Anda di halaman 1dari 6

LITERAT FEST 2021

Revitalisasi Haluan Negara Melalui Quo Vadis Amandemen V UUD 1945


Untuk Menjamin Sinergitas Pembangunan Tanpa Begantung Pada Momen
Elektoral

Enika Maya Oktavia


Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga
Email: oktaviaenika@gmail.com

GBHN telah digantikan oleh RPJP nasional sejak reformasi. Namun,


pelaksanaan RPJP Nasional sendiri bermasalah karena RPJM Nasional sebagai
pelaksanaan RPJPN Nasional dipengaruhi oleh visi dan misi Presiden dan Wakil
Presiden dan selalu berubah setiap lima tahun. Masuknya kepentingan politik
pihak dari masing-masing periode pemerintahan membuat pembangunan tidak
konsisten dan tidak terkoordinasi.1 Jika sistem pembangunan Indonesia tetap
sama, maka akan sulit mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama negara ini,
sebagaimana tercantum dalam alinea IV UUD 1945.2 Haluan negara penting
untuk dihidupkan kembali untuk mengenali apa yang telah lama diinginkan
negara ini.3
Jika ditilik dalam UUD 1945 Bab XVI tentang Perubahan UUD Pasal 37 ayat
(5) UUD 1945 , larangan perubahan UUD 1945 hanya mengenai Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tidak dapat dilakukan perubahan.
Artinya, perubahan di luar “bentuk negara”, diperkenankan untuk dilakukan
perubahan. Namun, dari setiap perubahan membawa kosekuensi turunan. Dalam
hirarki peraturan perundang-undangan sebagaimana tertuang dalam UU No 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UUD 1945
merupakan hukum tertinggi.
Secara teoritis dan praktis, keberadaan GBHN atau PPHN penting untuk
menegaskan kesinambungan dan sinergitas pembangunan negeri ini. Sebab

1
Nasrul Suhuf Salehan, “URGENSI KEDUDUKAN POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
(PPHN) BERKAITAN DENGAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA”,
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/67813/Nasrul%20Suhuf
%20Salehan%20-%20100710101197.pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses pada 06
Desember 2021 Pukul 09.41 WIB.
2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
3
Peraturan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata
Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat
selama dua dekade masa reformasi, arah pembangunan di Indonesia baik di pusat
maupun di daerah berjalan sporadis, zig-zag, yang sarat mengindahkan aspek-
aspek sosial, ekonomi, hukum, lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan
(suistainable development).4
Oleh sebab itu, dalam konteks ini, kiranya tepat untuk menyitir dalil ushul fiqh
“Ma laa Yudraku Kulluhu, Laa Yutraku Kulluh” yang berarti jika tidak bisa
mengambil semuanya, jangan ditinggalkan semuanya. Dengan demikian, gagasan
mengembalikan kewenangan MPR dalam membentuk GBHN harus ditempatkan
dalam skala prioritas, dengan senantiasa berkomitmen untuk membatasi diri untuk
tidak masuk dalam pembahasan di tema-tema lainnya.
Setelah dihapuskannya GBHN dalam sistem ketatanegaraan indonesia,
pedoman pembangunan nasional dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Pasal 4 ayat
(2) di atas menyatakan bahwa RPJP nasional akan dilaksanakan dalam RPJM
nasional. Permasalahannya disini adalah RPJM Nasional dibentuk sebagai
pelaksanaan dari RPJP Nasional yang dibentul berdasarkan visi, misi dan program
Presiden. Berlandas Pasal 4 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2007, menyatakan:

“Sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RPJP Nasional menjadi pedoman dalam
penyusunan RPJM Nasional, termasuk visi, misi dan program Presiden.”

Pandangan yang menilai bahwa haluan negara secara esensial telah tercermin
dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang penuangannya pada level
produk hukum undang-undang, menjadi kurang tepat, disamping level produk
hukum undang-undang tentu bukanlah produk hukum yang memiliki derajat dan
daya ikat paling kuat, namun juga membatasi esensi dari sebuah haluan negara,
sebab menyederhanakan esensi haluan negara seolah eksekutif sentris. Haluan
negara memerlukan partisipasi publik.

4
Antara News, “FRI : Indonesia harus miliki haluan negara”, diakses dalam
https://www.antaranews.com/berita/653607/fri-indonesia-harus-miliki-haluan-negara
pada 06 Desember 2021.

2|Page
PPHN dikonstruksikan agar mampu mewujudkan pembangunan yang
berkesinambungan. Dan dalam penetapannya, PPHN haruslah applicable dengan
visi misi dari semua yang terpilih dan apapun visi-misi Presiden tidak boleh
keluar dari PPHN. Refomulasi dan revitalisasinya PPHN tidak merusak sistem
presidensial yang selama ini dianut bangsa Indonesia. Dalam konteks sederhana,
selama presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat, maka
seyogyanya bertanggung jawab langsung kepada rakyat, bukan kepada MPR.
MPR pun tidak memiliki kewenangan untuk membuat ketetapan yang bersifat
mengatur (regellling).5
Sebagai sebuah norma hukum yang masih berbentuk abstrak Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu direduksi dan dirinci ke
dalam bentuk haluan negara yang berisikan pedoman arah kebijakan untuk
menyetir dan menjamin sinegritas pembangunan baik di tingkat pusat maupun
daerah.6 Untuk menjamin agar pelaksanaan pembangunan nasional sejalan
dengan cita-cita negara, maka perlu dikeluarkan pedoman yang kekuatan
hukumnya lebih kuat dari pedoman yang ada saat ini (UU RPJPN), Namun,
seperti halnya GBHN ketika aktif, GBHN harus dapat beradaptasi dengan
perkembangan yang ada dan dapat dievaluasi oleh MPR RI.

5
Humas UNS, “Pakar HTN UNS Tanggapi Wacana MPR Lakukan Amandemen UUD
1945 Secara Terbatas”, diakses dalam https://uns.ac.id/id/uns-update/pakar-htn-uns-
tanggapi-wacana-mpr-lakukan-amandemen-uud-1945-secara-terbatas.html pada 06
Desember 2021 Pukul 16.16 WIB.
6
Yudi Latif. “Basis Sosial GBHN”, https://pusaka.or.id/2016/02/basis-sosial-gbhn/,
diakses pada 6 Desember 2021.

3|Page
DAFTAR PUSTAKA
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004TentangSistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
BUKU
Bappeenas. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.
Indrayana, D. (2008). Amandemen UUD 1945, Antara Mitos dan Pembongkaran.
Jakarta: Mizan.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2012). Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI.
JURNAL
Anggraini, Y. (2015). Perbandingan Perencanaan Pembangunan Sebelum dan
Sesudah Amandemen Undang-undang Dasar 1945. Fiat Juctisia Jurnal
Ilmu Hukum Vol. 9 No. 1 , 73-87.
Hariyadi, A. R. (2021). Dinamika Kebijakan Perencanaan Pembangunan
Nasional. JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
(JDKP) , 259-276.
LAIN-LAIN

4|Page
Antara News. (2017, September 19). “FRI : Indonesia harus miliki haluan
negara”. Dipetik Desember 06, 2021, dari Antara News:
https://www.antaranews.com/berita/653607/fri-indonesia-harus-miliki-
haluan-negara
Kanal Satu. (2013, Desember 2013). Tak ada GBHN, pembangunan nasional
tidak terarah. Dipetik Desember 06, 2021, dari Kanal Satu: Tak ada
GBHN, pembangunan nasional tidak terarah | kanalsatu.com
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2012). Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI.
RATNANINGSIH, E. (2017, Agustus). “PERBEDAAN TUJUAN DAN ARAH
PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL SEBELUM DAN SESUDAH
AMANDEMEN UUD 1945”. Dipetik Desember 06, 2021, dari Binus
Universitry Faculty of Humanities:
https://business-law.binus.ac.id/2017/08/27/perbedaan-tujuan-dan-arah-
pembangunan-hukum-nasional-sebelum-dan-sesudah-amandemen
Salehan, N. S. (2015, Oktober 16). “URGENSI KEDUDUKAN POKOK-POKOK
HALUAN NEGARA (PPHN) BERKAITAN DENGAN KEDUDUKAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DALAM SISTEM
KETATANEGARAAN INDONESIA”. Dipetik Desember 06, 2021, dari
repository.unej.ac.id:
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/67813/Nasrul
%20Suhuf%20Sa
UNS, H. (2021, Agustus 28). “Pakar HTN UNS Tanggapi Wacana MPR Lakukan
Amandemen UUD 1945 Secara Terbatas”. Dipetik Desember 06, 2021,
dari Universitas Sebelas Maret: https://uns.ac.id/id/uns-update/pakar-htn-
uns-tanggapi-wacana-mpr-lakukan-amandemen-uud-1945-secara-
terbatas.html
Yudi Latif. (n.d)“Basis Sosial GBHN”, diakses pada 6 Desember 2021
https://pusaka.or.id/2016/02/basis-sosial-gbhn/

5|Page
Biodata Penulis:
Halo, namaku Enika Maya Oktavia, penyuka langit dan
juga semangka. Menyukai langit karena bagiku itu
lambang dari pengharapan dan juga inspirasi. Aku lahir
ketika arunika menyiram bumi di Pati, tahun 2002.
Sekarang sedang mengenyam pendidikan di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Lebih lanjut bisa menghubungi aku
lewat email: oktaviaenika@gmail.com, WhatsApp: 085828212794, Instagram:
enikaoktaviamaya atau Telegram: 0895810734455.

6|Page

Anda mungkin juga menyukai