Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR METATARSAL

NAMA : Sofyan Suryantara N.,

S.Kep NIM : 2 001031038

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JEMBER 
2021

LAPORAN PENDAHULUAN

Fraktur Metatarsal

A. Definisi

Fraktur atau patah tulang terjadi ketika tulang patah, sehingga posisi atau
 bentuknya berubah. Patahnya tulang terjadi ketika tulang mengalami benturan atau menerima
tekanan yang besar, lebih besar daripada kekuatan tulang.

Menurut ahli di National Institutes of Health (NIH) - MedlinePlus, tulang


metatarsal adalah bagian tulang panjang pada kaki yang menghubungkan pergelangan
kaki dengan jari kaki. Tulang ini membantu menyeimbangkan tubuh saat kita berdiri
dan berjalan.

Metatarsal ini terdiri dari lima tulang. Dari kelima tulang tersebut, tulang
metatarsal ke-5 yang menghubungkan tulang luar ke jempol kaki, merupakan tulang
yang yang paling sering retak. Patahnya tulang metatarsal ke-5 ini juga disebut
Jones fracture (fraktur Jones). Daerah tulang ini memiliki aliran darah yang rendah,
sehingga membuat penyembuhan menjadi sulit.

B. Etiologi

Masih menurut NIH, ada beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab
 metatarsal. Contohnya, pukulan atau benturan secara tiba-tiba, putaran yang

 parah pada kaki ( severe twist ), atau penggunaan yang berlebihan.

Penyebab patah tulang metatarsal ini terdiri dari dua jenis, yaitu fraktur akut dan fraktur stres. Patah tulang meta
 pada bagian kaki yang terjadi secara mendadak. Sementara itu, fraktur stres terjadi
akibat cedera atau stres yang terjadi secara berulang kali. Misalnya, kaki yang sering digunakan untuk menanggung

Ada satu hal yang perlu digarisbawahi mengenai fraktur stres. Meski
alasannya belum diketahui secara pasti, fraktur stres ini lebih sering terjadi pada
wanita ketimbang pria. Menurut NIH, fraktur stres ini paling sering terjadi pada
mereka yang:

Menaikkan tingkat aktivitas secara tiba-tiba.


Melakukan aktivitas yang memberi banyak tekanan pada kaki. Contohnya berlari, menari, melompat, atau baris-be

 Memiliki masalah pada tulang seperti osteoporosis atau arthritis.

 Memiliki kelainan sistem saraf yang menyebabkan hilangnya rasa (mati rasa) pada
kaki. Contohnya seperti kerusakan saraf akibat diabetes.

C. Tanda dan Gejala

Gejala fraktur Jones cenderung sama seperti jenis patah tulang lainnya. Berbagai
tanda dan gejala fraktur Jones adalah:

 Nyeri dan bengkak di bagian luar kaki, tertama di dekat selurusan jari kelingking.

Memar.

Sulit berdiri atau berjalan.

Jika mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera konsultasikan ke dokter 
spesialis tulang atau ahli penyakit kaki (podiatris). Terlebih jika mengalami:

 Demam.
  Nyeri, mati rasa, atau kesemutan di pergelangan kaki atau bagian kaki yang
semakin memburuk.

 Kaki dan jari kaki membiru.

D. Penatalaksanaan

Seperti patah tulang pada umumnya, gejala patah tulang metatarsal (fraktur stres)
umumnya ditandai dengan rasa nyeri. Rasa sakit ini bisa terjadi selama
 beraktivitas, tapi terkadang membaik ketika kaki diistirahatkan.
Pada beberapa kasus, rasa sakit akibat fraktur stres ini bisa terjadi sepanjang
waktu. Gejala patah tulang metatarsal juga bisa ditandai dengan area yang terasa
lunak pada lokasi patah tulang.

Cara untuk meredakan gejala nyeri pada patah tulang metatarsal berikut ini
yang bisa dilakukan, menurut ahli di NIH:

 Kurangi aktivitas, istirahatkan kaki yang mengalami cedera.

 Jangan melakukan aktivitas atau olahraga yang menyebabkan patah tulang, atau
aktivitas yang terlalu berat.

 Posisikan kaki lebih tinggi (angkat kaki) untuk mengurangi pembengkakan dan
nyeri.

 Kompres menggunakan es batu yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik atau


dibungkus dengan kain.

 Kompres selama sekitar 20 menit tiap jam (tidak perlu dikompres saat sedang
tidur) selama 48 jam pertama. Di hari berikutnya, kompres sebanyak 2 hingga 3
kali sehari.

 Bila diperlukan konsumsi obat pereda nyeri seperti ibuprofen untuk mengurangi
rasa sakit. Sebaiknya, tanyakan pada dokter sebelum menggunakan obat-obatan ini
apabila mengidap penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal atau hati.

 Jangan mengonsumsi obat melebihi dosis yang disarankan.

Jika gejalanya tak kunjung membaik, kaka perlu menemui dokter


untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Segeralah temui dokter bila mengalami:

 Pembengkakan, nyeri, mati rasa, kesemutan di tungkai, pergelangan kaki, atau


kondisi yang semakin parah.
 Perubahan warna pada kaki (menjadi ungu).

 Demam.

Hati-hati, patah tulang metatarsal ini bisa semakin memburuk bila


tak diistirahatkan atau ditangani dengan tepat. Dalam beberapa kasus, fraktur tulang yang
satu ini bisa menyebabkan artritis pada sendi jempol kaki.
E. Pengobatan

Fraktur Jones termasuk jenis patah tulang kaki yang paling serius dan butuh
 pertolongan medis. Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan
 pemeriksaan rontgen untuk melihat keparahan patah tulang. Pengobatan fraktur Jones
mungkin berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari:

 Usia

 Tingkat aktivitas

 Tingkat keparahan cedera

 Kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan

Fraktur Jones cenderung sulit diobati dan lama sembuh. Ini karena lokasi
cederanya terletak di tulang metatarsal kelima, yaitu area tulang yang menerima
sedikit aliran darah. Karena itulah, kebanyakan kasus fraktur Jones hanya bisa
ditangani dengan prosedur operasi.

 Namun kembali lagi, hal ini disesuaikan lagi dengan kondisi kesehatan masing-
masing pasien. Tulang kaki yang patah biasanya mulai membaik dalam waktu 6-8
minggu pasca operasi.

Berikut ini berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menangani fraktur Jones, yaitu:

1. Metode RICE

Sebagai pertolongan pertama, metode RICE dapat mengurangi nyeri dan


bengkak akibat fraktur Jones. Metode RICE adalah:

 Rest (istirahat): hindari terlalu banyak gerakan kaki dan istirahat sampai benar-
 benar sembuh.

 Ice (kompres dingin): bungkus es batu dengan kain tipis, lalu tempelkan pada
area yang cedera.

 Compress (kompresi): balut kaki yang cedera dengan perban atau bebat.

 Elevate (elevasi): posisikan kaki lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi
 pembengkakan.
Metode RICE ini dapat membantu mencegah patah tulang kaki semakin parah,
sembari menunggu perawatan dari dokter.

2. Prosedur non-operasi

Tidak semua kasus patah tulang kaki memerlukan operasi. Untuk kasus fraktur 

Jones yang ringan, dokter biasanya akan memasang gips untuk menopang kaki Anda
selama 6-8 minggu.
Gips ini memang membuat Anda sulit berjalan, tapi Anda bisa menggunakan
 bantuan kruk supaya bisa sedikit bergerak. Dalam rentang waktu tersebut, dokter akan
terus melakukan pemeriksaan X-ray secara rutin guna memantau
 perkembangan patah tulang kaki.
 Namun kembali lagi, kasus fraktur Jones tetap saja cenderung lambat sembuh.
Kalaupun sudah sembuh, risiko cedera kambuh akan tetap selalu ada. Apalagi kalau
Anda memaksakan diri untuk berjalan saat patah tulang kaki belum sembuh betul.

3. Operasi

Operasi mungkin diperlukan untuk beberapa jenis patah tulang kaki atau jika
 penderitanya seorang atlet profesional. Operasi ini dilakukan untuk memperbaiki
tulang yang patah supaya cepat sembuh seperti semula.

Dokter bedah biasanya menangani fraktur Jones dengan memasukkan sekrup,


 batang, atau pelat logam untuk menyatukan fragmen tulang. Selama operasi
 berlangsung, dokter bedah menggunakan bantuan sinar-X guna memastikan alat

terpasang dengan benar.

Pada beberapa kasus tertentu, beberapa penderita fraktur Jones mungkin


membutuhkan cangkok tulang. Hal ini biasanya dilakukan jika pasien mengalami
 patah tulang berulang yang tak kunjung sembuh.

Tulang metatarsus atau metatarsal adalah kelompok lima tulang


 panjangdi kaki terletak di antara tulang-tulang tarsal dari belakang-dan
 pertengahan-kaki dan falang jari-jari kaki.
Kelompok tulang ini tidak mempunyai nama untuk masing-masing tulang,namun tulang diberi nomor dari
 pertama,kedua,ketiga,keempat,dankelima.Metatarsalyanganalog
dengan tulang metakarpal tangan.
F. Pathway
G. Konsep Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah

sebagai berikut:

a.  Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

 jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera

vaskuler, edema, pembentukan trombus)

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,

 perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,

kongesti)

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,

terapi restriktif (imobilisasi)

e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,

kawat, sekrup)

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan

kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

 pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi

yang ada.
Intervensi Keperawatan
a.  Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

 jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.


Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat
dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
INTERVENSI KEPERAWATAN  RASIONAL

1. Pertahankan imobilasasi bagian yang  Mengurangi nyeri dan mencegah


sakit dengan tirah baring, gips, bebat malformasi.
dan atau traksi

2. Tinggikan posisi ekstremitas yang  Meningkatkan aliran balik vena,


terkena. mengurangi edema/nyeri.

3. Lakukan dan awasi latihan gerak   Mempertahankan kekuatan otot dan


 pasif/aktif. meningkatkan sirkulasi vaskuler.

4. Lakukan tindakan untuk  Meningkatkan sirkulasi umum,


meningkatkan kenyamanan menurunakan area tekanan lokal dan
(masase, perubahan posisi) kelelahan otot.

5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen  Mengalihkan perhatian terhadap


nyeri (latihan napas dalam, imajinasi nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
visual, aktivitas dipersional) nyeri yang mungkin berlangsung 
lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase
akut (24-48 jam pertama) sesuai  Menurunkan edema dan mengurangi
keperluan. rasa nyeri.

7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai


 Menurunkan nyeri melalui
indikasi. mekanisme penghambatan rangsang nyeri
Evaluasi keluhannyeri (skala, baik secara sentral maupun
 petunjuk verbal dan non verval,  perifer.
 perubahan tanda-tanda vital)
 Menilai perkembangan masalah klien.

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera

vaskuler, edema, pembentukan trombus)


Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria
akral hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif 
INTERVENSI KEPERAWATAN  RASIONAL

1. Dorong klien untuk secara rutin


 Meningkatkan sirkulasi darah
melakukan latihan menggerakkan
dan mencegah kekakuan sendi.
 jari/sendi distal cedera.

2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat  Mencegah stasis vena dan


tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.  sebagai petunjuk perlunya
 penyesuaian keketatan
bebat/spalk.

3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas  Meningkatkan drainase vena

yang cedera kecuali ada kontraindikasi dan menurunkan edema kecuali


adanya sindroma  pada adanya keadaan
kompartemen. hambatan aliran arteri yang 
menyebabkan  penurunan
 perfusi.

4. Berikan obat antikoagulan (warfarin)


 Mungkin diberikan sebagai
 bila diperlukan.
upaya profilaktik
untuk menurunkan trombus vena.

5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran  Mengevaluasi  perkembangan


kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit masalah klien dan perlunya
distal cedera, bandingkan dengan sisi intervensi sesuai keadaan klien.
yang normal.

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan

membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)


Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan
kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas
normal
1. Instruksikan/bantu latihan napas dalam  Meningkatkan ventilasi alveolar dan
dan latihan batuk efektif. perfusi.

2. Lakukan dan ajarkan  Reposisi meningkatkan


 perubahan posisi yang aman sesuai drainase sekret dan
keadaan klien. menurunkan kongesti paru.

3. Kolaborasi pemberian obat antikoagulan  Mencegah terjadinya


(warvarin, heparin)  pembekuan darah pada
dan kortikosteroid sesuai indikasi. keadaan tromboemboli.
 Kortikosteroid telah
menunjukkan keberhasilan
untuk mencegah/mengatasi
emboli lemak.
 Penurunan PaO2 dan
4. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb,
 peningkatan PCO2
kalsium, LED, lemak dan trombosit
menunjukkan gangguan
 pertukaran gas; anemia,
hipokalsemia, peningkatan LED
dan kadar lipase, lemak darah
dan penurunan trombosit 
 sering berhubungan dengan
emboli lemak.
 Adanya takipnea, dispnea dan
5. Evaluasi frekuensi pernapasan dan
 perubahan mental merupakan
upaya  bernapas,
tanda dini insufisiensi
 perhatikan adanya stridor, penggunaan
 pernapasan, mungkin
otot aksesorisentral.
dan sianosis pernapasan, retraksi sela iga menunjukkan terjadinya emboli
 paru tahap awal.

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,

terapi restriktif (imobilisasi)


Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat
 paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional
meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh
menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas
INTERVENSI KEPERAWATAN  RASIONAL

1. Pertahankan  pelaksanaanaktivitas Memfokuskan  perhatian,


rekreasi terapeutik (radio, koran, meningkatakan rasa kontrol 
kunjungan teman/keluarga) sesuai diri/harga diri, membantu
keadaan klien. menurunkan isolasi sosial.

2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif   Meningkatkan sirkulasi darah


 pada ekstremitas yang sakit maupun yang muskuloskeletal,
sehat sesuai keadaan klien. mempertahankan tonus otot,
mempertahakan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi
kalsium karena imobilisasi.
3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan  Mempertahankan posis
trokanter/tangan sesuai indikasi.  fungsional ekstremitas.

4. Bantu dan dorong perawatan diri


 Meningkatkan kemandirian
(kebersihan/eliminasi) sesuai
klien dalam perawatan diri
keadaan klien.
 sesuai kondisi keterbatasan
klien.
5. Ubah posisi secara periodik
 Menurunkan insiden komplikasi
sesuai keadaan klien.
kulit dan pernapasan

 p(deenkuumboitnuisa, )atelektasis,

6. Dorong/pertahankan asupan  Mempertahankan hidrasi


cairan 2000-3000 ml/hari. adekuat, men-cegah
komplikasi urinarius dan
konstipasi.

7. Berikan diet TKTP.  Kalori dan protein yang cukup


diperlukan untuk proses
 penyembuhan dan mem-
 pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.

8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai  program imobilisasi.


indikasi.

9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan


 Kerjasama dengan fisioterapis
 perlu untuk menyusun
 program aktivitas fisik secara
individual.
 Menilai perkembangan
masalah klien.
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku

tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai


indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

INTERVENSI KEPERAWATAN  RASIONAL

1. Pertahankan tempat tidur yang nyaman  Menurunkan risiko


dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan kerusakan/abrasi
bawah siku, tumit).
lebih luas. kulityang 

2. Masase kulit terutama daerah  Meningkatkan sirkulasi perifer

dan

 penonjolan tulang dan area distal meningkatkan kelemasan kulit 


 bebat/gips. dan otot terhadap tekanan yang relatifkonstan pada imobilisasi.

3. Lindungi kulit dan gips pada daerah  Mencegah gangguan integritas


 perianal kulit dan jaringan akibat 
kontaminasi fekal.

4.Observasi keadaan kulit,penekanan  Menilai perkembangan masalah


gips/bebat terhadap kulit, insersi klien.
 pen/traksi.

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,


taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase
 purulen atau eritema dan demam
1. Lakukan perawatan pen steril dan  Mencegahinfeksi sekunder dan
 perawatan luka sesuai  protokol mempercepat penyembuhan luka.

 Meminimalkan kontaminasi.
2. Ajarkan klien untuk mempertahankan
sterilitas insersi pen.

 Antibiotika spektrum luas atau


3. Kolaborasi  pemberian antibiotika dan  spesifik dapat digunakan secara
toksoid tetanus sesuai indikasi.  profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi. Toksoid tetanus
untuk mencegah infeksi tetanus.

 Leukositosis terjadi pada proses


4. Analisa hasil  pemeriksaan
infeksi, anemia dan peningkatan
laboratorium (Hitung darah
 LED dapat terjadi   pada
lsleenngsiktaivpi,t aLsE osteomielitis. Kultur
untuk mengidentifiasi
penyebab infeksi
lDuk, aK/seurlutumr /

tuldaanng)

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


 b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria klien
mengerti dan memahami tentang penyakitnya
INTERVENSI KEPERAWATAN  RASIONAL

1. Kaji kesiapan klien mengikuti program  Efektivitas proses pemeblajaran


 pembelajaran. dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mentalk
untuk 
mengikuti program

 pembelajaran.

2.Diskusikanmetodemobilitasdan  Meningkatkan partisipasi dan


ambulasi sesuai program terapi fisik. kemandirian klien dalam
 perencanaan dan pelaksanaan
 program terapi fisik.

3.Ajarkantanda/gejalaklinisyang Meningkatkan kewaspadaan
memerluka evaluasi medik (nyeri berat, klien untukmengenali
demam, perubahan sensasi kulit distal cedera) tanda/gejala dini yang 
diperlukan untuk 
lanjut.
 m bi elan gdikpuertil mengatasi
u k aranp. i pembedahan
t e
maslaha sesuai kondisi klien.
4. Persiapkan klien untuk Upaya pembedahanmungkin

Evaluasi

o  Nyeri berkurang atau hilang

Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer 


o

o Pertukaran gas adekuat

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit


o

o
Infeksi tidak terjadi

Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami


o

DAFTAR PUSTAKA

 National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Metatarsal fracture


(acute) - aftercare

 National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Metatarsal stress


 fractures - aftercare

 Patient UK. Diakses pada 2020. Metatarsal Fractures

 Neal Blitz, DPM, FACFAS, Jones fracture


(https://www.verywellhealth.com/understanding-the-jones-fracture-of-the-foot-
 ), 8 May 2017.

William Morrison, MD, Jones fracture (https://www.healthline.com/health/jones- fracture ), 17


May 2017.

William Morrison, M.D., Jones fracture


(https://www.medicalnewstoday.com/articles/315039.php ), 20 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai