan memberikan kualitas tidur bayi (Jarus, et al., 2011; Peng,

et al., 2014), dan meningkatkan fungsi paru dengan optimalisasi strategi

pernapasan melalui positioning pada bayi prematur yang sedang dirawat di

unit khusus maupun intensif yang ditunjukkan dengan peningkatan SaO2

dan volume tidak lebih tinggi (Gouna, et al., 2013; Madlinger-Lewis, et al.,

2014).

4. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari keperawatan dimana tindakan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Potter dan Perry,

2005).

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada An. A dengan BBLR

pada tanggal 21-23 Mei 2021 Implementasi keperawatan BBLR pada

diagnosa pertama adalah:

1. Mengidentifikasi penyebab hipotermia

2. Memonitor suhu tubuh

3. Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas

4. Berikan pakain hangat, selimut, topi, ganti popok bila basah


77

5. Mengajarkan orang tua tentang posisi nesting agar tidak terjadi

hipotermi pada bayi (Murniati Noor, 2016)

6. Berkolaborasi dengan dokter

Implementasi keperawatan yang digunakan untuk bayi An.A yaitu

pemasangan nesting yang berbentuk seperti kondisi rahim ibu yang terbuat

dari bahan yang halus phlanyl yang berisi potongan kain seperti dacron.

Panjang alat ini sekitar 121-132 cm dan dapat disesuaikan dengan panjang

tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai pelindung posisi bayi, sehingga

berada dalam posisi ekstensi dan menjaga perubahan posisi bayi yang

diakibatkan karena gravitasi. (Dini Nurbaiti, 2017). Pemberian nesting atau

sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan dan memberi bayi

tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi untuk mempertahan

normalitas batang tubuh dan mendukung regulasi dini. Posisi fleksi pada

pemberian nesting diharapkan bayi tidak mengeluarkan energi yang

sebenarnya masih sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan

(Kenner & McGrath, 2009 ; Efendi, 2018).

Pemasangan nesting atau sarang harus mengelilingi bayi, dan posisi

bayi flexi, sesuai perilaku BBLR yang cenderung pasif, sikap fleksi pada

BBLR untuk mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu

lingkungan sehingga posisi ini berfungsi sebagai pengaman untuk

mencegah kehilangan panas, BBLR memiliki kesulitan untuk

mempertahankan suhu tubuhnya akibat dari kurangnya lemak sub kutan,

rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar, produksi panas
78

berkurang akibat lemak yang tidak memadai, dan ketidak mampuannya

untuk menggigil. (Dini Nurbaiti, 2017).

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada An. A dengan BBLR

pada tanggal 21-23 Mei 2021 Implementasi keperawatan BBLR pada

diagnosa kedua adalah:

1. Mengidentifikasi status nutrisi, Monitor BB klien,

2. Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang OGT

3. Mengkaji kemampuan reflek hisap

4. Memonitor asupan intake dan output cairan

5. Melakukan oral hygiene sebelum makan

6. Mengajarkan orang tua tentang metode kanguru dan posisi Nesting

agar berat badan seimbang (Yuyun Sareningsih, 2020)

7. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

PMK dengan terapi musik menunjukkan bahwa PMK efektif dilakukan

sebagai salah satu metodaperawatan pada BBLR. Perawatan untuk bayi

BBLR melalui kontak kulit antara ibu dan bayi, dari kontak kulit tersebut

selain dapat meningkatkan BB bayi BBLR juga bisa mencegah bayi

mengalami hipotermi (Hendrayani, 2019). Nesting merupakan suatu cara

yang digunakan untuk meminimalisir pergerakan bayi sehingga komplikasi

akibat perubahan posisi bayi bisa diminimalisir dan bayi mendapatkan

kenyamanan sehingga bayi tidak sering bergerak yang akhir nya bisa

mempertahankan suhu tubuh dan pengeluaran kalori, nesting juga dapat

memfasilitasi perkembangan normal BBLR berupa kondisi fisiologis dan

neurologis (Goldsmith & Karotkin, 2012 ; Yuyun & Inggrid, 2020). Kedua
79

intervensi dikombinasikan yang efektif digunakan untuk terapi dapat

meningkatkan refleks hisap (Wahyuningsri dan Eka 2014).

5. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian,

(Potter dan Perry, 2005). Tanggal 21-23 Mei 2021 dilakukan evaluasi

dengan metode SOAP (Subjektif, Objektiv, Assesment, Planning). Setelah

melakukan implementasi, kami melakukan evaluasi keperawatan kepada

klien selama tiga hari dan evaluasi yang ada dalam teori menyebutkan

bahwa evaluasi yang diharapkan.

Menurut analisa penulis ada keterkaitan antara teori dengan kasus yang

penulis ambil dimana menurut teori serta jurnal penelitian tentang

pemberian implementasi pemberian posisi nesting diharapkan klien

merasakan kenyamanan dan perubahahan fisiologi suhu tubuh normal.

Pengaturan posisi tidur pada bayi baru lahir merupakan peran perawat

neonatus dalam memberikan perawatan rutin sehari-hari. Pengaturan posisi

khususnya pada bayi prematur bukanlah hal yang mudah. Kesalahan

pemberian posisi dapat berakibat pada perubahan status fisiologis

(peningkatan laju pernapasan, suhu, frekuensi nadi, dan penurunan saturasi

oksigen), gangguan kenyamanan dan kualitas tidur, intoleransi minum,

deformitas sendi panggul, dan perdarahan pada otak (Peng, et al., 2014;

Werth, Atallah, Zwartkruis-pelgrim, & Aarts, 2016).

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada An. A dengan BBLR

pada tanggal 21-23 Mei 2021. Evaluasi Diagnosa pertama didapatkan data:
80

S : Ibu pasien mengatakan telah memahami dan sudah bisa membuat

nesting untuk bayinya agar menstabilkan suhu tubuh, dan ibu

mengatakan akan menerapkan nesting ketika bayi sudah dibawa kerumah

O : Suhu 36,8 o C, Menggunakan pakaian hangat, selimut, topi

A : Masalah teratasi : suhu 36,8oC

P : Lanjutkan intervensi di rumah

- Tetap monitor suhu tubuh

- Gunakan pakaian, selimut topi

- Gunakan pemberian posisi nesting untuk menstabilkan suhu pada bayi

- Kontrol dokter sesuai jadwal

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada An. A dengan BBLR

pada tanggal 21-23 Mei 2021. Evaluasi Diagnosa kedua didapatkan data:

S : Ibu pasien mengatakan reflek hisap bayi bertambah , dan ASI yang keluar

sudah banyak.

O : Reflek hisap mulai baik, BB 1300 kg, Bayi sudah mau menghisap puting

ibu

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi di rumah

- Tetap memantau BB bayi

- Tetap latih anak untuk mengenali dan menyusui lewat puting ibu langsung

dengan menggunakan metode kanguru

- kontrol dokter sesuai jadwal

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Pada An. A dengan BBLR

pada tanggal 21-23 Mei 2021. Evaluasi Diagnosa ketiga didapatkan data :
81

S :-

O : Suhu 36, 8oC, N ; 122x/m bayi berada diinkubator, bayi terlihat lebih

nyaman karena diberi posisi yang nyaman dengan dibuatkan tempat

Nesting

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi dirumah

- Tetep monitor suhu dirumah

- Tetap anjurkan keluarga menggunakan pakaian yang hangat

- Menganjurkan keluarga memberikan posisi ( positionong ) dan Nesting

pada bayi ketika dirumah

- Kontrol dokter sesuai jadwal

C. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan

Hasil penerapan posisi nesting yang dilakukan oleh penulis yaitu

mendapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian Dini Nurbaiti (2017),

menunjukan ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan nesting terhadap

perilaku bayi prematur dan terhadap peningkatan saturasi oksigen bayi

prematur, namun tidak signifikan terhadap penurunan frekwensi napas dan

penurunan frekwensi nadi. Penggunaan nesting sebagai bentuk developmental

care dapat memfasilitasi pencapaian istirahat yang lebih baik nyaman (yang

ditandai dengan keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian perilaku tidur

tenang), sehingga perlu diimplementasikan dalam perawatan bayi prematur di

ruang perinatologi.

Didapatkan hasil yaitu klien merasa nyaman kualitas tidur betambah dan

terdapat peningkatan suhu tubuh menjadi 36,8oc dan dengan adanya PMK juga
82

mempengaruhi reflek hisap bayi bertambah sehingga pemenuhan nutrisi

menjadi lebih baik dengan hasil berat badan bertambah menjadi 1300 gram.

D. Pembahasan

1. Analisis karakteristik klien (usia, jenis kelamin, pendidikan, dll)

Bayi prematur (preterm) adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia

gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong,

2009 ; Nurbaiti, 2017). Sebagian bayi lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram adalah bayi prematur. Ada juga yang mendefinisikan bayi

premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai

hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamila

memendek. (Nelson, 2000 ; Nurbaiti 2017).

Pada kasusu kelolalaan usia kehamilan yaitu 32 minggu, berjenis

kelamin laki-laki, berar badan lajir 1200 gram, dengan panjang badan 40

cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm, nadi 112x/menit, suhu

35ºc, akral teraba dingin, respirasi rate 58x/menit, bayi menangis, reflek

hisap lemah.

Data yang didapat mempunyai persamaan dengan teori yang ada salah

satunya menurut Ayuda Nia (2018), bahwa bayi yang lahir dengan berat

badan rendah memiliki tanda gejala berat badan kurang dari 2500 gram,

panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar

kepala kurang dari 33cm, pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah,

pernafasan belum teratur, lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek

menghisap dan menelan belum sempurna.


83

2. Analisis masalah keperawatan utama

Masalah keperawatan utama pada kasus kelolaan yaitu Hipotermi

berhubungan dengan berat badan ekstream, dengan data yang diperoleh

suhu 35oc dan berat badan 1200gram. Karena BBLR memiliki kesulitan

untuk mempertahankan suhu tubuhnya akibat dari kurangnya lemak sub

kutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar, produksi

panas berkurang akibat lemak yang tidak memadai, dan

ketidakmampuannya untuk menggigil (Dini Nurbaiti, 2017). Bayi memiliki

lemak subkutan yang sangat tipis, sehingga mudah terjadi hipotermi dan

kebutuhan oksigen akan lebih besar (Wong, et.al, 2009 ; Yuyun,2020).

3. Analisis tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemberian posisi nesting

pada bayi. Nesting adalah penggunaan alat berbentuk seperti kondisi dalam

rahim ibu yang terbuat dari bahan phlanyl yang memiliki panjang sekitar

121-132 cm dan dapat disesuaikan dengan panjang tubuh bayi. Alat ini

diletakkan sebagai pelindung posisi bayi, menjaga perubahan posisi bayi

yang diakibatkan karena gravitasi. Nesting merupakan salah satu intervensi

keperawatan dalam memberikan posisi yang tepat pada neonatus. Nesting

dapat memfasilitasi perkembangan bayi prematur berupa kondisi fisiologis

dan neurologis (Goldsmith & Karotkin, 2003 ; Noor Murniati, dkk, 2018).

Berdasarkan hasil yang di dapatkan oleh peneliti pada responden yang

menggunakan nesting di dapatkan bahwa suhu tubuh responden adalah

normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanang & Isti

(2018), hasil penelitian ada pengaruh nesting terhadap perubahan suhu


84

tubuh, frekuensi nadi dan saturasi oksigen BBLR. Hasil penelitian

membuktikan terdapat perbedaan suhu tubuh, terdapat perbedaan suhu

tubuh bayi premature yang dilakukan pemasangan nesting walaupun

perbedaannya sangat kecil.

4. Analisis tindakan keperawatan sesuai hasil penelitian

Tindakan keperawatan dilakukan setiap hari dengan pemberian posisi

nesting, didapatkan klien merasa nyaman kualitas tidur betambah dan

terdapat peningkatan suhu tubuh menjadi 36,8oc dan dengan adanya latihan

PMK terhadap ibu dapat mempengaruhi reflek hisap bayi bertambah

sehingga pemenuhan nutrisi menjadi lebih baik dengan hasil berat badan

bertambah menjadi 1300 gram.

E. Keterbatasan

Keterbatasan saat melakukan penelitian tidak ada karena semua alat yang

digunakan tersedia diruangan perinatologi RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung

Tengah.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada kasus kelolalaan usia kehamilan yaitu 32 minggu, berjenis kelamin

laki-laki, berar badan lajir 1200 gram, dengan panjang badan 40 cm,

lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm, nadi 112x/menit, suhu

35ºc, akral teraba dingin, respirasi rate 58x/menit, bayi menangis, reflek

hisap lemah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis sesuai dengan kasus

BBLR meliputi :

1. Hipotermia b.d berat badan kurang

2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi

3. Gangguan rasa nyaman b.d kenyamanan: fisik

3. Perencaan Keperawatan

Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa

BBLR peneliti menggunakan meode pemberian posisi nesting dan

mengajarkan metode kanguru kepada orang tua. Nesting adalah

penggunaan alat berbentuk seperti kondisi dalam rahim ibu yang terbuat

dari bahan phlanyl yang memiliki panjang sekitar 121-132 cm dan dapat

disesuaikan dengan panjang tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai

pelindung posisi bayi, menjaga perubahan posisi bayi yang diakibatkan


86

karena gravitasi. (Goldsmith & Karotkin, 2003 ; Noor Murniati, dkk,

2018).

4. Implementasi keperawatan

Implementasi Pada An. A dengan diagnosa BBLR yaitu dengan

pemberian posisi Nesting yaitu merupakan suatu cara yang digunakan

untuk meminimalisir pergerakan bayi sehingga komplikasi akibat

perubahan posisi bayi bisa diminimalisir dan bayi mendapatkan

kenyamanan sehingga bayi tidak sering bergerak yang akhir nya bisa

mempertahankan suhu tubuh dan pengeluaran kalori, nesting juga dapat

memfasilitasi perkembangan normal BBLR berupa kondisi fisiologis dan

neurologis (Goldsmith & Karotkin, 2012 ; Yuyun & Inggrid, 2020). dan

juga dengan mengajarkan cara PMK kepada orang tua yang efektif

dilakukan sebagai salah satu metode perawatan pada BBLR. Perawatan

untuk bayi BBLR melalui kontak kulit antara ibu dan bayi, dari kontak

kulit tersebut selain dapat meningkatkan BB bayi BBLR juga bisa

mencegah bayi mengalami hipotermi (Hendrayani, 2019). Kedua

intervensi dikombinasikan yang efektif digunakan untuk terapi dapat

meningkatkan refleks hisap dan meningkatkan suhu tubuh(Wahyuningsri

dan Eka 2014).

5. Evaluasi

Didapatkan hasil yaitu klien merasa nyaman kualitas tidur betambah dan

terdapat peningkatan suhu tubuh menjadi 36,8oc dan dengan adanya PMK

juga mempengaruhi reflek hisap bayi bertambah sehingga pemenuhan


87

nutrisi menjadi lebih baik dengan hasil berat badan bertambah menjadi

1300 gram.

6. Hasil Penerapan Pada Kasus

Tindakan keperawatan dilakukan setiap hari dengan pemberian posisi

nesting, didapatkan klien merasa nyaman kualitas tidur betambah dan

terdapat peningkatan suhu tubuh menjadi 36,8oc dan dengan adanya

latihan PMK terhadap ibu dapat mempengaruhi reflek hisap bayi

bertambah sehingga pemenuhan nutrisi menjadi lebih baik dengan hasil

berat badan bertambah menjadi 1300 gram.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengan

Tenaga kesehatan khususnya perawat memberikan pengetahuan pada

keluarga tentang pengobatan medis dan non medis atau penanganan

dirumah pada diagnose BBLR salah satu nya dengan pemberian posisi

nesting.

2. Bagi Institusi

Dapat memberikan masukan dan sumber informasi dibidang kesehatan

dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada BBLR.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk kesempurnaan penelitian lebih

lanjut, melakukan asuhan keperawatan baik pengkajian, perumusan

diagnosa, penyusunan rencana keperawatan, pemberian tindakan

keperawatan dan evaluasi dilakukan dengan tepat dan berkesinambungan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. N., Rustina, Y. R., & Triwaluyanti, F. T. (2018). Upaya


Meningkatkan Berat Badan Bblr Melalui Intervensi Comfort Food For The
Soul Kolcaba (Perawatan Metode Kanguru). JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi), 2(2), 1–9. https://doi.org/10.46749/jiko.v2i2.11

Agustin Teti, Moh. Afandi, S. W. (2014). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014. KESEHATAN bAKTI TUNAS HUSADA,
12(1), 112–127.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Efendi, D., Sari, D., Riyantini, Y., Novardian, N., Anggur, D., & Lestari, P.
(2019). Pemberian Posisi (Positioning) Dan Nesting Pada Bayi Prematur:
Evaluasi Implementasi Perawatan Di Neonatal Intensive Care Unit (Nicu).
Jurnal Keperawatan Indonesia, (December).
https://doi.org/10.7454/jki.v0i0.619

Hidayat, A. A. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2017). Hasil


Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
1–100. https://doi.org/1 Desember 2013

Khoiriyah, H. (2018). Hubungan Usia, Paritas Dan Kehamilan Ganda Dengan


Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana,” 3(2), 1–10.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nova, P. A., & Chen, C.-H. (2019). Medication Beliefs in Patients Following
Percutaneous Coronary Intervention: a Cross-Sectional Study. In Jurnal
Keperawatan Indonesia (Vol. 22). https://doi.org/10.7454/jki.v22i3.1092

Noor, M., Hasanah, O., & Ginting, R. (2016). Penggunaan nesting dengan fiksasi
mampu menjaga stabilitas saturasi oksigen, frekuensi pernapasan, nadi dan
suhu pada bayi prematur dengan gawat napas. Jurnal Ners Indonesia, 6(1),
65–76.
Nova, P. A., & Chen, C.-H. (2019). Medication Beliefs in Patients Following
Percutaneous Coronary Intervention: a Cross-Sectional Study. In Jurnal
Keperawatan Indonesia (Vol. 22). https://doi.org/10.7454/jki.v22i3.1092

Potter and Perry. 2015. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar; Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun2010. Laporan
Nasional 2010, 1–446. https://doi.org/1 Desember 2013

Sapurtri, I. N., Handayani, D., & Nasution, M. N. (2019). Pengaruh Perawatan


Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir
Rendah Di Nicu Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2018. Jurnal
Penelitian Kebidanan & Kespro, 1(2), 6–9.
https://doi.org/10.36656/jpk2r.v1i2.86

Sarinengsih, Y., & Dirgahayu, I. (2021). Efektifitas PMK (Perawatan Metode


Kanguru) Disertai Terapi Musik Klasik dengan Nesting Disertai Terapi
Musik Klasik Terhadap Berat Badan BBLR di RSUD Majalaya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Immanuel, 14(2), 113. https://doi.org/10.36051/jiki.v14i2.145

Saprudin, N., & Sari, I. K. (2018). Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap


Perubahan Di Kota Cirebon. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada, 09(02),
67–77.

SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Diagnostik Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta: DPP PPNI

Yunus, R. M. (1979). JMK : JURNAL MEDIA KESEHATAN PENGARUH


NESTING TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS BAYI Program Profesi
Ners , Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada

Yuyun Sarinengsih & Inggrid Dirgahayu. (2020). Efektifitas PMK (Perawatan


Metode Kanguru) Disertai Terapi Musik Klasik dengan Nesting Disertai
Terapi Musik Klasik Terhadap Berat Badan BBLR di RSUD Majalaya.
Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel. Volume 14, Nomor 2, Desember 2020.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Diajeng Fifit


NPM : 200103080
Pembimbig Skripsi : Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Judul Skripsi : Penerapan Nesting Pada Bayi Dengan Diagnosis Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi Rsu Az-Zahra Lampung
Tengah Tahun 2021
No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Paraf
Pembimbing
1. Senin / 1. Tentukan kasus dan intervensi yang akan
03 Mei 2021 diterapkan
2. Pilih judul sesuai jurnal dan masalah di
ruangan
2. Selasa / 1. Acc judul KTI
05 Mei2021 2. Lanjutkan Bab 1
3. Rabu / 1. Latar belakang dibuat seperti piramida terbalik,
19 Mei 2021 seperti buat skripsi
4. Kamis / 1. Lanjutkan Bab II
22 Mei 2021
5. Senin / 1. Lampirkan 3 jurnal
24 Mei 2021 2. Lanjutkan Bab III
6. Kamis/ 10 juni 1. Fokus intervensi
2021 2. Lanjutkan Bab IV
7. Senin / 1. Di dalam perencanan difokuskan intervensi
17 Juni 2021 yang akan dilakukan
2. Lanjutkan Bab V
8. Jum’at / 1. Perbaik pada implementasi
23 Juni 2021 2. Sesuaikan dengan SDKI
3. Lanjutkan Bab VI
9. Sabtu / 1. Cek penulisan Bab I-VI
02 Juli 2021 2. Perbaiki kesimpulan sesuai tujuan awal
10. Rabu / 1. Perbaiki cover dan lengkapi lampiran
04 Juli 2021 2. ACC Karya Tulis Ilmiah (Bab I-VI)
3. ACC maju sidang

Pembimbing

(Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai