menampilkan dirinya sebagai "saudara tua" yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan. Ini dikarenakan Jepang tahu bahwa rakyat Indonesia sangat ingin merdeka.
Jepang berusaha bekerja sama dengan para
tokoh pergerakan. Cara ini digunakan agar mereka dapat merebut simpati rakyat dengan mudah lewat para tokoh.
Harapannya, golongan nasionalis dan intelektual
dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk melancarkan perang Jepang.
Sebagai ganti Gerakan Tiga A yang dibubarkan
karena tidak efektif, Jepang memprakarsai Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Putera dipimpin oleh tokoh nasional yang kerap dijuluki Empat Serangkai.Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang (2018), Empat Serangkai terdiri dari Soekarno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka berpendapat sikap kooperatif dan kerja sama adalah langkah terbaik ketika perang.
Dengan restu Jepang, Putera pun didirikan pada
16 April 1943. Ada pimpinan pusat dan pimpinan daerah yang dibagi sesuai tingkatnya yakni syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S Miyoshi, G Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama.
Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang.
Walaupun demikian, para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio.
TUJUAN POETRA DIDIRIKAN
Tujuan Putera adalah membangun dan
menghidupkan kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang.
Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas
memperbaiki bidang sosial ekonomi. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian.
Banyak unsur masyarakat yang mendukung
bergabung. Di antaranya Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio, serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso.
Ada juga kelompok pemuda yang bergabung
yakni Barisan Banteng, Badan Perantaraan, dan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.
Jepang menyadari Putera lebih banyak
menguntungkan bagi pegerakan nasional dibanding kepentingan Jepang sendiri. Maka pada 1944, Jepang membubarkan Putera.organisasi Putera dibubarkan dikarenakan Jepang ketakutan akan adanya sebuah perlawanan dari bangsa Indonesia. Putera sendiri dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai media berjuang para tokoh nasional Indonesia. Sehingga Jepang membentuk organisasi resmi yakni Jawa Hokokai dan memfokuskan pada pengembangan organisasi tersebut.