Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KLASIFIKASI GANGGUAN SALURAN CERNA PADA BAYI UMUR SATU HARI SAMPAI DUA
BULAN

DOSEN PENGAMPUH :

RUKMINI DATUIDING SKM., M.KES

DISUSUN OLEH :

NAMA : AMELIA PERUTU

NPM : PK 115 015 101

KELAS/SEMESTER : V A

PROGRAMSTUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA

2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ KLASIFIKASI “ dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palu, 19 Des’17

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan saluran cerna sering di anggap normal dan sering diistilahkan berbagai hal
oleh para dokter seperti Gastrooesephageal Refluks, Dispepsia, Stomach Discomfort,
lambung kecil, katub lambung belum sempurna, kekurangan enzim, penyerapan
tidak bagus, alergi susu sapi atau berbagai istilah lainnya. berbagai istilah tersebut
kadangkala disebut berbeda oleh beberapa dokter pada pasien yang sama.Gangguan
saluran cerna ini sering didiagnosis berlebihan seperti alergi susu sapi, amuba,
disentri, penyakit Hisrchprung, usus buntu atau berbagai gangguan lainya
Hipersensitif saluran cerna ini biasanya hanya merupakan gangguan fungsional dan
selama ini dianggap normal. Tetapi ternyata bila dicermati gangguan ini sering
disertai secara bersamaan dengan berbagai gangguan organ tubuh lainnya yang
sangat mengganggu. Gangguan tersebut sering disertai gangguan pertumbuhan
berat badan, gangguan perilaku dan gangguan perkembangan lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa tanda dan gejala gangguan saluran cerna?


2. Bagaimana cara mengetahui penyebab gangguan saluran cerna?

C. Tujuan
Mengidentifikasi penyebab gangguan saluran cerna

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Berbagai masalah saluran cerna dapat ditemukan pada anak. Tiga keluhan yang
sering dijumpai yaitu regurgitasi, diare, atau konstipasi.Regurgitasi atau gumoh
sebenarnya merupakan keadaan fisiologis (normal) pada bayi; sekitar 60% bayi
berusia 4 bulan mengalami regurgitasi minimal 1 kali per hari dan kejadian ini
akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Sekitar 4-5% bayi yang masih
mengalami regurgitasi pada usia 12 bulan. Penyebabnya lebih dihubungan dengan
belum matangnya sistem saluran cerna terutama sfingter esofagus bawah (pintu
antara kerongkongan dengan lambung). Yang penting, orangtua paham bahwa
keadaan ini normal pada bayi dan tidak perlu dikhawatirkan selama pertumbuhan
dan perkembangan normal serta tidak ada gangguan makan (rewel, menolak
makan). Tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah memberikan posisi
60 derajat antara alas tempat tidur dengan pinggang saat bayi terlentang.
Pertahankan keadaan tersebut 1.5-2 jam. Tidak ada alasan menyetop ASI hanya
karena bayi mengalami regurgitasi.

B. Etiologi

Diare umumnya disebabkan oleh infeksi, sebagain besar (60-70%) disebabkan


oleh Rotavirus dan sebagian kecil oleh bakteri, serta penyebab lainnya. Seorang
anak di bawah usia 3 tahun umumnya dapat mengalami episode diare sampai 2-3
kali setiap tahun. Pada diare akan terjadi kehilangan cairan dan elektrolit, oleh
karena itu, tata laksana utama adalah mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
selama diare. Saat ini telah ada oralit hipoosmolar (kadar Na 75 meq/L) yang
dianjurkan diberikan kepada anak yang mengalami diare untuk mengganti
kehilangan cairan dan elektrolit. Oralit hipoosmolar telah terbukti dapat
mengurangi jumlah tinja cair yang keluar maupun frekuensi diare. Zinc elemental
diberikan kepada anak yang mengalami diare, untuk memperbaiki permeabilitas
saluran cerna dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dosis yang dianjurkan
adalah 10 mg untuk bayi usia di bawah 6 bulan dan 20 mg untuk bayi usia di atas
6 bulan selama 10-14 hari. Oleh karena sebagian besar penyebabnya adalah
infeksi, maka menjaga kebersihan, membiasakan pola hidup sehat, dan menjaga
daya tahan tubuh merupakan syarat yang harus diperhatikan. Oleh karena
sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh Rotavirus, maka antibiotik tidak
menjadi pertimbangan pertama dalam pengobatan diare, perlu kajian klinis yang
cermat.Pada bayi baru lahir (1 bulan), kita harus hati-hati dalam mengintepretasi
diare. Frekuensi buang air besar 6x sehari dan tinja agak cair dapat sebagai
keadaan fisiologis karena masih rendahnya enzim laktase yang berfungsi
memecah laktosa (karbohidrat utama di dalam ASI maupun susu
formula).Konstipasi adalah berkurangnya frekuensi buang air besar dengan tinja
yang keras dibanding biasanya. Sebelum mengatakan seorang anak mengalami
konstipasi, kita harus memahami pola defekasi berdasarkan usianya. Pada anak di
atas usia 6 bulan, frekuensi 2 hari sekali masih dianggap fisiologis, selama
konsistensi tinja tetap lunak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsistensi
tinja. Komposisi kalsium dan forfor, perbandingan protein whey dan casein,
kandungan karbohidrat, dan lemak dalam makanan dapat mempengaruhi
konsistensi tinja.

Tanda dan gejala hipersensitifitas saluran cerna yang di alami


bayi di bawah usia 3 bulan tersebut adalah :
 Sering muntah atau gumoh, dalam keadaan tertentu sering disebut
gastrooesephageal refluks 
 Sering kembung, dan perut berbunyi “keroncongan” saat digendong atau diraba.
 Sering “cegukan” (hicup) bila sering cegukan biasanya bayi sulit untuk
disendawakan.
 Sering buang angin, kadang  berbau tajam
 Sering “ngeden” atau “mulet”. Pada penderita dengan ngeden yang berlebihan
seringkali disertai gangguan kulit kuning yang berkepanjangan atau kuning yang
tinggi saat pulang dari kelahiran ke rumah. Bila ngeden berlebihan tekanan perut
akan meningkat sehingga beresiko terjadi Hernia Umbilikalis (pusar menonjol,
“pusar bodong”), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar
atau pusar atau “turun berok”)  atau terjadi hidrokel atau pem,besaran karena
cairtan pada pada kantong buah zakar. Pada beberapa kasus juga gangguan ini
mengakibatkan  pusar yang mengeluarkan bercak darah sedikit pada usia di bawah
1-2 bulan. Beberapa kasus yang lain keadaan ini seringkali mengakibatkan pusar
masih basah dan sulit kering.
 Sering REWEL dan  GELISAH atau COLIK
 Sering buang air besar (> 3 kali perhari)
 Tidak BAB tiap hari, bahkan kadang sampai 3- 5 hari lebih. Pada keadaan tertentu
sering dikelirukan dengan Penyakit Hiscrhprung. Bila terdapat berbagai gangguan
hipersensitifitas saluran cerna lainnya sebaiknya bila diagnosis  Penyakit
Hiscrhprung meragukan segera mencari “second opinion” ke dokter lainnya.
 Feses berwarna hijau, kadang berlendir, berbau tajam
 BERAK DARAH.
 Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian
tengah berwarna lebih gelap (biru).

Tanda dan Gejala lain yang sering menyertai

Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan
daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti
tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai
pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit
berbau.
Hiperreaktifitas Bronkus. Napas bunyi  grok-grok, kadang disertai batuk sesekali
terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk
atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). BILA BERAT
SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS) Bayi usia cukup bulan (9
bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak
mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu)  Bayi seperti ini
menurut penelitian beresiko asthma (sering batuk/bila batuk sering dahak
berlebihan )sebelum usia prasekolah.
Bersin dan sering buka mulut. Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala
sering miring ke salah satu sisi karena hidung buntu, atau minum dominan hanya
satu sisi bagian payudara. Kepala yang sering miring ke salah satu sisi ini
akan mengakibatkan kepala “peyang” atau mata juling ringan.
Mulut sering terbuka. Karena hidung buntu, muluit sering terbuka bernapas dengan
mulut waktu minum ASI sering tersedak
Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua
sisi.
 Sering berkeringat (berlebihan)
Tanda Haus Palsu atau Bayi sering minta minum berlebihan padahal tidak
haus. Bayi sulit dibedakan apakah karena haus atau karena ada yang tiodak nyaman
di perutnya. Dalam keadaan ini seringkali ibu tidak percaya diri saat memberi ASI,
karena meski sudah diberi minum lama tetapi bayi tetapi menangis terus seperti
minta minum. Hal inilah yang sering mengacaukan ASI ekslusif, akhirmnya ibu tidak
tega dan memberi minuman botol. Pada bayi dengan gangguan hipersensitifitas
saluran cerna ini biasanya mengalami rasa tidak nyaman di perut. Sehingga
mengakibatkan sering rewel atau sering seperti minta minum. Mulut sering terbuka
dan mencari minum, biasanya bayi sering hanya ingin “ngempeng”. Namun bila
diberi ASI sering hanya mau sesaat tapi setelah itu menolak karena memang tidak
haus, tetapi saat disodori minum botol langusng minum karena perbedaan bsaat
minum botol susu keluar dengan sendirinya sehingga bayi terpakasa menghisap.
Tetapi saat diberi ASI bayi tidak mau menyedot karena untuk keluar ASI harus
mengeluarkan tenaga hisapan, dan bayi tidak mau menghisap karena memang tidak
haus. Karakteristik lainnya biasanya bayi minum sangat lama lebih dari 30 menit
hingga 1 jam, krena hanya ngempeng tidak minum. Karena minum yang berlebihan
atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur
<1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan
dan minum berkurang
Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
Mempengaruhi gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul
bintik putih (eritema toksikum) atau papula warna putih.
C. Penangganan

Bila terdapat satu atau beberapa gangguan hipersensitif saluran cerna dan
disertai beberapa gejala laian yang menyertai maka sangat mungkin gangguan
saluran cerna tersebut berkaitan sebagai faktor penyebab atau pemicu. Misalnya
saat bayi kolik seringkali terjadi keluhan kulit sensitif atau gangguan buang air
besar atau muntah lebih sering, nafas grok-grok, bersin dan pilek.

Bila disertai infeksi virus ringan yang kadang bila tidak dicermati seperti normal,
maka keluhan terebut akan membaik setelah 5 hari. Namun bila bayi daya tahan
tubuh tidak bagus dan di sekitarnya ada orangtua atau orang yang mudah sakit
maka gangguan tersebut akan hilang timbul berkepanjangan

Lakukan diet elminasi provokasi makanan selama 3 minggu untuk mendiagnosis


dan memperbaiki saluran cerna.Bila bayi minum ASI sebaiknya harus diperhatikan
dan dilakukan intervensi makanan ibu yang dikonsumsiBila setelah dalam 3
minggu berbagai gangguan tersebut membaik maka dapat dipastikan bahwa
gangguan sensitif saluran cerna tersebut berkaitan dengan berbagai gangguan
yang ada.Obat-obatan untuk berbagai gangguan tersebut hanya bersifat
sementara. Setelah itu gangguan tersebut akan hilang timbul berulang terus.
Bahkan seringkali berbagai obat kadang tidak berpengaruh

D. Klasifikasi
1. Diare dehidrasi berat
2. Diare dehidrasi ringan/sedang
3. Diare tanpa dehidrasi
4. Diare persisten
5. Diare persisten berat
6. disentri
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan saluran cerna sering di anggap normal dan sering diistilahkan berbagai hal
oleh para dokter seperti Gastrooesephageal Refluks, Dispepsia, Stomach Discomfort,
lambung kecil, katub lambung belum sempurna, kekurangan enzim, penyerapan
tidak bagus, alergi susu sapi atau berbagai istilah lainnya. berbagai istilah tersebut
kadangkala disebut berbeda oleh beberapa dokter pada pasien yang sama.Gangguan
saluran cerna ini sering didiagnosis berlebihan seperti alergi susu sapi, amuba,
disentri, penyakit Hisrchprung, usus buntu atau berbagai gangguan lainya
Hipersensitif saluran cerna ini biasanya hanya merupakan gangguan fungsional dan
selama ini dianggap normal. Tetapi ternyata bila dicermati gangguan ini sering
disertai secara bersamaan dengan berbagai gangguan organ tubuh lainnya yang
sangat mengganggu. Gangguan tersebut sering disertai gangguan pertumbuhan
berat badan, gangguan perilaku dan gangguan perkembangan lainnya.

Daftar Pustaka

Budi. B.S. 2005. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dengan Kejadian gangguan saluran
perncernaan pada bayi

Chandra W, Maria CH Winarti, H Mewengkang, kasus diare Rumah Sakit Umum Pusat
Manado, Majalah Kedokteran. Indonesia, Maret 2005
Departemen Kesehatan RI. tentang penyakit saluran cerna pada baru lahir 2006-2010 :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai