Anda di halaman 1dari 8

DEMENTED SAKHA!

[21+]
1.9 - Hari H Camping

Di pagi yang cerah serta matahari yang nampak bersinar indah


membuat suasana terasa menenangkan. Dan kini, hari untuk
mengikuti kegiatan camping telah tiba. Para mahasiswa Raphl
yang terpilih mengikuti camping sudah berada di parkiran untuk
menanti bus-bus besar itu datang. Namun lain hal nya dengan
Glacia yang masih berada di dalam mobil bersama Sakha.

Mereka berdua bangun terlambat karena terlalu lelah membeli


keperluan, belum lagi mereka akan camping di kota Bandung
membuat keduanya juga harus membeli pakaian yang tebal.
Hingga kemudian, mobil Range Rover milik Sakha dengan
perlahan menempati parkiran di slot yang masih kosong.

Lantas kedua orang tersebut langsung menuruni mobil, di sana


terdapat Alpha yang menatap Sakha sambil berdecak.
Kemudian pemuda yang menyandang status sebagai ketua BEM
itu menghampiri sahabatnya yang saat ini datang paling akhir.

"Lo telat, Ka." kata Alpha.

"Gue tahu, sorry gue bangun telat." balasnya sambil


mengeluarkan dua buah koper dari dalam bagasi.

Kemudian Alpha menoleh pada Glacia yang kini tengah melihat


interaksi dirinya dan Sakha, "Lo gabung dulu sama teman lo,
Cia. Gue mau ngomong sama Sakha."

Alpha memang tidak pernah basa-basi, sama persis seperti


Sakha dan juga Elias. Lalu tanpa menunggu lama untuk
memahami, Glacia mengangguk. Ia berjalan meninggalkan
Sakha dan Alpha, entah apa yang kedua pemuda itu ingin
bicarakan.

Sesampainya Glacia di hadapan Harmony dan Aurora, gadis itu


lantas memeluk kedua orang tersebut. Mereka bertiga sangat
senang karena akhirnya ada dalam kelompok yang sama.

"Cia telat ya?"

Glacia mengangguk, "Iya, Aura. Capek banget kemarin habis


belanja."

Harmony terkekeh, "Lo belanja banyak banget, udah kayak mau


pindahan."

Glacia mencebikkan bibirnya, "Ya kan buat jaga-jaga,


Harmony."

Kemudian ketiga gadis cantik itu kembali hanyut dalam tawa


dan pembicaraan, mereka memikirkan bagaimana rasanya
camping dan mengikuti kegiatan seru lainnya selama lima hari
kedepan. Sampai akhirnya, gadis bertubuh bak model datang
dan memecah fokus ketiga gadis cantik itu.

"Eh ada pemuasnya Sakha, ups!" celetuk orang itu, dia adalah
Anna.

Glacia lantas menoleh, seketika senyum gadis itu luntur, ia


menatap Anna dengan pandangan sedih. "Kak Anna apaan sih?
Kok ngomongnya gitu?" sahut Aurora tak terima.

Anna tersenyum miring, "Eh cewek cupu, diam aja lo. Glacia
emang pemuasnya Sakha, sama kayak lo."

"Pemuasnya Elias," sambungnya.

Aurora termenung, sementara Elias menggeram. Sedari dulu


pemuda yang menyandang marga Yavert, serta saudara sepupu
dari Sakha itu tidak begitu menyukai Anna. Itu di sebabkan
karena Anna selalu merasa kalau dirinya adalah yang terbaik
dan juga yang tercantik, dia pun beberapa kali tepergok senang
mem-bully. Dan kini sasaran Anna adalah Aurora serta Glacia,
kedua gadis polos yang tak tahu apapun. Itu adalah hal yang
tidak bisa di terima oleh Elias.

"Berisik lo, anjing!" maki Elias.

Aurora terkejut mendengar ucapan kasar Elias, "Kak-"


"Mulut lo di jaga, jadi perempuan jangan murahan." ucapnya
cepat.

Anna terkekeh, "Bukannya beberapa hari lalu kita masih ketawa


bareng ya? Eh sekarang lo malah kayak gini."

Lantas Anna menatap kesal Elias, "Lo bilang gue murahan?


Bukannya Aurora Ryder juga murahan? Dia rela ngebuka lebar
pahanya buat lo,"

"Shut up your fucking mouth, Anna. Jangan buat gue hilang


kesabaran." peringat Elias tegas.

Sakha dan Alpha yang melihat kejadian itu lantas bangkit dan
menghampiri mereka, begitu pun dengan Jordan dan Farellio.

"Anna, lo mending diam." ungkap Jordan, pasalnya ia tahu


bagaimana marahnya Elias.

"Gue gak bisa, dia bilang gue murahan." bela Anna.

"Itu karena lo yang mulai, sialan. Lo yang bilang kalau Glacia


sama Aurora pemuas." sahut Farellio kesal.

Sakha lantas menoleh pada Glacia yang menunduk, juga pada


Aurora yang terlihat ingin menangis. Belum lagi raut wajah Elias
yang memerah sambil memeluk erat pinggul gadisnya, Aurora.

"Anna! Gue udah bilang sama lo, jaga batasan." gertak Sakha, ia
tak tinggal diam. Lantas pemuda itu maju dan menggenggam
jemari lentik Glacia yang terlihat gusar.

Glacia menegadah, ia menatap raut wajah Sakha yang kini


terlihat menyeramkan. Netra biru lautnya seketika mampu
membuat Anna tenggelam dalam genangan rasa takut.

"Sakha, you're so annoying." ujar Anna sambil menatap Sakha


tak percaya. Setelah itu Anna berlalu begitu saja akibat tatapan
Sakha yang terkesan menakutkan.

Kemudian Sakha menoleh pada Glacia. Menatapnya dalam lalu


berkata, "It's okay, kalau Anna bilang ke lo kayak tadi, lo bisa
kasih tahu gue."

Glacia mengangguk, senyum manis terbit pada bibir mungilnya.


"Iya kak," balasnya riang.

Hingga tak lama kemudian bus-bus besar datang untuk


membawa mereka menuju ke kota Bandung, bus yang di
sediakan oleh Universitas Raphl berjumlah tujuh buah bus.
Sekarang Glacia menempati bus ke empat, tentu saja dengan
Sakha yang berada di sebelahnya. Begitupun dengan sahabat-
sahabat Sakha lainnya.
Sampai akhirnya bus itu melaju meninggalkan Universitas yang
sangat terkenal di Jakarta tersebut. Sorak gembira terdengar
dari setiap bus, mereka menyambut senang kegiatan kampus
ini. Dan tentunya siap untuk mengikuti seluruh jadwal yang
sudah di siapkan oleh para anggota penting di Universitas
Raphl.

***

Menit demi menit berlalu, bus empat sangat ramai dan juga
berisik. Beberapa mahasiswa membawa alat musik yang
mereka kuasai, dan jangan lupakan mereka yang sedang
bernyanyi dengan suara yang keras serta kompak. Jordan yang
memang terkenal mudah bergaul pun ikut bernyanyi di
penghujung sana, suaranya yang fals sesekali membuat Sakha
maupun Alpha berdecak.

"Dan, lo kalau gak bisa nyanyi mending molor aja bego." kesal
Alpha yang tengah merangkul posesif pinggul juniornya.

Sementara Farellio yang sedang mengecup sensual leher


jenjang Harmony pun terbahak, "Tutup aja kuping lo, bro.
Jordan sarapnya lagi kambuh."

Elias yang menyaksikan itu hanya terkekeh, ia tak ingin ikut


campur karena sedang mengerayangi tubuh Aurora yang selalu
terlihat menggoda di matanya. Sementara Sakha yang kesal
bukan main karena suara Jordan lantas mengalihkan fokusnya
pada Glacia yang sedari tadi hanyut dalam novel yang sedang di
bacanya.

Sakha kemudian mengelus perlahan pipi chubby Glacia, gadis


itu pun tersentak karena usapan Sakha pada pipinya. Lantas
Glacia menoleh ke arah Sakha, bertapa terkejutnya gadis itu
saat di rasa jarak mereka cukup dekat.

"Kenapa kak?" tanya Glacia pelan. Matanya melirik kesana


kemari, menandakan ia gusar.

Sakha tersenyum miring, "Gue mau cium lo,"

Kedua bola mata Glacia terbelalak, "Nanti ada yang lihat,"

"I don't care," balasnya. Dan benar saja, setelah itu Sakha
melumat habis bibir merah merekah tersebut. Belum lagi
tangan besar Sakha yang menahan tengkuknya membuat Glacia
tidak mampu berkutik.

"Mphh, udah kak." desah Glacia di tengah ciuman mereka.

Sakha tidak menghiraukannya, kemudian tangan satunya


perlahan mengusap pinggul Glacia secara sensual. Tapi semakin
lama tangan itu semakin naik ke atas dan hinggap pada
payudara sekal milik Glacia.

Glacia yang merasakan itu terbelalak, ia berusaha keras untuk


melepaskan tangan Sakha dari area dadanya. Tapi itu tidak
berhasil karena tenaga Sakha yang lebih kuat darinya.

"Ahhh, u-udah..." desah Glacia lagi di sela-sela ciuman mereka


saat Sakha mulai meremas payudaranya.

Kemudian Sakha melepaskan ciumannya, "Gue mau lebih,


sayang." ungkap Sakha.

"Kak, nanti aja ughhh..."

Sakha terkekeh dengan suaranya yang sudah berubah serak,


"Gue langsung gila dengar desahan lo,"

Dan tentunya hal itu membuat jantung Glacia berdegup dengan


menggila, ia tahu ini akan berakhir seperti apa. Dan mungkin ini
akan lebih parah ketika mereka berdua berada di perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai