TAHUN 2017
GANGGUAN PERNAFASAN PADA BAYI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan pernafas an pada bayi
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan pernafasan pada bayi
3. Untuk mengetahui cara pencegahan gangguan pernafasan pada bayi
4. Untuk mengetahui cara pengobatan gangguan pernafasan pada bayi
1.4 MANFAAT
1. Kita dapat mengetahui pengertian dari gangguan pernafasan pada bayi
2. Kita dapat mengetahui penyebab gangguan pernafasan pada bayi
3. Kita dapat mengetahui cara pencegahan gangguan nafas pada bayi
4. Kita dapat mengetahui cara pengobatan gangguan pernafasan pada bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
GANGGUAN PERNAFASAN
Gangguan pernafasan dapat di bagi menjadi 2 yaitu gangguan irama pernafasan dan sindrom
gangguan pernafasan .
2.1 GANGGUAN IRAMA PERNAFASAN
1. Serangan Apnu (episode apnu)
Keadaan ini merupakan persoalan pelik yang sering ditemukan pada bayi premature . Serangan
apnu di katakana abnormal bila berlangsung lebih dari 20 detik serta disertai adanya sianosis dan
bradikardia .serangan dapat terjadi setiap waktu pada hari-hari pertama kelahiran ,biasanya
terjadi berulang-ulang dan lebih sering timbul pada bayi yang kecil. Bayi yang mempunyai berat
badan kurang dari 1.250 gram tiga kali lebih sering mendapat serangan dari pada bayi dengan
berat badan lebih dari 1.500 gram. Etiologi:
a. Imaturasi pusat pernafasan
b. Obstruksi jalan nafas oleh lender atau susu
c. Serangan apnu yang menyertai beberapa kelainan paru yang berat ,misalny apenyakit hialin
membrane ,pneumonia ,perdarahan paru
d. Gangguan susunan saraf pusat, misalnya perdarahan intracranial, ’kernicterus’,
e. Gangguan metabolic misalnya hipoglikemia ,perubahan keseimbangan asam basa ,cairan dan
elektrolit tubuh .
Sikap dan tindakan ,yaitu dengan melakukan rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah
letak bayi atau memukul telapak kaki bayi . Membersihkan saluran nafas . diberikan O2
intranasal dengan sedikit tekanan atau melakukan ‘frog brething ‘ . Menyelidiki dasar etiologi
serangan apnu dan sikap selanjutnya disesuaikan dengan etiologinya .
2. Pernafasan Periodik
Bentuk pernafasan ini sering ditemukan pada bayi dengan berat badan kurang dari 2.000 gram
atau masa gestasi kurang dari 36 minggu . Jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran dan
dapat berlangsung sampai kira-kira 6 minggu . bentuk pernafasan ini mirip dengan pernafasan
Cheyne-Stokes ,yaitu tampak ventilasi diikuti oleh periode apnu yang tidak berlangsung lebih
dari 10 detik . berbeda dengan episode apnu ,keadaan ini tidak disertai dengan sianosis ,
bradikardia atau hipotermia . Pernafasan ini timbul karena maturitas susunan saraf pusat yang
berlangsung sempurna.
Pemberian O2dengan konsentrasi tertentu dapat mengurangi periode apnu , memperbaiki
ventilasi paru dan merangsang timbulnya pernafasan yang teratur . Dapat di berikan aminofilin
2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk merangsang yang belum matur tersebut.
1. Patogenesis
Pengembangan paru yang berlebihan dapat mengakibatkan alveolus pecah atau robekan dinding
meediastinum sehingga udara akan mengisi rongga pleura/mediastinum. Aspirasi darah ,
mekonium atau lendir pda saat lahir dapat menimbulkan obstruksi parsial di daerah bronkus atau
cabangnya sehingga terjadi ‘ball valve mechanism’. Pada waktu inspirasi terjadi rruang udara di
daerah distal dari obstruksi dan pada ekspirasi udara tersebut tidak dapat dikeluarkan. Pada suatu
saat bila terjadi inspirsi kuat ,misalnya pada waktu anak menangis ,ruang udara dapat pecah dan
udara masuk ke dalam rongga pleura.
8) Pencegahan
Factor yang dapat menimbulkan kelainan ini ialah pertumbuhan paru yang belum sempurna.
Karena itu salah satu cara untuk menghindarkan penyakit ini ialah mencegah kelahi ran bayi
yang maturitas parunya yang belum sempurna. Maturitas paru dapat dikatakan sempurna bila
produksi dan fungsi surfaktan telah berlangsung dengan baik. Gluck (1971) memperkenalkan
satu cara untuk mengetahui maturitas paru dengan menghitung perbandingan antara lesitin dan
sfingomielin dalam cairan amnion. Bila perbandingan lesitin/sfingomielin sama atau lebih dari 2,
bayi yang akan lahir tidak akan menderita penyakit membrane hialin, sedangkan bila
perbandingan tadi kurang dari 2 berarti paru bayi belum matang dan akan mengalami penyakit
membrane hialin. Pemberian kortikosteroid oleh beberapa sarjana dianggap dapat merangsang
terbentuknya surfaktan pada janin. Penelitian mengenai hal ini masih terus dilakukan saat ini.
Cara yang paling efektifuntuk menghindarkan penyakit ini ialah untuk mencegah prematuritas
dan hal ini tentu agak sulit dikerjakan pada beberapa komplikasi kehamilan tertentu.
9) Penatalaksanaan
Dasar tindakan adalah mempertahankan bayi dlama suasana fisiologis sebaik-baiknya, agar bayi
mamapu melanjutkan perkembangan paru dan organ lain sehingga dapat mengadakan
adaptasisendiri terhadap sekitarnya.
Tindakan yang perlu di kerjakan ialah :
a. Membriakn lingkungan yang optimal. Suhun tubuh bayi harus selalu di usahakan agar tetap
dalam batas normal (36,50-370C) dengan meletakan bayi dalam incubator. Humiditas ruangan
harus adekuat (70-80%).
b. Pemberian oksigen harus berhati-hari. Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap
bayi baru lahir.pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi yang tidak di
inginkan seperti fibrosis paru, kerusakan retina, (fibroplasi retlolental) dan lain-lain. Untuk
mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 arterial (paO2) secara teratur. Konsentrasi
O2 yang di berikan harus di jaga agar cukup untuk mempertahankan PaO2 antara 80 – 100
mmHg. Bila fasilitas untuk pemeriksaan tekanan gas arterial tidak ada, O2 dapat di berikan
sampai gejala sianosis menghilang. Pada penyakit membran hialin yang berat, kadang-kadang
perlu di lakukan bantuan pernafasan dengan respirator. Cara ini di sebut ‘ intermittent positive
pressure ventilation ‘ (IPPV). Tindakan ini baru di kerjakan bila pada pemberian O2 dengan
konsentrasi tinggi (100%), bayi tidak memperhatikan perbaikan dengan tetap menunjukan PaO2
kurang dari 50mmHg, Pao2 lebih dari 70 mmHg dan mbasih sering terjadi serangan apnu,
walaupun kemingkinan hiportemia, hipoglikemia dan asidosis matabolik telah di singkirkan.
Pemberian O2 dengan ventilasi aktif ini dapat pula di lakukan dengan bermacan-macam cara
lain, misalnya pemberian O2 secara hiperbaik, ‘ intermittent negative pressure ventilation’ dan
lain-lain .
c. Pemberian cairan, glukosa dan elekrolit sangat berguna pada bayi yang mendrita penyakit
membram hialin. Cairan yang di berikan cukup untuk menghidarkan dehidrasi dan
mempertahankan homeostaris tubuh yang adekuat. Pada hari-hari pertama diberikan glukosa 5-
10% dengan jumlah yang di sesuaikan dengan umur dan berat badan (60-125 ml/kgbb/hari).
Asidosis metabolik yang selalu terdapat pada pendritaan, harus segera di perbaiki dengan
pemberian NaHCO3 secara intravena. Pemeriksaan keseimbanga asam-basa tubuh harus di
priksa secara penggunaan rumus : kebutuhan NaHO3 (mEq) – deficit basa x 0,3 x berat badan
bayi. Kebutuhan basa ini sebagaian dapat langsung di beriakn secara intravena dan sisanya di
briakan secara tetesan. Pada pembrian NaHCO3 ini bertujuan untuk mepertahankan pHdarah
antara 7,35 – 7,45. Bila fasilitas untuk pemeriksaan keseimbangan asam –basa tidak ada,
NaHCO3 dapat di brikan tetesan. Cairan yang di gunakan brupa campran glukosa 5-10% dengan
NaHCO3 1,5% dalam perbandingan 4:1 . pada asidosis yang berat, penilaian klinis yang teliti
harus di kerjakan untuk menilai apakanh basa yang di brikan sudah cukup adekuat.
d. Pembrian antibiotika
Setiap pendriata penyakit membrane hialin perlu mendapat antibiotika untuk mencegah untuk
mencegah terjadinya inveksi sekunder. Anti biotika yang di berikan ialah penisilin (50.000 U –
100.000 U / kgbb/hari) atau ampisilin (100 mg/kgbb/hari) dengan gentamisin (3-5 mg/kbb/hari).
10) Prognosis
Penyakit membrane hialin prognosisnya tergantung dari tinggkat trematuritas dan beratnya
penyakit. Prognosis jangka panjang untuk semua bayi yang pernah mendrita penyakit ini sukar di
tentukan. Mortalitas di perkiraan antara 20-40% (scopes , 1971). Beberapa penyelidik lain
melaporkan bahwa dengan perawatan yang baik (prawatan intensif) , bayi yang hidup masih
mempunyai kepandaian dan ke adaan neorologis yang sama di bandingkan dengan bayi
premature lain yang sama gestasinya sama pula. Kelainan pada paru dan saraf mungkin di
sebabkan karena penyakitnya sendiri yang berat atau kurang sempurnanya perawatan, di
antaranya karena pembrian kadar O2 tinggi secara terus-menerus. Kelainan paru sebagai
dysplasia bronkopulmoner umumnya di sebabkan tekanan positif yang terus menerus.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi pada waktu perawatan ialah kelainan pada retina
(priboplasi retrolental )sebagian akibat pembrian O2 yang tidak semestinya. Fneumotoraks
walaupun jarang terjadi dapat di sebabkan oleh komplikasi pengobatan dengan ‘ continuous
negative external pressure ‘ ( CNP) dan tindakan bantuan pernafasan dengan respirator lain
2. Diagnosis
Dibuat atas dasar gambaran radiologis paru yang spesifik pada penyakit yang telah lanjut. Pada
hari-hari pertama tampak gambaran difus infiltrate retikulogranular yang disertai dengan ‘air
bronchogram’pada kedua paru.
3. Patologi
Pada otopsi ditemukan paru yang membesar dwngan beberapa daerah alveoli yang tidak
mengembang. Gambaran histopatologis menunjukkan penebalan septa,atelektasis disertai
infiltrasi sel mononukleus dan makrofag ke dalam alveoli.
4. Prognosis
Mortalitas ditemukan pada 25-50% penderita dan kematian dapat terjadi secara tiba-tiba karena
kegagalan,pernafasan . Perbaikan pada sebagian penderita mungkin dapat terjadi secara
berangsur-angsur dalam waktu yang lama(6-12 bulan)
5. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Pemberian oksigen yang teratur merupakan satu-satunya
jalan yang dapat membantu kelangsungan hidup bayi. Pada beberapa pendrrita diperlukan
pengawasan keseimbangan asam-basa yang teliti.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gangguan pernafasan dapat di bagi menjadi 2 yaitu gangguan irama pernafasan dan sindrom
gangguan pernafasan . gangguan irama pernafasan juga dapat di bagi lagi menjadi Serangan
Apnu (episode apnu)Keadaan ini merupakan persoalan pelik yang sering ditemukan pada bayi
premature . Serangan apnu di katakana abnormal bila berlangsung lebih dari 20 detik serta
disertai adanya sianosis dan bradikardia dan serangan Pernafasan Periodik,Bentuk pernafasan ini
sering ditemukan pada bayi dengan berat badan kurang dari 2.000 gram atau masa gestasi kurang
dari 36 minggu .
Sindrom irama pernafasan,Sindrom ini merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnu
atau hiperpnu, dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali/menit , sianosis , expiratory
grunting , retraksi daerah epigastrium , supratermal , interkostal pada saat inspirasi dan terdapat
penurunan ‘air entry’ dalam paru. Beberapa kelaian dalam paru yang sering memperlihatkan
sindrom ini misalnya ialah pneumotraks/pneumomediastinum, penyakit membrane hialin
pneumonia aspirasi ,sindrom Wilson Mikity.
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan bagi pembaca adalah diharapkan :
1. Memberikan perawatan yang ekstensif pada bayi yang mendrita gangguan pernafasan
2. Mengawasi dengan teliti bayi yang mengidap gejala-gejala gangguan nafas dengan cara
mengukur frekuensi pernafasan dan nadi bayi yang di nilai secara teratur
3. Pemberian O2 dengan cepat dan tepat dengan gejala yang ditimbulkan pada bayi.