Anda di halaman 1dari 3

Laporan Akhir

Penyusunan Penilaian Kinerja Sungai BKT dan AKNOP Sungai

BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelusuran (walkthrough) dan kajian terhadap studi terdahulu,


dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Permasalahan utama terkait dengan OP adalah sebagai berikut :


1. Pada ruas bagian hulu, dari Bendung Pucang Gading (STA.
14.700), sampai dengan batas hulu studi (STA. 29.500), adalah
longsoran tebing sungai, berpindah pindahnya alur sungai dan
penggalian material tambang berupa batu dan pasir
2. Pada STA. 6.700 (jembatan Majapahit) sampai dengan STA.
14.700 (bendung Pucang Gading), permasalahan utamanya
adalah berupa penyempitan alur, karena longsoran tebing kanan
kiri maupun pendangkalan.
3. Pada STA. 0.000 (muara), sampai dengan STA. 7.600 (jembatan
Majapahit), permasalahan utamanya adalah rembesan dari
tanggul dan meluap saat terjadi banjir tahunan, penurunan
kapasitas alur (karena penyumbatan alur oleh gelagar jembatan
yang terlalu rendah, pendangkalan, efek pasang surut dll),
sehingga menimbulkan efek pembendungan dan meluap.
b. Dari STA. 14.800 / Bendung Pucang Gading sampai dengan hulu,
belum ada prasarana sungai yang berarti, sungai masuk katagori
alami/belum berkembang. Permasalahan yang ditemukan di ruas ini
adalah longsoran tebing dan perpindahan alur sungai sehingga
menimbulkan masalah sosial dan hukum. kerusakan atau kegagalan
perkuatan tebing dari bronjong maupun plat beton umunya disebabkan
karena masalah fondasi yang kurang memadai.

Bab VII - 1
Laporan Akhir
Penyusunan Penilaian Kinerja Sungai BKT dan AKNOP Sungai

c. Berdasarkan dampak permasalahan yang ditimbulkan oleh tiap-tiap


lokasi kritis, selanjutnya disusun skala prioritas untuk masing-masing
kategori OP.
Adapun kriteria untuk masing-masing skala prioritas adalah sebagai
berikut :
1. Prioritas 1 : area pemukiman, area perkantoran dan area bisnis
dan jalan.
2. Prioritas 2 : area perkebunan, perhutani, area wisata, area
perkemahan.
3. Prioritas 3 : area tanah kosong dan tanah tidak produktif lainnya.
d. Upaya penanganan banjir di hilir jembatan Majapahit diusulkan dengan
melakukan penggalian alur utama dengan debit dominan (full bank flow,
100 m3/det) dan peninggian tanggul dengan debit total flow Q25 = 270
m3/det (normalisasi menggunakan produk disain study terdahulu
(“Study and Design of the East Floodway and Dolok-Penggaron River
System under Integrated Water Resources and Flood Management
Project for Semarang (JICA Loan IP-534) 2016”), diperkirakan akan
menimbulkan masalah sosial yang cukup berat karena memerlukan
pembebasan lahan dan biaya yang sangat besar karena memerlukan
pekerjaan galian yang sangat besar dan pekerjaan infrastruktur
pendukungnya yang cukup banyak.
e. Pada banjir dengan Q50 = 580 m 3/det (elevasi muka air banjir di
bendung Pucang Gading +26.70, siaga II), jika pintu air BKT tidak
dibuka, maka kali yang menerima masulan air dari kali Penggaron
melalui peluap bendung (tidak dikendalikan), kali Babon akan meluap
(periksa sub bab 4.6.4)
f. Pada kondisi kali BKT existing, dimana kapasitas full bank di hilir
Jembatan Kartini hanya 100 m 3/detik, meskipun pintu air BKT di
bendung Pucang Gading tidak di buka, tetapi anak kali BKT (kali
Kedung Mundu, Kali Bajak dan Kali Candi) banjir dengan Q50, maka
kali BKT di hilir Jembatan Kartini tetap akan meluap.
g. Meskipun kali BKT telah dinormalisir seperti direncanakan dalam
pekerjaan “Study and Design of the East Floodway and Dolok-

Bab VII - 2
Laporan Akhir
Penyusunan Penilaian Kinerja Sungai BKT dan AKNOP Sungai

Penggaron River System under Integrated Water Resources and Flood


Management Project for Semarang (JICA Loan IP-534) 2016”, menjadi
berkapasitas 260 m3/detik, jika terjadi banjir di kali penggaron pada Q50
= 580 m3/det, dan kali Babon dan Sayung berturut-turut dipertahankan
pada debit 330 dan 170 (siaga I), maka kali BKT akan meluap (periksa
sub bab 4.6.5).
h. Segmen Jembatan Majapahit sampai dengan muara sudah tidak dapat
menampung debit banjir rencana dan tidak dapat ditangani dengan
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan, sehingga direkomendasikan untuk
dinormalisasi seperti yang telah direncanakan pada pekerjaan (“Study
and Design of the East Floodway and Dolok-Penggaron River System
under Integrated Water Resources and Flood Management Project for
Semarang (JICA Loan IP-534)) 2016”
i. Didapatkan Angka Kebutuhan Nyata untuk Operasi dan Pemeliharaan
sungai BKT dan Sungai Penggaron adalah sebesar Rp
48.676.472.107,00 (Empat puluh delapan milyar enam ratus tujuh
puluh enam juta empat ratus tujuh puluh dua ribu seratus tujuh
rupiah)

7.2. REKOMENDASI

a. Mengingat banyak tebing di ruas hulu yang mengalami longsor dengan


area terdampak berupa permukiman dan jalan penghubung antar
kampung dan dari kampung ke kota, maka direkomendasikan agar
kegiatan AKNOP dapat ditindak lanjuti dengan SID penanganan tebing
sungai Penggaron.
b. Untuk mendapatkan besaran sedimen yang harus dikeruk dan periode
pengerukannya diperlukan studi tentang transport sedimen di Sungai
Penggaron dan BKT.

Bab VII - 3

Anda mungkin juga menyukai