Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN SOAL UAS

MATA KULIAH : EKONOMI PERENCANAAN


Prodi : MAGISTER ILMU EKONOMI
Nama Mahasiswa : ANTONIUS TEGASO
NIM : B2052212012
Angkatan : 28
Kelas : A2 Ketapang

1. Hubungan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Perencanaan


Pembangunan Daerah.

Sistem Perencanaan Pembangunan merupakan satu kesatuan tata cara


perencanaan pembangunan, untuk menghasilkan rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menegah dan jangka pendek (tahunan), yang
diaksanakan oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah. Karena tujuan sistem perencanaan pembangunan
adalah untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin
terciptannya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah, antar ruang,
antar waktu, antar fungsi pemerintah pusat dan daerah. Menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara penrencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan. Serta mengoptimalkan partisipasi
masyarakat, menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dengan tahapan perencanaan
pembangunan dimulai dari penyusunan rencana pembangunan
Nasional/daerah, rencana kerja Departemen/Lembaga/SKPD, musyawarah
perencanaan pembangunan dan renana akhir pembangunan. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
seluruh Indonesia.

2. Berdasarkan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional, terdapat beberapa pendekatan Perencanaan
Pembangunan yaitu :
a. Pendekatan Politik, adalah pendekatan yang melihat bahwa pemilihan
Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana bagi rakyat
sebagai pemilih untuk menentukan pilihannya berdasarkan program-
program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon
Presiden/Kepala Daerah. Kelebihannya pembangunan cenderunga ppro
rakyat dan kekurangannya, jika Presiden/Kepala Daerah diganti, maka
perencanaan pembangunan bisa berubah lagi.
b. Pendekatan Teknokratik, adalah pendekatan yang dilaksanakan dengan
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau
satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
c. Pendekatan Partisipatif, adalah pendekatan yang dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi
dan menciptakan rasa memiliki.
d. Pendekatan Top Down, adalah pendekatan dari atas ke bawah,
merupakan Pendekatan dgn inisiatif dari organisasi/ unit/ lembaga atas
yg ditindaklanjuti (diterjemahkan) ke bawah. Dalam pendekatan ini
substansi dr pusat ke daerah ke daerah yang lebih mikro lagi. Sumber
utamanya : visi, misi Presiden/ Kepala daerah, proses internal
kementrian/ lembaga/ SKPD, cenderung bersifat target oriented,
strategis dan tujuan jangka panjang.
e. Pendekatan Bottom Up , yakni : Sedangkan pendekatan atas-bawah dan
bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang
pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas
diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat
Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.

3. Alasan Perencanaan Nasional Pembangunan Nasional semakin penting


untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi di beberapa negara di
dunia alaha :
a. Agar penggunaan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas
bisa efisien.
b. Agar perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
mantap.
c. Agar tercapai stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus konjumgtur.

Dengan melihat perkembangan pembangunan hingga saat ini, terdapat


fakta yang menunjukkan bahwa tidak ada Negara di dunia ini tidak
mementingkan peranan pemerintah. Di negara-negara maju dan
penganut mekanisme pasar sekalipun, peranan dan intervensi
pemerintah masih tetap ada dan dibutuhkan untuk kepentingan publik
baik melalui kebijakan fiskal dan moneter, dan peran regulatori lainnya.
Indonesia sebagai Negara sedang berkembang, tuntutan masyarakat
terhadap peran pemerintah masih sangat besar. Namun di satu sisi,
perannya dibatasi pada hal-hal yang fungsinya sebagai regulator,
koordinator, dan motivator, atau dengan istilah yang dikemukakan oleh
Keynes campur tangan pemerintah dibutuhkan bilamana sektor swasta
tidak mampu melakukannya.

4. Alasan perencanaan pembangunan daerah perlu menggunakan metode


kuantitatif. Perlu diketahui bahwa metode perencanaan pembangunan
kuantitatif terdiri dari :
- Metode Matematik dengan menggunakan angka-angka;
- Metode Ekonometrik dengan regresi sederhana, simultan dan
persamaan struktural;
- Metode Keseimbangan Umum, dengan analisis input-output;

Dari ketiga metode kuantitatif diatas, yang paling sering adalah metode
keseimbangan umum, yang analisanya dimulai dari input (perencanaan) dan
output (hasil pembangunan).
Dalam proses pengambilan keputusan, salah satunya perlu
didukung oleh berbagai metode analisis yang akan membantu
mengungkapkan karakteristik spesifik wilayah dan kota di masa lalu, di
masa sekarang maupun kecenderungannya di masa depan. Dengan
demikian akan diperoleh pengetahuan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang dapat dipercaya dalam menentukan tindakan masa
depan, yang selanjutnya akan menghasilkan produk rencana yang efektif.

5. Perkembangan perencanaan pembangunan di Indonesia.


a. Perencanaan Pembangunan di Awal Kemerdekaan (Era Presiden
Soekarno 1945 – 1967) dimulai dari :
- Pembentukan Badan Perancang Ekonomi pada Kabinet Sjahrir III oleh
Menteri Kemakmuran AK Gani;
- Pembentukan Panitia Pemikir Siasar Ekonomi melalui Penetapan
Presiden Nomor 3 Tahun 1947 yang menghasilkan dokumen
perencaan pertama ”Dasar-dasar Pokok daripada Plan Mengatur
Ekonomi Indonesia;
- Tahun 1948 : Kasimo Plan-plan Produksi Tiga Tahun RI, disusun oleh
Menteri Urusan Bahan Makan I.J. Kasimo;
- Penetapan Presiden No. 12 Tahun 1963 dengan dokumen Depernas
diubah menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas);
- Depernas menyusunan Rancangan Pembangunan Nasional
Sementara Berencana Tahapan Pertama 1961 – 1969 yang
merupakan turunan dari Manifesto Politik Presiden Soekarno;
- Tindak lanjut Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dengan terbentuknya
Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang dipimpin oleh Mr.
Muhammad Yamin;
b. Stabilitasi dan Rehabilitasi Ekonomi Pasca (Era Presiden Soeharto 1965
– 1967) dimulai dari :
- Memprioritaskan pengendalian inflasi, dengan mengontrol kenaikan
harga barang (BBM dan Listrik) dan meningkatkan penerimaan pajak
serta memperlambat kredit perbankan;
- Pencukupan kebutuhan pangan dan sandang, dengan meningkatkan
produksi dan menjaga kelancaran import;
- Rehabilitasi prasarana ekonomi, dengan seluruh anggaran
dialokasikan untuk rehabilitasi;
- Peningkatan kegiatan ekspor, dengan mengubah kurs devisa ganda
diubah menjadi kurs tunggal dan penyederhanaan prosedur
perdagangan luar negeri;
- Era Soeharto juga membuat Perencanaan Pembangunan : Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) mulai REPELITA I Tahun
1969 sampai dengan REPELITA VI Tahun 1998.
c. Pemulihan Pasca Krisis Ekonomi (Era Habibie 21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999)
- Melakukan restrukturisasi Perbankan, dengan pembentukan BPPN,
bantuan BLBI untuk 48 Bank, Obligasi rekap Rp. 650 Triliun,
penutupan 38 bank dan mengambil alih 7 bank.
- Konsolidasi fiskal, dengan membiayai jaring pengaman sosial dan
membatalkan proyek infrastruktur;
- Penyehatan korporasi, dengan restrukturisasi utang swasta, larangan
monopoli bagi bulog dan pertamina
- Penetapan desentralisasi fiskal, dengan UU otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal;
- Indepedensi kebijakan moneter, dengan menaikkan suku bunga SBI
hingga 70%, status independent kepada Bang Indonesia, dan
pengendalian uang beredar;
- Kebijakan lainnya, dengan pengesahan UU larangan monopoli, UU
perlindungan konsumen, UU Pers, mengakhiri dwifungsi ABRI dan
pelaksanaan pemilu pertama pasca reformasi;

d. Penerapan Desentralisasi Fiskal (Era Abdurrahman Wahid 20 Oktober


1999 – 23 Juli 2001)
- Penerapan Desentralisasi fiskal mencakup pembagian dana
perimbangan, peningkatan kewenangan daerah dalam pungutan
pajak, kemungkinan daerah untuk melakukan pinjaman termasuk
pinjaman luar negeri;
- Ekonomi keperpihakan yang mencakup gerakan terpadu
pengentasan kemiskinan, restrukturisasi utang UMKM, restrukturisasi
utang pengembang properti, 17.000 proyek perdesaan serta kenaikan
gaji PNS;

e. Penguatan Ketahanan Fiskal (Era Megawati 23 Juli 2001 – 20 Oktober


2004)

- Menitik beratkan pada penguatan fiskal;


- Pada masa ini juga terbit UU NO. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, dimana defisit anggaran tdk boleh lebih dari 3% dari PDB dan
Rasio Utang tidak boleh lebih dari 60% dari PDB.
- Melaksanakan program konsolidasi fiskal, restrukturisasi keuangan,
dan peningkatan investasi dijalankan. Pada masa ini format APBN
berubah dari T-Account menjadi I-Account.
- Kemudian amandemen ketiga UUD 45 yang meniadakan GBHN dan
melahirkan RPJPN dan RPJMN.

f. Mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi ditengah krisis


keuangan global (Era Susilo Bambang Yudhoyono 20 Oktober 2004 – 20
Oktober 2014)
- Kebijakan paket stimulus fiskal tahun 2009;
- Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh tingginya
harga komoditas internasional dan kebijakan Quantitive Easing (QE)
yang mendorong investasi masuk ke Indonesia;
- Pada masa ini juga adanya kebijakan subsidi energi dan kebijakan
harga BBM dan Pembangunan koridor ekonomi;

g. Infrastuktur untuk kesejahteraan (Era Joko Widodo 20 Oktober 2014 –


Sekarang)
- Program Pembangunan Nawacita yang terdiri atas 9 Program, dengan
16 paket kebijakan ekonomi untuk meningkatkan daya saing industri
nasional, ekspor dan investasi; Pada masa ini iklim investasi
membaik. Ada 226 proyek strategis nasional. Pada kebijakan fiskal,
anggaran dialokasikan ke sektor produktif, dan penerapan amnesti
pajak;
- Kebijakan pengembangan SDM, dengan 5 sektor prioritas
pemerintah, menyusun bidang pekerjaan yang dibutuhkan dunia
industri, menyusun koordinasi kebijakan vokasi, menyusun online job
platform, dan membentuk komite vokasi di pusat dan daerah;
- Melaksanakan pemerataan pembangunan, pembangunan dimulai
dari desa dengan meingkatkan alokasi anggaran ke desa, reformasi
agraria dengan pembagian akses lahan yang adil kepada seluruh
masyarakat dan bantuan sosial dengan skema BPNT;

Anda mungkin juga menyukai