Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH
KLASIFIKASI PEMBERIAN MINUM PADA BERAT BADAN RENDAH BAYI UMUR 1
HARI SAMPAI 2 BULAN

OLEH:

Nama : Bertho Mirazli Meilana

NPM : PK 115 015 107

Kelas : V/A

DOSEN PENGAJAR

Rukmini Datuiding., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDINESIA JAYA PALU

TAHUN 2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya,maka
makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah yang berjudul “ KLASIFIKASI PEMBERIAN
MINUM PADA BERAT BADAN RENDAH BAYI UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN” .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sangat mengharapkan


saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnan makalah ini.

Palu,Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUJUL...................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Definisi.....................................................................................................3
B. Etiologi.....................................................................................................4
C. Tanda-tanda klinis....................................................................................5
D. Komplikasi...............................................................................................6
E. Penatalaksanaan........................................................................................8
F. Diagnosis..................................................................................................14
G. Pencegahan...............................................................................................15
H. Pencegahan...............................................................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
A. Kesimpulan...............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik
pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang
tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi
terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI
2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3
kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

B.    Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR  ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?

1
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?

C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
 Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau
sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada
kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi
sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low
birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada
tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
a.    Berdasarkan BB lahir
1.BBLR      : BB < 2500gr
2.BBLSR    : BB 1000-1500gr
3.BBLASR : BB <1000 gr
b.  Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB-
SMK).

3
2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil
untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan
( NLB- KMK )

B.     ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu
yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
            BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.Faktor Ibu
a. Penyakit:
1)      Toksemia gravidarum
2)      Perdarahan antepartum
3)      Truma fisik dan psikologis
4)      Nefritis akut
5)      Diabetes mellitus
b. Usia Ibu
1)      Usia <16 tahun
2)      Usia >35 tahun
3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
1)      Golongan social ekonomi rendah
2)      Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1)      Ibu yang perokok
2)      Ibu peminum alcohol
3)      Ibu pecandu narkotik

4
2.Faktor janin
a.       Hidramnion
b.      Kehamilan ganda
c.       Kelainan kromosom
3.Faktor lingkungan
a.       Tempat tinggal dataran tinggi
b.      Radiasi
c.       Zat-zat racun.

C.    Tanda – tanda klinis


Ø  Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
-   Berat kurang dari 2500 gram
-   Panjang kurang dari 45 cm
-  Lingkar dada kurang dari 30 cm
-  Lingkar kepala kurang dari 33 cm
-  Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
-  Kepala lebih besar
-  Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
-  Otot hipotonik lemah
-  Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
-  Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
-  Kepala tidak mampu tegak
  -  Pernapasan 40 – 50 kali / menit
-  Nadi 100 – 140 kali / menit

Ø   Gambaran klinis BBLR secara khusus :


A. Tanda-tanda Bayi Prematur
1.  BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2.      Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3.      Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4.      Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5.      Kepala mengarah ke satu sisi.

5
6.      Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
7.      Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8.      Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9.      Pergerakan kurang dan lemah.
10.  Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11.  Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12.  Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13.  Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur


1.      Preterm sama dengan bayi premature
2.      Term dan post term :
a.  Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

D.    Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama
berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
·      Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
·      Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
·      Termoregulasi: Hipotermia
·     Hipoglikemia simtomatik

6
1.      Pada prematur yaitu :
a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin
karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi
alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering
ditemukan pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena
anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin
pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan
bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga
konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna.
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih
lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan.
Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

2.       Pada bayi Dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya
dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus.
Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila
dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian
bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun
demikian harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus
ditangani dengan baik.
a.       Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress
yang sering dialami bayi pada persalinan.

7
b.      Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin
yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c.      Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan
meningginya metabolisme bayi.
d.      Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif,
hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's,
turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan
sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :
1.      Suhu tubuh yang tidak stabil.
2.      Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
3.      Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4.      Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5.      Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6.      Gangguan immunologic.

E.     PENATALAKSANAAN
1.   Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a.      Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2.   Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a.    Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
b.   Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok
atau pipet
c.   Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang
penduga/ sonde fooding

8
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI
merupakan pilihan utama:
a.  Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut
a.   Berat lahir 1750-2500 gram
1)  Bayi sehat
a)   Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b)   Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat
b)  Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu
c)  Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

9
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b.  Berat lahir 1500-1749 gram
1)    Bayi sehat
a)   Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan
tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada resiko terjadi
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa
lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b)   Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.
c)    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan sendok/cangkir,
coba untuk menyusui langsung.
2)   Bayi sakit
a)   Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b)   Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
c)    Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
d)   Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
e)    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusui langsung
c.    Berat lahir 1250-1499 gram
1)  Bayi sehat
a)    Beri ASI peras melalui pipa lambung

10
b)    Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
c)   Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d)   Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusui langsung
2)  Bayi sakit
a)   Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b)   Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan
c)   Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
d)   Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e)    Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusui langsung
d.   Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1)  Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
2)  Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusui langsung
3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a.       Membersihkan jalan napas
b.      Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c.       Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d.      Memberikan obat mata
e.       Membungkus bayi dengan kain hangat
f.       Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

11
g.      Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h.      Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i.       Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan
tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol
inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau
kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air
panas kembali.
j.      Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1)      Kamar dapat masuk sinar matahari
2)      Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
k.     Badan bayi harus dalam keadaan kering
l.       Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk
m.    Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n.     Ukur suhu tubuh dengan berkala
o.     Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1)      Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2)      Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
p.     Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q.     Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r.      Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan
ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4.  Pemantauan (Monitoring)
a.     Pemantauan saat dirawat
1)     Terapi

12
a)      Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b)      Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
2)   Tumbuh kembang
a)      Pantau berat badan bayi secara periodic
b)      Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500>
c)      Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap
180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu.
b.      Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan
bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1)      Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2)      Hitung umur koreksi
3)      Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4)      Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5)      Awasi adanya kelainan bawaan
6)      Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a)      Membersihkan jalan napas
b)      Mempertahankan suhu tubuh

13
c)      Mencegah terjadinya infeksi
d)     Perawatan bayi sehari-hari:
(1)   Memandikan
(2)   Perawatan tali pusat
(3)   Pemberian ASI
(4)   Dll
7)      Menjelaskan pada ibu (orang tua):
a)      Pemberian ASI
b)      Makanan bergizi bagi ibu
c)      Mengikuti program KB segera mungkin
8)      Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.

F.     DIAGNOSIS
        Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1.   Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR:
a.       Umur ibu
b.      Riwayat hari pertama haid terakhir
c.       Riwayat persalinan sebelumnya
d.      Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e.       Kenaikan berat badan selama hamil
f.       Aktivitas
g.      Penyakit yang diderita selama hamil
h.      Obat-obatan yang diminum selama hamil

14
2.      Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a.       Berat badan
b.      Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c.      Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan)
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a.      Pemeriksaan skor ballard
b.     Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c.      Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
d.      Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e.      USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

G.    PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan
bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang
dikandung dengan baik.
3.      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4.      Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka

15
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.

H.    PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1.      Mempertahankan suhu tubuh optimal
2.      Mempertahankan oksigenasi
3.      Memenuhi kebutuhan nutrisi
4.      Mencegah dan mengatasi infeksi
5.      Mengatasi hiperbilirubinemia
6.      Memenuhi kebutuhan psikologis
7.      Melibatkan program imunisasi

16
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.

B.     Saran
1.     Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2.      Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3.     Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  

17
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:nuha medika.


Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).yogyakarta:nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi dan anak
balita.jakarta:trans info media.

18

Anda mungkin juga menyukai