PEMBANGUNAN NASIONAL
ABDUL HAMID TOME1
1.1.
Pendahuluan
Pasca amandemen UUD NRI Tahun 1945, seluruh komponen masyarakat
efek
dari
bergulirnya
reformasi.
Walhasil,
konstitusi
tidak
hanya
pembangunan
jangka
panjang
sebagai
arrah
dan
prioritas
mampu
melakukan
perubahan-perubahan
struktur
kehidupan
sosial,
Michael P. Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta, Hal.
18.
6
Ibid. Hal. 20
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Hal yang sama pula berlaku hingga
ke tingkat daerah. RPJPD yang dibuat pemeirntah daerah harus mengacu pada
RPJPN dan RPJMD disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan
RPJMN.
Secara normatif, konstruksi sistem perencanaan pembangunan sebagaimana
yang diuraikan diatas merupakan satu kesatuan yang saling keterkait. Sehingga
arah pembangunan nasional dapat berjalan secara berkesinambungan. Pemberian
kewenangan kepada masing-masing struktur pemerintahan dalam merumuskan pola
pembangunan tidak bisa dipahami sebagai lemahnya proses pembangunan karena
masing-masing struktur pemerintahan mendesign format pembangunan secara
sendiri-sendiri. Justru dengan adanya pemberian kewenangan tersebut, memberikan
inovasi bagi setiap penyelenggara negara dalam menjalankan roda pemerintahan
guna mewujudkan cita-cita nasional negara Indonesia.
1.3. Pembangunan dalam Perspektif Negara Hukum
Menurut Gant sebagaimana dikutip oleh Suryono 7 bahwa pembangunan
memiliki dua tujuan, yakni: Pertama. Pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk
menghapuskan kemiskinan. Kedua. Menciptakan kesempatan-kesempatan bagi
warganya untk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Pembangunan merupakan sebuah proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan 8.
Definisi tersebut memberikan beberapa implikasi 9, yakni:
1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga
pemerataan.
2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti
peningkatan:
a. Life Sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b. Self-Esteem: kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki
harga diri, bernilai dan tidak dihisap orang lain.
c. Freedom From Servitude: kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan
Agus Suryono. 2001. Teori dan Isu Pembangunan. Universitas Malang Press, Malang,
Hal. 31.
8
Michael P. Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi ........... Op.cit, Hal. 20
9
Ibid. Hal. 21
dalam
sebuah
negara
harus
diarahkan
pada
peningkatan
pertimbangan
dalam
menjalankan
proses pembangunan
sekaligus
yang
menyimpangkan
konvensi
dan
konstitusi;
Ketiga,
10
Ridwan HR., 2011. Hukum Administrasi Negara. Cet. VI, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 2
penguasa
tidak
dapat
bertindak
sewenang-wenang
dalam
terhadap
hukum,
tidak
hanya
mengikat
penyelenggara
pemerintahan, namun rakyat sebagai pihak yang diperintah juga harus mematuhi
norma-norma hukum dalam menjalankan kehidupannya. Rakyat tidak bisa
memaksakan
kehendaknya
berdasarkan
keinginannya
semata
tanpa
Hotma P. Sibuea. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Baik. Erlangga, Jakarta, Hal. 48
12
Ibid, Hal. 50
sebelumnya
telah
dipaparkan
sistem
perencanaan
dalam
mewujudkan
cita-cita
nasional.
Sehingganya
13
pikiran
untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat.
Perekonomian
nasional
14
Faktor ini pula nantinya akan mampu memangkas utang negara apabila
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki digunakan secara efisien dan sefektif
mungkin.
2) Faktor Politik
Pola perencanaan pembangunan harus benar-benar mewujudkan kehendak
bersama komponen negara. Artinya bahwa perencanaan pembangunan
didasarkan pada pengejawantahan prinsip demokrasi 16 bukan didasarkan
pada negosiasi politik pemerintah. Sehingganya dalam perumusan rencana
pembangunan jangka menengah, tidak hanya sekedar mengadopsi visi, misi,
dan program Presiden atau Kepala Daerah tetapi benar-benar disandarkan
pada upaya pencapaian tujuan nasional.
3) Faktor Yuridis
Pola perencanaan pembangunan harus didasarkan pada koridor hukum yang
jelas. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari dianutnya konsep negara hukum
pada konstitusi negara17. Faktor ini bukan bentuk legitimasi masuknya
kembali GBHN dalam konstitusi tetapi lebih pada penekanan untuk
memperkuat ketentuan perundang-undangan tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional sebagai penjelmaan haluan negara kekinian yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh eksekutif dan diawasi langsung oleh legislatif.
Dengan demikian pejabat penyelenggara negara memiliki keabsahan dalam
menjalankan tugasnya dan masyarakat dapat melakukan kontrol secara
langsung tentang pencapaian terhadap target pembangunan yang telah
direncanakan.
1.6.
Referensi
Sibuea, Hotma P. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik. Erlangga, Jakarta.
http://www.antaranews.com/berita/539526/rakernas-pdip-hasilkan-22-rekomendasi
diakses tanggal 18 Mei 2016.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt569e320c81ddd/tiga-masalahketatanegaraan-jika-gbhn-dihidupkan diakses tanggal 18 Mei 2016.
http://www.jpnn.com/read/2016/02/24/359236/MPR-Siapkan-Langkah-langkahMerespon-Wacana-GBHN- diakses tanggal 18 Mei 2016
http://www.pusakaindonesia.org/perlukah-gbhn-diberlakukan-kembali/
diakses