Anda di halaman 1dari 18

Makalah Asmaul Husna

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya,

tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan

umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap

mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya,

kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan

juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.

Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari

Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah

Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum,

dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya

Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka

kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar

Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).

2. Menujukan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al

Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al

Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).


3. Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al

Ghafuur, An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al

Fattaah, Al Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.

4. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith,

An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al

Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`,

Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).

Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut

istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-

Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai

berikut :
‫م‬ ‫ن ي دل س ه‬ ‫م‬
‫ه‬
‫ماَئ ه ه‬
‫سسس م‬
‫فسسيِ أ س‬
‫ن ه‬
‫دوُ م‬
‫حسس د‬ ‫وُذمدروُا ال لسس ه‬
‫ذي م‬ ‫هسساَ م‬
‫عوُهد ب ه م‬ ‫سسسمنىَ م‬
‫فسساَدس د‬ ‫ماَءد ال س د‬
‫ح س‬ ‫ه اسل س‬
‫سسس م‬ ‫وُل هل لسس ه‬
‫م‬

‫مدلوُ م‬
‫ن‬ ‫ع م‬ ‫ماَ م‬
‫كاَدنوُا ي م س‬ ‫ن م‬
‫وُ م‬
‫جمز س‬
‫سي د س‬
‫م‬

Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan

menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari

kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang

telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)

Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni,

dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz

al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul

dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi

ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih,

symbol angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-

Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-

Nya).[1]

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99

nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-

sifat dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW
bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama,

seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya

maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali

sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).

Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul

Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al

Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;

1) Al Muqsith ‫المقسط‬ Yang Maha Seimbang.

Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak

meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak,

semuanya di Anggap sama.

2) An Nafii` ‫النافع‬ Yang Maha Memberi Manfaat.

Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di

bumi ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.

3) Al Waarits ‫ الوارث‬Yang Maha Pewaris.

Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab

33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat

mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) .

4) Ar Raafi` ‫الرافع‬ Yang Maha Meninggikan (makhluknya).

Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat membangkitkan kita kembali, walaupun sudah mencapai

titik rendah, Ia bisa meninggikan kembali. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah

untuk dapat melakukannya.

5) Al Baasith ‫الباسط‬ Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi

cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat
melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah) yang maha

melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan hati

kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi penyayang hamba-

Nya.

6) Al Hafizh ‫الحفيظ‬ Yang Maha Memelihara.

Begitu besar-Nya ia, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,

manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Manusia

juga tidak bisa disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara keluarga kita

sendiri dan itupun karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak dapat melakukan

apapun. Sebagai pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita. Ia memberikan kepada

fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Pada saat melemah Ia lah sumber

kekuatan, karena Ia adalah yang memberi kekuatan (al-Muqit).[2]

7) Al Waduud ‫الودود‬ Yang Maha Mengasihi.

Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat,

tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang

dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu

mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud itu tidak

demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya,

termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah.

Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereka adalah orang-orang

yang dikasihi oleh Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih

saayang-Nya sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.

8) Al Walii ‫الولي‬ Al-Waliy Yang Maha Melindungi

Sahabat-sahabat kita di dunia ini tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi besok

tidak, hari ini sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika ada suatu
bencana pun mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat sejati kita, mereka

hanyalah teman bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa melindungi kita kapan pun dan

dimanapun, karena erlindungan-Nya tak terbatas oleh ruang dan waktu.

9) Al Mu`izz ‫المعز‬ Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).

Dikatakan bahwa Al-Mu’izz itu adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-

hamba yang dikehendaki-Nya, sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang menundukkan

orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya. Namun jangan lupa di balik

penarikannya kembali itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin meningkatkan kesadaran

kita dan merendahkan derajat kita itu merupakan sarana untuk mencapai apa yang di

inginkan-Nya. Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan kita, dan Ia ingin kita selamat,

makadari itu janagn pernah meragukan kebijakan-Nya, apapun di lakukan oleh-Nya untuk

membuat kita sadar. Karena Ia maha Memuliakan (mahluk-Nya).[3]

10) Al- Afuww ‫العفو‬ Yang Maha Pemaaf.

Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang

yang telah berbuat maksiat. Kata al-Afuww ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih

sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalahas-sitr (merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu

adalah al-mahwu (menghapuskan).

Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia

menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar

lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah

mereka bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman Allah: “Dan Dialah

yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS.

Asy-Syura: 25).
B. Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith,

An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al

Mu`izz, Al Afuww).

Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang

kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yg

tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan

kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya. Berikut

adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna,

Al Muqsith ‫المقسط‬ Yang Maha Seimbang.

Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya

oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan

orang tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang

sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang

teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang

teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari

sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.

An Nafii` ‫الناَفع‬ Yang Maha Memberi Manfaat.

Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara

tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk

menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter

yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan

kebesaran Allah.
Al Waarits ‫الوُارث‬ Yang Maha Pewaris.

Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih

banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari

apa yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta,

tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-

Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga

(Qs. Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa

menyaksikan makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan

itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia

azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan

mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak

dengan ism ini mengharuskan kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-

orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.

Ar Raafi` ‫الرافع‬ Yang Maha Meninggikan (makhluknya).

Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal

dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya

alasan tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di

dunia, memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan

semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.

Al Baasith ‫الباَسط‬ Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita

merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai

kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita

juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita,
jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran

allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.

Al Hafizh ‫الحفيظ‬ Yang Maha Memelihara.

Begitu besarnya Allah, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,

manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia

memberikan kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan

Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan,

Al Waduud ‫الوُدوُد‬ Yang Maha Mengasihi.

Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada

kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang

dengan sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita

butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.

Al Walii ِ‫الوُلي‬ Al-Walii Yang Maha Melindungi

Msihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa

tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai

sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain

Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah mereka bisa

selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya

masing-masing, karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt selamt,

bahkan masih dapat bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam

sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.

Al Mu`izz ‫المعز‬ Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).

Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih

untung dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia

dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi
hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang

yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak

mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui

sifat-Nya Al-Muizz.[4]

Al Afuww ُ‫العفو‬ Yang Maha Pemaaf.

Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita,

padahal perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah,

yang sering melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu,

siapapun yang bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan menerimanya. Apa

kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan di maafkan

oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah kebesaran dari Allah jika

Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya.sesuai

dalam Firman Allah:

“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-

kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).

C. Perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An

Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum)

dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan

anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan

keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah

sebagai berikut:

1. Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-

Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut
kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula.

Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan

kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada.

Adapun Dalil naqli al-Aziz.[5] Qs. Al-Ankabut/29: 42

‫م‬
‫كي د‬ ‫زيدز ال س م‬
‫ح ه‬ ‫وُ ال س م‬
‫ع ه‬ ‫ه م‬‫وُ د‬
‫يِءءْ م‬
‫ش س‬‫ن م‬
‫م س‬
‫ه ه‬
‫دوُن ه ه‬
‫ن د‬
‫م س‬
‫ن ه‬
‫عوُ م‬
‫ماَ ي مدس د‬ ‫عل م د‬
‫م م‬ ‫ن الل ل م‬
‫ه يم س‬ ‫إه ل‬

Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

2. Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut

senantiasa murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat kesalahan

pada dirinya.

3. An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat tersebut

maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan

memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.

4. Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini

pasti bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang di

berikan kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki

manusia.

5. Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut

dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu

yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan

keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.

6. Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar

mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun anak

yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.[6]


7. Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti

Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun

dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.

Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)

‫م‬
‫د‬ ‫ك ب هظمللم ءْ ل لل س م‬
‫عهبي ه‬ ‫ماَ مرب ب م‬
‫وُ م‬ ‫عل مي س م‬
‫هاَ م‬ ‫ساَء م‬
‫ف م‬ ‫نأ م‬‫م س‬
‫وُ م‬
‫ه م‬‫س ه‬
‫ف ه‬ ‫صاَهلحاَ ا م‬
‫فل هن م س‬ ‫م م‬
‫ل م‬ ‫ع ه‬
‫ن م‬
‫م س‬
‫م‬

Artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri

dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan

sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.

8. Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini

maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak

meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)

َ‫دى‬
‫هت م م‬ ‫حاَ ث د ل‬
‫ما س‬ ‫صاَل ه ا‬ ‫م م‬
‫ل م‬ ‫ع ه‬
‫وُ م‬
‫ن م‬‫م م‬
‫ءا م‬
‫وُ م‬
‫ب م‬‫ن متاَ م‬
‫م س‬
‫فاَرر ل ه م‬ ‫وُإ هلنيِ ل م م‬
‫غ ل‬ ‫م‬

Artinya:

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal

saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi keputusan, Allah yang memutuskan

mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang Maha Memberi Rahmat umat-

Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini maka ia akan Tunduk dan patuh

kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)

‫م‬ ‫ح ال س م‬
‫عهلي د‬ ‫وُ ال س م‬
‫فلتاَ د‬ ‫ه م‬‫وُ د‬
‫ق م‬ ‫ح ب مي سن ممناَ هباَل س م‬
‫ح ل‬ ‫م يم س‬
‫فت م د‬ ‫ع ب مي سن ممناَ مرب بمناَ ث د ل‬
‫م د‬
‫ج م‬
‫ل يم س‬ ‫د‬
‫ق س‬

Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi

keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha

Mengetahui”
Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang mengamalkan sifat

ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang

makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi

hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain. Hubungan

sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam kehidupan

sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut adalah Dalil naqli dari sifat Al-

Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)

ِ‫في‬
‫ماَ ه‬
‫وُ م‬
‫ت م‬‫وُا ه‬
‫م م‬‫س م‬
‫فيِ ال ل‬
‫ماَ ه‬ ‫م لم د‬
‫ه م‬ ‫وُمل ن م س‬
‫وُ ر‬ ‫ة م‬‫سن م ر‬ ‫م مل ت مأ س د‬
‫خذدهد ه‬ ‫يِ ال س م‬
‫قبيوُ د‬ ‫ح ب‬‫وُ ال س م‬
‫ه م‬‫ه إ هلل د‬
‫ه مل إ هل م م‬
‫الل ل د‬

‫وُمل‬ ‫خل س م‬ ‫م‬ ‫س م‬


‫م م‬‫هسس س‬
‫ف د‬ ‫مسساَ م‬
‫وُ م‬
‫م م‬‫ه س‬
‫دي ه‬
‫ن أي سسس ه‬
‫مسساَ ب مي سسس م‬ ‫عل مسس د‬
‫م م‬ ‫عن سدمهد إ هلل ب هسسإ هذسن ه ه‬
‫ه يم س‬ ‫ع ه‬ ‫ش م‬
‫ف د‬ ‫ذا ال ل ه‬
‫ذيِ ي م س‬ ‫ن م‬
‫م س‬
‫ض م‬
‫السر ه‬
‫م‬
‫وُمل ي مئ دسسوُددهد‬
‫ض م‬‫وُاسلسر م‬
‫ت م‬‫وُا ه‬
‫م م‬‫سسس م‬
‫ه ال ل‬ ‫ع ك دسر ه‬
‫سي ب د‬ ‫س م‬
‫وُ ه‬
‫شاَءم م‬ ‫ه إ هلل ب ه م‬
‫ماَ م‬ ‫عل س ه‬
‫م ه‬ ‫ن ه‬
‫م س‬
‫ء ه‬
ْ‫يِ ء‬
‫ش س‬‫ن به م‬ ‫حي د‬
‫طوُ م‬ ‫يد ه‬

‫م‬
‫ظي د‬ ‫يِ ال س م‬
‫ع ه‬ ‫وُ ال س م‬
‫عل ه ب‬ ‫ه م‬‫وُ د‬
‫ماَ م‬ ‫فظ د د‬
‫ه م‬ ‫ح س‬
‫ه‬

Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus

mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.

Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa

yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa

dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.

Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha

Besar.

D. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith,

An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al

Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.

A) AL Basith Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).


meneladani Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara mendekatkan

diri dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka senantiasa hati kita

akan tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28). selain itu kita juga harus melapangkan hati orang lain,

terutama orang yg kita cintai, dengan cara membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila

saudara kita membutuhkan bantuan maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg

kita berikan membuatnya menjadi senang.[7] Al ankabut 29.62.

B) Al Waarist (yang maha mewarisi)

Yang meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan

warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau ini tidak dapat dilakukanya,

maka janganlah warisan menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan

harta waris yang bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara

tegas (Qs. Al-Fajr:19). Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan sifat-sifat yang

dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang wajar menjadi ahli warist

syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)

C) Al-Muizz (yang maha memulyakan mahluk-Nya)

Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan kemulyaan,

maka untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya allah akan

menganugrahkan kemulyaan kepada kita. Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua

kita karna mereka adalah orang yg paling berjasa dalam hidup kita, memulyakannya dengan

berbakti pada kedua orang tua, tidak sesekali menyakitinya apalagi durhaka padanya. Dan

janganlah engkau terlena oleh masa-masa kesenangan dan kelapangan ketika semua itu

terjadi dengan melupakan Allah didalam kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi

sombong karena mengira bahwa dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka

Pada saat itu kita harus ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena

Allah menyukai orang-orang yang bersyukur.


D) AL-Hafizh ( yang maha memelihara)

Untuk meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan beribu-

ribu kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia menciptakan hutan juga unuk

kepentingan kita, untuk itu kita harus memeliharanya dengan baik dan peduli dengan

lingukan, semua yang diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus

memeliharanya dengan baik.[8]

E) Al-Walii (yang maha melindungi)

Untuk meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan membela orang-

orang yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani mengatakan tidak

untuk mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan diri sendiri maupun orang

lain.

F) An-Nafii` (Yang Maha Memberi Manfaat).

Sifat ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan tidak

menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka hidup kita

akan bermanfaat pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang

membutuhkan karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya

manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan, janganlah sampai

melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.[9]

G) Al Muqsith (Yang Maha Seimbang).

Sifat ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang miskin

dan yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus menghormati dan menghargai mereka
karna kita sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa

seseorang yang lain.

H) Al Waduud (Yang Maha Mengasihi).

Sifat ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada orang-

orang yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir

miskin. Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang

cukup, sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.

I) Ar Raafi` (Yang Maha Meninggikan makhluknya).

Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu memecahkan

suatu permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan kita, agar ia tidak merasa

terpuruk, dan sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah di singgung dalam

keterangan di atas bahwa manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.

J) Al Afuww (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).

Untuk meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil maupun

kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun kadang enggan

untuk memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi tidak ada

salahnya jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan kesalahannya dan

memikirkan hal-hal yang positif, maka lambat laun kita akan terbiasa dengan sifat yang

mudah memaafkan.[10]
.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-

Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya.

Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan

mempunyai pengaruh yang sangat besar,

Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman

Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut

Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam

(menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang

telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).

Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk

akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah

Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat

yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah

adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.

Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan

sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan

kita terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.


DAFTAR PUSTAKA

 Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta;

Gramedia Pustaka Utama.

 Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama

dan Sifat Allah, 2003, Jogjakarta; Media Hidayah

 Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X,

2007, Jakarta; Ganesa Exact.

 Zaenal Damam Muhammad S. Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan

Akidah Ahlak, MTS Kelas VII Semester 2, 2008,Solo; CV. Sindunata.

 El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT.

Wahyu Media.

 http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02

 http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35

 http://www.nuansaislam.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=504:meneladani-sifat-

sifattuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10

Anda mungkin juga menyukai