Anda di halaman 1dari 28

lSSlrl :2354-8517

,4ND CULTURAL HENTAGE


;4ND .L' L\, IJ

. Fon
E :THE
AK t7E
'I
susrAINABt.F
' SUSTAINABLE
-
Proceeding

lnternational Innf erende


on Nusantara Philosophy

fllNP)Z015

lndigenous Knowledge and [ultural Heritage


tor lhe Sustainable Development

ISSN:2354-8517

tditor : Arqom Kuswanjono

Tata Letak : Amin Ma'ruf

[over 0esign :lima 0esign

Hak [ipta E 2015. fakultas filsafat UEM

fakultas tilsafat Universitas Eadjah llada Yogyakarta


Eedung Unit E. takultas Filsafat IJGli{

Jl. 0lahraga, Bulaksumur, Yogyakarta


Teh.: 0274'6491151' facs.: 0274-515388
Email: filsafat@u gm.ac,id

Website: www.fi lsafu t.ugm.ac.id


lnternational Cnnference on Nusantara Philosophy 2015

srsl4fln pfrmfl

Penanggung Jawab Dekan Fakultas Filsafat llGM


Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin

Pengara h 0r. llizalMustansyir


Dr. Misnal Munir

Drs. Mustofa Anshnri Lidinillah, M.Hum


[)r. Sindung Ilahyadi

Ketua Pelaksana [ir. Arqom Kuswanjonn

WakilKetua 0r. Rr. Siti Murtiningsih

Sekretaris Abdul llokhmat Sairah, M.Phil.

0wi Hernawan. S.lP.

Acara llenn Wikandaru, M.Phil.


dan Persidangan Sri Mulasih, S.Sns.

Publikasi Slamet Widodo, S.lP.


dan 0okumentasi Hanantn Kusumajati

Perlengkapan Sunuwidada, S. Sos.


Gunawan Jnkn Santlsn

Ira nspn rta si Jaka Permadi


Ferry Yusuf
lnternational [onference on llusantara Philosophy Z0lS

lSSl{: 2354-8517

nflnf{-lf/,
Susunan Panitia - iii

PANEL DISCUSSION

FILOSOFI SENI PEDALANGAN DAN' PEWAYANGAN


SEBAGAI WARISAN BUDAYA NUSANTAM - 1
Katidi Hadi? rqtitno ,

NILAI-NILAI FILOSOFIS
DALAM TATANAN HIDUP
DI RUMAH GADANG MINANGKABAU - 15
Misnal Munir
Rizal M stanyir
Supartiningsih

WAYANC: A MEDIA USED BY JAVANESE


To STUDY GENETICS SINCE THE oLD TIMES - 31
Budi Setiadi Daryono

THE CIPTAGEI" R LOCAL WISDOM - 37


Bambang D
Armaidy Armatui

TASAWUF NUSANTAM
AND THE PRINCIPLE oF WAHDATULWU]UD - 41
Abfukziz Abacci
lnternatilnal Conference on l'lusantara Philosophy 2015

IDEOLOGY, PANCASILA PHI LOSOPHY


AND PANCASILA

STRATEGI KEBUDAYAAN PANCASILA - 47

Agus Sutono

REFLEKSI DAN REKONSTRUKSI


ILMU KE-PANCASILA-AN DI UCM - 55
Hei Santoso
Rizal Mustanryir
Sindung fiahyadi
Surono

LIBEMLISASI DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY


DARI PERSPEKTIF EKONOMI PANCASILA - 69
Lailiy Muthmainnah

PANCAS I LA DI ANTARA TRADISIONALITAS


DAN PEMBARUAN - 85
Sudaryanto

ART, AESTHETICS, CULTURE, MEDIA,


AND POP CULTURE

AESTHETIC ASPECTS OF PADUNG-PADUNG


AS PREFERENCE IN DESIGN DEVELOPMENT
OF IGRO TRADITIONAL JEWELRY - 95
Ariani

MAKNA SIMBOLIK
DEWA-DEWA DALAM SENI WAYANG:
KAJTAN FTLSAFAT MANUSIA - 107
Budisurrisna
lnternatjonal [onference on Ilusantara Philosophy 20lS

KEBURUKAN WAJAH TOPENG BONDRES


S EBAGAI OTONOMI KEINDAHAN

DALAM IDENTITAS TOKOH RAICTAT - 1-I 9


Diah Asmarandani

S EMAR MBANGUN KAHYANGAN:


MASIH RELEVANKAH PEMIKIRAN ARINDT
BAGI KEBUDAYAAN? - 133
Kardi Lahsana

HERtsL)R,E tNDoNESIA
TANTAN GAN KE B E RLAN,J UTAN NYA
PADA MASA AAENDATANG - 147
Sri (Jtami

fuAS DAN BUSANA PENGANTIN


P,4f.' YOGYA PUTRI
DITtNJAU DAR] FTLSAFAT SENI _ 161
Sri \Vidajanri

THE EXISTENCE oF PALEMBANG WAYANG:


ACTUALIZATION OF CULTURAL WISDOM VALUES
FOR THE PRESERVATION OF KNOWLEDGE IN INDONESIA
- 177
Yulianingsih Rinuan

MU LTICU LTURALI SM AN D GLOBALI ZATION

. THE SUSTAINABILITY OF MINANGKABAU ETHNIC


IDENTITY PHILOSOPHY IN VIRTUAL COMMUNIry
PALANTA T]RANG AWAK MINANCKABAIJ - 781)
Elda Franzia
YasrafAmir piliang
lnternational [onference on }{usantara Philosophy 2015

. SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL


MASYARAKAT MI NANGKABAU:
RELEVANSINYA DENGAN KETAHANAN KELUARGA - 201
Supartiningsib

SOCIAL MOVEMENT AND GENDER

. CoNFLICT R-FSoIUTIoN
IN THE VALUE OF MULTICULTURAL SOCIEI-/ TRADITION:
A CASE STUDY OF BUGINESE COMMUNITY
IN EAST KALIMANTAN - 221
Abdul Robhmat Sairah Z.

. MENGGANTUNGKAN ASA PADA SANG RATU ADIL


(TELAAH FILOSOFIS ATAS KONSEP RATU ADIL
PADA DIRI H.O.S. COKROAMINOTO) - 259
Agus Himmawan Utomo

. THE MESSAGE OF CONFLICT RESOLUTION


IN THE ORAL TRADITIONAL ART
OF SAIAWAT DUIANG IN MINANGKABAU - 285
Febri Yuliha

. KONFLIK SOSIAL
DALAM ADAT PERKAWINAN
MASYARAKAT B E LoBATANG_LEMBATA-NTT - 297
H ipolitus Krisroforus Kewuel

. TINJAUAN FILSAFAT MANUSIA


ATAS PRINSIP HARMONI MASYARAKAT DESA NGADISARI,
TENGGER, JAWA TIMUR TERHADAP ALAM - 311
Sept iana Dtuipuni Mahara ni
lnternational Conference on Nusantara Philosophy 2015

. THE PHILOSOPHY OF INDONESIAN,, PEMASYARAKATAN,


AND ITS PARADOXES - 323
Iqrah Sulhin

I N DUSTRY, ENVI RONMENT,


AND DISASTER

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN


TERHADAP KERUSAKAN DAN KISEHATAN LINGKUNGAN
DI INDONESIA - 343
D inarj at i E ha PuE itasari

MENYIMAK ALAM, MENGKAJI DIRI:


K.EARIFAN LOKAL MEL"{YU fuAU
DATAM MENGELOLA LINGKUNGAN
PERSPEKTIF ETIKA LINGKUNGAN HIDUP - 361
Inuandra

APPLICATION
OF ECo FRIENDLYWooD PRESERVATION
BY PoDSoLIC CLAY - 389
Taman Alex
Rudi Djatmiko
Budi lX/inarni
M.Said Umar
Zainal Arifn

FILOSOFI AIR
DATAM PANDANGAN HIDUP MASYARAKAT MELAYU SAMBAS:
TTNJAUAN SEMTOTTKA - 395
Rizal Mustansyir
lnternational Conference on l.lusantara Philoslphy 2015

RELIGION AND RITUAL TRADITION

RADICAL TRANS FORMATION


I N MOSqLIE ORNAMENTATION:
U N IVERSALITY VERSUS H ETERoGENEITY
(CASE STUDY IN CITY MOSQIE OF CIREBON) - 423
Achmad Haldani D

C4: RUMUS MANUSIA NUSANTARA


DALAM TASAWUF ISTAM - 441
Ammar Fauzi

THE HIDDEN MEANING OF PRIHATIN PRACTICE


OF TARIKAT ULUWIYAH IN PESANTR-EN BAITURROHMAH
MALANG, EAST JAVA
(AN TNVENTORY OF THE INDONESIAN SUFISM TREASURES) - 451
Faid

UPACARA SENI HODO


SEBAGAI RITUAL KESUBURAN
MASYARAKAT DUKUH PAR]OPO SITUBONDO - 459
Pana h aj ay a H iday atu llah

K-ESEHATAN JIWA
MENURUT PARADIGMA ISTAM
(KA'IAN BERDASARKAN AL QIRAN DAN HADIST) - 473
Qurotu/ Uyun

G ro",r I<truAL
DATAM TRADISI PENCAK SILAT
UNTUK KESELAMATAN - 483
Suryo Edilono
lnternational Conference on Nusantara Philosophy 2015

. LOCAL WISDOM
DATAM TRADISI NU - 497

Sarif Hidaytulkh

r PERNIKAHAN DI PAGUYUBAN WARGA I-IARDO PUSORO:


ANTARA RITUAL DAN KONSTITUSI - 525
Teguh Tri lYahyudi

. PEREMPUAN. KEMISKINAN
DAN KEARIFAN LOKAL MINANGKABAU - 54i
\Vidia Fithri

ETHICS AND EDUCATION

. THE MORAL PHILOSOPHY


OF GURI NDAM DUA BELAS RAJAALI HA,JI:
19'N CENTUR]ES MALAYS CULTURAL HERITAGE
FROM PENYENGAT ISI"A.ND, RIAU ARCHIPELAGO - 551

L.N. Firdaus
$afir Ahhlus

. AKSIOLOGI
FILSAFAT JAWA
TERKAIT PEMAHAMAN
ILMU PENGETAHUAN KEDOKTERAN - 563

Judajana

. PEMAHAMAN RASIONAL
KARAKTER BANGSA INDONESIA
DALAM TIGA TUTURAN - 567
Heri Suu.,ignyo
lnternational Conference on Nusantara Fhilosophy 2015

STUDENT CHARACTER BUILDING AND DEVELOPMENT


AT DEL INSTITUTE OF TECHNOLOGY THROUGH THE VALUES
OF MA RTU HAN-MARR) HA,MARB I S U K - 579
Mariana Simanjuntab
Santi Manalu

BERPENDIDIKAN ETIKA:
MENELUSURI JEJAK PENDIDIKAN YANG IDEAL - 589
Maryaeni

DIMENSI AKSIOLOGIS
A,ARAN SASTM/ENDRA HAYUNINGRAT PANCRUWATIN7 DIYU
DALAM LAKON BIMA SEKTI DALANG KI TIMBUL HADIPMYI,INO
CE RMoMANGGOLo: R-ELEVANS INYA DENGAN PEMBANGUNAN
KARAKTER BANGSA - 6Oi
Sri Suryati SoetarQo
Koento lVibisono S.
Kaelan
I{asidi H

ENGAGI NG CHEMISTRY STUDENTS


IN EDUCATIoN FoR SUSTAINABILITY
IN ETHICAL DILEMMAS STORI ES PEDAGOGY - 619
Yuli Rahmau.,ati

MEMBAN D TNGKAN AJARAN ETI KA KIUTAMAAN


ANTARA ASTHA BRATA DENGAN TAOISME - 629
Imam Vahyudi

POLITICS, DIPLOMACY,
AN D I NTERNATIONAL RELATIONS H IP

. KASEKTEN:
E PISTEMO LOGI KIKUASAAN

DALAM PANDANGAN DUNTA ORANG


JAWA _ 643
Aryaning Arya Kresna
lnternational [onference on Nusaatara Fhilosophy 2015

TIN]AUAN ETIS
DIMENSI STATIKA DAN DINAMIKA
DALAM KEPEMIMPINAN MASYAMKAT MADURA - 655
Rihtan Ahmad Sukri

R-EVOLUSI MENTAL DAN MANUSTA INDONESIA


DATAM KAI IAN AKADEMTS-Fr LosoFrs
(R,EFLEKSI KRITIS ATAS PRAKSIS POLITIK
PEMERINTAHAN JOKOWI) - 663
Muhbtasar Syarnsuddin
LAKU KITUAL
DALA]VI TRADISI PENCAK SIIAT
UNTUK KTSEIAMATAN

Suryo Edltonol

Abstract
Pencak silat will be danger if ir is owned and mastered by person nor having good character.
Pencak silat school offers something promising for current modern sociery life such as health,
medication, self defense and inner power. Tradition in pencak silat culrure is one of active efforts of
Javanese people in looking for self identity. This research was inrended to look for essence ofpencal
silat, to describe ritual rradidon in pencak silar Persaudaraan setia Hati rerate and ro find our
meaning beyond hhu nnal of pencak silat uadidon in obtaining salvarion. This research used
historicd factual method through descripcion, hermeneutic interpretation, coherence a-nd synthesis.
The resulc is that pencak silat in essence conrain selfdefense, sport, art ard mental spiritual as uniry.
futua.l tradidon of pencal< silat in Persaudaraan Setia Hari Terate includes physica.l test, spirirual resr,
jago' mabar, betel vine and unbleached plain cloth. The ritual was conducted in Suro monrh as sacred
month, self cleaning and self introspecrion for Javanese people. salvation was obtuned rhrotgh hhu of
pencak silat including phpic, spirit, and soul rhar is understood through externaJ, internal ard
invisible environmenr. The three dimensions create common consciousness, sub consciousness, and
high consciousness. Finally, ritr.ral process ofpencak silat induces physical power as hanuragan, inter
powet u haaashitan and spirirual power as hwampuman,

Keyrvords: Iaha rixral, pencak silar rradition, salvation

A. Pendihuluan
Manusia mempunyai cara membela diri sesuai dengan situasi dan kondisi alam
sekitarnya. Orang yang hidup di dekat hutan mempunyai beladiri yang khas untuk
menghadapi binatang buas yang ada. Bahkan, mereka juga menciptakan beladiri
dengan meniru gerakan binatang yang eda di alam sekitarnya, misalnya meniru gerakan
kera, harimau, ular, dan burung. Orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri,
bergerak, dan berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar
tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak rata. Mereka biasanya
menciptakan beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh dan tidak
banyak bergerak. Gerakan tangannya lebih lincah, banyak ragamnya, dan ampuh
daya. gunanya (Sudirohadiprodjo,lgs2). Penduduk yang hidup di daerah berawa,
anah datar, dan padang rumput biasanya berjalan bergegas arau berlari, sehingga
gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan beladiri yang banyak
memanfaatkan kaki sebagai alat beladiri. Demikian pula dengan tumbuh-tumbuhan,
seperti buah kelapa dengan kulit tebal batok yang keras untuk melindungi dari
serangan tupai, durian yang diberi duri pada kulitnya.

IFakultas Ilmu
Budaya, Universiras Sebelas Marer Surakarra; Email: ediyonosuryo@yahoo.com
lnternational Ionference on Nusantara Philosophy (lINP) 2015

Perguruan pencak silat dalam konteks pendidikan nilai-nilai kemanusiaan sering


dilupalan karena apa yang diajarkan dalam perguruan pencak silat bersumber dari
di luar istana, sementara itu pada
istana. Perguruan pencak silat adalah penjaga tradisi
perguruan pencak silat yang mengajarkan ilmu-ilmu kanuragan, Pendidikan
humaniora diterjemahkan sebagai bahasa khu seperri bertapa dan meditasi. Semtz labu
tersebut tidak berbeda jauh dengan yang dinamakan pendidikan humaniora dalam
konteks masyarakat Jawa. Laku mentpakan hal yanpiditekankan pada tradisi perguruan
pencak silat karena berkaitan dengan cara mendapad€n sejenis ilmu tertentu. Hal
yang demikian berbeda dengan tradisi pesantren dan istana yang lebih menekankan
pada penguasaan sejumlah pengehhuan. Pencak silat sebagai ilmu beladiri ini meniadi
kebanggaan masyarakat pendukungnya. Kebanggaan tersebut menyebabkan terjadinya
suatt hbu budaya yang khas sehingga tiap perguruan yang satu dengan lainnya
berbeda. Beladiri pencak silat melalui khu btdaya, benujuan untul< melindungi diri
dari segala bentuk ancaman yang datang dari dalam diri aaupun dari luar diri mereka.
Ancaman dari dalam diri adalah benrpa rapuhnya ketahanan diri terhadap berbagai
godaan kehidupan duniawi. Adapun ancaman dari luar diri dapat berupa bahtya yang
daang untuk mencelakakan kehidupan yang sudah terbina dengan baik di mana pun
mereka berada. Oleh karena itu, pencak silat tidak hanya dianggap sebagai ketrampilan
yang dapat melindungi diri dari segala bentuk bahaya yang tampak, tetapi juga
mengandung ajaran-ajaran yang dapat memberi kekuatan batin sebagai bagian dari
ketahanan diri (Djoemali, 1985).

Laku ritual dalam beladiri pencak silat merupakan sarana pendidikan yang dapat
dimanfaatkan untuk membina pribadi-pribadi ke arah sifat yang positif. Tujuan latihan
beladiri'tidak hanya untuk menempa kekuatan fisik dan ketrampilan teknis semata,
tetapi yang lebih penting adalah untuk pembinaan watak dan pembentukan pribadi
yang tegar. Prinsip-prinsip dasar yang harus diusahakan dalam latihan ketrampilan
beladiri adalah harus selalu menjaga kehormatan, mempunyai sifat kesatria, kesetiaan,
kebesaran hati, kebijaksanaan, toleransi, kesopanan, kejujuran, ketaatan, kepanrhan,
dan pantang menyerah. Tujuan belajar pencak silat, selain melatih ketangkasan jasmani
juga melatih kekuatan rohani, ketabahan hati, dan ketahanan emosi.

Kajian ini
difokuskar pada Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan. Persaudaraan yang tanpa pamrih menguta-makan saling mempercayai,
membutuhkan, menghargai, dan memaafkan. Setia mengandung arti tidak mau
dipisahkan, betapa pun situasi dan kondisinya, yang berlandaskan cinta kasih dan
kasih sayang yang mendalam. Setia Hati berarti bersatu manunggal antara hati dan
pikiran yang berkiblat pada Allah, yaitu dengan cara melalsanakan perintah Allah dan
meninggalkan ap^ yang dilarangNya. Pencak silat dapat dipakai sebagai sarana
pendidikan, sedangkan unsur-unsur yang melandasi tercapainya tujuan pendidikan
ada lima yang dinamakan panca dasar, yaitu persaudaraan, olahraga, beladiri, kesenian
dan kerohanian. Bunga Terate adalah bunga yang dapat hidup di mana-mana, seperti
di air, darat, pegunungan, serta merupakan bunga yang indah dan megah. Hal ini
lnternational [nnference on l,lusantara Philosophy {lIl.lP) 2[15

melambangkan orang Setia Hati itu dapat menyesuaikan diri atau dapat hidup di segala
lapisan masyarakat dengan simpatik dan berwibawa. Inti ilmu perguruan Persaudaraan
Setia Hati Terate adalah bagaimana cara untuk mengenal diri sendiri sebaik-baiknya
dan dengar demikian tidak sulit untuk mengenal orang lain. Crranya adalah kenalilah
hatimu, kemudian akan kenal diri sendiri, selanjutnya akan kenal dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Ha1 ini ditempuh melalui olah .jasmani dan rohani yang diberikan
dalam bentuk pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terare (Heru, 1995).

Hati Terate merupakan sarana atau salah satu


Pencak Silat Persaudaraan Setia
teknik da.lam mengenal diri sendiri. Melalui latihanlatihan pencak silat, seseorang
diharapkan akan lebih mengenal kemampuannya, kelebihan dan kekurangan, kalah dan
menang, baik dan buruk, mengenal keindahan gerak jasmani dan rohani. Semboyan
perguruan ini adalah "musuh tidak dicari, bila bertemu tak akan lari berdasarkan
berani karena benar takut karena salah". Penelitian ini bertujuan mencari hakikat
pencalsilat, mendeskripsikan lzbu ritual dan menemukan makna keselamatan dibalik
tradisi pencak silat.

B. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan historis faktual. Bakker (1994)
menjelaskan perangkat unsur-unsur metodis melalui tahapan sebagai berikut.

(1) Deskripsi, objek material pencak silar yang dikaji agar diperoleh gambaran yang
jelas sebagaimana adanya, yaitu dengan cara mencari data. yang dinilai akurat
berhgbungan dengan proses lzhu itual dalam pencak silat.
(2) Analisis kritis, membahas dan meneliti istilah-istilah, pengertian-pengertitn, laku-
laku ymg terdapat dalam beladiri pencak silat agar mendapat gambaran yang jelas
dan lengkap.
(3) Interpretasi secara'hermeneutik, digunakan dalam rangka menyelami data yang
tersedia serta mengungkapkan makna dan nuansa yang terkandung di dalamnye.
Melalui interpretasi diharapkan diperoleh gambaran secara tepat, lengkap, dan
mendalam mengenai lahu ritual dalam beladiri pencak silat. Bahan-bahan yang
sudah diintrepretasikan dengan metode hermeneutik keniudian direfleksikan
daiam kerangka pemikiran masa sekarang dengan tetap memperhatikan kerangka
pemikiran beladiri pencak silat itu berada untuk keselamatan.
(4) Koherensi, digunakan dalam rangka mencermati kesesuaian serta keselarasannya
dengan problem-problem manusia yang aktual terkait lzhu inal beladiri pencak
silat sehingga dapat dibuat interpretasi yang repar mengenai makna yang
terkandung di balik prosesi budaya untuk keselamatan hidup.
(5) Sintesis, menyimpulkan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangan yang
berbeda untuk menemukan suatu kesatuan pendapat yang lebih utuh dan
lengkap mengenai makna dibalik prosesi ritual budaya pencak silat, sehingga
memperoleh hasil penelitian dengan pemaham an yeng menyeluruh. Dengan
-!

lnternational [orference on Nusantara Philnsophv (ICl,lP) 2015

langkahJangkah metode tersebut diharapkan diperoleh suatu pemahaman yang


sistematis, integral, dan komprehensif tentang prosesi l"ahu ritual dalam beladiri
pencak silat untuk keselamatan.

C. Pembahasan
1 . Lahu Ritual Budaya Jawa
Lahu rinal biasanya berupa simbol-simbol budaya, ada yang berrpa sesaji,
tumbal, dan ubarampe. Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan
perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri
melalui sesaji sesungguhnya bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak. Sesaji juga
merupakan wacana simbol yang digunakan seb:.gai srana untuk 'negosiasi' sPiritual
kepada hal-hal gaib. Hal ini dilakukan agar makhluk-makhluk halus tidak
mengganggu. Dengan pemberian makanan secara simbolis kepada roh halus,
diharapkan roh tersebut akan jinak dan mau membantu hidup manusia. Penganut
mistik kejawen meyakini bahwa aktivitas semaclm itu bukanlah suatu tindakan
kultural yang mengada-ada dan kurang rasional. Mereka percaya bahwa ritual
pembakaran kemenyan sebenarnya merupakan laku untuk menyingkirkan setan yang
kemungkinan akan menggoda manusia. Setan adalah makhluk yang terbuat dari api.
Jadi, sebagai upaya menolaknya juga harus dengan kukus api. Perwujudan laku
ritual ini tetap bersandar pada kekuatan Tuhan, bukan pada benda simbolik tersebut
(Endraswara, 2003). Berbagai sesaji yang digunakan dalam ritual, di samping kemenyan
juga menggunakan tumPeng serta ubarampe-nya. Sesaji tersebut dimaksudkan sebagai
sxz;na u.tilujengan (keselamatan). Sesaji yang digunakan dalam ritual, dari waktu ke
waktu, mengalami perubahan dan perkembangan.
Tradisi ritual dalam pengesahan pencak silat Persaudaraan Setia Hati
Terate(PSHT) diwujudkan berbentuk selamatan yang merupakan syarat bagi sisrwa
untuk menjadi warga. Hal itu mengandung maksud agar warga Setia Hati Terate selalu
dalam keadaan selamat dan mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa serta
dijauhkan dari marabahaya. Tradisi pengesahan PSHT dilakukan pada bulan Sura
karena bagi orang Jawa, Sura artinya berani karena suci. Di bulan ini lebih banyak
dimanfaatkan sebagai bulan suci, pembersihan diri, dan introspeksi. Setia Hati
Terate ini lahir di pulau Jawa maka di dalam acara tradisi pengesahan memakai adat
dan budaya Jawa. Acara pengesahan disakalkan untuk menanamkan sugesti atau
pengaruh r plt^ calon pendekar tertib, hening, dan tenang. Dengan demikian,
^g
para pendekar senior lebih mudah menyampaikan seluruh materi dalam waktu
semalam.

2, Tradisi Pengesahan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)


untuk Keselamatan
Abdurrachman (1990: 85), men.ielaskan prosesi tradisi pengesahan PSHT, terdiri:
(a) Senam: 1 sampai dengan 90,
lnternational fionference on Nusantara Philosophy (ICl.lP) 2015

(b) Jurus : I sampai dengan 35,


(c) Permainan belati
(d) Permainal toya,

G) Permainan hipen (kuncian),


(fl Permainan sambung
(g) Ausdouler,
(h) Pelajaran ke-sht-an.

Sebelum tradisi pengesahan dilakukan, ada kegiatan-kegiatan penting antara lain:


tes fisik, tes kerohanian atau ke-SH-an, tes jago, uang mahar, dan daun sirih.
Abdurrachman (1990), menjelaskan mengenai syarat-syarat pengesahan yang meliputi:
(a) Tes fisik, meliputi pemantapan jurus, senam, hripen, penggtnaan senjata secara
pasang-pasangan. Ini dimaksudkan untuk pengulangan dan penguasaan teknik-
teknik tipuan, penyerangan, dan pertahanan.
(b) Tes kerohanian atau ke-SH-an, ini sangat menenrukan lulus tidaknya calon
pendekar. Diharapkan setelah melalui tes kerohanian calon pendekar akan
menjadi pendekar-pendekar berakhlak mulia.
(c) Tes jago, menggunakan ayrm ja;go sebagai alat bantu. Ayam jago di
tes hanyalah sebagai cermin diri. Setiap orang tentu mempunyai kesenangan-
kesenangan sendiri dalam memilih ayam jago. Secara kejiwaan sifat-sifat seseorang
akan tercermin dalam jago yang disenanginya karena sifat dasar manusia
cenderung tertarik pada hal-hal yang mempunyai kemiripan dengan dirinya
sendiri. Atas dasar inilah pendekar senior akan tahu nasihat,nasihat apa yang akan
diberikan kepada para pendekar muda calon penerus misi Persaudaraan Setia
Hati Terate. Ayam jago juga sebagai lambang keberanian. Pendekar harus
memiliki keberanian lahir dan batin. Berani secara lahir yaitu berani memulai
perbuatan yang baik, berani menegakkan keadilan dan menumpas kebatilan, berani
mengalah untuk menang dan menghindari pertarungan dan menunduklan hawa
nafsu, berani tidak sombong, berani tidak mengharapkan apa-apa dari manusia
(rame ing gaute sepi ing pamih), berani menerima ketentuan Allah S\7T png baik
ataupun yang buruk (nerimo ing pandum). Yang paling utama adalah ayam jago
sebagai lambang pengorbanan. Inibisa dibuktikan dengan kesamaan persyaramn-
persyaratan dalam memilih ayam jago, yaitu yang pa.ling disenangi, besar dan sehat,
berwarna anggun (misalnya putih mulus atau merah) serta tanpa penawaran waktu
membelinya- Kesemuanya itu dimaksudkan unruk menumbuhkan rasa qrukur dan
ikhlas agar nanti menjadi pendekar yang bisa beramal dan mau mengorbankan
miliknya yang terbaik. Ayam jago daiam acara tradisi pengesahan dapat dicandra
sebagai manifestasi watak calon warga Persaudaraan Setia Hati Terate.
lnternational [snference sn ll!sartara Philosophy (l[l,{P) 2015

Gambar I. Candra Jago


Foto: Abbas, 29-3-2003, Magelang
(Sumber Dokumentasi Pribadi)

(d) Uang mahar, yang berupa uang logam yang masih berlaku adalah untuk menebus
jurus. Jumlah uang logam itu sesuai dengan jumlah jurus yang harus dikuasai,
yaitu tiga puluh enam. Satuan uang logam itu harus sama hanya supaya seragam
saja. Sebenarnya istilah uang mahar berasal dari istilah pernikahan dalam agama
Islam. Dalam pengesahan uang mahar sebagai penebus jurus-jurus yang telah
dikuasai. Pernikahan adalah tanggung jawab dari orang tua si gadis kepada
pemuda calon suaminya dan pengesahan adalah alih tanggung jawab dari para
pendekar senior atas jurus-jurus yang telah diajarkan kepada calon pendekar
muda. Dalam acara wisuda uang mahar diletakkan di dalam |ipatan kain mori.
Hal ini mempunyai pengeftian bahwa ilmu silat yang dikuasai harus
dipertanggungjawabkan sampai kematian menjemputnya.

(e) Daun sirih, dipakai sebagai alat pengecer (diteteskan mata) karena daun ini yang
dianggap paling praktis dan par.rtas di samping baunya yang enak. Tidak keliru
bila dikatakan bahwa daun sirih mempunyai kelebihan-kelebihan dari pada daun
lain sehingga tim pengecer tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang berarti
dalam memberikan nasihat-nasihatnya. Pada acara ini calon pendekar diharuskan
membeli satu bendel daun sirih. Oleh pelatihnya dipilih daun sirlh yang temu
rose da.n diserahkan kepada dewan pengesah. Daun-daun itu sudah disertai nama
dan uteton kelahiran miliknya masing-masing. Nasihat-nasihat tim pengecer
didasarkan pada metode komparasi atau perbandingan yang ada pada daun sirih.
Khasiat daun sirih banyak sekali, hal ini diartikan agar para pendekar Setia Hati
menjadi manusia yang banyak manfaatnya bagi dirinya maupun orang lain di
manapun berada. Jumlah antara daun sirih dan tueton kelahiran hanyalah untuk
lnternational [onference on Nlsantara Philosnphy (l[l{P) 2015

menanarr €n rasa percaya di hati para calon pendekar kepada kemampuaJl serta
ilmu jiwa deri tim pengecer. Kemudian hasil irisan daun sirih yang dimasukkan ke
dalam gelas yang berisi air menggambarkan keberanian, kesetiaan, dar nasib. Ini
diartikan bahwa keberanian harus didasarkan pada kebenaran. Kesetiaan pendekar
harus kepada hatinya agar tidak bisa dikalahkan. Nasib adalah sesuatu yang tidak
seorang pun mengetahuinya kecuali Allah.. Manusia tidak mempunyai hak
melihat masa depan, tetapi bukan berarti tidak boleh berikhtiar dan berusaha
unmk memperbaikinya. Acara pengesahan merupakan acara puncak yang diikuti
calon pendekar putra dan putri. Calon pendekar putri harus dalam keadaan
bersih (tidak datang bulan). Acara ini dimulai pukul dua belas malam sampai
subuh, terdiri atas acara selamatan dan acara inti. Acara selamatan dihadiri oleh
sesepuh, ulama, pejabat, keluarga para calon pendekar, dan masyarakat. Acara ini
meliputi makan bersama, promosi tentang Persaudaraan Setia Hati Terate serta
hiburan. Acara inti khusus dihadiri oleh warga PSHT. Acara pengesahan ini
diawali sumpah dengan menggunakan air sebagai medianya. Air sumpah
ditempatkan di tempat yang mudah dilihat seluruh calon pendekar. Setelah itu
seluruh sesepuh dan dewan pengesah mengambil rempat dekat air sumpah untuk
berdoa bersama. Selanjutnya bergiliran untuk minum air tersebut sebelum
diminumkan kepada calon pendekar. Air sumpah itu hanyalah sarana untuk
memantapkan sumpah sebagai pe ndekar yang akan mengamalkan ilmu yang
diperoleh sesuai dengan proporsinya. Selanjutnya dilakukan acasa mal,an hlepon
dan arang-arang hambang mempunyai alasan bahwa untuk memperoleh energi
tambahan diperlukan sakarosa atau makanan yang manis-manis mengingat
semalam suntuk para calon pendekar harus mengikuti acara pengesahan. Makanan
manis yang mudah didapat pada zaman dulu adalah klepon dan arang-ardng
kambang.

3. Ubarampe Selamatan
Abbas (1999:), menjelaskan 6ahwa ubarampe dalam pengesahan PSHT terdiri
atas:
G) Moi rta:.l kain putih, separyang sab dedcg sah pengau.,e,
(b) Uang logam satu jenis rp 1.000,- sebanyak 36 buah,
(c) Sirih, saru ikat (sewaktu membeli ridak boleh dirawar).
(d) Ayam jago seekor,

G) Pakaian calon warga hitam-hitam,


(0 Lilin sebanyak tiga biji,
G) Gelas satu biji berwarna bening,
(h) Dilarang memakai perhiasan apa pun pada waktu pelaksanaan,
(i) Pisang rojo satu tangkep yang baik.
1

lnternational Conferencr on Nusantara Philosophy (lINP) 2015

Bagi yang baru mendapatjurus i7 dapat disahkan, tetapi tidak mendapat jurus
kunci (jurus 36). Adapun ubarampe selamatan, terdiri atas delapan buceng, seperti
rampak pada gambar di bawah ini.

Ga mbar 2. Buceng UbarampeSelamatan


Foto:Abbas,29-3-2003,Magelang
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Keterangan Gambar:
(a) Buceng Robyong, adalah buceng yang ditancapi bunga tekn sebanyak jumlah neptu
hari pengesahan, yang terdiri atas laul, brawu, dan Panggang. Maksudnya agar diri
pendekar disenangi masyarakat banyak.
(b) Buceng Golong, rd,alah buceng yang terdiri atas nasi yang berbentuk bulat
sebanyak 5,7,9,11 buah yang berbentuk kerucut, lauknya krauu diberi
panggang. Maksudnya agar mantsia gumobng atau rul<un.
(c) Buceng Megono (bebut), adalah buceng dari nasi gurih, yang di dalamnya diberi
inghung la'.k pauknya adalah abon, telur dadar diiris-iris, sambal goreng kering
tempe, kacang, dan diberi lauk pauk lain yang serasi. Malisudnya bagi warga Setia
Hati Terate yang dipentingkan adalah pribadi bukan luarnya saja'
(d) Buceng Dinar, adalah buceng yang seluruhnya ditutup telur dadar,lauknya krawu
dlieri inghung. Maksudnya agar barang yang kurang baik jangan sampai menimpa
diri manusia.
lnternational [rnference on l'lusantara Philosophy (ICl.lP) 2015

(e) Buceng Kuat, edalah buceng yang bagian puncaknla terdiri atas ketan putih
seperlima bagian, huhnya krawu diberi inghung. Maksudnya ag t manusia kuat
dan lestari teru tama derajatnya.
(fl Buceng Tukh, adala\ buceng yang dasarnya diberi empat janur kuning bersilang
dan di atasnya baru buceng biasa, lauknya hrawu diberi panggang. Maksudnya agar
manusia dijauhkan dasi rubeda atau sambikdlz menolekhal-hal jelek.
(g) Buceng Slamet (kendit), adalah buceng yang bagian tengah diberi sabuk ketan
hitam, lauknya krawu diberi ingkung. Maksudnya agar manusia dalam
keselamatan lahir dan batin.
(h) Buceng Kuning atats punar, adaJah buceng yang terdiri dari nasi punar, dan diberi
panggang, lauknya terdiri atas sambal goreng ati-rempelo, kering tempe, abon, telur
dadar diiris-iris, kacang, dan diberi lauk lainnya yang serasi. Malisudnya agar
manusia
seialu memancarkan nama yang harum, baik sikap, tingkah laku, maupun derajat.

Makna lebih lanjut yang terkait dengan selamaan adalah:


(a) Tempat buceng addah bulat dan dibuat dari bambu (ampah) maksudnya sebagai
warga Setia Hati Terate tidak mudah putus asa, tetapi diharapkan yang bulat dan
utuh, dapat menyelesaikan permasalahan dan bersikap sederhana.
(6) Lauh dari buceng adalah hrau.,u mengandnng maksud hidup ini jangan membeda-
bedakan atau diskriminasi. Krawu dibr:el dari daun-daunan dan kacang-kacangan,
apabila dicampur jadi satu rasanya enak.
G) Jenang senghala, maksudnya manusia dijauhkan dari hal-hal jelek.
(d) Baceng dlb:uat lancip berbentuk kerucut maksudnya supaya dekat kepada Tuhan
Yang Maha Esa sedangkan korbannya :ryam jago, hal ini mengandung malsud
setelah menjadi warga Setia Hati Terate harus menjadi jagonya masyarakat dan
dapat menjadi teladan masyarakat;
(e) Bubur suran, jajan pasar, dan pisang raja setangkep, mengandung maksud
organisasi Setia Hati Terate itu penuh kesederhanaan dan selalu dalam lindungan
Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi contoh masyarakat pada umumnya.

Adapun bahan-bahan untuk selamatar terdiri atas :


(r) Krau.,u etal urapan, terdiri atas huluban yang macemnya lebih dari satu macam,
misalnya bayam, wortel, buncis, kangkung, serta parutan kelapa yang diberi
bumbu, juga telur ayam kampung yang direbus dibelah dua, tahu tempe,
botoh, dan pq,eh. Telur dadar dan telur rebus harus telur ayam kampong.
(b) Bubur y,uran, rcrdiri ata"s nasi bubur yang lauk-pauknya berupa sambal goreng ari
rempelo, telur dadar yang diiris-iris, abon, kering tempe, kacang, krupuk, dan
laul-pauk lain yang sesuai.
(c) Jenang Sengkolo, terdiri atas jenang beras berwarna purih dan jenang beras
berwarna merah. Jenang berwarna putih ditumpangi merah, jenang berwarna
merah ditumpangi putih. Jenang beras berwarna hijau diberi daun pandan, jenang
lnternational [onference on l{usantara Philosophy (ICNP) 2 5

beras warna hitam diberi bubuk kopi, jenang beras kuning diberi parutan kunir,
dan jenang tuwl, y^itu jenang beras yang diberi parutan kelapa dan di atasnya
diberi gula merah.
(d) Cok Babal, terdiri atas telur bebek, kemiri, kluah brambang, bawang, mrico,
tumbar, lombok abang, kacang tolo, kacang ijo, kedelai, beras, ketan Putih, terasi,
garam, gula jawa, teri, lawe, satu iris daging, bedak adem, dom bolah, sirih yang
digulung, kembang boreh, kembang telon, rotok kretek I biji, uang logam, dan
menyan madu.

4. Makna Mori
Mori ada.lah suatu tanda bagi warga Setia Hati Terate yang mempunyai
pengeftian bahwa siswa telah disahkan sebagai warga Setia Hati Terate yang sah' Mori
ini wujudnya putih melambangkan tujuan dari pemiliknya untuk dapat hidup yang
baik, tidak mempunyai sifat yang tercela' Pada umumnya orang mati itu dibungkus
mori mempunyai maksud bahwa pasrahnya warga Setia Hati Terate pada Tuhan Yang
Maha Esa diikuti ikhlas lahir batin, artinya sewaktu-waktu Tuhan memanggil telah siap
dengan harapan tidak sa-mpai menpsahkan orang lain. Dengan punya mori, warga Setia
Hati Terate setiap melihat mori itu akan selalu ingat bahwa ia sudah berjanji untuk
hidup di jalan Tuhan dan menjadi manusia yang berbudi luhur, dapat membedakan
benar dan salah. Abdurrachman (1990), menjelaskan makna mori bagi PSHT
sebagai berikut.

(a) Mori sebagai tanda bahwa seseorang telah disahkan sebagai warga Setia Hati
Terate.
(b) M6ri berwarna putih bersih, mori melambangkan kebersihan hati'
(c) Pada umurnnya mori itu dipakai untuk lurub pada orang meninggal, dengan
mempunyai mori berarti pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa secara ikhlas, apa pun
yang terjadi kalau itu kehendak-Nya pasti baik dan bermanfaat. Hukumnya wajib
kalau sewakru-waktu dipanggil Tuhan, manusia telah siap dan punya niat jangan
sampai merepo*an orang lain.
(d) Mori itu wujudnya putih, bagi warga SH Terate demikian melihat
mori ini, ingat mulai saat itu telah berjanji untuk hidup untuk berusaha menjadi
manusia berbudi luhur tahu benar dan salah.

Mori dianggap sesuatu yang mempunyai kekuatan sehingga harus disimpan di


rempat yang bersih. Mori itu hanya diperbolehkan dicuci pada bulan Sura' Sebelum
-..rcuci mori harus membersihkan diri dengan puasa
batin dan banyak berbuat amal.
Mencuci dengan sabun biasa, setelah dicuci bersih diulangi dengan kembang setLnMn.
Hal ini malsudnya semua kembang yang ada di taman beraroma harum sehingga mori
tersebut dirnaksudkan baik unruk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Setelah
dicuci dengan kembang setaman, lalu dijemur di halaman rumah dan tidak boleh kena
sinar matahari sampai kering, kemudian disimpan lagi di tempat yang bersih dan
terhormat.
r
I
t
N

i lnternational lonference on Nusantara Philosophy (l[l,lP) 2015


:

5. I-aku Kcselamatan

Melalui olah diri budaya pencak silat, manusia memPunyai tiga lapisan
kesadaran yang ada dalam dirinya sebagai lahu agar dapat menggapai derajat
kesempurnaan jiwanya. Muryanto(2004) menjelaskan sebagai berikut:

(a) l-apisan kesadaran material, pada tingkatan ini, ciri-ciri manusianya adalah hanya
mengagungkan hal-hal yang bersifat material, harta benda atau yang dipikirkan
hanyalah uang, kemudian juga pangkat dan derajat tinggi. Manusia dengan ciri
khas kesadaran yang baru sampai dalam tingkat materia.l berlaku hukum makin
banyak pemilikan harta benda, maka hidupnya dirasakan makin senang dan
bahagia. Sebaliknya, jika makin sedikit atau berkurang, maka akan semakin
sedih dan menderita. Oleh karena itu, jiwanya akan mudah te rombang-ambing
oleh pasang surutnya gelombang kehidupan atau jiwanya mudah resah dan gelisah.
Kekuatan lahir ddam pencak silat menghasilkan kanuragan.
(b) l-apisan kesadaran intelektual, manusia lebih mengandalkan kemampuan akal
sehat untuk menguasai ilmu pengetahuan. Artinya, menjadi semakin piawai dalam
menyikapi gelombang kehidupan yang penuh gejolak ini. Dengan akal sehatnya
bahwa harta benda atau uang tidak seharusnya dipuja dan diagungkan, tetapi
hendaknya uarg dicari demi memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Dengan
memiliki kesadaran intelektual manusia mampu mencari keselarasan dan
keseimbangan hidup sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh keadaan.
Ternyata dengan menggunakan akal sehat hanya mampu memahami hal-hal
yang bersifat realitas, sedangkan hal-hal yang bersifat gaib, seperti tentang Allah,
r4alaikat, kemampuan akal sehat tidak akan mampu memahami sampai ke
hakikatnya. Oleh karena itu, manusia perlu masuk ke tingkat kesadaran
tertinggi. Kekuatan batin dalam pencak silat menghasilkan kawashitan.
(c) Lapisan kesadaran spiritual, yaitu manusia tidak menggunakan sarana rasio atau
akal sehat, tetapi menggunakan kemampuan hati atau kalbu. Manusia yang
demikian dapat ditandai dengan makin arif dan bijaksana dalam berpikir dan
bertindak, selalu memelihara hubungannya dengan Allah. Adapun hubungan
dengan Allah itu dilakukan dengan cara selalu berdzikir sehingga memperoleh
bimbingan spiritual langsung dari A1lah. Jika Allah selalu berada dalam puncak
' kesadarannya, maka yang dipikirkan dalam hidupnya bukan lagi hal-hal yang
berbau kebendaan, melainkan spiritualitas. Jadi, harta benda hanya sebagai sarana
untuk sepenuhnya mendekatkan diri kepada A.llah. Dengan kesadaran spiritual
yang dibimbing langsung Allah, manusia menjadi tenang dan seimbang. Kekuatan
spiritual dalam pencak silat menghasilkan kasampuman. Melal:ui Labu ritual dalam
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) diharapkan manusia mempunyai lima
watak mulia agar memperoleh keselamatan dalam kehidupannya. Keselamatan
diperoleh dengan lima sikap warga setia hati terate. Harsono (2003) menjelaskan
lima sikap tersebut, Yaitu:
(i) Berbudi luhur, yaitu berbudi luhur yang tahu benar dan salah serta bertalcra
lnternational lonlerence on Nusantara Philosophy (l[liP) 2015

kepada Tuhan Yang Maha Esa' Seseorang yang dah memilik'i budi pekeni
luhur juga tercermin dari sikap rela berkorban demi kepentingan orang
-d".,
b".ry"k selalu berusaha mendahulukan kepentingan masyarakat'
bangsa, dan negara daripada kepentingan pribadi ataupun golongan'
(ii) Pemberani dan tidak takut mati, yaiiu keberanian yang dilandasi dengan
kebenaran akan melahirkan sebuah kekuatan. Stkap adigang adigung adlguna
yang memamerkan kekuatan dan kesombongln untuk tujuan yang kurang
(Sura dira jayaningrat
-,rii" "k"., hancur oleh kebenaran dan keadilan
lebur dzning ?ang6tutD. Manusia PSHT harus mendasari perjuangan
hidupnya d.ng"t ,.-".rg"t baja, harus berani menghadapi tantangan hidup
dengan sepenuh hati dan berusaha menepis tantangan itu dengan penuh
semangat'
(iii) Pilih -engrlah, yaitu sikap berani mengalah cenderung lebih dekat dengan
merendahkan diri, tidak sombong, dan mengerti keberadaan orang lain'
Manusiadituntutsedapatmungkinbersikapbijaksanadandapatmemilah.
milah dengan cermat, mana yang prinsip dan mana yang tidak Prinsip
kemudian selalu be rusaha menemPatkan manusia pada proporsi
kemanusiaannYa.
(iv) Sederhana, artinya senantiasa bersikap dan bertindak dengan nilai
bersahaja, wajar, tidak dibuat-buat dan tidak memaksakan diri
(ngangsa) '
'Watak ini wajib dimiliki insan PSHT agar dapat mencapai kebahagiaan
lahir batin.
(v) Memayu hayuning bauana (menjaga keselamatan dan ketenteraman dunia)'
maksudnla manusia harus senantiasa membawa kedamaian dan manfaat
bagilingkungansekitar.Manusiaharussenantiasamemancarkansinarkasih,
rn..td",""gt t" ketenangan, ketenteraman dan kesejahteraan bagi masyarakat di
sekelilingnya. Pada tingkat yang lebih dalam lagi, sikap mengerti keberadaan
orang lain ini akan menumbublran kesadaran mengerti terhadap lingkungan
dan alam semesta. Bahkan, kesadaran ini akan membawa seseorang menuju
kesentosaan hiduP.

D. KesimPulan
Pencak silat hakikatnya merupalan usaha budidaya bangsa Indonesia yang di
da.lamnya mengandung unsur persaudaraan, beladiri, olahrag, seni, dan
mental-
'fradsi k*u rituzl pengesa\an dengan uba rLmP€nya
spiritual sebagai satu kesatuan.
. d'al"m beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate merupaka n hhu olah diri
untuk memperoleh keselamatan. Pencak silat dengan latar belakang
sebagai simbolisasi
bud":ya Jawa tersebut mewujudkan ajarannya lewat simbol-simbol dalam bentuk
l"-b*g, buk "rr, dan gerak jurus. Beladiri pencak silat sebagai bentuk latihan olah diri
dengan- melalui olah tubuh dan olah napas dapat membuar manusia Jawa sadar
akan keterbatasan dirinya di hadapan alam dan Allah. Proses olah diri yang dilakukan
dengan metod.e yang baik dan benar akan menimbulkan kekuatan yang luar biasa,
lnternational [onlerence on l'lusantara Philosophy (ICl.{P) 2015

s€perti: kekuamn lahir dalam pencak silat menghasilkan hanuragan, kekuatan batin
dalam pencak silat menghasilkan kau.,askian, kekuatan spiritual dalam pencak silat
menghasilkan Lasampurnan. Melalui ketiga kekuatan tersebut diharapkan seorang
pesilat semakin meningkat ketakwaannya kepada Allah karena bagi. manusia Jawa
puncak dari segala ilmu adalah "ilmu selamat".

Daftar Pustaka
Abdurrachman. (1990). Rahasia llmu Setia Hari, Cirebon, PSHT.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2000). Musyatttarah Besar VI,
Madiun, Persaudaraan Setia Hati Terate.
Bakker A, dan Ztbair, A. Ch. (1.994). Metodohgi Penelitian Fikafat, Yogyakarta,
Kanisius.
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. (1997) Mengunghaphan dan Mengenal Budal,a Jawa,
Jal<arra. Pradnya Paramita.
Chambers, Q & Drager, D. (1978) Jauanese Sikt, The Fighting Art of Persai Diri,
Tokyo, Kodansha International Ltd.
Ciptoprawiro, Abdullah. (1986) Filsafat Jaua, Jakarta, Ba.lai Pustaka.

Djoemali, Ki Moh. (1985). Pencahsilat dan Seni Budaya, Yogyakarta, Kementerian


& K.
P.P
Draeger, Donn F. (1992). The Weapzns and Fighting Arts of Indonesia, Charles E.
Tutde Company Rutland Vermonr, Japan, Tokyo.
Endraswara, Suwardi. (2003). Fahafah Hidup Jaua, Tangerang, Cakrawala.

Gautama, [andra. (1995) Bangkitnya Perguruan-Pergutuan Di Jauta, Yogyakarta,


FISIPOL UGM.
Hardjowirogo, Marbangun, 1995, Manusia Jawa, Jakrrta, Gunung Agung. '
Harsono, Tarmadji Boedi. (2003) Mengapai Jiwa Terate Tekah Singhat llmu Setia
Hati, Madiun, Lawu Pos.
Herusatoto, Budiono. (2001). Sinbolisme dakm Budaya Jawa, Yogyakarta,
Hanindira.
Magnis-Suseno, Franz. (1988) Etiha Jawa: Sebuah Analisis Fahaf tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta, Gramedia.
Maryono, O'ong. (1998) Pencak Silzt Merentang Vaktu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Notosoejitno. (1997). Kha:anah Pencak Silat, Jakarta, Indomedika.
Subandrijo, Bambang. (2000). Keselamatan bagi Orang Jau.,a, lakarta, BPK Gunung
Mulia.
Sudirohadiprodjo, Marijun. (1982). Pelajaran Pencab Silat, Yogyakana, Bhratara
Karya Aksara.
1t

lnternational lonference 0n l{usantam philosophy (l[llF) 2015

Supriyatna, Heru. (2004). Sehilas Perjahnan Persa*dzraan Setia Hati Terate,


Yoryakana, PSHT.
Tisnowatitamat (1982). Pekjaran Dasar Pencahsikt, Jakarta, Miswar.
'W'ongsonegoro. (1982). Pencah Sik4 Yogyakarta, IPSI.

Anda mungkin juga menyukai