Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM PENGUAT KESEHATAN JIWA REMAJA MELALUI METODE PSIKOTERAPI

(HIPNOSIS 5 JARI) DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU COVID - 19

DI SUSUN:

1. Arjun Allan Priantama. (A02019011)


2. Aseska Galah Mahardika (A02019012)
3. Aulya Minda Lusklarita (A02019013)
4. Hendro Prasetyo (A02019014)
5. Chamelia Damayanti (A02019016)
6. Devi Silviana Putri (A02019019)

KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menylesaikan penyusunan proposal ini dengan judul
“Cardtelling Sahabat Anak Di Masa Pandemi Covid-19” guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Inovasi Keperawatan.
. Dalam penyusunan Proposal Inovasi Keperawatan Anak ini, kami mendapat pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bamabang Utoyo,S.Kep,Ns,M.Kep Selaku ketua prodi Keperawatan program
Diploma tiga Universitas Muhammadiyah Gombong dan pembimbing yang telah
mendukung dan memberikan motivasi dalam penyusunan proposal.
2. Ike Mardiati Agustin M.Kep.SP.Kep.J Selaku pembimbing Inovasi keperawatan
Jiwa.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun spiritual.
4. Rekan-rekan mahasiswa Keperawatan program diploma tiga angkatan 2019 yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan proposal.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini sebaik mungkin, kami menyadari
bahwa proposal ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan kekurangan dalam
penyusunan proposal penelitian ini. Akhir kata, kami berharap semoga proposal penelitian ini
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Kebumen, 18 September 2021

Penyusun
PROPOSAL KARYA INOVASI MAHASISWA

1. Judul : Program Penguat kesehatan jiwa remaja melalui


metode psikoterapi (Hipnosis 5 Jari) di era adaptasi kebiasaan baru covid 19
2. Bidang Peminatan : Keperawatan jiwa
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Aseska galah mahardika
b. NIM : A02019012
c. Jurusan/Fakultas : D-III Keperawatan/Ilmu Kesehatan
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah
Gombong
e. Alamat Rumah/Telepon : Desa lajer, Kec. Ambal ,
Kab. Kebumen
f. e-mail : sponskaraseska@gmail.com
g. Anggota Tim :

4. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ike Mardiyati A. M.Kep.SP.Kep.J
1. Arjun Allan Priantama
b. NIP : 2. Aseska Galah Mahardika
Kebumen,3.18Aulya Minda 2021
September Lusklarita
4. Hendro Prasetyo
5. Devi Silviana Putri

6. 55
7. Chamelia Damayanti
8. Devi Silviana Putri
Mengetahui

Dosen Pembimbing Ketua TIM

Ike Mardiyati A. M.Kep.SP.Kep.J Aseska Galah M.

NIP : NIM : A02019012

Koordinator Mata Kuliah Ka. Prodi D III Keperawatan

Ike Mardiyati A. M.Kep.SP.Kep.J Bambang Utoyo, S.Kep, Ns, M.Kep

NIP : NIP :
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Awal tahun 2020 menjadi tahun yang mengejutkan bagi semua orang di seluruh dunia,
karena pandemi Virus Corona (COVID-19) telah menyebabkan kepanikan di mana-mana.
Ratusan ribu bahkan jutaan orang telah terinfeksi, dan ribuan telah meninggal. Menurut data
World Health Organization (2020), sebanyak 106 negara di dunia telah terpapar virus corona,
dengan 2.804.796 kasus terkonfirmasi dan 193.710 kematian akibat virus corona. Tak terkecuali
Indonesia, sebagai salah satu negara yang merasakan dampak penyebaran virus corona baru
(Sharma, 2020). 2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 382-389 383 COVID-19
merupakan virus jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah ditemukan
menyerang manusia sebelumnya (WHO, 2020; Zulva, 2019). COVID-19 adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Sindrom Pernafasan Akut Coronavirus 2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau SARSCoV02) (Setiawan, 2020). WHO menyatakan
virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, dan virus ini menyebar dengan sangat cepat
(Moana, 2020). Status pandemi atau epidemi global menunjukkan bahwa penyebaran COVID-19
sangat cepat.

Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 menjelaskan bahwa seluruh


kegiatan belajar mengajar baik di sekolah dasar hingga perguruan tinggi menggunakan metode
daring atau online sebagai upaya pencegahan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19).
Fatkhul Mubin, M., & Basthomi, Y. (2020.Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
pencegahan untuk mengatasi penyebaran virus ini daripada menyebar dengan cepat, seperti
bekerja dari rumah (WFH), social distancing, PSBB, dll (Tursina, 2020). Selain itu, masyarakat
telah diberikan edukasi tentang penerapan pola hidup sehat (Suprabowo, 2020). Memberikan
edukasi tentang pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun sesering mungkin,
menggunakan masker saat keluar rumah, dan menjaga jarak (Machendrawaty et al., 2020;
Mardiiana & Darmalaksana, 2020; Masrul et al., 2020; Pratiwi, 2020).Kondisi saat ini membuat
masyarakat tidak siap secara fisik dan psikologis untuk merespons (Sabir & Phil, 2016).

Dijelaskan pula bahwa dampak pandemi COVID-19 telah menimbulkan banyak kerugian seperti
hambatan fisik, ketimpangan ekonomi, ketimpangan sosial dan gangguan jiwa. Saat terinfeksi
virus corona ini, kondisi psikologis yang dialami masyarakat akan merasa cemas (Fitria et al.,
2020). Huang et al., (2020) menjelaskan, gangguan jiwa yang terjadi selama pandemi COVID-19
adalah kecemasan, ketakutan, stres, depresi, panik, sedih, depresi, marah, dan
penyangkalan.Wang et al., (2020)mengatakan bahwa tugas pembelajaran merupakan faktor
utama penyebab stress mahasiswa selama pandemi Covid-19. Masa belajar merupakan masa
transisi dari anak-anak menjadi remaja, sebagai pembentukan identitas yang harus dipenuhi agar
menjadi pribadi yang tangguh dalam masa remaja yang harus berjuang dalam masa Pandemi
Covid-19.

Pada masa pandemik COVID-19 stress yang muncul pada remaja bisa berupa rasa takut,
cemas mengenai kesehatan diri dan kesehatan orang terdekat atau keluarga, pola tidur terganggu,
pola makan berubah, sulit berkonsentrasi, hingga menggunakan obat-obatan terlarang atau
narkoba karena pada dasarnya remaja adalah individu yang rentan, mudah terpengaruh, mudah
terganggu dengan diperparah kondisi lingkungan sekitar yang berubah serta tidak mendukung
untuk beraktivitas diluar rumah.Keadaan pandemi COVID-19 ini semakin hari semakin
menunjukkan keadaan waspada meskipun vaksin mulai dikembangkan. Namun Kehidupan para
remaja pun pada kenyataannya ikut terpengaruh seiring dengan diberlakukannya kebijakan-
kebijakan untuk mengurangi dampak dari pandemi. Kondisi mental para remaja semakin diuji
dan sebagian besar dari mereka akhirnya menjadi stress sehingga menimbulkan gejala
kecemasan (Ananda & Apsari, 2020).

Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak. Dimana masa ini remaja ingin
bersososial lebih tinggi, bermain dengan teman sebaya, menikmati waktu di luar rumah, belajar
disekolah dengan adanya COVID-19 membuat remaja merasa tidak produktif, takut tertular,
tekanan untuk dirumah saja, menikmati masa karantina sehingga mengakibatkan gangguan
mental (Cahyanthi et al, 2020).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
baik fisik, psikologis,maupun intelektual. Sikap khas remaja mempunyai rasa keinginan yang
besar menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas
perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang (Kemenkes RI,2018)

Kecemasan adalah awal timbulnya gangguan kesehatan mental yang berasal dari persepsi
terhadap peristiwa yang tidak terkendali (uncontroled), sehingga individu akan berfokus pada
tindakan yang terkendali (Shin & Newman, 2019).Upaya dalam menghadapi pandemi COVID-
10 perlu adanya pengolahan kecemasan dengan baik sehingga remaja tetap awareness dan tidak
sampai menimbulkan penyakit fisik, kepanikan yang berlebihan atau sampai pada gangguan
kesehatan jiwa yang lebih buruk.

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang menyebabkan ketidaknyamanan, pengalaman


yang samar-samar, disertai dengan ketidakberdayaan dan ketidakpastian yang disebabkan oleh
hal-hal yang belum jelas (Annisa & Ifdil, 2016).

Terapi musik adalah terapi yang dapat diberikan kepada remaja dalam menurunkan
kecemasan pada remaja (Ispriantari, 2016; Egenti et al, 2019). Musik memberikan remaja
kesempatan dalam mengekspresikan diri dan menyelesaikan masalah perasaan mulai dari marah,
duka, kerinduan dan disintegritas psikologis sampai pada tingkat pribadi (Tervo, 2001). Terapi
musik merupakan terapi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dengan memberikan
kesenangan, relaksasi, meningkatkan memori, dan interaksi sosial (Eells, 2014).

Pemberian terapi musik dapat menurunkan Adrenal Corticotropin Hormone (ACTH)


yang merupakan hormone stress pencetus kecemasan pada remaja (Djohan, 2006). Kecemasan
emaja perlu diatasi dengan cepat sehingga bisa menurunkan dampak fisik maupun psikologis
pada remaja sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian terapi
musik terhadap penurunan kecemasan pada remaja pada masa pandemic COVID-19.

Terapi hipnotis lima jari merupakan seni komunikasi verbal yang bertujuan membawa
gelombang pikiran klien menuju trance (gelombang alpha/theta) dan bertujuan untuk
mengendalikan diri, menghilangkan kecemasan dengan melibatkan saraf parasimpatis dan akan
menurunkan peningkatan kerja jantung, pernapasan, tekanan darah, kelenjar keringat dan lain-
lain sehingga akan mengurangi ketegangan fisik dan stress dari pikiran seseorang (Evangelista et
al., 2016). Orang yang melakukan hipnotis lima jari akan mengalami relaksasi sehingga
berpengaruh terhadap system tubuh dan menciptakan rasa nyaman serta perasaan tenang.

Kegiatan penyululuhan remaja ini bertujuan untuk menurunkan rasa stres yang dialami oleh
masyarakat selama pandemi covid-19. Dengan turunnya rasa stres remaja diharapkan status
kesehatan remaja semakin baik dan kualitas hidup masyarakat selama pandemi covid-19 juga
semakin baik.

Hasil analisis deskriptif data penelitian tentang anxiety yang dialami remaja di indonesia
pada masa pandemic COVID19 dijelaskan pada tabel berikut ini

Tabel Anxiety yang dialami remaja pada masa pandemic COVID 19

Kategori Interval Frekuensi

Rendah <12 3

Sedang 12> X <24 61

Tinggi 24 – 35 75
Berdasarkan tabele di atas dapat diketahui bahwa tingkat anxiety remaja pada masa
pandemic covid-19 berada pada kategori rendah sebesar 2,1%, kategori sedang 43,9% dan
kategori tinggi 54%. Dapat juga dilihat dalam histogram berikut:

Grafik 1. Diagram Batang hasil pengolahan Data Tentang Tingkat Anxiety Remaja Pada
Masa Pandemi Covid-19

. Hasil penelitian penelitian menyatakan bahwa tingkat anxiety remaja 54% berada pada
kategori tinggi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kurangnya informasi yang
diperoleh remaja terkait dengan pandemi covid-19 ini (Purwanto et al., 2020). Yang ada pada
pikiran remaja adalah virus corona sangat berbahaya (Zaharah, Kirilova, & Windarti, 2020),
yang apabila seseorang terinfeksi virus ini sulit untuk sembuh (Putri, 2020), dan kebanyakan
meninggal. Beberapa faktor yang menyebabkan anxiety pada masa pandemic COVID19 adalah
kurangnya informasi mengenai kondisi ini, pemberitaan yang terlalu heboh di media masa
ataupun media social (Aulia, 2018), kurangnya membaca literasi terkait dengan penyebaran dan
mengantisipasi penularan corona virus.

B. STUDI PENDAHULUAN
a. Kegiatan Program penguat kesehatan jiwa remaja melalui metode psikoterapi ( hipnosis 5
jari ) di era adaptasi kebiasaan baru covid 19 dilakukan pada remaja di desa
Kedungbenda
b. Permasalahan mitra sasaran kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan di balai desa Kedungbenda dengan hasil wawancara
terhadap sekertaris desa Kedungbenda selama pandemi covid 19 mengatakan bahwa
sebagian remaja merasa bosan karena diterapkannya aturan dari pemerintah untuk stay at
home,sehingga mengakibatkan ditiadakannya proses pembelajaran secara tatap muka,hal
ini memicu terjadinya kecemasan pada remaja karena terhalangnya sosialisasi antar
teman sebaya dari pihak desa mengatakan sejauh ini belum pernah dilakukan kegiatan
mengenai kecemasan. Pihak desa menyarankan agar meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya prokes di masa pandemi covid 19.
c. Tujuan
 Tujuan umum
kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini dan pencegahan
kecemasan
 Tujuan khusus
1. Di harapakan setelah di lakukan sosialisai ,remaja mampu memahami arti
ansietas
2. Di harapkan dengan adakanya sosialisasi ini dapat meningkatkan kesadaran
remaja tentang manfaat dan pentingnya mengenal serta mencegah gejala awal
terjadinya ansietas
3. Dengan adanya sosialisasi ini di harapkan remaja mempunyai pola pikir yang
sehat dan positif
4. Dengan adanya sosialisai ini diharapkan remaja dapat menggali potensi
kreatifitas dari setiap individu

d. Manfaat kegiatan
Dengan diadakannya kegiatan tersebut diharapkan mampu menambah wawasan dan
pengetahuan pada remaja tentang ansietas yang mugkin muncul di masa pandemi covid
19
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN COVID 19
Awal mula di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok data epidemiologi menunjukkan
66% pasien terpapar dengan satu pasar seafood atau live market (Huang dkk., 2020).
Selama fase awal wabah COVID-19 di China, mengalami dampak psikologis sedang
hingga parah, dan sekitar sepertiga kecemasan sedang hingga parah. Selama fase awal
dan empat minggu kemudian selama COVID-19 di Cina terjadi epidemi yang
signifikan secara statistik tetapi tidak signifikan secara klinis pengurangan dampak
psikologis. Covid-19 menjadi ancaman serius di Indonesia bahkan diseluruh dunia,
sehingga sudah disebut menjadi pandemi global. Setiap harinya angka korban positif
Covid-19 masih terus meningkat, menyerang setiap orang tanpa memandang jenis
kelamin dan usia (Wulandari et al., 2020).
Covid-19 merupakan penyakit akibat virus corona jenis baru yang muncul pada
akhir 2019 pertama kali di Wuhan, Cina yang saat ini menyebabkan pandemi hampir
di seluruh dunia. Gejala utama penyakit Covid-19 yaitu batuk, demam, dan sesak
napas (Kemkes, 2020). Infeksi Covid-19 juga menyebabkan kematian yang cukup
tinggi di berbagai negara. Angka kejadian penyakit akibat Covid-19 di dunia pada
tanggal 8 Mei 2020 mencapai 3.679.499 orang dengan angka kematian 254.199 orang
di 215 negara (WHO, 2020). Sementara di Indonesia angka kejadiannya mencapai
12.776 orang dengan angka kematian mencapai 930 orang (Kemkes, 2020). Angka
kejadian infeksi Covid-19 pada anak di Cina mencapai 2.143 anak dan separuhnya
mengalami gejala demam, radang, tenggorokan, batuk, pilek, pegal di sekujur tubuh
dan bersin (Dong, 2020)
Awal mula di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok data epidemiologi menunjukkan
66% pasien terpapar dengan satu pasar seafood atau live market (Huang dkk., 2020).
Selama fase awal wabah COVID-19 di China, mengalami dampak psikologis sedang
hingga parah, dan sekitar sepertiga kecemasan sedang hingga parah. Selama fase awal
dan empat minggu kemudian selama COVID-19 di Cina terjadi epidemi yang
signifikan secara statistik tetapi tidak signifikan secara klinis pengurangan dampak
psikologis. Covid-19 menjadi ancaman serius di Indonesia bahkan diseluruh dunia,
sehingga sudah disebut menjadi pandemi global. Setiap harinya angka korban positif
Covid-19 masih terus meningkat, menyerang setiap orang tanpa memandang jenis
kelamin dan usia (Wulandari et al., 2020).
Covid-19 adalah penyakit menular yang diakibatkan infeksi virus coronavirus
jenis baru. Penyakit ini diketahui muncul pertama kali di Wuhan, Cina pada
Desember 2019 (WHO, 2020). Covid-19 merupakan penyakit pernapasan akut yang
menjadi pandemik global dan disebabkan oleh novel coronavirus atau SAR-Cov-2
(Erlich, 2020).
Gejala Covid-19 antara lain demam, batuk kering, dan sesak napas. Beberapa
pasien mengalami gejala mirip pilek dan mengalami nyeri pada tenggorokan dan
diare. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan merasa sehat.
Sebagian dapat pulih dengan sendirinya, sedangkan sebagian lainnya mengalami
perburukan kondisi sehingga mengalami kesulitan bernapas dan perlu dirawat di
rumah sakit (WHO, 2020)
Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang lain di
sekitarnya melalui percikan batuk atau bersin. Covid-19 juga dapat menular melalui
benda-benda yang terkontaminasi percikan batuk atau bersin penderita Covid-19.
Orang lain yang menyentuh benda-benda terkontaminasi tersebut lalu menyentuh
mata, hidung dan mulut mereka dapat tertular penyakit ini (WHO, 2020) Virus
penyebab Covid-19 dapat bertahan di udara sekitar satu jam, sedangkan di permukaan
benda-benda dapat bertahan selama beberapa jam. Di permukaan berbahan plastik
dan besi tahan karat virus dapat bertahan hingga 72 jam, pada cardboard selama 24
jam dan pada tembaga bertahan selama 4 jam (Van Doremalen, 2020).
Beberapa langkah pencegahan Covid-19 yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 2020
antara lain:
1) Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau antiseptik
berbahan alkohol. Deterjen pada sabun dan alkohol pada antiseptik dapat membunuh
virus pada tangan.
2) Jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter. Hal ini untuk mencegah tertular
virus penyebab Covid-19 dari percikan bersin atau batuk.
3) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum Anda memastikan tangan
Anda bersih dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau
antiseptik. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung dan
mulut yang menjadi jalan masuk virus ini ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit
Covid-19.
COVID-19 adalah hasil global yaitu konspirasi bias, maka konsekuensi dari
tingkat pengetahuan yang rendah tentang virus ini akan mengakibatkan tingkat
kecemasan yang lebih tinggi, dalam hal ini yang harus dipertimbangkan adalah dari
kesadaran dari berbagai media platform tentang pandemi saat ini. (Sallam et al.,
2020).Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat tidak siap
menghadapinya baik secara fisik ataupun psikis (Sabir & Phil, 2016). Diantara
kondisi psikologis yang dialami oleh masyarakat adalah rasa anxiety apabila tertular
(Fitria, 2020), (Hanifah, Yusuf Hasan, Nanda Noor, Tatang Agus, & Muhammad,
2020).
Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan merupakan
keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan
tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik
(jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya (Okazaki,
1997), (Beaudreau & O'Hara, 2009). Anxiety adalah bentuk ketidakberanian
ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas (Kartono & Andari, 1989),
(Annisa & Ifdil, 2016). Senada dengan itu, Sarlito menjelaskan anxiety merupakan
perasaan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya (Sarlito,
2012). Kondisi emosi remaja akan mudah terguncang seperti, anxiety yang
berlebihan, ketakutan akan tertular virus ini dan sebagainya (Dani & Mediantara,
2020).
Anxiety yang dialami remaja ini akan berdampak kepada; 1) Kurang tidur,
anxiety dapat menyebabkan insomnia dan masalah tidur serta akan menimbulkan
anxiety social disorder (menarik diri dari sosial) (Sohat, Bidjuni, & Kallo, 2014). 2)
Kesulitan untuk fokus, COVID19 telah mengancam kesehatan fisik dan psikis, dan
cara hidup sehari.

B. PENGERTIAN REMAJA
Menurut World Health Organization (WHO), rentang usia remaja adalah 10- 19
tahun; menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, rentang usia
remaja adalah 10-18 tahun; menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jadi,
seseorang dapat dikatakan remaja karena sudah tidak bisa lagi disebut kanak-kanak
namun, belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa atau bisa dibilang sebagai
masa peralihan dari kanakkanak ke dewasa (Sumara et al. 2017). Dalam masa
peralihan ini, remaja sangat rentan dalam mengalami gangguan kesehatan berupa
kecemasan. Ditambah dengan kondisi dimana pembelajaran harus dilakukan secara
daring, kecemasan dapat bertambah seperti kecemasan akibat perubahan lingkungan
belajar, tugas pembelajaran yang berat, tidak siapnya menghadapi gaya belajar yang
baru, serta menurunnya minat dan konsentrasi dalam belajar (Ilahi et al. 2021). Dalam
penelitian ini, penulis bertujuan mengungkapkan tentang kondisi kecemasan yang
dialami oleh remaja beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
pada masa COVID-19.

C. PENGERTIAN ANSIETAS
Kecemasan adalah keadaan ketika emosi negative muncul akibat kekhawatiran
akan bahaya yang tidak terduga yang mungkin terjadi di masa depan (Annisa & Ifdil,
2017). Kecemasan sebenarnya adalah perasaan yang normal dimiliki oleh manusia,
karena saat cemas manusia disadarkan dan diingatkan tentang bahaya yang
mengancam (Suwandi & Malinti, 2020). Namun kecemasan yang berlebihan dapat
mengganggu dalam proses belajar karena perasaan takut dan khawatir akan suatu hal,
yang dalam kondisi saat ini adanya pandemic COVID-19 yang dapat mempengaruhi
konsentrasi dan daya ingat (Mahfud & Gumantan, 2020).
Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan
merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai
oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan
disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain
sebagainya (Okazaki, 1997), (Beaudreau & O'Hara, 2009). Anxiety adalah bentuk
ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas (Kartono &
Andari, 1989), (Annisa & Ifdil, 2016). Senada dengan itu, Sarlito menjelaskan
anxiety merupakan perasaan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula
alasannya (Sarlito, 2012). Kondisi emosi remaja akan mudah terguncang seperti,
anxiety yang berlebihan, ketakutan akan tertular virus ini dan sebagainya (Dani &
Mediantara, 2020).

Anxiety yang dialami remaja ini akan berdampak kepada;


1) Kurang tidur, anxiety dapat menyebabkan insomnia dan masalah tidur serta
akan menimbulkan anxiety social disorder (menarik diri dari sosial) (Sohat,
Bidjuni, & Kallo, 2014).
2) Kesulitan untuk fokus, COVID 19 telah mengancam kesehatan fisik dan
psikis, dan cara hidup sehari.

D. TERAPI YANG DIGUNAKAN KELOMPOK KAMI


 Hipnotis 5 Jari
Yaitu sebuah tekhnik pengalihan pemikiran seseorang dengan cara
menyentuhkan pada jari-jari tangan sambil membayangkan hal-hal yang
menyenangkan atau yang disukai. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa
hipnotis 5 jari dapat menurunkan stres.
 Musik Relaksasi
Merupakan salah satu bentuk dari tekhnik relaksasi yang tujuannya untuk
memberikan rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta
menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi musik ini juga digunakkan oleh
psikolog dan psikiater dalam mengatasi berbagai macam gangguan jiwa dan
juga gangguan psikologis. Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi
pada tubuh dan pikiran penderita, sehingga berpengaruh terhadap
pengembangan diri, penyembuhan gangguan psikososialnya (Purnama, 2016)
.
Terapi musik adalah terapi yang dapat diberikan kepada remaja dalam
menurunkan kecemasan pada remaja (Ispriantari, 2016; Egenti et al, 2019).
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang
karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi
alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita
dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yaitu
sistem limbic yang mempunyai hubungan dalam perilaku emosional
(Puspaningrum et al, 2015). Selain itu alunan musik mampu menstimulus
tubuh untuk menciptakan molekul Nitrit oxide (NO) yang bekerja di tonus
pembuluh darah sehingga mengurangi kecemasan. Kesamaan antara ri respon
yang harmonis dalam tubuhtme dan irama musik akan menyesuaikan ritme
atau irama tubuh sehingga timbul kesan yang menyenangkan dan
membahagiakan (Saifudin & Wijaya, 2016).

Berikut link musik yang digunakan untuk Terapi musik kelompok kami
https://youtu.be/93bdzJLZOPk

BAB III

Metode pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Perencanaan perlu dilakukan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan . perencanaan di mulai dari tahap persiapan hingga pelaksanaan :

1. Perencanaan Persiapan dimulai dengan penjajakan kemungkinan dilakukannya


kegiatan pendidikan kesehatan kepada remaja usia secara tatap muka. Selanjutnya
hasil penjajakan tersebut dilanjutkan ke penyiapan materi dan penentuan jadwal
pelaksanaan.
2. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada remaja SMA/SMK sederajat di desa
Kedungbenda dengan metode “Hipnosis Lima Jari dengan di iringi musik
relaksasi”.

2. Tahap Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :

2. Sasaran Peserta
Remaja di desa kedung benda yang sedang menempuh pendidikan SMA sederajat

3. Susunan Acara

Materi

a) Leaflet

Leaflet kami menjelaskan tentang:

1) Pengertian Ansietas
Kecemasan adalah sebuah reaksi singkat alami terhadap kejadian yang membuat
stres, namun kecemasan bisa berlanjut menjadi kondisi kesehatan mental jika
individu tersebut tidak berdaya dan tidak mampu berhenti mengkhawatirkan
situasi atau kejadian sepele, yang berakibat pada terganggunya aktivitas pada
kehidupan sehari-hari.
2) Tanda dan gejala Ansietas.
Gangguan kecemasan dialami secara berbeda oleh setiap individu, sehingga
awalnya bisa cukup sulit untuk diidentifikasi. Jika kecemasan muncul tanpa
dipicu, bertahan lama, dan sering, ini mungkin tanda-tanda gangguan kecemasan.
Beberapa gejala umum adalah:
• Gejala fisik: Serangan panik, muka memerah dan dingin, jantung
berdebar kencang, berkeringat, mual, gemetar, dada tercekat, dan gelisah.
• Gejala psikologis: Ketakutan yang berlebihan, khawatir, sulit untuk
berkonsentrasi, terlalu banyak berpikir, dan selalu berpikir akan ada
bencana
• Perilaku: Menghindari masalah yang membuat individu merasa cemas,
menarik diri dari kegiatan yang sebelumnya disukai.
3) Penyebab Ansietas.
Gangguan kecemasan tidak memiliki penyebab konkret. Penelitian terkini
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kecemasan,
baik faktor tunggal atau kombinasi.
• Genetika: Beberapa gangguan kecemasan memiliki komponen genetik,
dan gangguan kecemasan kadang muncul secara turun-temurun dalam
keluarga.
• Biologi: Bagaimana otak memproses dan merespons terhadap stres, serta
rangsangan fisik diduga turut berperan dalam hal ini.
• Pola pikir: Terlalu banyak berpikir, pikiran negatif yang terus muncul,
dan kesulitan dalam mengatasi ketidakpastian kini telah dihubungkan
dengan kecemasan.
• Kejadian yang membuat stres: Kejadian dan trauma masa lalu dapat
menjadi pemicu kecemasan.
4) Tipe kecemasan
Pertolongan pertama saat mengatasi Ansietas. Ada beberapa jenis gangguan
kecemasan. Walau gejalanya serupa, jenis gangguan ini memiliki pemicu yang
berbeda dan muncul dengan cara yang berbeda.
• Gangguan Kecemasan Umum (GAD): Kekhawatiran yang terus
menerus dan berlebihan terhadap kejadian sehari-hari baik di dalam
keluarga, pekerjaan, dan sekolah, yang dialami hampir setiap hari. Gejala-
gejala harus terus muncul selama setidaknya 6 bulan atau lebih.
• Fobia spesifik: Ketakutan dan kecemasan ekstrem yang dipicu oleh objek
atau situasi tertentu. Contohnya: ketinggian, laba-laba, dan lain-lain.
• Gangguan Panik: Serangan panik berulang yang intens dan tak
terkendali, sehingga menyebabkan sesak napas, nyeri dada, keringat
berlebih, dan pusing. Serangan panik tidak selalu memiliki pemicu, dan
dapat membuat individu merasa bahwa dia sedang dalam keadaan sekarat.
Jika serangan panik muncul pada individu lebih dari satu kali setiap
bulan, dia mungkin didiagnosis dengan gangguan ini. 
• Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD): Pikiran cemas yang berulang dan
meresahkan, mengarah pada perilaku obsesif atau kebiasaan untuk
mengurangi kecemasan ini. Individu sering tahu bahwa obsesi dan
kompulsinya tidak perlu, tetapi merasa tidak mampu menghentikannya. 
• Gangguan kecemasan sosial: Rasa takut atas situasi yang memalukan
atau penghinaan saat berada di publik, seperti berbicara di depan umum
atau di dalam acara-acara sosial.
5) cara mengatasi Ansietas
• Menarik napas yang dalam.
• Memusatkan pikiran pada aktivitas yang dijalani.
• Menerapkan metode 3-3-3.
• Menghindari kafein dan alkohol
• Bercerita kepada orang yang dipercaya.
• Menyediakan waktu untuk diri sendiri.
• Makan teratur dan minum cukup air.
c) Pentingnya menggunakan masker dimasa pandemi covid 19:
Seperti kita ketahui bersama bahwa penularan virus corona dapat melalui droplet
atau percikan yang dikeluarkan pada saat kita batuk atau bicara. Penularan terjadi
ketika percikan terhirup orang lain yang ada di sekitar. Oleh karenanya, masker
dibuat untuk melindungi dari droplet yang di keluarkan oleh orang lain agar tidak
masuk ke hidung dan mulut kita ataupun sebaliknya, agar droplet kita tidak
mengenai orang lain karena kita tidak tahu kita atau lawan bicara kita yang
sedang menjadi pembawa virus. Terdapat 3 jenis masker yang disarankan kepada
masyarakat agar dapat memutus penyebaran virus corona, antara lain :

MASKER KAIN - Sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan RI,


masyarakat disarankan untuk memakai masker kain ketika harus bepergian ke
luar rumah
MASKER BEDAH - Jenis masker sekali pakai yang mudah dijumpai dan sering
digunakan tenaga medis saat bertugas.
MASKER N95 - Masker ini diutamakan untuk digunakan untuk petugas medis
yang memang kontak secara langsung dengan penderita COVID-19, misalnya
dokter dan perawat yang bekerja di ruang isolasi khusus COVID-19 atau di IGD.
Masker juga dikenal dengan alat pelindung diri. Sebagai alat pelindung diri,
masker dirancang untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya dan
bukan sebaliknya menjadi sarana transmisi atau penularan karena penggunaan
yang salah. Berikut adalah panduan menggunakan masker yang benar :

Pastikan Anda telah mencuci tangan dengan benar.


Jika anda menggunakan masker bedah, pastikan sisi luar adalah yang berwarna
hijau dan sisi dalam yang berwarna putih.
Pasang tali masker dengan baik. Jika tali masker perlu diikat, ikat bagian atas
terlebih dahulu, kemudian bagian bawahnya.
Pastikan masker menutupi hidung, mulut, dan dagu dengan sempurna. Pastikan
pula bagian yang ada logamnya berada di batang hidung.
Lekukkan strip logam mengikuti lekukan hidung hingga tidak ada menyisakan
lubang.
Hindari menyentuh bagian tengah masker saat menggunakan dan melepas
masker.
Buang masker ke tempat sampah dan cuci tangan Anda hingga bersih setelah
menggunakan masker.
Maka mari perbaiki cara kita dalam menggunakan masker, tetap gunakan masker
dengan benar di manapun dan dalam situasi apapun kecuali saat makan masker
memang harus dilepas. Termasuk disaat kita sedang berinteraksi dengan orang
lain kita harus tetap menggunakan masker, Perhatikan pula dalam memakai dan
membuang masker.
d) Video edukasi
Terlampirkan

e) Materi power poin


Terlampirka

f) Kuisioner sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan


Terlampirkan

2. Pelaksanaan
a) Pemeriksaan fisik
b) Pengisinan kuisoner tingkat pengetahuan tentang ansietas
c) Penjelasan tingakat kecemasan
d) Edukasi
• Konsep dasar ansietas pada remaja
• Teknik distraksi relaksasi
• Hipnosisi 5 jari
Tim pelaksana memberikan pelatihan metode hipnotis lima jari.
Tim pelaksana memandu setiap langkah metode hipnotis lima jari.
Sebelum memasuki langkah pertama, peserta diminta konsentrasi
dan rileks sambil menutup mata. Langkah pertama menyentuh ibu
jari dengan telunjuk dan peserta diminta mengenang saat peserta
merasa sehat, Langkah kedua menyentuh ibu jari dengan jari
tengah dan peserta dimunta mengenang saat peserta pertama kali
mengalami kemesraan, langkah ketiga menyentuh ibu jari dengan
jari manis dan peserta diminta mengenang saat peserta mendapat
pujian dan langkah terakhir menyentuh ibu jari dengan kelingking
dan peserta diminta mengenang tempat yang paling indah yang
pernah dikunjungi. Setelah selesai, peserta diminta untuk
mengulangi metode hipnotis 5 jari tanpa panduan dari tim
pelaksana. Jika ada peserta yang belum mampu, tim pelaksana
akan memandu sampai peserta dapat melakukan metode hipnotis 5
jari secara mandiri.
• Terapi musik
Terapi musik adalah bentuk, gaya yang dikombinasikan dengan
ransangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Musik diterapkan
menjadi sebuah terapi dan music dapat meningkatkan,
memulihkan, memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,
sosial dan spiritual.
Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
karena musik bersifat nyaman, menenangkan, menimbulkan
perasaan positif, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Terapi
musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua
orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk
menginterpretasi alunan musik.
Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak
yaitu sistem limbic yang mempunyai hubungan dalam perilaku
emosional (Puspaningrum et al, 2015). Selain itu alunan musik
mampu menstimulus tubuh untuk menciptakan molekul Nitrit
oxide (NO) yang bekerja di tonus pembuluh darah sehingga
mengurangi kecemasan. Kesamaan antara ri respon yang harmonis
dalam tubuhtme dan irama musik akan menyesuaikan ritme atau
irama tubuh sehingga timbul kesan yang menyenangkan dan
membahagiakan (Saifudin & Wijaya, 2016).

SUSUNAN ACARA

No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab

1. Pembukaan 09.00-09.20 Arjun

2. Perkenalan 09.20-09.30 Semua Panitia

3. Penjelasan aturan 09.30-09.45 .Aseska


bermain

4. Pelaksanaan materi 09.45--10.00 Aseska

5. Tanya jawab 10.00-10.45 Semua panitia

6. Post test 10.45-11.00 Semua panitia

7. Penutupan 11.00-11.10 Arjun


3. Tahap Evaluasi
Setelah kegiatan tersebut di laksanakan,tahap selanjutnya adalah evaluasi pada tahap
ini kita menggunakan cara mengisi prites yang telah kami siapkan dan untuk mendukung
data bisa di kuatkan dengan cara mengisi kuisoner tingkat untuk mengetahui tingkat
pemahaman yang telah di sampaikan.
a) Tingkat pengetahuan
b) Pendemonstrasian teknik yang sudah di ajarkan
c) Kuisoner tentang tingkat kecemasan

4. Rencana Tidak Lanjut

Setelah dilakukan kegiatan tersebut di harapkan remaja dapat meningkatkan


kesadaran manfaat dan pentingnya mengenal akan pencegahan ansietas

Anda mungkin juga menyukai